BAB 3. TINJAUAN KHUSUS PT. KALBE FARMA, Tbk
3.4. Struktur Organisasi PT. Kalbe Farma Tbk
Bagan struktur organisasi PT. Kalbe Farma, Tbk. dapat dilihat pada Lampiran 1.
3.4.1 Departemen Research and Development
Departemen Research and Development (R&D) berperan antara lain dalam pengembangan produk baru, pengatasan masalah produksi, proyek penelitian khusus, penentuan spesifikasi bahan baku untuk manufacturing, penyusunan metode analisa, penentuan shelf-life produk, dan penunjang data untuk penyusunan dossier registrasi (formula, data stabilitas, dan kemasan). Departemen R&D dipimpin oleh seorang R&D Pharma Deputy Director. Departemen R&D mencakup tiga bagian utama, yaitu:
Universitas Indonesia
18
3.4.1.1 Packaging Development (Pengembangan Kemasan)
Tugas utama Packaging Development adalah melakukan penelitian dan pengembangan material kemasan (primer dan sekunder) untuk produk baru, melakukan penelitian dan pengembangan desain produk baru, dan menyiapkan atau menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan meliputi dokumen spesifikasi, metode analisis (MA), dan Prosedur Pengemasan Induk 3 (PPI 3).
3.4.1.2 Formulation (Pengembangan Formula)
Tugas utama Formulation adalah pengembangan produk baru, baik OTC maupun ethical, sesuai dengan perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses pengembangan produk baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar perusahaan, misalnya melalui kegiatan lisensi atau bekerja sama dengan lembaga penelitian/ pendidikan.
3.4.1.3 Analytical Development (Pengembangan Metode Analisis) Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas, dan sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai. Metode analisis yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan acuan analisis pemeriksaan rutin sehingga metode analisis tersebut menjadi valid, efektif, dan praktis. b. Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan di PT.
Kalbe Farma, Tbk.
3.4.2 Departemen Process Development
Pada awalnya Departemen Process Development merupakan bagian dari departemen Research & Development. Pada awal tahun 2007, Process
Development dipisahkan dari Departemen R&D di mana R&D fungsinya lebih ke
arah riset pengembangan produk baru sedangkan untuk Process Development lebih ke produk-produk yang sudah ada (existing product). Secara umum Departemen Proses Development menangani semua produk-produk yang sudah ada (existing), menerima peralihan tanggung jawab terhadap status material yang berubah dari percobaan menjadi induk, dan mengatasi masalah atau trouble
Universitas Indonesia
19
shooting produksi. Departemen Process Development dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu:
3.4.2.1 Formulation (Formulasi)
Tugas utama bagian formulasi adalah memperbaiki atau mengembangkan formula-formula produk existing, mendukung bagian produksi jika ada masalah terutama dalam hal formulasi, dan mendukung bagian pembelian (purchasing) dalam hal diversifikasi raw material. Menyiapkan dokumen untuk bagian produksi, seperti: Prosedur Pengolahan Induk 1 (PPI 1) yang berisi keterangan
Raw Material yang digunakan dan Prosedur Pengolahan Induk 2 (PPI 2) yang
berisi prosedur pembuatan obat dan spesifikasinya.
3.4.2.2 Packaging (Kemasan)
Tugas utama bagian kemasan adalah melakukan penelitian dan pengembangan material kemasan, baik primer dan sekunder, penelitian dan pengembangan tersebut juga mencakup uji stabilitas dan trial di produksi (jika diperlukan). Selain itu bagian kemasan juga melakukan penelitian dan pengembangan desain kemasan produk existing, mulai dari pembuatan konsep, verifikasi sampai dengan penyiapan disket dan print-out final art work untuk dikirim ke supplier kemasan serta menyiapkan/ menyediakan dokumen yang terkait dengan kemasan, seperti Prosedur Pengolahan Induk (PPI) dan Production
Model (PM) Kemas. Bagian ini juga memberi dukungan terhadap bagian lain
untuk masalah-masalah yang terkait/ berhubungan dengan kemasan, seperti pembelian mesin baru di bagian produksi, diversifikasi supplier oleh bagian
Purchasing dan permintaan penyederhanaan prosedur pemeriksaan dari bagian
QC.
3.4.3 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan
Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan/
Production Planning and Inventory Control (PPIC) PT. Kalbe Farma, Tbk.
merupakan bagian dari grup PPIC dari empat situs perusahaan yang berada di bawah grup Kalbe, yaitu PT. Kalbe Farma, Tbk., PT. Dankos Farma, PT.
