LAPORAN TUGAS AKHIR
KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MENGHITUNG DAN MELUNASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 SESUAI SISTEM
SELF ASSESSMENT DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
O L E H
Nama : Marina Nainggolan Nim : 092600049
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, hidayah, kesehatan, keselamatan, dan kemudahan sehingga
penulis dengan penuh rasa syukur dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ahli Madia (A.Md). Adapun judul Tugas Akhir ini adalah
“KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DALAM MENGHITUNG DAN MELUNASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 SESUAI SISTEM SELF ASSESSMENT DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.
Penulis masih menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan disebabkan keterbatasan pengalaman dan ilmu pengetahuan yang
dimiliki terbatas. Penyusunaan Tugas Akhir ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bimbingan dari berbagai pihak yang telah begitu banyak membantu, untuk itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah banyak membantu baik materi
maupun doa selama penulis menimba ilmu di Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
3. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Jurusan Diploma III
Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
4. Ibu Arlina, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Jurusan Diploma III Administrasi
Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
5. Dra. Februati Trimurni, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
membimbing dan memberi saran penulis dalam penyelesaian Laporan Tugas
Akhir ini.
6. Kepada seluruh Bapak / Ibu dosen Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP
USU yang telah memberikan ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.
7. Abangda Afrizal Pasaribu S.Sos yang telah banyak membantu selama masa
perkuliahan sampai dengan selesainya tugas akhir ini.
8. Kepada Seluruh pegawai FISIP USU penulis mengucapkan terima kasih atas
semua bantuannya kepada penulis.
9. Kepada teman saya Raymond Gultom yang memberikan tentang arahan
mengenai Tugas Akhir.
10. Kepada seluruh Mahasiswa Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU
Khususnya Tax B 2009.
11. Special ucapan terima kasih kepada teman saya Lince Hayati Sitanggang yang
ikut serta dalam selesainya Tugas Akhir saya ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyusunan dan
kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
Laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Laporan tugas Akhir ini dapat bermanfaat
bagi pembaca.
Medan, Juli 2012
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………i
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………….………1
B. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………….…………..5
C. Uraian Teoritis………..………...7
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ………..………15
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )………...15
F. Metode Pengumpulan Data………..17
G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM………18
BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur ………..……….…………. 21
B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ……….………24
BAB III : GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
A. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29……….32
B. Jumlah Wajib Pajak dan Jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ………...……..36
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
A. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Melunasi Pajak Penghasilan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur……….………...….40
B. Penyebab Wajib Pajak Tidak Mematuhi Kewajiban Perpajakannya di kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur………..………42
C. Upaya – Upaya Yang Dilakukan Oleh Aparatur Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur Demi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya………..….………..45
D. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT) di Kantor Pelayanan
Pajak Medan Timur ... 46
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………..49
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan yang signifikan bagi
negara. Hal ini dikarenakan penerimaan pajak merupakan sumber pendapatan dalam
negara terbesar yang dibutuhkan sebagai sumber pembiayaan pembangunan nasional.
Untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional ke arah masyarakat yang adil dan
makmur diperlukan peran aktif masyarakat dalam pembiayaan pembangunan yang
diwujudkan dalam pembayaran pajak.
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 ayat (2) diatur tentang kewajiban
perpajakan yang berbunyi : “Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan”. Jadi, setiap pajak yang dipungut harus berdasarkan
Undang-Undang Perpajakan. Dalam hal tersebut keseriusan pemerintah terhadap
sektor pajak dapat dilihat dengan seringnya dilakukan pembaharuan-pembaharuan
dan perubahan-perubahan terhadap Undang-Undang dan peraturan perpajakan yang
kini dinilai tidak sesuai lagi dengan keadaan dan perkembangan ekonomi sekarang.
Perubahan terakhir Undang – Undang perpajakan dilakukan pada tahun 2007
2008 dan UU PPh No. 36 tahun 2008 yang berlaku mulai tahun 2009.
Mengenai masalah dan tata cara angsuran pajak atau cicilan pajak diatur dalam Pasal
25, sedangkan pelunasan kekurangan pembayaran pajak diatur dalam Pasal 29
Undang – Undang No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan keempat atas Undang –
Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.
Guna meningkatkan penagihan pajak, maka pemerintah melakukan
pembaharuan dalam bidang perpajakan (Tax Reform) yang dilakukan sejak tanggal 1
Januari 1984. Sebelum reformasi perpajakan di Indonesia, sistem pemungutan
pajaknya hanya bertumpuh kepada Official Assessment System. Perubahan dilakukan
karena sangat lemahnya peraturan dan perundang-undangan sebagai akibat warisan
jaman kolonial. Peraturan pajak sebelumnya juga tidak memperhatikan asas serta
aspek pemerataan, keadilan, kepastian hukum, dan pertumbuhan ekonomi. Jumlah
Wajib Pajak selama 38 tahun Indonesia merdeka hanya 435.517 dan penerimaan
pajak pada tahun 1983/1984 sebesar 2,9 Triliyun. Hal-hal inilah yang menjadi dasar
reformasi perpajakan dan diberlakukannya sistem pemungutan pajak yang baru yaitu
Self Assessment System. Disamping kedua sistem pemungutan tersebut juga berlaku
With Holding system.
