• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROFIL JAMBI TV

G. Konten Berita

a. Komposisi Siaran

Komposisi siaran yang menjadi keunggulan Jambi Tv adalah dominannnya muatan lokal (local content) yang mencapai 85 %, sedangkan 15 % lainnya adalah muatan nasional dan internasional. Khusus muatan-muatan lokal disusun dengan mengutamakan :25

a) Kebudayaan dan pariwisata daerah b) Kearifan lokal (local genius)

c) Apresiasi tentang pentingnya pembangunan daerah yang berbasis kebudayaan daerah.

Dengan sajian berita yang lebih bersahabat, karena pemanfaatan bahasa dan image yang lebih ramah dan soft (tidak berdarah-darah), actual dan informative, karena berita terkini disajikan dengan ringkat dan jelas dengan topik-topik yang hangat.Sajian berita yang bersifat netral atau tidak memihak dan dapat dipercaya.

25Ade Putra Wijaya, Wakil Pimpinan Redaksi Jambi Tv, Wawancara dengan Penulis, 22 Agustus 2018, Jambi

Content Local

85%

Content Univ ersal

15% Live

Recorded 40%

60%

H. Target Penonton

Target pemirsa dari penyelenggaraan siaran Jambi Tv dalam tahap awal ditujukan kepada masyarakat Kota Jambi (lokasi televisi) dan sekitarnya, dan dalam lima tahun ke depan Jambi Tv target market yang dituju dapat dijangkau secara optimal apabila semua strategi bisnis, program kerja dan organisasi yang disusun dapat berjalan dengan baik.26

Menurut data sensus kependudukan terakhir, jumlah penduduk Kota Jambi sekitar 700.000 jiwa, atau sekitar seperlima jumlah penduduk Provinsi Jambi.Jumlah tersebut, baik tingkat Kota maupun Provinsi, memang tidak sebesar penduduk kota-kota atau Provinsi-provinsi terutama di pulau Jawa.

Berdasarkan studi tentang target market yang dilakukan Jambi Tv, maka didapat datatentang profil pemirsa :

26Ade Putra Wijaya, Wakil Pimpinan Redaksi Jambi Tv, Wawancara dengan Penulis, 22 Agustus 2018, Jambi

60%

40%

Berdasarkan Kelompok Gender

Perempuan

Laki-laki 30%

Religi 15%

Talksh ow 25%

Sport 5%

n 15%

Anak-anak 10%

10%

20%

45%

25%

04-10 thn

11-20 thn 21-30 thn 31 thn ke atas

10% 20%

25%

20%

15%

10%

Profil Pemirsa Berdasarkan Status

anak-anak

pelajar/mahasiswa ibu rumah tangga karyawan/pegawai wiraswasta

lain-lain

25%

65%

10%

Berdasarkan Tingkat Sosial ekonomi

atas

menengah bawah

60%

40%

Berdasarkan Domisili

Perkotaan Pinggiran

BAB III

Implementasi Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia Jambi TV

A. Implementasi Kode Etik Jurnalistik PWI terhadap wartawan Jambi TV Kode etik jurnalistik adalah acuan moral yang mengatur tingkah laku seorang wartawan, Kode etik jurnalistik PWI pada dasarnya tetap mengacu pada Kode Etik Jurnalistik No. 40 Tahun 1999 tentang pers.27 Namun secara umum anggota PWI harus menerapkan hal hal yang bisa menjamin terpenuhnya tanggung jawab seorang wartawan kepada public.

1. Tanggung jawab

Tugas dan kewajiban adalah mengabdikan diri kepada kesejahtraan umum dengan memberi masyarakat informasi yang mereka hadapi. Berdasarkan hasil observasi pada saat dilapangan setiap wartawan yang akan terjun kelapangan, pimpinan akan memberikan arahan dan petunjuk sehingga diharapkan hasil kerjanya benar-benar maksimal.