Universitas Indonesia
20
Hexpharm Jaya, dan PT. Fima. Grup PPIC ini menjadi penghubung antara bagian pemasaran dan distributor, yaitu PT. Enseval Putera Megatrading dengan divisi produksi masing-masing situs. Departemen PPIC berada dibawah koordinasi
Assistant Director Plant. PPIC manager membawahi PPIC specialist, sedangkan
PPIC specialist membawahi empat bagian yaitu Inventory Plannning Control
(IPC), Production Planning Control (PPC), dan Toll Manufacturing. Secara
umum tugas dari departemen ini adalah sebagai berikut:
a) Merencanakan, mempersiapkan, dan mengendalikan proses produksi mulai dari bahan baku sampai obat jadi.
b) Melakukan kegiatan toll manufacturing, meliputi:
1) Toll in, yaitu permintaan produksi dari perusahaan lain yang bisa dipenuhi karena masih tersedia kapasitas.
2) Toll out, yaitu permintaan bantuan produksi ke perusahaan lain karena tidak memiliki fasilitas produksi produk bersangkutan atau karena kapasitas tidak mencukupi.
c) Membuat laporan ke instansi terkait, antara lain hasil produksi, pemakaian material seperti prekursor, dan narkotik/psikotropik.
Tugas dari masing-masing bagian di Departemen PPIC adalah: a. Inventory Planning Control (IPC):
1) Menghitung Evaluasi Kebutuhan Material (EKM) bulanan selama 6 bulan kedepan berdasrkan Rolling Production Plan (RPP).
2) Memantau persediaan bahan baku, wadah, dan kemasan dengan mempertimbangkan prioritas penggunaan material di bagian produksi. 3) Membuat Formulir Permintaan Barang (FPB) untuk material.
4) Memperbanyak dan menurunkan Kartu Produksi (KP) atau Prosedur Pengolahan Induk (PPI)
b. Production Planning Control (PPC):
1) Menerjemahkan rolling forecast (ROFO) yang merupakan permintaan dari PT. Enseval Putera Megatrading menjadi Rolling Production Plan (RPP) dengan mempertimbangkan stock, buffer stock, work in process (WIP),
Universitas Indonesia
21
ROFO merupakan jumlah perkiraan penjualan selama 6 bulan mendatang dalam satuan unit. RPP merupakan rencana produksi yang dibuat setiap 6 bulan mendatang dalam satuan batch.
2) Mengirim RPP ke bagian IPC untuk dijadikan dasar penyusunan Rencana Pemakaian Material (RPM) setiap bulan.
3) Membuat rencana produksi bulanan (RPB) yang berisikan jumlah batch dan target yang harus dicapai oleh Departmen Produksi selama satu bulan. 4) Mengevaluasi pencapaian rencana produksi bulan lalu untuk perencanaan
rencana produksi bulan berikutnya
c. Toll Manufacturing bertugas mengkoordinasi produk-produk toll out dan toll in untuk menjamin agar kebutuhan sales dan marketing tetap dapat dipenuhi oleh rekanan yang telah ditentukan oleh perusahaan apabila kapasitas produksi tidak tersedia/ tidak mencukupi.
3.4.4 Departemen Produksi
Departemen produksi merupakan bagian Plant Department yang dipimpin oleh Group Production Manager (GPM). GPM membawahi 4 manager produksi. Masing-masing manager memiliki tanggung jawab terhadap mini company produksi yang terdiri dari beberapa line produksi. Mini company promag terdiri dari line 1 dan line 1 extension. Mini company I terdiri dari line 2, 9, dan 10. Pada
mini company I terdapat seorang manajer produksi, yaitu manajer produksi yang
mengepalai line 1, 2, 9, dan 10. Mini company II terdiri dari line 4, 5, dan 6. Sedangkan untuk mini company III terdiri dari line 7, 8A, dan 8B. Masing-masing
line dijalankan oleh supervisor produksi atau disebut juga Penanggung Jawab Line
(PJL) yang bertanggung jawab kepada manager produksi di masing-masing mini
company. Sedangkan PJL pada masing-masing line produksi membawahi
koordinator lapangan, production engineer (PE), administrasi, operator, pembantu operator, production helper, dan packer.