Dalam pelaksanaannya Official Assessment System mempunyai beberapa
kelemahan diantaranya yaitu Wajib Pajak bersifat pasif dikarenakan wewenang untuk
menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus, sehingga Wajib Pajak tidak
Wajib Pajak terhadap besarnya pajak terutang. Berbanding terbalik dengan Self
Assessment System yang member wewenang, kepercayaan dan tanggung jawab
kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan
melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Letak kelemahan sistem
pemungutan pajak ini dikarenakan otoritas pajak bersifat pasif dan hanya
memberikan penerangan, pengawasan, dan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan
yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Salah satu alasan fundamental dari Self Assessment
System adalah menghindari kontak langsung antara Wajib Pajak dengan petugas
pajak dalam penetapan pajak yang seringkali menimbulkan kongkalikong untuk
kepentingan masing-masing yang merugikan Negara.
Usaha untuk mencapai target penerimaan pajak bukanlah pekerjaan yang
mudah. Untuk mencapai target tersebut dibutuhkan dedikasi, kerja keras, kesadaran
akan hak dan kewajiban serta kedisplinan dari seluruh aparatur perpajakan dibawah
Direktorat Jenderal Pajak, dan tidak terlepas dari peran serta Wajib Pajak. Karena
dengan Self Assessment System ini Wajib Pajak diberikan tanggung jawab penuh
maka aparatur pajak harus lebih giat dalam proses pengawasan terhadap Wajib Pajak
dan melakukan upaya-upaya demi meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam
membayar pajak.
Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak sebagai otoritas pajak
(fiskus), tidak turut campur dalam penentuan besarnya pajak yang terutang. Oleh
yang berada dalam naungannya. Dalam hal peningkatan kepatuhan Wajib Pajak ini
Direktorat Jenderal Pajak memberikan prosedur tentang upaya – upaya yang harus
dijalankan oleh setiap kantor Pelayanan Pajak. Demi meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajaknya, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang mencakup 3
kecamatan yaitu Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Timur, dan
Kecamatan Medan Perjuangan juga menjalankan prosedur yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Pajak. Upaya – upaya yang dijalankan oleh Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur antara lain dengan mengadakan penyuluhan,
mengiklankan pajak dengan cara menyiarkan di televisi, memajang
spanduk,Walaupun demikian tingkat kepatuhan Wajib Pajak yang berada di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur masih sangat rendah. Hampir sama dengan
Kantor Pelayanan Pajak yang laininstansi pemerintah yang lain, isntansi pemerintah
ini pun terus meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dengan
upaya-upaya yang dimiliki oleh instansi tersebut.Keberhasilan dalam penerimaan
pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur ini tidak terlepas dari kinerja
aparatur pajak dan Wajib Pajaknya.
Maka dari itu, dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
penulis ingin mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak,
serta peranan dan upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur perpajakan demi
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
mengetahui dan menyampaikan serta melaporkan situasi yang ada pada instansi
pemerintah yang bersangkutan khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur dengan judul sebagai berikut :
“Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pengalaman praktik di lapangan yang seraca langsung berhubungan
dengan teori- teori yang diterima di bangku perkuliahan, tentunya dapat
memberikan tujuan dan manfaat.
Adapun tujuan dari praktik kerja lapangan mandiri adalah :
1. Mengetahui tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melunasi
Pajak Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Mengetahui penyebab Wajib Pajak tidak mematuhi kewajiban
perpajakannya di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
3. Mengetahui upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur pajak di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur demi meningkatkan kepatuhan
2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1Bagi Mahasiswa peserta PKLM :
a. Mengaplikasikan disiplin ilmu yang telah dipelajari di perkuliahan ke
dalam permasalahan yang dihadapi di dalam PKLM dan ikut bergabung
langsung sekaligus berperan serta kedalam lingkungan kerja.
b. Menumbuhkan dan menciptakan semangat kerja dan profesionalisme,
integritas, tanggungjawab, inovatif, etoskerja, yang tinggi serta
kedisplinan yang nantinya hal-hal tersebut sangat dibutuhkan ketika
memasuki dunia kerja yang sebenarnya.
c. Menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman di bidang perpajakan.
d. Mendorong mahasiswa untuk belajar menjadi tenaga ahli yang siap pakai.
2.2Bagi Direktorat Jenderal Pajak
a. Menyediakan sumber ide-ide baru yang dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan dalam mengatasi masalah yang ada.
b. Agar dapat membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
dalam mensosialisasikan tentang caramenghitung dan melunasiPajak
Penghasilan Pasal 25/29kepada masyarakat.
c. Meningkatkan kerja sama dengan lembaga pendidikan dalam peningkatan
2.3Bagi Prodip III Administrasi Perpajakan FISIP USU
a. Membuka interaksi antara universitas dengan instalansi yang
bersangkutan dalam memberikan uji nyata mengenai ilmu pengetahuan
yang diterima mahasiswa melalui Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
b. Guna meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta
memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan ilmuu khususnya di bidang perpajakan.
c. Menjadikan masukan penyempurnaan dan perbaikan kurikulum yang
berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP.
C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak
Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 pada
Pasal 1 Angka 1 disebutkan arti pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Sedangkan banyak ahli yang memberikan pengertian tentang
pajak.seperti dalam bukuMr. Dr. N. J. Feldmann yang berjudul De Over
5 ) : Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
pengusaha (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum.
Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. yangdikutip
oleh Mardiasmo (2003 : 4 ) : Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Tidak jauh berbeda dengan kedua ahli tersebut Prof. Dr. M. J. H.
Smeets pun mengartikan pajak yang tertulis dalam bukunya De Economische
Betekis der Belastingen, 1951, yang dikutip oleh Early Suandy (2008 : 4) :
Pajak adalah prestasi kepada pemerintahyang terutang melalui norma-norma
umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang
dapat ditunjukkan dalam hal individual; maksudnya adalah untuk membiayai
pengeluaran pemerintah.
