Halaman i
Kata Pengantar
Bismillahirahmanirohim,
Laporan akuntabilitas kinerja Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo menampilkan capaian indikator kinerja utama dan indikator kinerja individu dalam menangani urusan pangan dan urusan pertanian.
Dalam LKJiP ini ditampilan kinerja DKPP dimana masing-masing bidang secara bersama-sama berusaha menyokong upaya kepala dinas dalam meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatan produksi pertanian. Namun upaya Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian tahun 2020 terkendala pandemi Covid 19 sehingga secara umum terjadi penurunan kinerja dihampir semua sektor, sedangkan untuk sektor pertanian juga terjadi permasalahan yang menonjol.
Bersama ini kami sampaikan terima kasih atas segala upaya yang telah dilakukan oleh semua pihak dalam mendukung kinerja kami.
Probolinggo, Pebruari 2021
KEPALA DINAS
KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO
Ir. NANANG TRIJOKO S, MM.
Pembina Utama Muda NIP. 19621005 198903 1 019
Halaman i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
IKHTISAR EKSEKUTIF
v
BAB I.
PENDAHULUAN
1
A Data Umum Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian
1
B Aspek Strategis Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian
9
C
D
Struktur Organisasi – Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
Permasalahan Utama
12
13
BAB II.
PERENCANAAN KINERJA
35
A Tujuan dan Sasaran Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
36
B Strategi, Kebijakan, dan Rencana
Aksi Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian
40
C Perjanjian Kinerja tahun 2020
71
BAB III.
AKUNTABILITAS KINERJA
82
A Analisis Capaian Kinerja Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
100
B Akuntabilitas Keuangan
132
BAB IV.
PENUTUP
143
Halaman ii
DAFTAR TABEL
Nomor
tabel
Uraian
Halaman
1.1
Data Aparatur Sipil Negara yang
Mendukung
Kinerja
Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kab. Probolinggo th. 2020
2
1.2
Jumlah estimasi ekspor dan impor
pangan di Kab. Probolinggo tahun
2017
15
1.3
Data tingkat ketahanan dan
kerentanan pangan di Kabupaten
Probolinggo
18
1.4
Perbandingan
produksi
dan
konsumsi beras (ton) per bulan
19
1.5
Desa yang diprioritaskan dalam
penanganan balita stunting
20
1.6
Konsumsi
pangan
penduduk
Kabupaten Probolinggo tahun 2017
22
1.7
Perbandingan
produksi
dan
konsumsi pangan di Kabupaten
Probolinggo berdasarkan komoditi
pertanian tahun 2017
23
2.1
Misi, Tujuan, dan Sasaran Pemkab
Probolinggo 2018-2023
35
2.2
IKU Dinas Ketahanan Pangan dan
Halaman iii
2.3
Strategi dan arah kebijakan Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
tahun 2019-2023
41
2.4
Daftar perjanjian kinerja Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
71
2.5
Rencana aksi pencapaian kinerja
perubahan tahun anggaran 2020
dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo
73
3.1.
Pencapaian kinerja DKPP tahun
2020
84
3.2.
Pengukuran Pencapaian Sasaran
(PPS) Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian TA 2020
85
3.3.
Perbandingan tanaman utama
2019-2020
94
3.4.
Perkembangan jumlah desa rawan
pangan berdasarkan prioritas tahun
2019-2020
99
3.5.
Target dan realisasi kinerja eselon II,
eselon III, dan eselon IV Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo TA 2020
102
3.6.
Laporan Realisasi Anggaran Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo
132
3.7
Pagu dan realisasi belanja langsung
DKPP Kabupaten Probolinggo TA
2019
Halaman iv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Lampiran
Uraian
Halaman
1 Perjanjian Kinerja Bupati Probolinggo dengan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo
a
2 Perjanjian Kinerja Tahun Anggaran 2020 b 3 Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Tahun 2020
Halaman v
Halaman vii
``
Halaman 1
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo sebagai salah satu OPD yang khusus menangani
urusan pangan dan urusan pertanian subsektor tanaman
pangan, hortikultura, dan perkebunan, dalam pelaksanaannya banyak berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur maupun Kementerian Pertanian RI terutama Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura, Ditjen Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan Kementan RI, Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, dan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.
Sesuai dengan Perda No. 6 tahun 2016 tentang PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH, yang merupakan penjabaran dari PP 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah ditetapkan nomenklatur OPD yang
mengurusi Urusan Pangan dan Urusan Pertanian adalah Dinas
Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo.
Uraian Tugas dan Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo terdapat dalam Peraturan Bupati nomor 66 tahun 2018 tentang KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN PROBOLINGGO. Dalam BAB IV
Halaman 2
pasal 5 ayat 1 dinyatakan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mempunyai tugas pokok membantu bupati melaksanakan urusan pemerintahan bidang pangan dan pertanian serta tugas pembantuan yang diberikan kepada daerah. Sedang ayat 2 dinyatakan untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mempunyai fungsi :
(1) Perumusan kebijakan dibidang ketahanan pangan, pertanian dan perkebunan;
(2) Pelaksanaan kebijakan dibidang ketahanan pangan, pertanian, dan perkebunan;
(3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang ketahanan pangan, pertanian, dan perkebunan;
(4) Pelaksanaan administrasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian;
(5) Pembinaan terhadap UPT dan Kelompok Jabatan Fungsional Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian;enetapan perencanaan program
(6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati.
Di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo secara keseluruhan mempunyai karyawan sebanyak 200 orang (
).
