• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN

C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara sistematis mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara maksimal. Struktur organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, antara lain:

1. Sub Bagian Umum

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan 8. Seksi Penagihan

9. Seksi Pemeriksaan 10.Seksi Pelayanan

11.Kelompok Jabatan Fungsional

Wilayah kerja masing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut:

1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, meliputi Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan II, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Perintis.

2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, meliputi Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II, Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Sidorame Timur, Kelurahan Pahlawan, Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir, dan Kelurahan Tegal Rejo. 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, meliputi Kelurahan Bandar Selamat,

Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih, Kelurahan Sudirejo, Kelurahan Sudirejo Hilir, dan Kelurahan Tembung.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, meliputi Kelurahan Durian, Kelurahan Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu, Kelurahan Pulo Brayan Bengkel, dan Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru.

Gambar II.1

Peta Kecamatan Medan Tembung

Gambar II.2

Peta Kecamatan Medan Timur

Tabel II.3

Peta Kecamatan Medan Perjuangan

Gambar II.4

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak

Sub Bagian Umum

Seksi Ekstensi fikasi Seksi Pemerik saan Seksi Penagi han Seksi Pengola han data dan Informa si Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV Seksi Pengawasan dan Konsultasi I Seksi Pengawasan dan Konsultasi II Seksi Pengawasan dan Konsultasi III Seksi Pelayan an Kelompok Jabatan Fungsional

Tabel II.1

Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

SEKSI JUMLAH

Kepala Kantor 1 orang

Sub Bagian Umum 8 orang

Kelompok Jabatan Fungsional 11 orang

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 7 orang

Seksi Penagihan 5 orang

Seksi Pelayanan 16 orang

Seksi Pemeriksaan 3 orang

Seksi Ekstensifikasi 3 orang

Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 7 orang Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 7 orang Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 7 orang Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 7 orang

Jumlah Seluruh Pegawai 82 orang

BAB III

GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

A. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29

Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang terutang menurut SPT PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan pajak penghasilan yang dipotog dan/ dipungut (yang tidak bersifat final) serta pajakpenghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, pasal 22, pasal 23, dan pasal 24 dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam tahun pajak.

Cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebagai berikut :

PPh terutang menurut SPT tahun lalu – (PPh Pasal 21,22,23,24,24 tahun lalu)

PPh Pasal 25 =

Contoh :

Berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun 2011 PT. JULFIAN atas PPh terutang adalah Rp. 50.000.000,00. Pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga, dan PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri dalam tahun 2011 adalah sebagai berikut :

- Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pihak lain sebesar Rp 10.000.000,00

- Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan sebesar Rp 2.500.000,00

- Pembayaran Pajak di luar negeri yang dapat dikreditkan (PPh Pasal 24) sebesar Rp 7.500.000,00

Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2010 adalah :

Berdasarkan SPT PPh tahun 2011 PT. XYZ atas PPh terhutangRp 50.000.000,00

Kredit Pajak:

PPh Pasal 22 Rp. 10.000.000,00

PPh Pasal 23 Rp. 2.500.000,00

Total Kredit Pajak Rp. 20.000.000,00(-)Dasar

penghitungan angsuran Rp. 30.000.000,00

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap bulan (PPh Pasal 25) dalam tahun 2010 adalah:

Rp 30.000.000,00 : 12 = Rp 2.500.000,00

Pembayaran pajak oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan cara Wajib Pajak membayar sendiri pajaknya melalui angsuran setiap bulan (PPh Pasal 25) dan dapat juga melalui pemotongan / pemungutan oleh pihak ketiga maupun dibayar atau terutang di luar negeri (PPh Pasal 21,22,23, dan 24)

Pajak Penghasilan Pasal 25merupakan angsuran PPh Pasal 21 yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam membayar pajak terutang.Angsuran PPh Pasal 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh).

Sedangkan bunyi dari Pasal 29 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yaitu : “Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar daripada kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1), kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi sebelum Surat Pembertitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.