Defenisi diatas lebih memfokuskan pada fungsi penerimaan (budgeter)
dari pajak, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lainnya yaitu fungsi
mengatur ( regulerend). Oleh karena itu dari defenisi – defenisi tersebut dapat
disimpukan bahwa ciri – ciri yang melekat pada defenisi pajak tersebut yaitu
pajak peralihan kekayaan dari orang / badan ke Pemerintah, pajak dipungut
dipaksakan, serta dalam membayar pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh Pemerintah.
2. Pajak Penghasilan
2.1 Pengertian Penghasilan
Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak baik berasal dari Indonesia yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Dengan demikian maka
penghasilan ini dapat berupa keuntungan usaha, gaji, honorarium, hadiah, dan
lain sebagainya.
2.2 Pengertian Pajak Penghasilan
Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Orang
Pribadi dan Badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau
diperoleh selama satu tahun pajak. PPh termasuk dalam kategori pajak
subjektif, artinya pajak dikenakan karena ada subjeknya yakni telah
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan.
Sehingga terdapat ketegasan bahwa apabila tidak ada subjek pajaknya, maka
jelas tidak dapat dikenakan PPh.
2.3 Tarif Pajak Penghasilan
Sesuai dengan Pasal 17 UU Pajak Penghasilan Nomor 36 Tahun 2008,
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah sebesar 285 dan untuk Tahun 2010
menjadi 25%. Sedangkan untuk Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah sebagai berikut :
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%
Di atas Rp 50.000.000,00 s.d Rp 250.000.000,00 15%
Di atas Rp 250.000.000,00 s.d Rp 500.000.000,00 25%
Di atas Rp 500.000.000,00 30%
2.4 Manfaat Pajak Penghasilan
Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau
keluarga, perekonomian Negara mengenal sumber – sumber penerimaan dan
pos – pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber penerimaan Negara. Tanpa
pajak, sebagian besar kegiatan Negara sulit untuk dapat dilaksanakan.
Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan
pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum
seperti jalan raya, jembatan, sekolah, rumah sakit / puskesmas, kantor polisi
Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga Negara
mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas
atau pelayanan dari pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang
berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak
bagi suatu Negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda
pemerintahan dan pembiayaan pembangunan.
2.4 Tujuan Pajak Penghasilan
Dengan berlandaskan pada arah dan tujuan penyempurnaan Undang –
Undang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan mempunyai tujuan untuk
meningkatkan keadilan pengenaan pajak terhadap Wajib Pajak maka
dilakukan perluasan subjek dan objek pajak dalam hal – hal tertentu dan
pembatasan pengecualian atau pembebasan pajak dalam hal lainnya. Selain itu
meningkatkan daya saing dengan Negara – Negara lain dengan peningkatan
batas peredaran bruto untuk menggunakan norma yang sejalan dengan realitas
dunia.
3. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam pelaksanaan pemungutan pajak tentunya jangan sampai
menimbulkan hambatan atau masyarakat tidak mau melakukan bantahan /
Undang-Undang), maka untuk menghindarkan hambatan dan atau bantahan /
perlawanan tersebut harus memenuhi syarat yaitu adil, yuridis, ekonomis,
financial, sederhana. Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia
sampai sekarang ini yaitu :
a. Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
fiskus.
2. Wajib Pajak bersifat pasif.
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang
terutang.
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
2. Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
Wajib Pajak.
Ciri-cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang
ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
4. Kepatuhan Wajib Pajak 4.1 Wajib Pajak
Menurut UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,
meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang
mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan perpajakan. Subjek pajak orang pribadi
yaitu orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi
yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
4.2 Kepatuhan
Kepatuhan adalah ketaatan, keteladanan, kedisplinan. Kepatuhan
terhadap kewajiban perpajakan artinya memenuhi seluruh kewajiban
perpajakan sesuai peraturan perundang – undangan. Sedangkan
kepatuhan terhadap Pajak Penghasilan Pasal 25 yaitu teratur dan disiplin
dalam melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 yang sebagaimana diketahui
bahwa Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah pembayaran pajak secara
angsuran.
Kepatuhan dalam bidang perpajakan dapat didefenisikan sebagai
suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban
perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Kepatuhan dalam
bidang perpajakan dibagi 2 (dua) , yaitu :
a. Kepatuhan Formal
Yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi kewajiban
perpajakan secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang
– Undang Perpajakan.
b. Kepatuhan Materiil
Yaitu suatu keadaan dimana Wajib Pajak secara substantif /
hakikat memenuhi semua ketentuan materiil perpajakan yakni
sesuai isi dan jiwa Undang – Undang perpajakan, kepatuhan
D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam hal ini penulis melaksanakan PKLM di Kantor Pelayanan Pajak
pratama Medan Timur dan ingin memperoleh data tentang :
1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melunasi Pajak
Penghasilan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Penyebab Wajib Pajak tidak mematuhi kewajiban perpajakannya di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
3. Upaya – upaya yang dilakukan oleh aparatur pajak di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur demi meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam
memenuhi kewajiban perpajakannya.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini penulis mempersiapkan konsep - konsep yang telah diterima
selama masa bangku perkuliahan, menentukan judul tugas akhir, menentukan
tempat diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta melakukan
1. Studi Literatur
Hal ini berkaitan dengan pengumpulan buku - buku yang berkaitan dengan
kegiatan yang akan dilakukan penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29.