Tabel 1.1. DATA ASN PENDUKUNG KINERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN TAHUN 2020
No.
Nama
Jabatan
Eselon II, III, dan IV
1 IR. NANANG TRIJOKO S, MM Kepala Dinas 2 IR. YULIS SETYANINGSIH, MM. Sekretaris
``
Halaman 3
3 DIDIK TULUS PRASETYO, SP, MM. Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura 4 NURUL KOMARIL ASRI, SP.,MP Kepala Bidang Perkebunan 5 IR. BAMBANG SUPRAYITNO, MMA Kepala Bidang Sarana dan Prasarana
6 SYAFI`I, SP, MMA. Kepala Bidang Ketahanan Pangan 7 ARIF KURNIADI, SP Kepala Bidang Pelaksanaan
Penyuluhan dan Bina Usaha Tani 8 NANANG SETYODJATMIKO, SP, MP. Kasi. Pengolahan dan Penganekaragaman Pangan 9 SAFARUL LUKMAN FAUZI, S.P. Kasi. Alat Mesin Pertanian 10 FEBTI SURYANI, SP Kasi. Kelembagaan
11 HETI LISNAWATI, S.TP. Kasi. Ketersediaan dan Cadangan Pangan 12 FALENTINA EKAWATI DYAH P, SP Kasi. Konsumsi Pangan
13 SUHAERIYANTO, SP.MMA Kasi. Bina Usaha Tani
14 ARIFANI WULANDARI, SP. MM. Kasi. Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura 15 MUCHLISIN, SP Kasi. Perlindungan Tanaman Perkebunan 16 UMI NUR AZIZAH, SP.,M.MA. Kasi. Penyuluhan
17 SUPARLAN, SP. Kasi. Pupuk dan Pestisida 18 M. HARI AGUSTAMI, SP. Kasi. Tanaman Hortikultura 19 OKTA PURWO INA RANY, S.TP Kasi. Tanaman Pangan
20 IR. EVI ROSELLAWATI, MM Kasi. Tanaman Perkebunan Semusim 21 SUYITNO, SP, MM Kasi. Tanaman Perkebunan Tahunan 22 SITI HOESNOEL CHOTIMAH, S.P. Kasi. Tata Guna Lahan dan Irigasi 23 ARIF YUDI PURWANTO, SE Kasubbag. Keuangan
24 MURFI ANGGORO, STP MAP Kasubbag. Perencanaan 25 ENDANG DWI SULISTYOWATI, SP Kasubbag. Umum dan Kepegawaian
26 ARIEF RACHMAN, SP,MM Kepala UPT Produksi Benih Tanaman Pangan 27 NURHADI, SP Kepala UPT Produksi Benih Tanaman Hortikultura 28 ABDUL AZIS, SP. Kepala UPT Pengawasan dan Sertifikasi Pertanian
Petugas Penyuluh Pertanian (PNS)
1 ABD. RASYID, SP. MMA Penyuluh Pertanian Utama 2 NURWIN, SP. Penyuluh Pertanian Madya 3 ENY PUDYASTUTI, SP. Penyuluh Pertanian Madya 4 JOKO SUSILO, SP. Penyuluh Pertanian Madya 5 SRI PASEMI SOFIA, SP. Penyuluh Pertanian Madya 6 ENDANG RESINOWIYATI, SP. Penyuluh Pertanian Madya 7 SUMADI, SP, MP. Penyuluh Pertanian Madya 8 LUSIAR AGUS, sp Penyuluh Pertanian Muda 9 HENI IRAWATI Penyuluh Pertanian Muda
Halaman 4
10 YOYOK WAGIYANTO, SP Penyuluh Pertanian Muda 11 GURITNO DWIJANTORO, SP. Penyuluh Pertanian Muda 12 ENDANG KARSINI WATI, SP Penyuluh Pertanian Muda 13 SUADHINI, SP Penyuluh Pertanian Muda 14 ABD. RACHMAN, SP. Penyuluh Pertanian Muda 15 JEMMARUDDIN Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan
16 NASRUL HALIM, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan 17 SLAMET HARIYONO, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana Lanjutan 18 SUROTO Penyuluh Pertanian Penyelia 19 REKNO WAHYU WIDOWATI Penyuluh Pertanian Penyelia 20 SYAMSUL ABDULLAH Penyuluh Pertanian Penyelia 21 EKO BUDI SANTOSO, S.P.,MMA Penyuluh Pertanian Penyelia 22 KURNIAWAN PRIHANDHOKO, SP Penyuluh Pertanian Pertama 23 DILLA HERMANTO, SP Penyuluh Pertanian Pertama 24 AKHMAD MULYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama 25 AMELIA FIRIKA RIZAL, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama 26 KHOLID MANSHUR, SP. Penyuluh Pertanian Pertama 27 NANANG SETIONO, SP Penyuluh Pertanian Pertama 28 AGUS STYAGUNG PURWANDONO, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama 29 ENDANG RAHMAWATI, SP Penyuluh Pertanian Pertama 30 JULAIHIN, SP Penyuluh Pertanian Pertama 31 MUHAMMAD YAHYA, S.TP. Penyuluh Pertanian Pertama 32 YUNI INDRIAWATI, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama 33 ADSAN RAHYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama 34 RATIH AGUNG PRADANA, S.Pt,MM Penyuluh Pertanian Pertama 35 TRI LAKSONO HENDRO GUWANAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama 36 GUNTUR EKO SETIAWAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama 37 YACONUS KURNIAWAN, SP. Penyuluh Pertanian Pertama 38 MUHAMMAD MUSTAJIB, SP Penyuluh Pertanian Pertama 39 VIVIN TYAS PAMUNGKAS, SP.MP Penyuluh Pertanian Pertama 40 MUHAMAD TEGUH ARISTO ADHY, S.Pt Penyuluh Pertanian Pertama
Staf (PNS)
1 SUGI Staf UPT Produksi Benih Hortikultura 2 SUJONO .E Staf Seksi. Ketersediaan Pangan 3 RP.RONY SUJATMIKO Staf Seksi. Konsumsi Pangan 4 KUSNADI HARYONO Staf Subbag. Umum dan Kepegawaian 5 SUBOWO Staf Subbag. Umum dan Kepegawaian 6 PURWANINGRUM Bendahara Penerimaan
``
Halaman 5
7 SUHERI, S.Sos Staf Seksi. Penyuluhan 8 IMAM SUJARWANTO Staf Seksi. Penyuluhan 9 ISLAMAH Staf Seksi. Distribusi Pangan 10 LILIK PURWATI Staf Seksi. Perlindungan Tanaman Perkebunan 11 DADIK EKO SUPRAPTO, SP Staf Seksi. Tanaman Hortikultura 12 HIDAYAT TAUFIQ, SP Staf UPT Produksi Benih Tanaman Pangan 13 NURAISYAH RAGIL
CAHYANINGATI Staf Seksi. Pupuk dan Pestisida 14 DIDIK KRISTIADI Bendahara Pengeluaran 15 HESTI WIJAYANTI, S.Hut Staf Seksi. Tanaman Perkebunan Musiman 16 HERI YULIANTO Staf Seksi. Tanaman Perkebunan Tahunan 17 DJUHANTORO Staf Seksi Alat Mesin Pertanian 18 ENI SUHARTI Staf Subbag. Umum dan Kepegawaian
19 ABDUL ASIS Staf UPT Sertifikasi dan Pengawan Mutu Hasil Pertanian
Staf (Non PNS)
1 INDRIANA MILAHAYATI, SP Staf seksi tanaman pangan 2 EDY SAPUTRO, A.MD Staf Subbag. Umum dan Kepegawaian
3 MOH. FAJAR YUNUS, ST Staf UPT Sertifikasi dan Pengawan Mutu Hasil Pertanian
4 NURANI WITYASARI, S.TP Staf Subbag Perencanaan 5 SANTI YUNIANDARI Staf Seksi Kelembagaan 6 UMMI KHOIRUN NISA, SP Staf Seksi Pupuk dan Pestisida
7 SHELLY ANDRANTY, S.TP Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan 8 AGUS MULYANIK Staf Seksi Seksi Alat dan Mesin Pertanian 9 ANITA WINDIAASTUTI Staf Seksi Distribusi Pangan
10 ARIE DWI ARDINA Staf Seksi Tata Guna Lahan dan Air 11 ARIESTA YESY MANDELA Staf Seksi Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura 12 BUDI SANTOSO Staf Seksi Tanaman Hortikultura 13 BUDI SUSANTO Staf seksi Tanaman pangan 16 IRVAN YULIANTO PUTRO PRATAMA Staf Subbag Keuangan
17 TOMI Staf Subbag Umum Kepegawaian