Sikap profesionalisme tentu sangat diutamakan dari berbagai profesi yang dilakoni oleh setiap individu. Baik bekerja di ruang lingkup instansi pemerintahan, TNI/Polri, wartawan, akademisi, pengusaha dan lainnya. Ini merupakan menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya saat melakukan suatu pekerjaan itu sendiri, dan tergantung ruang lingkup profesinya masing-masing.

Semua itu tidak terlepas dari pada etika khusus dalam penerapan prinsip-prinsip moral dasar berkehidupan, tingkah laku dalam melaksanakan tugas adalah sangat diperlukan sikap profesionalitas dan beretika baik. Terlebih, berprofesi menjadi seorang jurnalis yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas, berbagai kalangan masyarakat terdapat keterkaitannya dalam suatu pemberitaan

27Kustadi Suhandang. Pengantar Jurnalistik. Bandung : Nuansa, 2004

yang dimuat dalam media massa. Beragam saluran media yang dimanfaatkan oleh para jurnalis untuk menyajikan berita setiap harinya kepada masyarakat, yaitu seperti media cetak, elektronik, dan online.

Profesi wartawan merupakan suatu pekerjaan yang mulia, karena mereka bekerja demi kepentingan masyarakat luas pada umumnya. Apabila pekerjaan tersebut akan dimanfaatkan dengan baik dan tanpa melanggar kaidah-kaidah jurnalistik, maka seorang jurnalis itu akan mendapatkan kepercayaan penuh dari masyarakat atau pembaca, pemirsa. Berita yang dikupaspun sangat beragam baik di bidang pendidikan, budaya, hukum, politik, sosial, ekonomi dan sebagainya, tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang jurnalis dalam menjalankan tugasnya dilapangan.28

Selain itu, tugas wartawan juga diatur dalam Undang-Undangn Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers. Artinya, dari liputan atau hasil karya jurnalis tersebut meliputi kode etik jurnalistik yang harus diikuti saat bertugas, maka standar kompetensi itu menjadi alat ukur profesionalitas wartawan. Untuk itu, profesionalisme dalam pemberitaan merupakan keharusan bagi seorang jurnalis seperti tidak menyebutkan nama dan identitas korban kejahatan asusila, tidak memberitakan informasi yang menyesatkan untuk masyarakat, wartawan dilarang beropini dalam suatu berita serta hal serupa lainnya.

Karena wartawan berbeda dengan para pengelola bloger merupakan orang yang memanfaatkan informasi teknologi, untuk menyampaikan sesuatu yang mungkin saja terkait dengan berbagai kejadian di tengah masyarakat. Mereka juga bisa menulis opini dengan menggunakan referensi yang mungkin saja akurat, tetapi tidak menutup kemungkinan akan terdapat kekeliruan, bahkan beberapa di antaranya (para bloger) cenderung memanfaatkan demi kepentingan tertentunya saja. Oleh sebab itu, mereka tidak berpodoman menyangkut kode etik jurnalistik

28 Onong Uchjana Effendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2007

tersebut, karena tidak ada keterkaitan langsung dengan khalayak atau masyarakat publik sebagaimana yang dilakukan para wartawan.

Wartawan profesional adalah mampu menjaga keseimbangan berita, menjunjung tinggi ketidakberpihakan dan menjaga etika profesi. Karena, untuk menjadi wartawan yang sesungguhnya yaitu tidak cukup hanya mengandalkan mampu dalam menulis berita, akan tetapi bagaimana mampu menguasai dari berbagai hal atas ketentuan yang diberlakukan dalam ilmu jurnalistik tersebut.

Kecepatan dan ketelitian menjadi kompetensi yang diharapkan media dari profesi seorang jurnalis, dikarenakan pekerjaan itu mengemban tanggung jawab yang sangat besar terhadap masyarakat atau publik.29

Konsekuensi jurnalis profefional adalah berperan memabntu masyarakat dalam berbagai macam fenomena yang terjadi, di tengah perkembangan teknologi begitu pesat seperti saat ini tentunya banjir informasi yang diperoleh masyarakat.