Line Produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. Cikarang terdiri dari 10 bagian line
yaitu line 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8A, 8B, 9, dan 10. Line tersebut digolongkan menjadi
dedicated line dan non-dedicated line. Dedicated line merupakan line yang
Universitas Indonesia
22
batch yang besar. Line ini terdiri atas line 1, 4, 9. Non-dedicated line merupakan
line yang memproduksi obat dengan jenis produk relatif banyak namun dengan
ukuran batch yang relatif kecil atau sedikit. Line ini terdiri atas line 2, 5, 6, 7, 8A, 8B, dan 10. Produk obat yang diproduksi di setiap line adalah sebagai berikut: 1. Line 1: line ini memproduksi 1 jenis produk sediaan padat yaitu tablet
Promag®. Line ini juga mempunyai extension. Line 1 extension ini khusus memproduksi tablet Promag® untuk menunjang permintaan pasar yang tidak dapat dipenuhi oleh line 1, dan saat ini sudah beroperasi. Untuk ke depan line 1 extension ini akan membantu line 1 karena ruangan produksi tablet Promag® akan diperbesar dan akan menggunakan mesin yang lebih baru sehingga dapat memproduksi jumlah batch yang lebih besar dan lebih cepat.
2. Line 2: line ini terdiri atas 2 line yang merupakan gabungan dari line 2A dan
line 2B. Sebagian besar produk line 2A adalah tablet inti, sedangkan produk line 2B adalah tablet coating. Produk line 2 antara lain: Neo Entrostop®,
Xon-Ce®, Pronicy®, Neuralgin®, Vitazym®, Zegavit®, dan Zegase®
3. Line 4: line yang memproduksi tablet inti, contoh produknya: Procold®, dan Promag® Double Action.
4. Line 5: line yang memproduksi sediaan cair oral antara lain sirup, emulsi, dan suspensi, seperti Cerebrofort®, Lambucid®, Salbron®, Plantacid® dan Woods®.
5. Line 6: line ini khusus memproduksi sediaan cair steril (injeksi) seperti Rantin®, Ulsikur®, dan Kalmethasone®.
6. Line 7: line ini memproduksi sediaan semi padat topikal seperti krim, semi solid seperti jeli, dan salep, serta sediaan suppositoria dan ovula. Contoh produknya adalah Bioplacenton® (gel), Mycoral® (krim), dan Kaltrofen® (gel dan suppositoria).
7. Line 8: line yang banyak memproduksi beberapa jenis produk obat namun volumenya kecil. Produk yang dihasilkan tersebut sebagian besar merupakan produk ethical. Line ini dibagi menjadi 3 yaitu line 8A yang menangani proses pembuatan produk, line 8B menangani pengemasan produk.
8. Line 9: line ini khusus memproduksi sediaan cair non oral yaitu Kalpanax®
Universitas Indonesia
23
9. Line 10: line ini khusus melakukan pengemasan ulang (repack) untuk produk impor.
Tugas umum Departemen Produksi secara keseluruhan adalah melakukan proses produksi dari raw material dan packaging material menjadi produk jadi. Tugas dan tanggung jawab masing-masing line produksi antara lain:
a. Mencapai target produksi (kuantitas, kualitas, dan waktu yang tepat) yang ditetapkan berdasarkan ketersediaan kapasitas mesin dan ketersediaan tenaga kerja serta memonitor aktivitas harian dan mingguan berdasarkan Jadwal Produksi Mingguan (JPM).
b. Mengoptimalkan dan mengontrol expense (biaya bulanan dan tahunan) yang dipakai untuk mencapai target produksi. Sebagai contoh, biaya lembur dan gaji karyawan, biaya toolsand supplies (selang, solvent, dan oli) dan maintenance mesin (break down dan periodik).
c. Mencapai rendemen (yield) yang ditetapkan dengan cara meminimalkan bahan baku yang terbuang pada setiap tahap proses dan mengusulkan penyederhanaan proses (bekerjasama dengan R&D dan Process Development). Rendemen sudah ditetapkan standarnya setiap tahun.
d. Memastikan ketersediaan utilitas kerja, seperti Air Handling Unit (AHU), pengendali tekanan, Relative Humidity (RH), udara, dan suhu.
e. Memantau produktivitas kerja (orang dan mesin).
f. Mengefisienkan pemakaian kapasitas mesin dengan cara melakukan penjadwalan yang efisien, penempatan operator yang tepat, dan perawatan mesin.
g. Memeriksa, mengevaluasi, dan memberi approval dokumen-dokumen yang dipakai dan dikirim ke QA.
h. Membimbing supervisor dan subordinat.
i. Memberi masukan kepada atasan, untuk perencanaan jangka panjang (misal: perubahan lay out ruangan, penambahan mesin dan karyawan, optimalisasi cara kerja).
j. Memastikan suasana kerja yang sehat dan memotivasi bawahan (misalnya membantu masalah mereka dan memberi training).