18 PRIA MUJAHIT Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan 19 SAMUD Staf Subbag Umum Kepegawaian 20 TAUFIK BURAHMAN Staf Subbag Umum Kepegawaian 21 TOFAN FIRGUNTORO Staf Subbag Umum Kepegawaian 22 TONI CAHYO SANTOSO Staf Subbag Umum Kepegawaian
Halaman 6
23 YOSSY AGUS BASTIAN Staf Seksi Penyuluhan
24 ZUL FITRI KANTI LESTARI Staf Seksi Konsumsi dan Keamanan Pangan
25 DRS. I MADE DARMAYANA Staf Seksi Kelembagaan 26 EDY YULYUS, S.HUT. Staf Subag Perencanaan 27 ARIEF NUR HIDAYAT, S.SOS Staf Seksi Bina Usaha
Penyuluh Pertanian Lapangan-Non PNS
1 AGUNG SUPRAYITNO Alas Tengah, Sumberan, Alas Sumur Lor (Besuk) 2 MAHMUD YUNUS Randu Jalak, Sindet Lami, Alas Kandang (Besuk) 3 SLAMET SETIAWAN Besuk Agung, Krampilan, Matekan (Besuk) 4 HARDJONO PRAWIRO, SP Sumberagung, Watuwungkuk, Pabean (Dringu) 5 MISNADI Sekarkare, Sumbersuko, Kalisalam (Dringu) 6 SAIFUL HAK Randu Putih, Tamansari (Dringu) 7 SUTARMI Kaliacar, Nogosaren, Gading Wetan
(Gading)
8 DWI RAMANDATI Prasi, Bulu Pandak, Condong (Gading) 9 YETTI HARINI WENIWATI, S.TP Wangkal, Keben, Ranu Wurung
(Gading)
10 INTAN TRI ASRI Gending, Bulang (Gending)
11 VERAWATI SANTI DEWI M, SP Klaseman, Jatiadi, Brumbungan Lor (Gending) 12 IWAN PRASETYO, SP Sidomulyo, Tambak Ukir (Kotaanyar) 13 HARJONO PRAWIRO, A. MD Kandangjati Wetan, Sumberlele,
Kandang Jati Kulon (Kraksaan) 14 ATMADIYANTO Taman Sari, Asembakor (Kraksaan) 15 PRIYO BASUKI, SP Kregenan, Sidopekso, Rangkang (Kraksaan) 16 SAENOL ARIFIN Kamal Kuning, Rawan (Krejengan) 17 BIBIT Krobungan, Seneng, Betek (Krucil) 18 DONY PRAYOGO, SP Tambenglang, Bremi, Krucil (Krucil) 19 HERI IRAWAN Pandan Laras, Plaosan (Krucil) 20 AGUS SURYANTO, AMD Menyono, Wonoasri, Jatisari (Kuripan) 20 SUKANAN Branggah, Sapih, Palang besi (Lumbang) 22 SUHERWOTO Negororejo, Lambangkuning, Boto (Lumbang) 23 SATRIYONO Ganting Kulon, Suko, Pegalangan Kidul (Maron) 24 MOHAMMAD SUGIYANTO Maron Kulon, Gerongan (Maron) 25 SULASTRI Kedungsari, Brumbungan Kidul, Maron Wetan (Maron)
``
Halaman 7
26 BABUN, AMD Taman, Petunjungan, Pandean (Paiton) 27 ZAKIYATUL UMMAH, SP Paiton, Sumber Anyar (Paiton) 28 ABDUL RAJAK Tanjung, Karanggeger (Pajarakan) 29 ABDUL HARIS NASRULLAH, STP Kertonegoro, Kalidandan (Pakuniran)
30 HADI PRASETYO, SP Bima, Gunggungan Kidul (Pakuniran)
31 MOHAMMAD ZAMRONI Ranon (Pakuniran) 32 ROHMADI Pakel, Kedasih, Ngepung (Sukapura)
33 IFTACHOL ARIFIN, SP Pandan Sari, Sumber, Tukul, Cepoko, Rambaan (Sumber)
34 RIDHO S WAHYUDI, SP Pesisir, Sumberbendo, Mentor (Sumberasih) 35 MOHAMMAD SIDIK, SP Banjar sari, Lemah Kembar, Jangur (Sumberasih) 36 ALI MUKHSIN, SP Tegalmojo, Blado Kulon (Tegalsiwalan)
37 YETTI PUJI RAHAYUNINGSIH, SP Bulujaran Kidul, Tegalsiwalan (Tegalsiwalan) 38 DIDIK KURNIAWAN Rejing, Tulupari (Tiris)
39 GUNADI Tiris, Ranuagung, ranugedang (Tiris) 40 DARTONO Tongas Kulon, Sumberrejo (Tongas) 41 KARYANTOKO Sumberkramat, Pamatan, Klampok (Tongas) 42 FAKTUL ARIFIN, SP Jrebeng, Wonorejo, Poh sangit ngisor (Wonomerto) 43 TITIN AGUSTINI, SP Sepuh Gembol, Patalan (Wonomerto)
44 AHMADI Kramat Agung, Kropak (Bantaran) 45 IR. SUGIK HARIYONO Klenang Kidul, Gading Kulon, Banyuanyar Kidul, Sentulan
(Banyuanyar)
46 HARIYANTO Bago, Kecik, Jambangan, Klampokan (Besuk) 47 AHMAD RIYADI, AMD Renteng, Duren, Sumber Secang (Gading) 48 ZAENAL ARIFIN, AMD Batur, Betek Taman, Jurang Jero (Gading) 49 EDY AHMAD SALEH Sumber Kerang, Pikatan (Gending) 50 ABDUL TAWAB, SP Sambirampak Kidul, Curah Temu
(Kotaanyar)
51 ASWARIANTO, SP Pasembon, Sidorejo (Kotaanyar) 52 RUSMINI, SP Kedung Rejoso, Sukorejo (Kotaanyar)
53 ALI USMAN Kebun Agung, Alassumur Kulon (Kraksaan) 54 EKO YULIANTO, SP Semampir, Kalibuntu (Kraksaan) 55 DIAH PERMATASARI, SP Sokaan, Gebangan (Krejengan)
Halaman 8
56 ABDUL RACHMAN, AMD Patemon, Tanjang Sari (Krejengan) 57 MUNALI Kalianan, Watu Panjang, Guyangan
(Krucil)
58 NURSIADI, AMD Kedawung, Resongo (Kuripan) 59 TITIK MUKTI RAHAYU, AMD Waru Jinggo, Clarak, (Leces) 60 EKO SISWANTO, SP Tigasan Kulon, Malasan Kulon, Jorongan (Leces) 61 IR. RAHARTO Tigasan Wetan (Leces)
62 NURHAYATI, AMD Tandon Sentul, Purut (Lumbang) 63 HERMANTO, SPT Puspan, Santrean, Brani Wetan (Maron) 64 IR. NUR SAMSU Plampang, Pondok Kelor, Sukodadi (Paiton) 65 JAMALUDDIN Binor Sumberrejo (Paiton)
66 EKA KUSWILWATIKTANTO,SP Kalikajar Wetan, Alas Tengah, Kalikajar Kulon (Paiton)
68 SUSI CANDRA KIRANA Selogudig Kulon, Selogudig Wetan (Pajarakan) 69 MARGONO, AMD Pakuniran, Glagah (Pakuniran) 70 SRI HASTUTI, SP Bucor Kulon, Bucor Wetan (Pakuniran)
71 SYAIFUDDIN, SP Sogaan, Kedungsumur (Pakuniran) 72 AMAN, AMD Sapikerep, Sariwani (Sukapura) 73 EDI SUTAMAN, SP Gemito, Wonokerso, Sumber Anom, Ledokombo (Sumber) 74 ARWAN PRAHARA, SP Gili Ketapang, Sumurmati, Laweyan, Ambulu (Sumberasih) 75 DEDI TRI BASUKI, SP Gunung Bekel (Tegalsiwalan)
76 RINA BUDHI WIJAYANTI, AMD Andungbiru, Segaran, Andungsari (Tiris) 77 SUGENG EKO SUBANDRI, AMD Racek, Jangkang, Wedusan (Tiris) 78 ASMADI, AMD Wringin Anom, Curah Dringu, Tongas Wetan (Tongas) 79 ISTIYAR HIDAYADI, SP Sumber kare, Pohsangit Tengah, Kareng Kidul, Poh Sangit Lor
(Wonomerto)
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Tanaman Pangan dan Hortikultura (ASN Provinsi Jatim)
1 SAENUL HADI POPT Paiton/Besuk
2 SUGIONO POPT Kotaanyar/Pakuniran 3 SUYONO POPT Kraksaan / Maron 4 M. ILYAS, SP. POPT Krejengan / Gading
5 SADI POPT Banyuanyar
6 SUPARTO, SP. POPT Gending, Leces, tegalseiwasan 7 BRENY HERMANTO POPT Pajarakan, Bantaran/ Wonomerto 8 ANTON HEDRIANTO POPT Sukapura, Lumbang, Tongas 9 SUHARSONO POPT Dringu/Kota Probolinggo/ Sumberasih
``
Halaman 9
10 KASIADI POPT Koordinator 11 SAMSUL ARIFIN POPT Krucil dan Tiris
12 DIDIK HERMANTO POPT Sumber-Kuripan
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (ASN Balai Besar Proteksi dan Perbenihan Tan. Perkebunan Jombang)
1 IKA POPT wilayah Kabupaten Probolinggo
Petugas Pembenihan tanaman pangan & hortikultura (ASN
Diperta KP Provinsi Jatim)
1 M. SYAIFUDIN MALIK UPT-PSB Diperta Propinsi
Sumber : Sekretariat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab.