Maka jurnalis bagaimana memberikan mana berita yang dapat dipercaya, dan dapat diyakini kebenarannya serta akurasi suatu berita.

Disamping itu sikap independen dari seorang wartawan menjadikan suatu kewajiban baginya, di mana setiap berita yang disajikan harus ada keseimbangan dan jangan sampai terjadinya kerugian dari salah satu pihak. Sebab, seorang jurnalis bisa menyandang gelar profesional apabila ia mampu memahami apa tugas dan tanggung jawabnya, serta bagaimana jurnalis harus menjalankan profesinya dengan baik, benar dan berkesinambungan. Jurnalis profesional harus memahami kode etik jurnalistik secara menyeluruh, namun dalam kegiatan jurnalistik dan se-profesional seorang wartawan tentu tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang pada kenyataannya tidak disengaja.

Namun, terlepas dari pada itu bahwa jurnalis harus mengedepankan kode etik jurnalistik ketika menjalankan tugasnya sebagai seorang jurnalis. Memang mayoritas media maupun seorang wartawan yang sering didapatkan selama ini, banyak pula yang telah menyimpang dari norma-norma itu sendiri, artinya hanya

29 Hafid Cangara. Pengatar Ilmu Komunikasi Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers. 2012.

memikirkan untuk bisa mendapatkan keuntungannya saja dalam bekerja dan tanpa memperhatikan prinsip-prinsip penegakan kode etik tersebut.

2. Kebebasan

Kebebasan berbicara dan meyatakan pendapat merupakan hak milik setiap masyarakat dan seorang wartawan menjamin bahwa urusan public diselenggarakan secara public. Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Ade Putra Wijaya yang merupakan Wakil Pimpinan Redaksi sekaligus anggota PWI.

“[P]ada hakikatnya wartawan dituntut selalu bebas dalam arti dengan mengikuti aturan-aturan yang berlaku.Dengan Kode etik jurnalistik tidak dapat diintervensi dengan piha manapun, tidak takut dengan pihak manapun kalau yang diberitakan memang benar-benar dan kongkrit”.30 Kebebasan pers adalah kebebasan dalam konsep, gagasan, prinsip, dan nilai cetusan yang bersifat nalriah kemanusiaan di mana pun manusia berada.

Nilai kemanusiaan adalah naluri mengeluarkan perasaan hati kepada orang lain sebagai pribadi yang suaranya ingin diperhitungkan dan timbul dari keinginannya untuk menegaskan eksistensinya. Untuk itu, jenis kebebasan meliputi hal-hal berikut.

1. Kebebasan pers

2. Kebebasan berpikir dan mengeluarkan pendapat 3. Kebebasan berbicara

Kebebasan untuk menyampaikan, mempunyai, dan menyiarkan pendapat melalui pers dijamin oleh konstitusi negara di mana pun pers berada. Oleh sebab itu, jaminan kebebasan pers bersifat universal. Hal ini dijamin dalam Piagam HAM PBB (Universal Declaration of Human Rights) Pasal 19 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan mengeluarkan pendapat.31 Dalam hal

30Ade Putra Wijaya, Wakil Pimpinan Redaksi, Wawancara dengan Penulis, 22 Agustus 2018.

31 Zulkarimein Nasution, Etika Jurnalisme. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

ini termasuk kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media apa pun dengan tidak memandang batas-batas wilayah.32

Kebebasan berbicara untuk memperoleh informasi merupakan salah satu hak asasi manusia. Hak asasi tersebut dijamin dalam ketentuan perundang-undangan dan merupakan hak setiap warga negara. Negara Indonesia telah menjamin hak kebebasan berbicara dan informasi bagi warga negara. Jaminan kebebasan berbicara dan informasi itu, antara lain sebagai berikut.33

a) Pasal 28 UUD 1945, "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang."

b) Pasal 28 F UUD 1945, "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia."

c) Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, Bab VI, Pasal 20 da 21 yang isinya sebagai berikut. (20) "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya." (21) "Setiap orang berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluaran yang tersedia."

d) Undang-Undang No. 29 Tahun 2000 Pasal 14 Ayat 1 dan 2 tentang Hak Asasi Manusia. (1) "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperolah informasi yang diperlukan untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya." (2) "Setiap orang berhak untuk

32https://childrenandarmedconflict.un.org/keydocuments/indonesian/universaldeclara1.ht ml

33Budi Winarno. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Yogyakarta: MedPress. 2008

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis sarana yang tersedia."