Ketentuan ini mewajibkan Wajib Pajak untuk melunasi kekurangan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang ini sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan dan paling lambat pada batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan. Apabila tahun buku selambat-lambatnya tanggal 25 Maret setelah tahun pajak berkahir, sedangkan apabila tahun buku tidak sama dengan tahun takwim, misalnya dimulai tanggal 1 Juli sampai dengan 30 Juni, maka kekurangan pajak wajib dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 September.

Menurut Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2011, apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP) untuk tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan SKP tersebut dan berlaku mulai bulan setelah bulan penerbitan SKP. Contoh :

Berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2004 yang disampaikan Wajib Pajak dalam bulan Maret 2005, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar adalah sebesar Rp. 1.250.000,00. Dalam bulan Juni 2005 diterbitkan

SKP tahun pajak 2004 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan sebesar Rp. 2.000.000,00. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, maka besarnya angsuran pajak mulai bulan Juli 2005 adalah sebesar Rp. 2.000.000,00. Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan SKP tersebut bisa sama, lebih besar atau lebih kecil dan angsuran pajak sebelumnya berdasarkan SPT.

B. Data-Data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2007 – 2009.

Kewajiban Wajib Pajak menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 salah satunya adalah mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), apabilah telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.

Tabel. 1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2007–2009

Status

Tahun

2007 2008 2010

Badan 5.414 5.867 6.420

Total 36.434 49.631 70.063

2. Jumlah Surat PemberitahuanTahunan Tahun 2008 – 2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Selain harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Wajib Pajak harus menyampaikan Surat pemberitahuan Tahunan (SPT) dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang rupiah, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Tabel. 2.1 Jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan Badan Tahun 2008–2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

Tahun Nihil Kurang Bayar Lebih Bayar Total

2008 998 861 8 1867

2009 1034 862 16 1912

Tabel. 2.2 Jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Tahun 2008–2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun Nihil Kurang Bayar Lebih Bayar Total

2008 10087 4415 17 14519

2009 10001 5166 36 15203

2010 21458 5394 11 26863

Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Keterangan mengenai SPT yaitu meliputi Surat Pemberitahuan Tahunan Nihil, Surat, Kurang Bayar, dan Lebih Bayar. Keterangan Nihil menunjukkan bahwa jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang atau tidak ada kredit pajak. Kurang Bayar menunjukkan besarnya pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar dan berdasarkan kekurangan atas pembayaran pokok pajak maka terbitlah Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang berarti Wajib Pajak mempunyai kewajiban melunasi Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 29. Lebih Bayar menunjukkan jumlah kelebihan pembayaran karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

A. Penyebab Wajib Pajak Tidak Patuh Terhadap Pajak.

Tidak patuh berarti tidak memenuhi kewajiban perpajakan.Banyak penyebab – penyebab yang memungkinkan Wajib Pajak tidak patuh. Menurut bapak Frangky selaku Account Representatif (AR) bagian Pengawas dan Konsultasi (WASKON) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menerangkan mengenai penyebab Wajib Pajak tidak membayar pajak adalah :

2.3.1 Wajib Pajak memiliki kesadaran yang rendah akan kewajiban perpajakan yang dilaksanakannya.

2.3.2 Kurangnya pengetahuan akan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh Wajib Pajak.

2.3.3 Pengawasan yang kurang optimal dari petugas pajak terhadap Wajib Pajak yang tidak melapor atau menyetorkan pajak yang menjadi kewajiban dari Wajib Pajak.

Selain itu Wajib Pajak yang tidak patuh akan berusaha menghindari kewajiban perpajakannya. Yang dimaksud menghindari disini adalah Wajib Pajak tahu akan tanggung jawab perpajakannya tetapi tidak mau bertanggung jawab atas kewajibannya tersebut. Namun ada juga Wajib Pajak yang tidak patuh di karenakan oleh Wajib Pajak tidak mempunyai kesadaran dalam bidang perpajakan.Yang dimaksud tidak mempunyai kesadaran adalah Wajib Pajak tahu akan kewajiban

perpajakannya tetapi tidak tahu seberapa pentingnya pajak bagi Negara, bisa jadi Wajib Pajak benar tidak mengetahui tentang pajak.