Probolinggo (2020)
B. ASPEK STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN DAN
PERTANIAN
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo mempunyai tujuan yang berkaitan dengan Urusan Pangan dan Urusan Pertanian dimana kedua urusan ini sangat penting bagi kesejahteraan masyarakat Kabupaten Probolinggo, sehingga dalam RPJMD ditetapkan secara langsung yang terkait dengan urusan pangan (
) dan urusan pertanian ini (Laju pertumbuhan ekonomi). Sebagaimana tercantum dalam RPJMD Kabupaten Probolinggo tahun 2018-2023 Misi 2 Sasaran 10 (meningkatkan
ketahanan Pangan) dan Misi 4 Sasaran 13 (Meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto sektor Strategis).
Dalam penjabarannya Indeks ketahanan pangan dapat dicapai jika bisa melaksanakan implementasi kegiatan yang mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal (SPM) Ketahanan Pangan. Pencapaian SPM ketahanan Pangan akan menggambarkan seberapa jauh pemenuhan/ kesejahteraan pangan masyarakat Kabupaten Probolinggo, yang untuk saat
Halaman 10
ini masih mencapai tahap 69,75 (kategori sedang). Beberapa parameter dalam meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Probolinggo, antara lain :
(1) Meningkatkan ketersediaan dan cadangan pangan ~ Secara keseluruhan wilayah Kabupaten Probolinggo mempunyai karakteristik yang berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah lainnya. Sehingga dalam pemenuhan pangan mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda. Di beberapa desa malahan terindikasi sebagai daerah yang rawan / rentan pangan atau malahan daerah dengan tingkat kemiskinan cukup tinggi yang disebabkan oleh masalah pangan ini. Jika dihitung dengan ketersediaan beras sebagai pangan utama maka terdapat desa-desa yang benar-benar harus mengimpor beras, sedang akses mendapatkan beras bisa diperoleh dengan biaya yang lebih mahal. (2) Meningkatkan tingkat konsumsi pangan ~ profil
Kabupaten Probolinggo yang mempunyai daerah pantai hingga penggunungan telah menyebabkan perbedaan pola konsumsi. Dimana hal tersebut terkait dengan jenis makanan yang dikonsumsi, tingkat pengetahuan tentang pola pangan oleh masyarakat, dan peredaran pangan segar yang aman di masyarakat.
(3) Meningkatkan distribusi pangan~ Pangan yang seharusnya didapatkan setiap hari secara mudah dan dan terjangkau ternyata tidak selalu tersedia. Persoalannya adalah harga pangan yang tidak stabil karena dari waktu ke waktu. Jika melihat komoditi
``
Halaman 11
beras sebagai pangan utama maka komoditi beras ini bisa diperoleh dengan harga yang cukup stabil karena beras sendiri diperlakukan sebagai komoditi inelastisitas oleh pemerintah, sehingga komoditi beras selalu dijaga tingkat harganya dari tingkat petani hingga tingkat pemasarannya. Namun terdapat beberapa komoditi pertanian lainnya yang masih sering mengalami fluktuasi harga yang cukup tinggi yang tentu saja hal ini juga memberatkan para petani sebagai produsen dan masyarakat umum secara konsumen.
Dalam penjabaran Peningkatan PDRB Sektor Strategis. PDRB sektor Lapangan Usaha Pertanian kabupaten Probolinggo memberikan kontribusi + 33% dari keseluruhan PDRB. Namun dalam perkembangannya PDRB sektor pertanian pertumbuhannya cenderung stagnan atau semakin sulit untuk meningkat dibanding sektor lainnya, padahal hingga saat ini postur PDRB Kabupaten Probolinggo masih didominasi oleh sektor pertanian keseluruhan dan sektor pertanian diperkiraan masih memberikan dampak ikutan kepada keberlangsungan sektor lainnya (pengolahan). Jika PDRB sektor pertanian ini mengalami penurunan maka akan memberikan angka penurunan yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten Probolinggo.
Halaman 12
C. STRUKTUR ORGANISASI DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
Adapun Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Probolinggo dapat dilihat pada bagan struktur organisasi berikut ini.
``
Halaman 13
D. PERMASALAHAN UTAMA
Terdapat beberapa Permasalahan utama dari pembangunan Urusan Pangan dan Pertanian secara umum adalah bagaimana harus menyediakan pangan yang
berkualitas sehingga dapat meningkatkan indeks ketahanan pangan sedangkan kondisi masyarakat di Kabupaten
Probolinggo masih banyak yang miskin dan meningkatkan nilai
tambah produksi pertanian/ Produksi Pertanian bagi
masyarakat Kabupaten Probolinggo, sedangkan lahan dan
sarana pendukung produksi semakin terbatas.
Beberapa permasalahan utama yang mempengaruhi kinerja urusan pangan dan urusan pertanian antara lain :
d.1. Permasalahan Urusan Pangan (Wajib non pelayanan dasar) Sesuai dengan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian disebutkan terdapat tiga aspek yang ditangani dalam bidang Ketahanan Pangan yaitu [1] Ketersediaan Pangan dan
Cadangan Pangan, [2] Konsumsi Pangan, dan [3] Distribusi dan Akses Pangan, yang melalui ketiga aspek ini diharapkan bisa
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara layak. Di Kabupaten Probolinggo indeks Ketahanan Pangan pada tataran
sedang (indeks ketahanan pangan = 69,75). Dari angka ini dapat
disimpulkan masih terdapat permasalahan yang perlu diselesaikan. Berikut ini disampaikan permasalahan urusan Pangan di Kabupaten Probolinggo melalui pendekatan 3 Pilar Ketahanan Pangan yaitu Ketersediaan Pangan, Akses Pangan, dan
Pemanfaatan Pangan sehingga dapat diidentifikasikan beberapa
Halaman 14
i. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan Pangan dapat diuraikan menjadi Ketersediaan
Pangan dan Cadangan Pangan, dimana kedua hal tersebut pada
intinya adalah mengukur keberadaan pangan bagi masyarakat di Kabupaten Probolinggo. Sedang pangan yang dihitung terdiri dari pangan nabati dan hewani. Kondisi ketersediaan pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan sebagaimana berikut:
(1) Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan di Kabupaten Probolinggo tergantung kepada tingkat produksi, pangan yang masuk, pangan yang keluar, stok pangan yang ada di pemerintah dan stock pangan dimasyarakat. Beberapa komoditi pangan didapatkan dapat diperoleh secara mandiri dari dalam daerah Kabupaten Probolinggo sendiri seperti misalnya padi, jagung, ubi kayu, kentang, ikan, dan lainnya. Sedang produksi seperti susu, daging unggas, dan pangan lainnya masih harus mendatangkan daerah lainnya. Untuk daging ruminansia walaupun populasi sangat melimpah namun sapi-sapi tersebut kebanyakan dikirim keluar daerah dalam keadaan hidup-hidup, dan pemotongan sapi di Kabupaten Probolinggo relatif sedikit dibanding populasi yang ada. Sehingga tidak bisa diklaim sebagai produksi daging sapi.
Ketersediaan komoditi pangan di tiap-tiap daerah berbeda-beda, di daerah dataran tinggi ketersediaan ikan lebih sedikit dibanding di daerah rendah (dekat pantai), Hingga saat ini
Ketersediaan pangan belum terdeteksi dan tertata secara baik,
``
Halaman 15
bagi masyarakat. Di beberapa daerah (kecamatan) kondisi pangan dalam keadaan defisit dalam bulan-bulan tertentu.
Upaya back up tata kelola ketersediaan dan cadangan pangan adalah membangun gudang cadangan pangan, dimana dalam pelaksanaannya adalah pembangunan gudang, lantai jemur, dan RMU.