3. Independensi

Wartawan dalam menyajikan berita harus independen, bebas dari pengaruh-pengaruh apapun, sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku serta tak bertentangan dengan kode etik jurnalistik, mengutamakan kepentingan umum.

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik:34

34Wahyu Wibowo. Menuju Jurnalisme Beretika. Jakarta: Kompas. 2009

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

Pasal 2

Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Pasal 6

Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

Pasal 7

Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.

Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani.

Pasal 9

Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.

Pasal 10

Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers.Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

4. Kebenaran

Wartawan adalah mata telinga dan indera dari masyarakat, dia harus senantiasa berjuang untuk memelihara kepercayaan masyarakat dengan menyajikan berita yang aktual, akurat dan berimbang tentu harus bebas dari bias.Hal ini penulis melakukan wawancara dengan Multazam yang mengatakan bahwa.

“[K]ebenaran dalam membuat berita merupakan salah satu usaha untuk menarik pemirsa untuk tetap konsisten melihat berita dari jambi tv, tentunya dengan ketentuan kode etik jurnalistik kami yakin dapat terus menyajikan berita yang menarik”35

5. Tidak Memihak

Laporan berita dan opini harus secara jelas dipisahkan. Wartawan, reporter atau jurnalis merupakan jurnalisme, yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita berupa laporan dan video dikirimkan atau dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dapat publikasikan dalam media seperti Koran, radiot, majalah, film, dan dokumentasi.

Begitu halnya wartawan, wartawan bisa dianggap professional ketika dalam kegiatan jurnalistik mereka mentaati dan menjalankan aturan dan norma yang ada di dalam kode etik jurnalistik dalam hal ini anggota PWI harus patuh dan aturan aturan yang ada di PWI. Seorang anggota PWI harus bisa melakukan hal hal berikut:

a) Memiliki kealian tertentu yang diperoleh melalui penempaan, pengalaman, pelatihan atau pendidikan khusus dibidangnya.

b) Mendapat gaji, honorium atau imbalan materi yang layak sesuai dengan keahlian, tingkat pendidikan atau pengalaman yang diperolehnya.

35Multazam, Wartawan Jambi TV, Wawancara dengan Penulis, 22 Agustus 2018.

c) Seluruh sikap, perilaku dan aktivitas pekerjaannya dipagari dan dipengaruhi oleh keterikatan dirinya secara moral dan etika terhadap kode etik profesi.

d) Secara sukarela bersedia untuk bergadung dalam salah satu organisasi profesi yang sesuai dengan keahliannya.

e) Memiliki kecintaan dan dedikasi luar biasa terhadap bidang pekerjaan yang dipilih dan ditekuni.

f) Tidak semua orang mampu melaksanakan pekerjaan profesi tersebut karena untuk bisa menyelaminya menyertakan pengusaan keterampilan atau keahlian tertentu. Contoh bidang pekerjaan yang masuk dalam jalur profesi antara lain dokter, wartawan, pengacara, mubaliq, akuntan dan konsultan.

Dengan merujuk kepada keenam ciri tersebut, maka jelas pers termasuk bidang pekerjaan yang mensyaratkan kemampuan profesisonalisme.Sebagai lembaga kemasyarakatan pers memang sangat luwes, fleksibel dalam menyikapi apapun persoalan atau fenomena yang tibul dan berkembang dalam masyarakat.