2. Observasi Lapangan
Pengamatan yang dilakukan secara langsung untuk memperolah data - data
yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang
bersangkutan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai prosedur Praktik
Kerja Lapangan Mandiri.
3. Pengumpulan Data
Penulis melakukan pengumpulan data melalui :
3.1Data Primer
Data yang diperoleh melalui wawancara terhadap orang - orang yang
dianggap mampu memberikan masukan dan informasi serta observasi
penulis di lapangan tempat objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
4.2 Data Sekunder
Data / informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti sumber -
sumber pustaka, Undang - Undang, dokumentasi maupun literature lain
4. Analisis dan Evaluasi Data
Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan dari tempat Praktik Kerja
Lapangan Mandiri, penulis akan menganalisis dan mengevaluasi data yang
diperoleh tersebut secara kumulatif yang kemudian akan diinterprestasikan
secara objektif, jelas, dan sistematis.
F. Metode pengumpulan Data
Untuk mengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam Paktik Kerja
Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Metode Observasi (Observation Guide)
Mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk
mendapatkan data informasi yang akurat serta pencatatan terhadap hasil
pengamatan.
2. Metode Wawancara (Interview Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung yang melibatkan
pegawai (key person) pada instansi yang bersangkutan baik secara lisan
maupun tulisan yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan
3. Metode Dokumentasi (Optional)
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan
mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan
pemerintah yang berlaku, Undang - Undang Perpajakan, data mengenai
kepegawaian dan data - data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri yang penulis lakukan.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Adapun yang menjadi tujuan dalam pembuatan sistematika penulisan
laporan ini agar penulisan lebih terarah, dan membatasi permasalhan yang akan
dibahas atas beberapa bab sesuai dengan penelitian serta mempermudah
pemahaman dalam penulisan laporan ini. Sistematis penulisan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri dibuat dalam 5 (lima) bab dan dilengkapi dengan sub bab dan
diberi penjelasan yang memperinci yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai Latar Belakang yang menjadi
dasar penulisan, Tujuan dan Manfaat PKLM, Uraian Teoritis,
Ruang Lingkup PKLM, Metode PKLM, Metode Pengumpulan
BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM
Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum dari Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, meliputi sejarah singkat
berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,
struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dan gambaran
pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
BAB III GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
Dalam bab ini akan dibahas mengenai data yang diperoleh dari
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur tentang Pajak
Penghasilan Pasal 25 / 29.
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Pada bab ini penulis akan membandingkan penerapan teori yang
ada dengan data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai
tingkat kepatuhan Wajib pajak orang pribadi dalam menghitung
dan melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai Self
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini penulis akan memaparkan bagaimana kesimpulan
dari objek yang telah diteliti serta saran - saran yang membangun
bagi kemajuan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 sesuai
Self Assessment System di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor
Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah
kemerdekaan Republik Indonesia berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan.
Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya
adalah Direktorat Jenderal Pajak. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga
kantor inspeksi pajak, yaitu:
1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan
2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara
3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar
Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua,
yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran.Untuk
memudahkan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan dengan
pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Pajak
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pajak kepada masyarakat,
maka dibuatlah perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
267/KMK.01/1989. Hal itu mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang
diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus mendirikan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.
Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April
1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur. Kantor Pelayanan Pajak
Medan Timur merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan
berubah menjadi empat wilayah kerja, yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
443/KMK.01/2001 tentang “Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak”, maka Kantor Pelayanan Pajak di kota Medan menjadi enam wilayah
kerja,yaitu:
1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat
3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota
4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia
5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan
6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai
Setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2008, struktur organisasi
Kantor Pelayanan Pajak sebelumnya, yaitu berdasarkan jenis pajak berubah menjadi
Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang struktur organisasinya berdasarkan fungsi
jabatan.Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mulai beroperasi pada tanggal
27 Mei 2008, berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
B. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur beralamat di jalan Pangeran
Diponegoro Nomor 30A Gedung Keuangan Negara Lantai II Medan. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur didirikan pada tanggal 1 april 1994
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan Repuplik Indonesia Nomor
758/KMK.01/1993 tanggal 3 agustus 1993. Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur, yaitu:
1. Kecamatan Medan Tembung
Kecamatan Medan di Tembung adalah daerah pintu gerbang kota Medan di
sebelah Timur yang merupakan pintu masuk dari Kabupaten Deli Serdang
atau daerah lainnya melalui transportasi darat. Di Kecamatan Medan
Tembung ini banyak terdapat jenis usaha industri kecil seperti kerajinan
rotan.Disamping itu banyak pula yang bergerak di bidang usaha industri
rumah tangga seperti pembuatan sepatu.
2. Kecamatan Medan Timur
Di Kecamatan Medan Timur ini terdapat Stasiun Kereta Api Medan yang
dikenal dengan “Stasiun Besar” sebagai salah satu sarana transportasi darat
antar kota dan antar daerah dari dan ke Kota Medan. Walaupun bukan sebagai
daerah pusat industri di Kecamatan Medan Timur ini juga banyak terdapat
usaha-usaha industri kecil seperti bengkel kenderaan bermotor, bengkel bubut,
3. Kecamatan Medan Perjuangan
Kecamatan Medan Perjuangan adalah salah satu daerah padat pemukiman di
kota Medan. Kecamatan Medan Perjuangan pada umumnya bergerak di sektor
perdagangan baik itu perdagangan besar, menengah maupun kecil. Di
Kecamatan Medan Perjuangan terdapat industri-industri kecil seperti perabot
rumah tangga, pengolahan kopi, sulaman border, roti/ bika ambon, dan
sebagainya.
C. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur
Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara
sistematis mengenai pembagian tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung
jawab masing-masing pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan
kerja agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan secara maksimal. Struktur organisasi yang ada di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, antara lain:
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
8. Seksi Penagihan
9. Seksi Pemeriksaan
10.Seksi Pelayanan
11.Kelompok Jabatan Fungsional
Wilayah kerja masing-masing seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON)
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah sebagai berikut:
1. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, meliputi Kelurahan Pulo Brayan Darat I dan
II, Kelurahan Sidodadi, dan Kelurahan Perintis.
2. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, meliputi Kelurahan Sei Kera Hilir I dan II,
Kelurahan Sidorame Barat I dan II, Sidorame Timur, Kelurahan Pahlawan,
Kelurahan Sei Kera Hulu, Kelurahan Pandau Hilir, dan Kelurahan Tegal Rejo.
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, meliputi Kelurahan Bandar Selamat,
Kelurahan Bantan, Kelurahan Bantan Timur, Kelurahan Indrakasih, Kelurahan
Sudirejo, Kelurahan Sudirejo Hilir, dan Kelurahan Tembung.
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, meliputi Kelurahan Durian, Kelurahan
Gaharu, Kelurahan Glugur Darat I dan II, Kelurahan Gang Buntu, Kelurahan Pulo
Gambar II.1
Peta Kecamatan Medan Tembung
Gambar II.2
Peta Kecamatan Medan Timur
Tabel II.3
Peta Kecamatan Medan Perjuangan
Gambar II.4
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Kantor Pelayanan Pajak
Sub Bagian Umum
Tabel II.1
Jumlah Pegawai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
SEKSI JUMLAH
Kepala Kantor 1 orang
Sub Bagian Umum 8 orang
Kelompok Jabatan Fungsional 11 orang
Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 7 orang
Seksi Penagihan 5 orang
Seksi Pelayanan 16 orang
Seksi Pemeriksaan 3 orang
Seksi Ekstensifikasi 3 orang
Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1 7 orang
Seksi Pengawasan dan Konsultasi 2 7 orang
Seksi Pengawasan dan Konsultasi 3 7 orang
Seksi Pengawasan dan Konsultasi 4 7 orang
Jumlah Seluruh Pegawai 82 orang
BAB III
GAMBARAN DATA PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 / 29 DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR
A. Cara Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29
Besarnya angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar pajak penghasilan yang
terutang menurut SPT PPh tahun pajak yang lalu dikurangi dengan pajak
penghasilan yang dipotog dan/ dipungut (yang tidak bersifat final) serta
pajakpenghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21, pasal 22, pasal 23, dan pasal
24 dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam tahun pajak.
Cara perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebagai berikut :
PPh terutang menurut SPT tahun lalu – (PPh Pasal 21,22,23,24,24 tahun lalu)
PPh Pasal 25 =
Contoh :
Berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun 2011 PT. JULFIAN atas PPh terutang
adalah Rp. 50.000.000,00. Pajak yang telah dipotong atau dipungut oleh pihak
ketiga, dan PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri dalam tahun 2011
adalah sebagai berikut :
- Pemungutan PPh Pasal 22 oleh pihak lain sebesar Rp 10.000.000,00
- Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan sebesar Rp
2.500.000,00
- Pembayaran Pajak di luar negeri yang dapat dikreditkan (PPh Pasal 24)
sebesar Rp 7.500.000,00
Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2010 adalah :
Berdasarkan SPT PPh tahun 2011 PT. XYZ atas PPh terhutangRp 50.000.000,00
Kredit Pajak:
PPh Pasal 22 Rp. 10.000.000,00
PPh Pasal 23 Rp. 2.500.000,00
Total Kredit Pajak Rp. 20.000.000,00(-)Dasar
penghitungan angsuran Rp. 30.000.000,00
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak setiap
bulan (PPh Pasal 25) dalam tahun 2010 adalah:
Rp 30.000.000,00 : 12 = Rp 2.500.000,00
Pembayaran pajak oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan dapat
dilakukan dengan cara Wajib Pajak membayar sendiri pajaknya melalui angsuran
setiap bulan (PPh Pasal 25) dan dapat juga melalui pemotongan / pemungutan
oleh pihak ketiga maupun dibayar atau terutang di luar negeri (PPh Pasal
21,22,23, dan 24)
Pajak Penghasilan Pasal 25merupakan angsuran PPh Pasal 21 yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008. Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri dimaksudkan untuk
meringankan beban Wajib Pajak dalam membayar pajak terutang.Angsuran PPh
Pasal 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas
seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam
Sedangkan bunyi dari Pasal 29 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan yaitu : “Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun
pajak ternyata lebih besar daripada kredit pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1), kekurangan pembayaran pajak yang terutang harus dilunasi
sebelum Surat Pembertitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan.
Ketentuan ini mewajibkan Wajib Pajak untuk melunasi kekurangan
pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan Undang-Undang ini sebelum
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan dan paling lambat
pada batas akhir penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan. Apabila tahun
buku selambat-lambatnya tanggal 25 Maret setelah tahun pajak berkahir,
sedangkan apabila tahun buku tidak sama dengan tahun takwim, misalnya
dimulai tanggal 1 Juli sampai dengan 30 Juni, maka kekurangan pajak wajib
dilunasi selambat-lambatnya tanggal 25 September.