Tabel 1.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan di Kab. Probolinggo Tahun 2017 Jenis Pangan Jumlah Estimasi Impor (ton) Jumlah Estimasi Ekspor (ton) Jenis Pangan Jumlah Estimasi Impor (ton) Jumlah Estimasi Ekspor (ton) Beras 49.917 Susu 18.609 -
Jagung 246.263,5 Minyak Kelapa
sawit
10.973,6 -
Terigu 41.723,5 - Kelapa 696 -
Ubi Kayu 35.839 Kacang tanah - 756,2
Ubi Jalar 1.131,6 - Kacang kedelai 13.533 -
Kentang - 49.054 Gula pasir 4.111,3 -
Ikan - 868,5 Gula merah 283,3 -
Daging Ruminansia 74,2 - Sayuran - 47.167,7 Daging Unggas 3.370,8 - Buah-buahan 27.228,1 - Telur 4.183,3 -
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
(2) Cadangan pangan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pada pasal 23 menyatakan bahwa dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan dan ketahanan pangan, pemerintah menetapkan cadangan pangan nasional. Cadangan pangan nasional terdiri dari atas cadangan pangan pemerintah, cadangan pangan pemerintah daerah dan cadangan pangan masyarakat. Pengembangan cadangan pangan nasional dimaksudkan untuk mengantisipasi kekurangan
Halaman 16
ketersediaan pangan, kelebihan ketersediaan pangan, gejolak harga pangan dan atau keadaan darurat.
Cadangan Beras Nasional (CBN) sebesar 20% dari total
kebutuhan beras nasional. Cadangan tersebut terbagi atas 11,5% di masyarakat, 8% dikuasai oleh pemerintah pusat, dan 0,5 % di pemerintah daerah. Sedangkan Kebutuhan konsumsi beras nasional
33,47 juta ton. Survei BPS (2015) beras tersebar di rumah tangga
(47,57%), Bulog (19,30%) pedagang (18,32%), penggilingan (8,22%), dan Horeka (6,59%).
Tentang lumbung pangan yang ada di Kabupaten Probolinggo sebagaimana berikut ini :
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah di Kabupaten Probolinggo terletak di Desa Sukodadi Paiton Kabupaten Probolinggo. Dimana pengelolaan lumbung tersebut sesuai dengan UU 23 tahun 2014 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Pangan, pemerintah daerah baik provinsi, maupun kabupaten/kota bertanggungjawab untuk melaksanakan pengembangan cadangan pangan pemerintah. Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab terhadap pengelolaan Cadangan Pangan Nasional, penguatan cadangan pangan sebagai antisipasi terhadap dampak anomali iklim yang semakin sulit diprediksi, seperti terjadinya pergeseran masa tanam, masa pemanenan yang tidak merata sepanjang tahun, dan meningkatnya bencana yang tidak terduga (banjir, longsor, kekeringan, gempa) sehingga memerlukan sistem cadangan pangan yang kuat.
``
Halaman 17 i. Kerawanan Pangan
Kerawanan Pangan terdapat di Kabupaten Probolinggo, dimana Kerawanan Pangan bisa diidentifikasi melalui metode Food Security and vulnerability Atlas (FSVA). Terdapat Indikator yang digunakan untuk penentuan wilayah tahan dan rentan terhadap kerentanan pangan antara lain :
1. Ketersediaan pangan 2. Keterjangkauan pangan 3. Pemanfaatan pangan
Dengan menggunakan data dari Potensi Desa (Podes) yang dimiliki oleh BPS Kabupaten Probolinggo maka dapat disusun Peta ketahanan dan Kerentanan Pangan di Kabupaten Probolinggo. Dengan data tersebut bisa diperoleh indeks ketahanan pangan tiap-tiap desa sehingga dapat disusun peringkat desa di Kabupaten Probolinggo. dari Peta dan Data berikut ini dapat disimpulkan bahwa desa Kalianan Krucil, desa Renteng Gading, desa Plaosan Krucil, dan desa Bulupandak Gading merupakan daerah dengan kerawanan pangan tertinggi.
Halaman 18
Berdasarkan data tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo, masih terdapat wilayah yang sangat rawan sebagaimana data berikut ini.
Tabel 1.3. Data Tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo
No Tingkat Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Jumlah desa
1 Sangat rawan 12 desa
2 Rawan 103 desa
3 Tahan pangan 168 desa
4 Sangat tahan pangan 47 desa
Sumber : Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tingkat Desa
Provinsi Jawa Timur (2016)
ii. Akses Pangan
Distribusi pangan secara real time, belum menggambarkan
distribusi ketersediaan dan konsumsi pangan nabati, pangan hewani di seluruh wilayah Kabupaten Probolinggo hingga tingkat desa;
``
Halaman 19 Tabel 1.4. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras (ton) per per bulan
No Kecamatan Surplus dan Difisit antara Produksi dan Konsumsi Beras (Ton) per per Bulan Tahun 2017
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nop Des 1. Sukapura -107,5 -141,8 -141,5 -114,1 -105,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -142,0 2. Sumber -184,1 -130,1 -164,2 -111,9 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,7 -183,6 3. Kuripan -173,0 587,9 789,1 335,8 -79,7 67,1 -117,6 -212,4 -212,4 -212,5 -216,6 -224,0 4. Bantaran -309,6 29,6 983,5 212,0 -201,6 -290,7 -274,7 -303,4 -303,4 -303,4 -306,3 -309,7 5. Leces -399,4 -293,5 295,8 435,6 -256,5 -406,6 -332,0 -407,0 -406,6 -400,1 -357,2 -411,8 6. Tegalsiwalan -232,4 -125,7 926,4 1.124,7 -53,4 -235,9 -258,0 -258,0 -257,0 -256,9 -254,9 -246,6 7. Banyuanyar -381,4 609,2 2.864,1 979,5 -21,0 -358,3 -286,3 -388,6 -370,6 -394,3 -404,4 -421,5 8. Tiris 865,2 3.486,3 -111,0 54,5 25,9 -353,4 -223,0 -260,9 -167,8 -278,5 -204,4 363,3 9. Krucil -397,5 -387,4 1.047,4 711,4 295,4 7,6 -251,1 -382,7 -337,5 -311,1 -373,3 -362,9 10. Gading 1.411,1 1.748,3 1.662,7 1.335,5 1.450,6 1.502,2 1.644,1 1.527,1 1.527,4 1.495,2 1.720,2 1.313,9 11. Pakuniran -144,1 212,7 1.254,7 1.312,8 413,9 1.096,3 714,8 -298,9 -275,7 -92,6 -216,0 -240,0 12. Kotaanyar -287,1 -180,1 1.678,8 1.912,3 -164,6 -132,3 44,6 -248,1 -96,3 -264,2 -264,4 -271,0 13. Paiton -423,3 -436,2 935,4 3.677,6 387,6 -251,8 232,4 63,0 -466,4 -476,5 -476,5 -483,2 14. Besuk 522,6 2.324,4 3.136,8 2.190,2 2.673,4 2.349,0 1.886,8 691,7 40,4 -136,7 -160,5 -296,9 15. Kraksaan -288,4 -247,4 -205,7 3.443,6 891,5 86,2 1.216,4 867,7 -121,9 -40,8 638,9 774,2 16. Krejengan -165,3 481,3 3.496,3 2.428,1 2.783,2 2.401,9 885,3 211,1 -45,6 -49,4 -20,8 -34,3 17. Pajarakan -23,5 -17,7 317,0 1.149,2 1.293,1 509,0 408,8 744,4 424,1 397,1 671,4 168,0 18. Maron -326,2 1.007,3 3.503,4 1.468,3 -344,6 464,1 1.084,7 567,6 100,0 -313,7 11,3 130,6 19. Gending 96,0 294,8 415,6 990,7 414,2 670,1 854,7 546,3 394,7 101,8 74,9 78,4 20. Dringu -305,0 367,4 881,1 985,5 141,4 -322,2 -366,6 -264,3 -242,2 -355,3 -346,6 -365,9 21. Wonomerto -295,2 115,7 287,5 1.347,7 1.047,1 243,0 -216,3 -264,8 -282,2 -282,2 -283,6 -303,5 22. Lumbang -235,8 -164,1 484,2 707,0 67,4 366,3 70,7 -229,5 -228,3 -170,4 -77,0 -241,8 23. Tongas -150,8 -274,7 1.655,7 4.488,3 219,1 -429,5 -389,8 510,9 -267,2 -424,0 -407,0 149,5 24. Sumberasih -455,7 -360,5 1.100,0 3.484,0 -278,2 -263,2 -373,0 -115,4 -392,9 -392,4 -376,0 -378,2 Jumlah -2.390,0 8.505,7 27.093,2 34.548,3 10.415,2 6.394,2 5.630,3 1.771,1 -2.312,0 -3.485,6 -1.954,1 -1.939,0
Halaman 20
Dari tabel di atas secara keseluruhan Kabupaten Probolinggo mengalami surplus beras sebesar 82.277 ton beras, namun terdapat beberapa mengalami defisit seperti Sukapura, Sumber, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan, Krucil, dan Dringu.