Merujuk dari ciri di atas maka penulis melakukan wawancara dengan bahtiar :

“[S]ejak memulai profesi sebagai wartawan kita dituntut mentaati kode etik jurnalistik, terlebih wartawan yang telah bergabung dengan PWI maka wajib hukumnya menaati kode etik jurnalistik”36

Dan dari hasil penelitian ini senada juga dikatakan oleh Ade Putra Wijaya dalam wawancara dengan penulis mengatakan :

“[W]artawan yang professional ialah wartawan yang bekerja mengikuti aturan kode etik jurnalistik, tidak melanggar aturan yang telah di tetapkan, kode etik merupakan hal yang wajib dijalani oleh setiap wartawan untuk menjadi wartawan yang professional kami dari jambi tv merepakan kode etik tersebut sebagaimana mestinya kepada wartawan, terutama terhadap

36Bahtiar, Redaktur Pelaksana, Wawancara dengan Penulis, 1 September 2018.

wartawan anggota dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) harus menerapkan kode etik jurnalistik sebagai mana seharusnya”37

Setelah melakukan wawancara, penulis menindak lanjuti penelitian yang berada dilapangan khususnya wartawan anggota PWI yang bekerja di Jambi Tv, bahwanya kode etik jurnalistik ini merupakan hal yang bersifat keharusan yang harus ditaati dan dijalankan oleh setiap wartawan, begitu halya Jambi Tv dalam menerapkan kode etik jurnalistik, wartawan dituntut untuk memahami UUD pers didalam melaksanakan tugas jurnalistik pada saat dilapangan, dan dari pihak Jambi Tv sendiri selalu mengingatkan wartawan akan kode etik jurnalistik terlebih anggota PWI.38

B. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik

Setiap pelanggaran kode etik jurnalistik akan membawa dampak yang tidak baik bagi jurnalis itu sendiri. Salah satunya adalah dijatuhkannya sanksi terhadap jurnalis atau wartawan tersebut. Tentunya, setiap jurnalis atau wartawan tidak mengharapkan bahkan sebisa mungkin menghindari sejumlah pelanggaran kode etik jurnalistik sehingga mereka terhindar dari sejumlah resiko dari adanya pelanggaran kode etik jurnalistik tersebut.

Kode etik jurnalistik memang wajib untuk dipatuhi oleh seluruh wartawan yang ada di indonesia. Hal tersebut tentunya memiliki tujuan supaya wartawan tidak seenaknya di dalam bekerja membuat berita tanpa adanya investigasi terlebih dahulu terhadap sejumlah berita yang dibuatnya. Dengan adanya kode etik jurnalistik, maka wartawan harus mampu untuk membuktikan kebenaran dari isi berita yang dibuatnya.

Bisa dikatakan bahwa dewan kehormatan pwi adalah satu-satunya organisasi atau lembaga yang memiliki kewenangan di dalam menentukan sanksi atas kesalahan yang sudah dilakukan oleh seorang jurnalis berdasarkan kode etik

37Multazam, Wartawan Jambi TV, Wawancara dengan Penulis, 10 Agustus 2018.

38Mondry. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia, 2009

jurnalistik yang ada di indonesia. Tentunya, keputusan yang sudah diambil oleh dewan kehormatan pwi tidak bisa diganggu gugat lagi.

Hukuman yang bisa diberikan oleh dewan kehormatan pwi untuk jurnalis yang melakukan pelanggaran kode etik jurnalistik yaitu:39

Pasal 4

1) Organisasi dapat menjatuhkan tindakan organisatoris terhadap anggota karena satu di antara hal-hal berikut:

a. Oleh Dewan Kehormatan dinyatakan telah melanggar Kode Etik Jurnalistik dan dijatuhi tindakan pemberhentian semetara atau pemberhentian penuh dari keanggotaan;

b. Melakukan perbuatan yang merendahkan martabat, kredibilitas dan integritas profesi serta organisasi;

c. Melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga PWI;

d. Menyalahgunakan nama organisasi untuk kepentingan diri sendiri atau orang lain;

e. Terbukti tidak lagi melaksanakan profesi pekerjaan wartawan;

f. Dijatuhi hukuman oleh pengadilan karena melakukan tindak pidana.