Seperti yang disimpulkan oleh Patar Hutabarat selaku Kepala Seksi Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Wajib Pajak di klasifikasikan menjadi 4, yaitu :

1. Wajib Pajak tahu dan mau memenuhi kewajiban perpajakannya. 2. Wajib Pajak tahu tapi tidak mau memenuhi kewajiban perpajakannya. 3. Wajib pajak tidak tahu tapi mau memenuhi kewajiban perpajakannya. 4. Wajib pajak tidak tahu dan tidak mau memenuhi kewajiban perpajakannya.

Oleh karena itu banyak Wajib Pajak yang melakukan perlawanan demi menghindar dari kewajiban perpajakannya.Sedangkan tingkat kesadaran Wajib Pajak harus di tingkatkan, ini merupakan tugas penting bagi seluruh petugas pajak demi meningkatkan pendapatan.Perlawanan yang dilakukan Wajib Pajak untuk berusaha menghindari membayar Pajak Penghasilan disebabkan :

1. Pajak mengurangi penghasilan dan pendapatan.

Adanya pengeluaran dan pemotongan terhadap sejumlah uang untuk membayar PPh yang terutang sudah tentu menimbulkan kekurangan jumlah penghasilan (pendapatan) yang seharusnya diterima atau diperoleh Wajib Pajak secara utuh.

2. Kontraprestasi secara tidak langsung (jasa timbal balik).

Salah satu dari pajak yaitu adanya kontraprestasi secara tidak langsung kepada Wajib Pajak. Pembayaran pajak dengan sejumlah uang atas

besarnya PPh yang terutang kepada negara dianggap Wajib Pajak hanyalah kesia-siaan karena tidak adanya jasa timbal balik secara langsung kepada Wajib Pajak.

3. Pajak merupakan beban yang berat.

Sejak dahulu hingga sekarang beban pajak sangat berat bagi Wajib Pajak dan ini tetap merupakan tema utama daripada teori perpajakan. Hal ini jelas dan dapat dipahami bahwa akibat dari kewajiban dari membayar PPh tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomis keuangan Wajib Pajak yang harus ditanggung dan dibayar oleh Wajib Pajak merupakan suatu beban berat untuk memenuhinya. Hal ini disebabkan pajak yang dibayar dapat mengurangi pendapatan (penghasilan Wajib Pajak).

B. Penyebab Wajib Pajak Tidak Mematuhi dan Mentaati Secara Teratur dan Disiplin dalam Menghitung dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Self Assessment System

Yang dimaksud tidak teratur dan disiplin adalah Wajib Pajak tidak memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya, karena Pajak Penghasilan pasal 25 ini menyangkut angsuran bulanan maka tidak teratur berarti Wajib Pajak turut serta dalam pelunasan pajak tetapi dalam mengangsur, Wajib Pajak tidak disiplin yakni mengangsur tidak setiap bulan. Sudah menjadi fenomena umum tidak semua orang menyukai pajak, baik di negara yang sudah maju maupun di negara yang masih berkembang. Ada Wajib Pajak yang menerima dan langsung membayar Pajak

Penghasilannya sesuai dengan ketentuan tapi ada juga Wajib Pajak yang membayar dan melaporkan PPh yang terutang secara tidak teratur dan disiplin sehingga timbulnya pembekakan pajak terutang yang harus dibayar.Hal ini disebabkan oleh :

1. Kurangnya tanggapan serius mengenai arti pentingnya pajak.

Masyarakat mengetahui bahwa pajak adalah salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai warga negara yang baik, tetapi hal tersebut kurang mendapat reaksi (tanggapan) yang serius oleh Wajib Pajak bahwa pajak itu sangat penting untuk mengisi kas negara yang dipergunakan dalam pengeluaran rutin negara dan membiayai keseluruhan pembangunan, diman hasil pembangunan tersebut akan dikembalikan lagi kepada rakyat melalui pembangunan sarana-sarana sosial dan tunjangan-tunjangan sosial yang dinikmati oleh seluruh rakyat. Wajib Pajak tidak takut jika tidak membayar pajak, karena tanpa membayar pajak mereka bisa hidup serta dapat menjalankan usaha.