Dilihat dari persebaran persediaan setiap bulan maka dapat diketahui bahwa masyarakat untuk memenuhi kebutuhan beras (pangan) harus mengambil beras dari daerah lain (sekitar/ lain), disini peran distribusi pangan dan cadangan pangan menjadi sangat penting. Contohnya adalah daerah seperti Sukapura menggantungkan pasokan beras dari luar , Peran penyimpanan beras oleh masyarakat sendiri sangat penting.
iii. Pemanfaatan Pangan
Pola komsumsi pangan akan mempengaruhi status gizi individu. Permasalahan gizi di Kabupaten Probolinggo cenderung pada gizi kurang, Hal ini ini terlihat dengan banyaknya jumlah balita kurus, pendek dan wanita (ibu/calon ibu) yang beresiko kurang energi kronis. Hasil Pemantauan status gizi (PSG) 2017, terdapat balita dengan gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 16%, balita pendek dan sangat pendek (stunting) sebesar 32 %, balita kurus dan sangat kurus (wasting) 6.1% dan balita gemuk 4%. Balita yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar 33,6%, ibu hamil beresiko KEK (Kurang Energi Kronis) sebesar 25,1% dan wanita usia subur beresiko KEK sebesar 14,9%.1
Tabel 1.5. Desa yang diprioritaskan dalam penanganan balita stunting No Kecamatan Desa No Kecamatan Desa 1 Krejengan Widoro 10 Gading Batur
1 Laporan akhir analisis pola konsumsi dan
suplai pangan Kabupaten Probolinggo tahun 2018 DKPP & MWA
``
Halaman 21
2 Pakuniran Alaspandan 11 Banyuanyar Banyuanyar Tengah 3 Dringu Mranggon Lawang 12 Paiton Kalikajar Kulon 4 Paiton Petunjungan 13 Krejengan Kedung Caluk 5 Gending Klaseman 14 Dringu Randuputih 6 Krejengan Opo-opo 15 Paiton Sukodadi 7 Gending Bulang 16 Gading Nogosaren 8 Pakuniran Betektaman 17 Sumber Pandansari 9 Gading Bucor wetan 18 Sumber Cepoko
Sumber : Bappeda Kabupaten Probolinggo
Konsumsi pangan penduduk Kabupaten Probolinggo sudah mencukupi secara kuantitas namun belum berkualitas. Konsumsi energi dan protein di Kabupaten Probolinggo tahun 2016 sebesar 2.078 kkal/kap/hari (96,6% AKE) dan 55,9 g/kap/hari (98% AKP). Adapun konsumsi energi dan protein tahun 2017 sebesar 2.055 kkal/kap/hari (95,5% AKE) dan 55,5 gr/kap/hari (97,3 AKP). Konsumsi energi menurun sebesar 1.1% konsumsi protein menurun sebesar 0,72% dari tahun 2017 terhadap tahun 2016. Skor PPH Kabupaten Probolinggo tahun 2016 adalah 69, meningkat sebesar 4,3% menjadi
72 pada tahun 2017. Konsumsi padi-padian dan gula sudah
mencukupi standar ideal. Kelompok pangan lainnya yaitu umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji berminyak, kacang-kacangan, serta sayur dan buah masih belum memenuhi standar ideal.
Pada tahun 2016, pola konsumsi pangan sumber karbohidrat penduduk adalah beras (71%), terigu (16%), dan jagung (10%). Pada tahun 2017, pola konsumsi pangan sumber karbohidrat adalah beras (70%) dan terrigu (21%). Jagung tidak lagi menjadi konsumsi pangan sumber karbohidrat. Selain ikan dan kacang kedelai, pola konsumsi
Halaman 22
pangan sumber protein pada tahun 2016 adalah kacang kedelai (45%), ikan (19%), daging unggas (10%), telur (10%), dan susu (9%). Adapun pola konsumsi pangan sumber protein pada tahun 2017 memiliki pola yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu kacang kedelai (40%), ikan (22%), daging unggas (13%) , telur (11%), susu (6%) dan daging ruminansia (5%). Pola konsumsi vitamin dan mineral pada tahun 2016-2017 adalah sayuran dan buah-buahan. Minyak sawit adalah sumber kelompok minyak dan lemak yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini terlihat dari kontribusi konsumsi energi minyak sawit tahun 2016 dan 2017 sebesar 90% dan 93% berturut-turut. Gula pasir menjadi pola konsumsi pangan sumber gula dengan kontribusi energi sebesar 98%.
Tabel 1.6. Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2017
No Kelompok Pangan Gram/ kapita/ hari Kkal/ Kapita/ hari % AKE 2 g/kapita/ hari % AKP 3 1 Padi-padian 326,5 1.329 61,8 29,5 51,6 2 Umbi-umbian 48,5 54 2,5 0,5 0,9 3 Pangan hewani 71,3 111 5,2 11,5 20,2 4 Minyak dan Lemak 23,6 213 9,9 0,0 0,0 5 Buah/ Biji
berminyak 2,1 12 0,6 0,2 0,4
6 Kacang-kacangan 34,0 86 4,0 8,7 15,3
7 Gula 33,1 121 5,6 0,0 0,0
8 Sayur dan buah 152,9 85 3,9 2,8 4,9
9 Lain-lain 70,8 45 2,1 2,3 4,0
Total 2.055 95,6 55,5 97,3
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
2 Angka Kecukupan Energi : 2.150 kkal/ kapita/ hari 3 Angka Kecukupan Protein : 57 g /kapita /hari
``
Halaman 23
Kemandirian pangan di suatu wilayah dianalisis
berdasarkan perspektif swasembada pangan dimana
pemenuhan kebutuhan (konsumsi) pangan diutamakan
berasal dari kemampuan produksi pangan wilayah.
Kemandirian energi di Kabupaten Probolinggo adalah
3.527 kkal/kapita/hari (147% AKE), protein sebesar 94,3
g/kapita/hari (94,3 %AKE) dan skor PPH 55,8. Kondisi ini
menunjukkan
bahwa
secara
umum
Kabupaten
Probolinggo tergolong surplus pangan (>110% AKE) 57
gram namun pangan yang diproduksi keragamannya
masih rendah. Produksi pangan padi-padian (beras,
jagung), umbi-umbian dan sayuran sudah mampu
memenuhi kebutuhan penduduknya dan berpotensi
ekspor. Namun produksi kelompok pangan lainnya masih
belum mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk
secara ideal dan harus dipenuhi dari pasokan (impor)
pangan.
Tabel 1.7. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Pangan di Kabupaten Probolinggo berdasarkan komoditi pertanian Tahun 2017
No Komoditi Produksi (ton) Konsumsi (ton) Surplus/ Defisit (ton) 1 Beras 179.832 97.549,75 82.282 2 Jagung 229.366 4.082,74 184.115 3 Ubi kayu 44.795 16.110,25 28.685,35 4 Kedelai 126 13.682,68 -13.556 5 Daging sapi 3.913 2.202,03 1.711,53
Halaman 24 6 Daging ayam Tidak ada
data 2.202,03 Tidak ada data 7 Daging Kambing 121 2.202,03 (2.080,72) 8 Daging Kambing Domba 259 2.202,03 (1.942,04) 9 Daging ayam ras 1.558 2.202,03 (643,96) 10 Daging ayam buras 15 2.202,03 (2.186,54) 11 Telur ayam buras 797 2.202,03 (1.404,26) 12 Telur itik 2.454 2.202,03 252,07 13 Telur ayam ras 1.801 2.202,03 (400,09) 14 Daging sapi 24.096 2.202,03 21.893,97 15 Daging ayam 3.913 2.202,03 1.711,53 16 Daging Kambing
Domba 121 2.202,03 (2.080,72) Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP (2018)
Keamanan Pangan bagi masyarakat masih belum dapat
dipenuhi, karena perlakuan proses produksi pangan segar masih belum dapat dipantau secara baik dan pendidikan bagi produsen
pangan masih belum terselenggara secara optimal.