2) Tindakan organisasi dapat berupa:

a. Peringatan keras;

b. Pemberhentian sementara;

c. Pemberhentian penuh.

Pasal 5

1) Pemberhentian sementara atau penuh berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud di dalam ayat (2-b dan 2-c) pasal 4, diusulkan oleh pengurus Provinsi kepada Pengurus Pusat dengan tembusan kepada anggota

39 PWI. Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia.Bandung : Suara Merdeka, 2009.

bersangkutan, penanggung jawab/pemimpin redaksi media tempatnya bekerja.

2) Keputusan Pengurus Provinsi bersifat sementara sampai ada keputusan Pengurus Pusat.

3) Pengurus Pusat dapa menyetujui, mengubah atau menolak tindakan organisatoris yang di usulkan Pengurus Provinsi.

4) Pada tahap pertama pemberhentian sementara berlaku paling lama 2 tahun dengan ketentuan :

a. Atas usul Pengurus Provinsi, Pengurus Pusast dapat memperpendek atau memperpanjang masa berlakunya pemberhentian sementara yang sedang dijalani;

b. Atas usul Pengurus Provinsi, Pengurus Pusat dapat meningkatkan pemberhentian sementara menjadi pemberhentian penuh.

5) Setiap keputusan Pengurus Pusat yang berkaitan dengan pemberhentian sementara dan pemberhentian penuh harus disampaikan kepada anggota bersangkutan dengan tembusan kepada Pengurus Provinsi, Penanggung Jawab/Pemimpin Redaksi media tempatnya bekerja dan pihak-pihak lainyang dianggap perlu.

Pasal 6

1) Pengurus Provinsi maupun Pengurus Pusat harus memberikan kesempatan kepada anggota untuk membela diri secara tertulis atau dengan menghadirkannya di dalam Rapat Pengurus.

2) Pembeaan diri dapat juga dilakukan di forum Konferensi Provinsi dan Kongres dengan mengajukan terlebih dahulu secara tertulis.

Dengan adanya kode etik ini, maka seharusnya wartawan dapat:

1. Menimbang prinsip-prinsip dasar, nilai-nilai, kewajiban terhadap dirinya dan

kewajiban terhadap orang lain.

2. Menentukan bagi dirinya sendiri bagaimana ia akan hidup, bagaimana ia akan

melaksanakan pekerjaan kewartawanannya, bagaimana ia akan berpikir tentang

dirinyasendiri dan tentang orang lain, bagaimana ia akan berperilaku dan bereaksi terhadap orang-orang serta isu-isu di sekitarnya.40

Wartawan Indonesia juga bekerja berdasarkan kode etik yang disusun mengikuti perubahan dan tuntutan zaman.Kendati kode etik ini tidak langsung berkaitan dengan hukum, tetapi pelanggaran kode etik sangat berpotensi untuk berhadapan dengan hukum.Kode etik wartawan Indonesia mengenal beberapa prinsip utama yang tidak boleh dilanggar.41 Itu meliputi :

1. Wartawan Indonesia harus menghormati hak masyakat untuk memperoleh

informasi yang benar.

2. Wartawan Indonesia menempuh cara yang etis untuk memperoleh dan

menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber berita.

3. Wartawan Indonesia menghormati asa praduga tak bersalah, tidak mencampurkan

adukkan fakta dan opini, berimbang, serta selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat.

4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis,

dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.

5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi.

6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai embargo, latar belakang dan

off the record sesuai kesepakatan.

7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan

serta melayani hak jawab.

Prinsip mematuhi kode etik ini kini semakin penting jika mengingat kesadaran masyarakat akan hukum makin tinggi. Di luar kode etik yang ditetapkan oleh Dewan Pers, sebenarnya pegangan wartawan Indonesia dalam melakukan tugas adalah “berkiblat” terhadap aturan-aturan di dalam undang-undang yang berlaku.

40Wartawan dan Kode Etik Jurnalistik, Rosihan Anwar 1996)

41Masduki. Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Yogyakarta: UII Press, 2014

Dokumen terkait