Universitas Indonesia
24
k. Memastikan dipenuhinya standar atau peraturan yang berlaku (misal: CPOB, ISO 9000, OSHAS 18000, ISO 14000, dan cGMP) dan berkomitmen untuk mengimplementasikan kebijakan mutu, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), dan lingkungan.
3.4.5. Departemen Quality Operation
Quality Operation adalah departemen yang bertugas menjamin mutu produk
yang dihasilkan dengan memperhatikan seluruh aspek yang berpengaruh pada kualitas produk. Departemen QO dipimpin oleh seorang QO Manajer yang bertanggung jawab kepada Plant Head. Secara umum QO dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA).
3.4.5.1 Quality Control (QC)
Secara umum bagian QC bertugas dalam:
a) Pelulusan dan pengujian terhadap material yang datang (raw material dan
packaging material), produk ruahan dan produk jadi.
b) Memberikan persetujuan pemeriksaan (retesting) dan pengerjaan ulang (rework) suatu produk.
Bagian-bagian dalam Departemen QC: a) Seksi Bahan Baku (Raw material)
Bagian ini bertanggung jawab dalam menganalisa semua bahan baku yang masuk yang akan digunakan untuk proses produksi.
b) Seksi Wadah dan Kemasan (Packaging Material)
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan terhadap semua wadah dan kemasan dengan prosedur berdasarkan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D
c) Seksi Obat Jadi
Seksi obat jadi bertugas dalam melakukan pemeriksaan dan meloloskan atau menolak produk jadi yang akan dikemas.
Universitas Indonesia
25
d) Laboratorium Mikrobiologi
Bagian ini bertugas melakukan pemeriksaan mikrobiologi material dan obat sesuai dengan MA yang telah ditetapkan oleh Departemen R&D. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu: potensi antibiotika, uji sterilitas, uji pirogen dan endotoksin, pemeriksaan angka total mikroba, pemeriksaan untuk uji sampel stabilitas, pemeriksaan sampel pertinggal, dan pemeriksaan hasil validasi pembersihan mesin. Selain mendukung seksi bahan baku, seksi wadah dan kemasan, dan seksi obat jadi, laboratorium mikrobiologi juga mendukung bagian validasi dalam pemeriksaan ruangan.
Hubungan Departemen QC dengan departemen lain adalah sebagai berikut: a. Departemen Logistik
Bahan baku dan bahan kemas yang diterima oleh Departemen Logistik diperiksa oleh Departemen QC.
b. Departemen R&D
Departemen QC melakukan pemeriksaan rutin menggunakan metode analisa yang ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development yang merupakan bagian dari Departemen R&D. Sebelum suatu metode analisa ditetapkan oleh Analytical Development dan Packaging Development, dilakukan transfer metode analisa ke Departemen QC untuk menyempurnakan metode analisa tersebut
c. Departemen Produksi
Departemen QC memeriksa kualitas produk ruahan berdasarkan sampling yang dilakukan oleh Departemen Produksi (IPC mandiri). Untuk In Process Control (IPC) dilakukan oleh Departemen Produksi karena bagian produksi di PT. Kalbe Farma, Tbk. dianggap sudah mampu untuk melakukan IPC sendiri dan Departemen QC melakukan pemeriksaan composit sample dari hasil suatu proses produksi.
d. Departemen Pembelian (Purchasing)
Hubungan Departemen QC dengan bagian pembelian melibatkan bagian
Analytical Development dan Formulasi. Bagian pembelian akan membeli
Universitas Indonesia
26
persetujuan dari bagian Analytical Development dan Formulasi. Selanjutnya, bahan baku dan bahan kemas yang dibeli dari source baru diperiksa kualitasnya oleh Departemen QC menggunakan metode analisa yang ditetapkan oleh bagian Analytical Development.
e. Departemen Marketing
Departemen QC memberikan informasi ke Departemen Marketing tentang
release batch number pertama produk baru dan pemberitahuan perubahan
kemasan.