Salah satu proses meningkatkan keamanan pangan adalah dengan meningkat standar keamanan produksi hasil pangan segar
yang diproduksi oleh para petani di Probolinggo, hal ini dilakukan UPT Pengawasan dan Sertifikasi Hasil Pertanian. Untuk saat ini UPT ini masih dalam tahap pembangunan gedung UPT. Sehingga tidak banyak yang bisa diperoleh dari UPT ini.
d.2. Permasalahan Urusan Pertanian (Pilihan)
Secara umum masalah Urusan pertanian berkaitan dengan bagaimana mendapatkan nilai tambah pada subsektor bahan pangan, hortikultikultura, dan perkebunan. Nilai tambah dapat
``
Halaman 25
diketahui dengan menggunakan indikator Produksi sektor Tanaman Pertanian. Sebagaimana kecenderungan pada tahun-tahun terakhir sektor Pertanian semakin sulit untuk meningkatkan laju pertumbuhannya. Indikator Produksi tanaman pertanian ini juga terkait secara langsung pendapatan para petani. Baik produksi tanaman pertanian maupun pendapatan petani saling
mempengaruhi secara langsung. Namun peningkatan produksi
tidak selalu meningkatkan pendapatan petani, selama beberapa tahun terakhir ini semakin banyak faktor yang berpengaruh seperti
kebijakan impor komoditi pertanian, persaingan komoditi yang sama antar daerah, kelembagaan petani yang belum menunjang, tata niaga lokal komoditi pertanian yang kurang menguntungkan, dan kapasitas pasca panen yang masih rendah.
Sedangkan untuk produksi pertanian mengalami kesulitan yang sangat besar di 2 (dua) tahun terakhir (tahun 2017-2018), dimana produksi pertanian mengalami penurunan yang sangat drastis akibat serangan hama penyakit
dan kurangnya air untuk pertanian. Sebagaimana terlihat pada tabel 3.2. dimana tanaman padi mengalami penurunan yang signifikan. Untuk tanaman lainnya dari tahun ke tahun secara
Halaman 26
perlahan mengalami penurunan produksi (tanaman ubi kayu,
tembakau, mangga, tebu, kedelai, kelapa, dan lainnya).
Berdasarkan data yang ada penurunan ini terjadi karena alih
komoditi (ke padi atau ke jagung atau ke sengon) atau terjadi alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (pemukiman, jalan, dan
lainnya).
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo tahun 2016 bersama dengan Universitas Airlangga menunjukkan bahwa bahwa permasalahan terbesar yang dirasakan petani di Kabupaten Probolinggo adalah masalah Stabilitas Harga. Hingga sekarang harga komoditi pertanian belum memuaskan dan belum dapat memberikan kesejahteraan kepada petani secara layak.
Secara umum ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran masih menjadi permasalahan. Ketidakseimbangan ini merugikan produsen (petani) dan konsumen (masyarakat) karena ketidakpastian yang tinggi menyebabkan barang / komoditi
Sumber: Evaluasi Indeks Kepuasan Masyarakat
terhadap Dinas Pertanian Unair (2016)
``
Halaman 27
pertanian tidak tepat waktu panen dan konsumsi, dan menimbulkan kerugian akibat kerusakan-kerusakan yang dialaminya selama masa tunggu antara panen dengan masa konsumsi.
Masalah harga ini juga disebabkan oleh petani tidak bisa mengelola hasil produksinya, dimana petani secara umum tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan hasil panennya secara maksimal beberapa sebab antara lain :
o Petani terikat untuk segera menjual dengan para pemodal yang memberikan sarana produksi saat budidaya
o Petani membutuhkan dana untuk kehidupan sehari-hari; o Hasil panen tidak maksimal (rusak akibat serangan OPT),
sehingga dijual dengan dengan umur tanaman tidak maksimal
o Biaya panen semakin mahal, misalnya ketiadaan prasarana (jalan usaha tani)
o Petani tidak memanen hasil panennya sendiri, petani tidak mau mengalami keruwetan dalam masalah panen dan pemasaran.
Stabilitas harga komoditi pertanian, Harga komoditi pertanian
setiap tahun selalu mengalami fluktuasi, dimana hal tersebut telah menyulitkan bagi produsen dan konsumen. Tingkat harga komoditi pertanian terkait dengan tingkat produksi yang selalu berubah setiap waktu dan keadaan. Selama lima tahun terakhir (2014-2018) terjadi lonjakan inflasi beberapa kali akibat tingkat harga komoditi pertanian, utamanya tanaman pangan (padi) dan tanaman hortikultura (bawang merah dan cabe). Beberapa sebab utama fluktuasi harga komoditi pertanian yang tinggi antara lain :
Halaman 28
o Produksi komoditi yang sama di daerah lain, dengan sering terjadinya bencana alam yang mengakibatkan puso menyebabkan lonjakan harga komoditi;
o Petani kebanyakan sangat tergantung kepada pola pemasaran tradisional. Sebagaimana contohnya terjadi pola kemitraan tradisional pemasaran bawang merah yang melibatkan petani, kios pertanian, pedagang lokal, pengepul, pedagang besar dimana proses pembiayaan yang didapatkan oleh petani pada awal budidaya membawa konsekuensi pada penjualan hasil panen yang tidak menguntungkan para petani dibandingkan potensi keuntungan yang seharusnya didapatkan.
o Kualitas yang menurun akibat perubahan cuaca dan serangan hama penyakit;
o Semakin mudahnya akses teknologi informasi mempengaruhi perubahan harga komoditi secara cepat; o Kebijakan impor komoditi pertanian, isue impor bagi petani sering dianggap tidak berpihak kepada para petani, pada beberapa kasus petani tebu sering melakukan proses terhadap kebijakan impor gula oleh pemerintah. Sistem pasar bebas menyebabkan hasil lelang gula harus berhadapan dengan gula impor, sehingga menyulitkan peningkatan harga gula lokal;
o Tidak tersedianya sarana pasca panen dan pengolahan komoditi pertanian yang memadai dalam mendongkrak daya saing komoditi pertanian. Hal ini terjadi pada komoditi tebu, dimana animo petani tebu dalam budidaya sering terkendala dengan proses penggilingan tebu di pabrik gula. Harapan yang tinggi sering tidak
``
Halaman 29
tercapai karena hasil proses penghitungan rendemen dianggap rendah, dengan beberapa sebab seperti antrian penggilingan yang panjang.
o Kurang sesuainya mutu komoditi dengan permintaan pasar, Hal ini terjadi pada tanaman jagung, Dimana hasil panen jagung Kabupaten Probolinggo kurang memenuhi mutu produk yang diharapkan beberapa perusahaan pembeli karena dianggap masih kotor, tingkat kerusakan yang besar. Disini pengaruh varietas benih jagung dengan produktivitas yang tinggi kadang tidak bagus jika diolah dengan teknologi pasca panen yang dimiliki perusahaan tersebut, akibatnya jagung Probolinggo dibeli dengan harga yang lebih rendah dari jagung wilayah lain (Banyuwangi atau Situbondo)
Disamping permasalahan yang dirasakan oleh petani sebagaimana hasil survei diatas maka terdapat persoalan besar yaitu masalah perubahan iklim, kerusakan lingkungan, dan
bencana alam yang membawa konsekuensi kinerja bidang
pertanian. Sedangkan untuk menjaga tingkat kestabilan harga komoditi (terutama komoditi hortikultura) diperlukan kemitraan, namun hal tersebut tidak mudah. Selama ini para petani kesulitan
mencari pihak yang dapat diajak bermitra secara langsung dalam
menampung hasil panen mereka.