Menurut Pasal 25 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2011,
apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak (SKP)
untuk tahun pajak yang lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali
berdasarkan SKP tersebut dan berlaku mulai bulan setelah bulan penerbitan SKP.
Contoh :
Berdasarkan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2004 yang disampaikan Wajib Pajak
dalam bulan Maret 2005, perhitungan besarnya angsuran pajak yang harus
SKP tahun pajak 2004 yang menghasilkan besarnya angsuran pajak setiap bulan
sebesar Rp. 2.000.000,00. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, maka besarnya
angsuran pajak mulai bulan Juli 2005 adalah sebesar Rp. 2.000.000,00.
Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan SKP tersebut bisa sama, lebih
besar atau lebih kecil dan angsuran pajak sebelumnya berdasarkan SPT.
B. Data-Data di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur Tahun 2007 – 2009.
Kewajiban Wajib Pajak menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun
2007 salah satunya adalah mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
apabilah telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.
Tabel. 1. Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur Tahun 2007–2009
Status
Tahun
2007 2008 2010
Badan 5.414 5.867 6.420
[image:42.612.153.513.573.689.2]Total 36.434 49.631 70.063
2. Jumlah Surat PemberitahuanTahunan Tahun 2008 – 2010 di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Selain harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Wajib
Pajak harus menyampaikan Surat pemberitahuan Tahunan (SPT) dalam
bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang rupiah, yang
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
[image:43.612.155.529.426.543.2]Keuangan.
Tabel. 2.1 Jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan Badan Tahun 2008–2010
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Tahun Nihil Kurang Bayar Lebih Bayar Total
2008 998 861 8 1867
2009 1034 862 16 1912
Tabel. 2.2 Jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Tahun
2008–2010 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Tahun Nihil Kurang Bayar Lebih Bayar Total
2008 10087 4415 17 14519
2009 10001 5166 36 15203
2010 21458 5394 11 26863
Surat Pemberitahuan Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk
suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. Keterangan mengenai SPT
yaitu meliputi Surat Pemberitahuan Tahunan Nihil, Surat, Kurang Bayar,
dan Lebih Bayar. Keterangan Nihil menunjukkan bahwa jumlah pokok pajak
sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang atau
tidak ada kredit pajak. Kurang Bayar menunjukkan besarnya pokok pajak,
jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, dan
jumlah pajak yang masih harus dibayar dan berdasarkan kekurangan atas
pembayaran pokok pajak maka terbitlah Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar yang berarti Wajib Pajak mempunyai kewajiban melunasi Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 29. Lebih Bayar menunjukkan jumlah kelebihan
pembayaran karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A. Penyebab Wajib Pajak Tidak Patuh Terhadap Pajak.
Tidak patuh berarti tidak memenuhi kewajiban perpajakan.Banyak penyebab
– penyebab yang memungkinkan Wajib Pajak tidak patuh. Menurut bapak Frangky
selaku Account Representatif (AR) bagian Pengawas dan Konsultasi (WASKON) di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menerangkan mengenai penyebab
Wajib Pajak tidak membayar pajak adalah :
2.3.1 Wajib Pajak memiliki kesadaran yang rendah akan kewajiban
perpajakan yang dilaksanakannya.
2.3.2 Kurangnya pengetahuan akan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
Wajib Pajak.
2.3.3 Pengawasan yang kurang optimal dari petugas pajak terhadap Wajib
Pajak yang tidak melapor atau menyetorkan pajak yang menjadi kewajiban
dari Wajib Pajak.
Selain itu Wajib Pajak yang tidak patuh akan berusaha menghindari
kewajiban perpajakannya. Yang dimaksud menghindari disini adalah Wajib Pajak
tahu akan tanggung jawab perpajakannya tetapi tidak mau bertanggung jawab atas
kewajibannya tersebut. Namun ada juga Wajib Pajak yang tidak patuh di karenakan
oleh Wajib Pajak tidak mempunyai kesadaran dalam bidang perpajakan.Yang
perpajakannya tetapi tidak tahu seberapa pentingnya pajak bagi Negara, bisa jadi
Wajib Pajak benar tidak mengetahui tentang pajak.
Seperti yang disimpulkan oleh Patar Hutabarat selaku Kepala Seksi
Pelayanan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Wajib Pajak di
klasifikasikan menjadi 4, yaitu :
1. Wajib Pajak tahu dan mau memenuhi kewajiban perpajakannya.
2. Wajib Pajak tahu tapi tidak mau memenuhi kewajiban perpajakannya.
3. Wajib pajak tidak tahu tapi mau memenuhi kewajiban perpajakannya.
4. Wajib pajak tidak tahu dan tidak mau memenuhi kewajiban perpajakannya.
Oleh karena itu banyak Wajib Pajak yang melakukan perlawanan demi
menghindar dari kewajiban perpajakannya.Sedangkan tingkat kesadaran Wajib Pajak
harus di tingkatkan, ini merupakan tugas penting bagi seluruh petugas pajak demi
meningkatkan pendapatan.Perlawanan yang dilakukan Wajib Pajak untuk berusaha
menghindari membayar Pajak Penghasilan disebabkan :
1. Pajak mengurangi penghasilan dan pendapatan.
Adanya pengeluaran dan pemotongan terhadap sejumlah uang untuk
membayar PPh yang terutang sudah tentu menimbulkan kekurangan
jumlah penghasilan (pendapatan) yang seharusnya diterima atau diperoleh
Wajib Pajak secara utuh.