3.4.5.2 Quality Assurance (QA)
Departemen QA dipimpin oleh seorang QA Manager yang bertanggung jawab langsung kepada QO Manager. Secara umum QA dibagi menjadi empat kelompok besar yaitu Audit, Post Marketing, Validasi, dan GMP Compliance. a. Audit
Bagian audit memiliki beberapa tugas, yaitu audit proses, audit produk, audit vendor, penanganan masalah di produksi, dan monitoring penyimpangan. Audit proses dilakukan untuk memastikan proses produksi berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Proses yang dimaksud bukan hanya proses pembuatannya, tetapi mulai dari penerimaan bahan baku. IPC (In
Process Control) juga termasuk dalam audit proses ini. Inspektor akan datang
ke bagian gudang dan produksi secara langsung untuk mengamati apakah pada proses yang dilakukan terdapat penyimpangan atau tidak. Kegiatan ini dilakukan secara berkala. Audit produk dilakukan pada setiap jalur produksi (line). Audit produk ini bertujuan untuk mengetahui dan memastikan bahwa produk yang telah dirilis benar-benar layak atau memenuhi persyaratan. Selain itu, audit produk ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa sistem yang telah dibuat berjalan dengan baik di lapangan. Audit vendor yang dilakukan ada 2, yaitu audit vendor bahan baku dan audit vendor produk toll out. Audit vendor yang dilakukan serupa dengan audit proses. Penanganan masalah di produksi dilakukan dengan sampling produk yang mengalami masalah tersebut. Hasilnya dapat berupa rilis, diproses ulang, atau musnah. Penyimpangan yang terjadi, beserta penyebab dan usulan perbaikannya dilaporkan pada lembar
Universitas Indonesia
27
deviation report. Bagian audit saat ini juga berperan dalam sistem Total Productive Maintenance (TPM).
b. Post Marketing
Post Marketing bertugas melakukan pemantauan atau pengawasan terhadap
kualitas produk jadi setelah produk tersebut diproduksi dan dipasarkan. Tugas dari post marketing adalah menangangi keluhan pelanggan (product
complaint), menangani recall dan returned product, dan post marketing stability testing.
c. Validasi
Validasi adalah suatu tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkan. Bagian Validasi di PT. Kalbe Farma, Tbk memiliki bagian validasi proses, validasi pembersihan, validasi fasilitas dan utilitas, validasi computer, dan annual product review.
d. GMP Compliance
1) Kalibrasi dan Kualifikasi
Tujuan dilakukan kalibrasi untuk memastikan semua peralatan yang digunakan untuk pengukuran selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sehingga menjamin ketelitian pengukuran berada dalam batas yang diijinkan. Sebagai parameter digunakan suatu kalibrator yang spesifik untuk setiap instrumen. Kualifikasi adalah tindakan untuk memastikan kelayakan dari suatu mesin atau peralatan. kualifikasi yang dilakukan meliputi: Design Qualification (DQ), Installation Qualfication (IQ),
Operational Qualification (OQ), dan Performance Qualification (PQ).
Kalibrasi merupakan bagian dari kualifikasi, dengan interval pengujian yang lebih sempit (misalnya, kalibrasi dilakukan per 6 bulan, sedangkan kualifikasi dilakukan minimal 3 tahun bila tidak ada perubahan yang signifikan).
2) Evaluasi Catatan Bets (Evaluation Batch Record/ EBR)
Bagian ini bertanggung jawab menangani batch record, yaitu memeriksa kelengkapan batch record serta menyatukan data-data dari produksi dan
Universitas Indonesia
28
hasil analisa dari departemen QC. EBR diperlukan sebagai dokumentasi dan untuk memastikan produk sebelum di-release telah dievaluasi dengan benar termasuk penelusuran masalah jika terjadi penyimpangan.
3) Pengendalian Perubahan (Change Control)
Tujuan Change Control adalah agar setiap perubahan yang berkaitan dengan mutu, lingkungan dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dievaluasi dahulu dampaknya terhadap mutu, lingkungan, dan K3 serta sesuai pada
ketentuan, peraturan atau undang-undang terkait sebelum
diimplementasikan. Jika terjadi suatu perubahan, misalnya terjadi penggantian mesin, maka departemen tersebut akan mengajukan usulan perubahan, kemudian perubahan tersebut diamati dan dipelajari oleh tiap departemen yang terkait, apakah perubahan memberikan dampak atau tidak.