Banyak tanaman buah dan tanaman perkebunan tahunan (misalnya mangga, alpokat, kelapa, dan kopi) yang mengalami
penurunan produktivitas-beberapa penyebabnya antara lain tanaman tua atau rusak akibat diserang penyakit sehingga perlu
Halaman 30
Gambar 3.4. Grafik Produktivitas tanaman buah di Kabupaten Probolinggo tahun 2002-2017
Sumber : Statistik Pertanian DKPP (2002-2017)
Serangan hama penyakit, Sejak beberapa tahun terakhir
sering terjadi serangan organisme pengganggu tanaman secara masif sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar. Terjadinya serangan OPT yang masif ini bersamaan dengan perubahan iklim yang tidak pasti (hujan sepanjang tahun ataupun cuaca yang sangat panas) sehingga mendorong perkembangbiakan OPT yang ekstrim. Penyebab lain adalah pola budidaya tanaman pertanian yang masif sehingga mengganggu ekosistem, seperti misalnya tahun 2017 terjadi ledakan (outbreak) serangan hama wereng coklat pada tanaman padi sehingga menyebabkan ratusan hektar mengalami penurunan produktivitas dan puso. Pada kasus ini terjadi resurjensi karena hama tidak mempan dikendalikan secara kimia, proses terjadi karena sejak tahun 2015 dilakukan penamaman padi secara masif. Kejadian pada tanaman padi juga terjadi pada tanaman bawang merah,
``
Halaman 31
dimana petani harus mengeluarkan biaya ektra untuk pengendalian hama ulat bawang (spodoptera exiqua).
Serangan hama penyakit pada tanaman padi – berdasarkan kawasan padi terdapat perbedaan karakter seranngan OPT seperti misalnya Kecamatan Gading yang lebih banyak mengalami serangan hama tikus dibandingkan jenis OPT lain.
Pada tanaman kelapa banyak terjadi serangan hama kwangwung, pada daerah sepanjang pantai utara, sehingga sepanjang pantai utama tidak layak untuk pengembangan tanaman kelapa.
Ketersediaan air semakin terbatas, Para petani dalam
melakukan budidayanya tergantung kepada ketersediaan air, Selama kurun waktu 2010-2017 budidaya pertanian cenderung mengalami penurunan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi adalah ketersediaan air, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini yang menunjukkan adanya kecenderungan penurunan indeks penanaman padi selama 4 tahun terakhir. Penanaman padi 3 kali menurun menjadi 2 atau 1 kali tanam. Penurunan luas tanam padi ini disebabkan oleh peralihan ke komoditi non padi yang lebih sedikit memerlukan air, seperti tanaman jagung, tembakau, ataupun tanaman hortikultura (cabe dan bawang merah).
Subsidi pupuk, Para petani sering mengalami permasalahan
dengan ketersediaan pupuk, dimana waktu tanam dan
ketesediaan pupuk tidak selalu sinkron. Di wilayah yang agak jauh
dari pusat perkotaan, petani sering tidak mendapatkan pupuk yang
Halaman 32
produktivitasnya sangat rendah (hal ini dibuktikan dengan data
ubinan yang ada). Penyebabnya adalah petani belum memiliki
pengetahuan dan kemampuan / akses dalam mengaplikasikan teknologi pemupukan.
Upaya pemerintah dalam memperbaiki distribusi pupuk bersubsidi melalui kartu tani masih belum optimal akibat belum
selesainya pendataan para petani secara akurat sehingga bisa
diaplikasikan oleh pihak bank sebagai penyalur dana.
Penggunaan alsintan, masih belum optimal, selama 5 (lima)
tahun terakhir ini bantuan alsintan sangat banyak dan telah dibentuk kelompok-kelompok tanam panen (brigade alsintan). Namun seringkali alat mesin pertanian yang dibantukan tidak dapat diaplikasi secara optimal, penyebabnya adalah ketidaksesuaian alsintan mesin dengan kondisi lahan, suku cadang yang rusak. Bantuan alsintan yang terdahulu belum didukung kesiapan yang memadai tentang kelembagaan, ketrampilan kelompok, kesiapan prasarana utamanya jalan usaha tani.
Berkurangnya lahan pertanian baik lahan sawah maupun non sawah, permasalahan alih fungsi lahan pertanian merupakan
permasalahan yang terjadi di mana-mana, dan mengancam tingkat produksi hasil pertanian. Dari data penggunaan lahan terlihat bahwa terdapat penurunan penggunaan lahan untuk budidaya pertanian. Perubahan ini tidak bisa dihindari, namun yang perlu dilakukan adalah penataan alih fungsi lahan melalui penetapan RTRW dan RDTR, sehingga perubahan alih fungsi tidak liar dan merusak lahan pertanian yang masih berpotensi. Untuk saat ini telah ditetapkan LP2B yang berfungsi sebagai kendali perubahan lahan pertanian.
``
Halaman 33
1. Semakin banyak alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian. Pada tahun 2018 dilakukan identifikasi dan verifikasi luas sawah tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan oleh BPN dimana hasil akhir ditemukan luasan
39.525 Ha, angka ini menjadi bahan bagi pemerintah pusat
dalam mengambil kebijakan tentang PLP2B;
Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi adalah diluar LP2B, sebagaimana diketahui bahwa luas LP2B yang ditetapkan adalah 38.692 Ha sehingga untuk mengendalikan luasan LP2B itu dibentuk TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah) yang secara teknis menilai pemanfaatan tata ruang khususnya lahan-lahan pertanian yang akan dialihfungsikan.
Dalam prakteknya walaupun Luas LP2B masih tetap namun
masih ada penurunan luas lahan pertanian di area non
LP2B, dan sawah tersebut adalah sawah yang cukup produktif. Hal inilah yang secara langsung mengurangi kinerja produksi tanaman pertanian. Peruntukan paling banyak adalah Permukiman, industri pengolahan, dan
gudang.
Namun pengendalian lahan ini masih banyak kendala diantaranya adalah belum adanya data kepemilikan LP2B by name
by adress. Berdasarkan Perda nomor 10 tahun 2015 tentang PLP2B,
dalam pelaksanaan harus mempunyai data kepemilikan lahan pertanian di kawasan PLP2B dalam bentuk by name by adress.
Berkembangnya secara pesat pohon sengon di wilayah Kabupaten Probolinggo telah mengikis produksi tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan. Perkembangan lima tahun
Halaman 34
terakhir ini terjadi alih fungsi tananam jagung, tanaman mangga, tanaman ubi kayu ke tanam sengon. Selain itu tanaman sengon di sinyalir sebagai penyebab penurunan kualitas tanaman pertanian lainnya, karena tingginya pohon sengon yang menutupi tanaman lainnya dari sinar matahari.
Kelembagaan petani yang masih lemah, Jika dibandingkan
dengan kelompok tani di Jawa Timur maka Kelompok tani di Kabupaten Probolinggo masih bisa dianggap tertinggal. Persoalan ini kelembagaan ini tentu saja sangat menentukan kinerja bidang pertanian di Kabupaten Probolinggo terutama bagaimana petani secara umum menerapkan teknologi pertanian yang ada.
Sebaran kelas kelompok tani ini yang perlu diperhatikan adalah kelompok tani Pemula yang masih banyak di Kabupaten Probolinggo, jika dilihat korelasi antara kelompok pemula dengan kinerja maka terlihat bahwa daerah dengan kelompok pemula yang dominan juga mengalami kinerja yang tidak bagus.
Jika dilihat grafik disamping terlihat kelompok tani pemula mempunyai komposisi
mencapai 69 % hal ini saja menjadi perhatian bagaimana
mengangkat kelompok
tani pemula menjadi kelompok tani lanjutan. Tentu saja ini berkorelasi dengan hasil survey
yang menunjukkan perlunya meningkatkan kunjungan PPL kepada para petani.
``