2. Kontraprestasi secara tidak langsung (jasa timbal balik).
Salah satu dari pajak yaitu adanya kontraprestasi secara tidak langsung
besarnya PPh yang terutang kepada negara dianggap Wajib Pajak
hanyalah kesia-siaan karena tidak adanya jasa timbal balik secara
langsung kepada Wajib Pajak.
3. Pajak merupakan beban yang berat.
Sejak dahulu hingga sekarang beban pajak sangat berat bagi Wajib Pajak
dan ini tetap merupakan tema utama daripada teori perpajakan. Hal ini
jelas dan dapat dipahami bahwa akibat dari kewajiban dari membayar PPh
tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomis keuangan Wajib
Pajak yang harus ditanggung dan dibayar oleh Wajib Pajak merupakan
suatu beban berat untuk memenuhinya. Hal ini disebabkan pajak yang
dibayar dapat mengurangi pendapatan (penghasilan Wajib Pajak).
B. Penyebab Wajib Pajak Tidak Mematuhi dan Mentaati Secara Teratur dan Disiplin dalam Menghitung dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Self Assessment System
Yang dimaksud tidak teratur dan disiplin adalah Wajib Pajak tidak
memenuhi seluruh kewajiban perpajakannya, karena Pajak Penghasilan pasal 25 ini
menyangkut angsuran bulanan maka tidak teratur berarti Wajib Pajak turut serta
dalam pelunasan pajak tetapi dalam mengangsur, Wajib Pajak tidak disiplin yakni
mengangsur tidak setiap bulan. Sudah menjadi fenomena umum tidak semua orang
menyukai pajak, baik di negara yang sudah maju maupun di negara yang masih
Penghasilannya sesuai dengan ketentuan tapi ada juga Wajib Pajak yang membayar
dan melaporkan PPh yang terutang secara tidak teratur dan disiplin sehingga
timbulnya pembekakan pajak terutang yang harus dibayar.Hal ini disebabkan oleh :
1. Kurangnya tanggapan serius mengenai arti pentingnya pajak.
Masyarakat mengetahui bahwa pajak adalah salah satu kewajiban yang
harus dilaksanakan sebagai warga negara yang baik, tetapi hal tersebut
kurang mendapat reaksi (tanggapan) yang serius oleh Wajib Pajak bahwa
pajak itu sangat penting untuk mengisi kas negara yang dipergunakan
dalam pengeluaran rutin negara dan membiayai keseluruhan
pembangunan, diman hasil pembangunan tersebut akan dikembalikan lagi
kepada rakyat melalui pembangunan sarana-sarana sosial dan
tunjangan-tunjangan sosial yang dinikmati oleh seluruh rakyat. Wajib Pajak tidak
takut jika tidak membayar pajak, karena tanpa membayar pajak mereka
bisa hidup serta dapat menjalankan usaha.
2. Pajak bukan suatu kewajiban yang dianggap serius dan penting.
Wajib Pajak menganggap bahwa kewajiban-kewajiban yang lainnya selain
pajak merupakan kewajiban yang harus di utamakan daan dilaksanakan
karena kewajiban-kewajiban yang berbentuk retribusi merupakan
kewajiban yang mendapat kontraprestasi atau jasa timbal balik secara
langsung sementara pajak tanpa mendapat kontraprestasi atau jasa timbal
3. Kesibukan aktivitas-aktivitas keseharian Wajib Pajak.
Wajib Pajak adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai dan dipenuhi
aktivitas-aktivitas yang beraneka ragam bentuk dan sifatnya.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan Wajib Pajak dalam sehari-harinya berpacu
dengan waktu, sehingga kewajiban untuk membayar dan melaporkan PPh
yang teruttang bukanlah hal yang penting.
4. Kurangnya pengetahuan mengenai perpajakan.
Walaupun Wajib Pajak sudah mengetahui mekanisme pembayaran pajak
tetapi belum tentu juga Wajib Pajak tersebut mengetahui mekanisme
pengisian SPT secara benar, jelas, dan lengkap. SPT terutang yang akan
disampaikan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak untuk
melaporkan pajak yang telah dibayarkan terlebih dahulu diisi dengan
benar, jelas, lengkap dan ditandatangani. Untuk pengisian SPT terutang
agar sesuai dengan petunjuk yang diberikan dan agar berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku Wajib
Pajak harus mempunyai pengetahuan yang cukup. Wajib Pajak yang
mempunyai pendidikan pajak yang kurang dalam pengisian SPT terutang
akan memakan waktu yang lama untuk mempelajari dan membahasnya.
Akibatnya tanggal jatuh tempo pelaporan yang telah ditetapkan telah
C. Upaya-Upaya yang Dilakukan Aparat Pajak agar Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak dalam Membayar Pajak
Untuk menjamin agar pajak benar-benar masuk kedalam kas negara
diusahakan agar Wajib Pajak mempunyai kesadaran untuk membayar Pajak
Penghasilannya. Selain itu aparat pajak harus melakukan upaya-upaya demi
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak. Tugasaparat pajak
demi meningkatkan kepatuhan Wajib pajak dalam menghitung dan melunasi Pajak
Penghasilan Pasal 25 / 29 di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timuryaitu :
1. Optimalisasi penerbitan STP pengawasan, baik massa ataupun tahunan.
2. Menghimbau Wajib Pajak yang belum melaporkan SPT PPh untuk segera
menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunannya.