3.4.6. Departemen Quality System
Quality System (QS) mempunyai fungsi utama memastikan standar atau
pedoman yang ada senantiasa berjalan dengan baik. QS bertugas memelihara dan mengembangkan sistem di PT. Kalbe Farma, Tbk. Secara keseluruhan, sistem yang dibuat telah memasukkan unsur-unsur CPOB/c-GMP, ISO 9001: 2000, ISO 14001:2004, dan OHSAS 18001.
a. System Compliance
Bagian ini memiliki tanggung jawab dalam Management Review, Audit
Development, Corrective Action/Preventive Action (CAPA), dan Standard Development.
b. Document Compliance
Secara umum tugas QS dalam Document Compliance adalah apabila terdapat dokumen baru atau perubahan pada dokumen lama, dokumen baru atau dokumen yang telah diubah tersebut harus dikaji terlebih dahulu oleh QS. Selanjutnya QS akan mengkaji dampak perubahan terhadap departemen lain. Setelah dokumen diperbaiki disetujui oleh QS, perlu dilakukan pelatihan pada semua personil yang terkait. Setelah itu, dokumen tersebut baru bisa didistribusikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Universitas Indonesia
29
c. Occupational Health, Safety & Environment (OHSE) compliance
OHSE dikoordinasi oleh System Compliance yang bertugas untuk memastikan kinerja sistem manajemen K3 & lingkungan telah diterapkan dengan baik. Selain itu OHSE juga bertugas untuk melakukan identifikasi, mencegah, dan mengatasi hazard (bahaya) yang akan timbul akibat tidak memahami standar prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara yang dilakukan antara lain: eliminasi, substitusi, engineering control, visual control dan
administration Control, alat pelindung diri (APD).
d. Plan Do Check Action (PDCA)
Divisi ini bertugas untuk memeriksa setiap kegiatan kerja yang akan dilaksanakan oleh departemen-departemen yang ada di PT. Kalbe Farma, Tbk. Pada umumnya mereka akan mengikuti setiap rapat kerja yang ada dan mengevaluasi kinerja program serta status kemajuannya.
e. Continual Improvement Program Development
Bagian Program Development memiliki tugas yang terbagi menjadi dua, yaitu
Program Development & Maintenance dan Training Development Maintenance. Bagian ini bertanggung jawab untuk merancang dan
melaksanakan sistem pelatihan bagi karyawan, khususnya karyawan baru, sebagai sarana untuk meningkatkan budaya kualitas karyawan sehingga tercipta produk yang berkualitas. Program-program pengembangan yang dilaksanakan antara lain 5R, Ko HASE, serta CONIM (Continual
Improvement). Setiap kebijakan CONIM yang telah dibuat oleh Group Process Improvement (GPI) kemudian diteruskan kepada divisi ini untuk kemudian
dirancang pelaksanaannya.
3.4.7. Departemen Logistik
Logistik atau Warehouse adalah departemen yang bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pengeluaran bahan baku, wadah, bahan kemas, dan produk jadi. Secara struktural departemen logistik dipimpin oleh seorang Manager Logistik yang membawahi empat Kasi (kepala seksi) gudang, yaitu Kasi gudang bahan baku (raw material) dan wadah (primary packaging material), Kasi gudang penimbangan, Kasi gudang kemasan sekunder (secondary packaging material)
Universitas Indonesia
30
dan Kasi gudang produk jadi (finished goods). Bagian Logistik memiliki peranan penting dalam kegiatan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan baku, wadah, kemasan, maupun produk. Dalam menjalankan peran tersebut, Departemen Logistik terkait dengan beberapa bagian, yaitu bagian QA/QC, R&D,
Purchasing, PPIC, Produksi, dan Teknik. Fungsi dan tugas dari masing-masing
seksi adalah sebagai berikut:
a. Seksi gudang bahan baku/ wadah
Gudang bahan baku dan wadah mempunyai beberapa ruang penyimpanan dengan suhu ruangan yang berbeda-beda, yaitu ruang suhu kamar (25-30°C), ruang AC/ cool room (20-25°C), dan ruang pendingin/cold storage (2-8°C) untuk penyimpanan bahan baku yang rentan terhadap suhu. Untuk ruang AC, terdapat ruangan AC untuk penyimpanan material halal, penyimpanan essence dan flavouring, penyimpanan bahan kemas primer (foil), serta ruang AC untuk penyimpanan berbagai macam bahan baku dan wadah. Selain itu, terdapat beberapa area atau ruang yang penting seperti:
1. Area khusus prekursor serta tempat khusus penyimpanan bahan baku yang bersifat prekursor narkotika dan psikotropika. Area ini selalu terkunci dan akses ke area ini harus mendapat persetujuan supervisor dan mengisi log