2. Pajak bukan suatu kewajiban yang dianggap serius dan penting.

Wajib Pajak menganggap bahwa kewajiban-kewajiban yang lainnya selain pajak merupakan kewajiban yang harus di utamakan daan dilaksanakan karena kewajiban-kewajiban yang berbentuk retribusi merupakan kewajiban yang mendapat kontraprestasi atau jasa timbal balik secara langsung sementara pajak tanpa mendapat kontraprestasi atau jasa timbal balik secara langsung.

3. Kesibukan aktivitas-aktivitas keseharian Wajib Pajak.

Wajib Pajak adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai dan dipenuhi aktivitas-aktivitas yang beraneka ragam bentuk dan sifatnya. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan Wajib Pajak dalam sehari-harinya berpacu dengan waktu, sehingga kewajiban untuk membayar dan melaporkan PPh yang teruttang bukanlah hal yang penting.

4. Kurangnya pengetahuan mengenai perpajakan.

Walaupun Wajib Pajak sudah mengetahui mekanisme pembayaran pajak tetapi belum tentu juga Wajib Pajak tersebut mengetahui mekanisme pengisian SPT secara benar, jelas, dan lengkap. SPT terutang yang akan disampaikan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak untuk melaporkan pajak yang telah dibayarkan terlebih dahulu diisi dengan benar, jelas, lengkap dan ditandatangani. Untuk pengisian SPT terutang agar sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan agar berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku Wajib Pajak harus mempunyai pengetahuan yang cukup. Wajib Pajak yang mempunyai pendidikan pajak yang kurang dalam pengisian SPT terutang akan memakan waktu yang lama untuk mempelajari dan membahasnya. Akibatnya tanggal jatuh tempo pelaporan yang telah ditetapkan telah melewati batas pelaporan.

C. Upaya-Upaya yang Dilakukan Aparat Pajak agar Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak

Untuk menjamin agar pajak benar-benar masuk kedalam kas negara diusahakan agar Wajib Pajak mempunyai kesadaran untuk membayar Pajak Penghasilannya. Selain itu aparat pajak harus melakukan upaya-upaya demi meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Tugasaparat pajak demi meningkatkan kepatuhan Wajib pajak dalam menghitung dan melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timuryaitu :

1. Optimalisasi penerbitan STP pengawasan, baik massa ataupun tahunan. 2. Menghimbau Wajib Pajak yang belum melaporkan SPT PPh untuk segera

menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunannya.

3. Menindaklanjuti himbauan yang telah dikirim tetapi belum direspon dan melakukan visit.

4. Menghimbau Wajib Pajak untuk melakukan pembetulan SPT berdasarkan analisis data yang bersumber dari aplikasi portal Direktorat Jenderal Pajak dan SPT yang diterima.

5. Mengingatkan Wajib Pajak atas kewajiban perpajakannya, termasuk PPh Pasal 25/29.

Dengan digerakkannya dan dijalankan langkah-langkah tersebut diharapkan timbulnya kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak. Di dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Pasal 39 ayat (1) huruf a berisi : “Setiap orang yang dengan

sengaja tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Pengukuhan Kena Pajak sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar.” Hal tersebut dapat dilakukan fiskus terhadap Wajib Pajak yang diketahui atau berusaha menghindari kewajiban perpajakan didalam membayar Pajak Penghasilan yang terutang.

D. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT) di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

1. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Badan Tahun 2008 – 2010

Dari data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada tahun 2007 adalah sebanyak 5.414 sedangkan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2008 sebanyak 1.867, terdapat selisih 3.547 yang berarti ada 65,52 % SPT lagi yang tidak disampaikan. Ini menandakan masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Sedangkan pada tahun 2008 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah sebanyak 5.867 dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima pada

tahun 2009 yaitu 1.912, selisihnya sebanyak 3.955 berarti ada 67,41 % SPT lagi yang tidak disampaikan. Dan pada tahun 2009 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 6.420 dan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pada tahun 2010 sebanyak 2.083, selisihnya sebanyak 4.337 berarti ada 67,55 % lagi SPT yang tidak disampaikan.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari tahun 2008 – 2010 mengalami kenaikan jumlah SPT yang tidak disampaikan, di tahun 2008 mencapai angka 65,52 %, dan mengalami kenaikan menjadi 67,41 di tahun 2009, dan pada tahun 2010 mencapai 67,55 %. Ini menggambarkan bahwa Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mengalami penurunan tingkat kepatuhan dalam menyampaikan SPT.

2. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Orang Pribadi Tahun 2008 – 2010

Dari data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada tahun 2007 adalah sebanyak 31.020 sedangkan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2008 sebanyak 14.519, terdapat selisih 16.501 yang berarti ada 53,19 % SPT lagi yang tidak disampaikan. Ini menandakan masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

Sedangkan pada tahun 2008 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah sebanyak 43.764 dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima pada tahun 2009 yaitu 15.203, selisihnya sebanyak 28.561 berarti ada 65,26% SPT lagi yang tidak disampaikan. Dan pada tahun 2009 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar sebanyak 63.643 dan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pada tahun 2010 sebanyak 26.863, selisihnya sebanyak 36.780 menunjukkan bahwa ada 57,79 % lagi SPT yang tidak disampaikan.

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami kenaikan jumlah SPT yang tidak disampaikan yaitu dari awalnya hanya 53,19 % mengalami kenaikan sampai 65,26 %, penurunan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT ini sungguh memprihatinkan, ini disebabkan kurangnya sosialisai atau penyuluhan di bidang perpajakan, sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan persentase menjadi 57,79 % ini sebuah prestasi untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, prestasi ini disebabkan oleh diadakannya sunset policypada tahun 2009 yang menyebabkan peningkatan kepatuhan terhadap Wajib Pajak.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pembahasan yang penulis lakukan pada bab sebelumnya maka penulis mencoba menyimpulkan dan memberi saran yang berhubungan dengan pembahasan ini.

A. Kesimpulan

1. Penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) badan dari tahun 2008-2010 mengalami kenaikan dari tahun ketahun, ini merupakan sebuah prestasi untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

2. Pada penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Orang Pribadi pada tahun 2010 mengalami kenaikan 100% lebih dibandingkan tahun sebelumnya, ini berarti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur berhasil dalam meningkatkan kepatuhan Wajib Pajaknya dalam Menyampaikan SPT.

3. Wajib pajak yang tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya dikarenakan kurangnya perhatian Wajib Pajak dan membayar pajak membuat pengurangan penghasilan bagi Wajib Pajak.

B. Saran

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur harus lebih meningkatkan atau memaksimalkan upaya-upaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam menghitung dan melunasi Pajak Penghasilan.

2. Kantor Pelayanan Pajak harus lebih focus terhadap Wajib Pajak yang berada dalam tanggung jawabnya agar target realisasi tercapai.

3. Aparatur-aparatur pajak yang bekerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan timur harus lebih memaksimalkan waktu yang ada demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasno, 2003, Perpajakan Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Muljono, Djoko, 2007, PPh dan PPN untuk Berbagai Kegiatan Usaha, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Waluyo, 2005, Perpajakan Indonesia Edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Republik Indonesia, Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Republik Indonesia, Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.

Dokumen terkait