3. Menindaklanjuti himbauan yang telah dikirim tetapi belum direspon dan
melakukan visit.
4. Menghimbau Wajib Pajak untuk melakukan pembetulan SPT berdasarkan
analisis data yang bersumber dari aplikasi portal Direktorat Jenderal Pajak
dan SPT yang diterima.
5. Mengingatkan Wajib Pajak atas kewajiban perpajakannya, termasuk PPh
Pasal 25/29.
Dengan digerakkannya dan dijalankan langkah-langkah tersebut diharapkan
timbulnya kesadaran Wajib Pajak untuk membayar pajak. Di dalam penjelasan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
sengaja tidak mendaftarkan diri, menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak
Nomor Pokok Wajib Pajak, atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak
Pengukuhan Kena Pajak sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6
(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau
kurang dibayar.” Hal tersebut dapat dilakukan fiskus terhadap Wajib Pajak yang
diketahui atau berusaha menghindari kewajiban perpajakan didalam membayar Pajak
Penghasilan yang terutang.
D. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan ( SPT) di Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur
1. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Badan Tahun 2008 – 2010
Dari data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada tahun 2007 adalah
sebanyak 5.414 sedangkan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang
diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2008
sebanyak 1.867, terdapat selisih 3.547 yang berarti ada 65,52 % SPT lagi yang
tidak disampaikan. Ini menandakan masih rendahnya tingkat kesadaran Wajib
Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
Sedangkan pada tahun 2008 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah
tahun 2009 yaitu 1.912, selisihnya sebanyak 3.955 berarti ada 67,41 % SPT lagi
yang tidak disampaikan. Dan pada tahun 2009 jumlah Wajib Pajak yang
terdaftar sebanyak 6.420 dan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) pada
tahun 2010 sebanyak 2.083, selisihnya sebanyak 4.337 berarti ada 67,55 % lagi
SPT yang tidak disampaikan.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari tahun 2008 – 2010
mengalami kenaikan jumlah SPT yang tidak disampaikan, di tahun 2008
mencapai angka 65,52 %, dan mengalami kenaikan menjadi 67,41 di tahun
2009, dan pada tahun 2010 mencapai 67,55 %. Ini menggambarkan bahwa
Wajib Pajak Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
mengalami penurunan tingkat kepatuhan dalam menyampaikan SPT.
2. Analisa Mengenai Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Orang Pribadi Tahun 2008 – 2010
Dari data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar pada tahun 2007 adalah
sebanyak 31.020 sedangkan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang
diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur pada tahun 2008
sebanyak 14.519, terdapat selisih 16.501 yang berarti ada 53,19 % SPT lagi
yang tidak disampaikan. Ini menandakan masih rendahnya tingkat kesadaran
Sedangkan pada tahun 2008 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar adalah
sebanyak 43.764 dan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) yang diterima pada
tahun 2009 yaitu 15.203, selisihnya sebanyak 28.561 berarti ada 65,26% SPT
lagi yang tidak disampaikan. Dan pada tahun 2009 jumlah Wajib Pajak yang
terdaftar sebanyak 63.643 dan jumlah Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT)
pada tahun 2010 sebanyak 26.863, selisihnya sebanyak 36.780 menunjukkan
bahwa ada 57,79 % lagi SPT yang tidak disampaikan.
Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa dari tahun 2008 ke tahun
2009 mengalami kenaikan jumlah SPT yang tidak disampaikan yaitu dari
awalnya hanya 53,19 % mengalami kenaikan sampai 65,26 %, penurunan
tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT ini sungguh
memprihatinkan, ini disebabkan kurangnya sosialisai atau penyuluhan di bidang
perpajakan, sedangkan pada tahun 2010 mengalami penurunan persentase
menjadi 57,79 % ini sebuah prestasi untuk Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur, prestasi ini disebabkan oleh diadakannya sunset policypada
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pembahasan yang penulis lakukan pada bab sebelumnya maka
penulis mencoba menyimpulkan dan memberi saran yang berhubungan dengan
pembahasan ini.
A. Kesimpulan
1. Penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) badan dari tahun 2008-2010
mengalami kenaikan dari tahun ketahun, ini merupakan sebuah prestasi untuk
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Pada penerimaan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) Orang Pribadi pada
tahun 2010 mengalami kenaikan 100% lebih dibandingkan tahun sebelumnya,
ini berarti Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur berhasil dalam
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajaknya dalam Menyampaikan SPT.
3. Wajib pajak yang tidak patuh terhadap kewajiban perpajakannya dikarenakan
kurangnya perhatian Wajib Pajak dan membayar pajak membuat pengurangan
B. Saran
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur harus lebih meningkatkan atau
memaksimalkan upaya-upaya meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam
menghitung dan melunasi Pajak Penghasilan.
2. Kantor Pelayanan Pajak harus lebih focus terhadap Wajib Pajak yang berada
dalam tanggung jawabnya agar target realisasi tercapai.
3. Aparatur-aparatur pajak yang bekerja di Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan timur harus lebih memaksimalkan waktu yang ada demi meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
Mardiasno, 2003, Perpajakan Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Muljono, Djoko, 2007, PPh dan PPN untuk Berbagai Kegiatan Usaha, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi Keempat, Penerbit Salemba
Empat, Jakarta.
Suandy, Erly, 2008, Hukum Pajak Edisi Keempat, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Waluyo, 2005, Perpajakan Indonesia Edisi Kelima, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Republik Indonesia, Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Republik Indonesia, Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak