• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Di Kota Medan

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pegadaian Syariah

2. Sejarah Pegadaian Secara Khusus (Pegadaian Syariah)

4.2 Gambaran Khusus Pegadaian Syariah Kota Medan 1 Profil Pegadaian Syariah Di Kota Medan

4.2.3 Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Di Kota Medan

Dalam suatu organisasi terdapat adanya pembagian- pembagian kerja dalam bidangnya untuk menjalankan kegiatan suatu perusahaan. Kantor Cabang Pegadaian Syariah (KCPS) adalah sebuah lembaga pegadaian syariah dibawah binaan Divisi Unit Usaha Syariah PT Pegadaian, yang secara struktural terpisah pengelolannya dari usaha gadai konvensional. Pada pegadaian syariah yang adat di kota Medan terdapat pembagian kerja masing – masing karyawan dalam menjalankan tugasnya dan membuat kinerja pegadian syariah menjadi lancar untuk mencapai terwujudnya sasaran yang telah ditetapkan.

Adapun struktur organisasi pegadaian syariah di kota Medan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.4

Struktur Organisasi Pegadaian Syariah Di Kota Medan

Struktur organisasi pada pegadain syariah sama dengan struktur organisasi pegadaian konvensional, yaitu sama – sama mempunyai satu pimpinan dan beberapa karyawannya, yaitu pimpinan KCPS, bagian penaksir, bagian kasir, petugas gudang dan bagian administrasi. Adapun tugas masing – masing bagian adalah sebagai berikut (Zainuddin Ali, 2008: 59) :

1. Pimpinan Cabang Pegadaian Syariah

a. Memeriksa taksiran kemudian. Pemeriksaan taksiran kemudian adalah pelaksanaan pengawasan melekat pimpinan cabang atas taksiran marhun, sekaligus sebagai mana pendidikan bagi para penaksir. Pemeriksaan taksiran ini dilakukan setiap hari oleh pimpinan cabang

b. Setelah pencatatan pada Buku Pemeriksaan Kemudian (BPK), penaksir dan pimpinan CPS harus menandatangani setia kitir marhun, setelah memeriksanya lebih dari satu kali dalam sehari

c. Memeriksa taksiran dan menyerakan marhun pada penjaga gudang. Ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat barang yang tertukar, atau adakah isinya ternyata tidak cocok dengan keterangan pada SBR, atau apakah ada taksiran yang menyimpang dari peraturan

Pimpinan KCPS

Penaksir Kasir Petugas

Gudang

Bagian Administrasi

d. Pemeriksaan dilakukan dihadapan penaksir yang bersangkutan dengan membuka semua kantong marhun yang belum diperiksa secara bersama – sama antara pimpinan dan penaksir

e. Persetujuan pimpinan CPS terhadap bukti pemeriksaan dilakukan dengan membubuhkan paraf pada SBR

2. Bagian Penaksir

a. Menerima barang gadai/ jaminan (marhun) dari nasabah (rahin), dan menetapkan biaya nilai taksiran dan uang pinjaman (marhun bih)

b. Membuat Surat Bukti Rahn (SBR) dan mendistribusikannya 3. Bagian Kasir

a. Menerima SBR lembar asli dari nasabah (rahin) dan SBR dari penaksir, selanjutnya memeriksa keabsahannya

b. Menyiapkan pembayaran, membubuhkan paraf dan tanda ‘bayar’ pada SBR asli dan lembar kedua. SBR lembar pertama (asli) beserta uangnya diserahkan kepada nasabah

c. SBR lembar kedua didistribusikan kebagian administrasi/ pegawai pencatat buku pinjaman dan kitir bagian ‘Dalam’ SBR sebagai dasar pencatatan pada Laporan Harian Kas (LHK)

d. Pada saat pelunasan, kasir menerima dan memeriksa SBR asli tentang kelengkapan data dan keabsahannya

e. Membuat slip pelunasan (selanjutnya disebut SP)

f. Menerima pembayaran dari rahin berupa pokok pinjaman dan jasa simpan sesuai dengan tertera dalam SBR dan SP

h. Mencatat semua penerimaan dalam bentuk pelunasan pinjaman dan pendapatan jasa simpan dalam Laporan Harian Kas (LHK)

i. Mendistribusikan SBR tersebut: badan SBR diserahkan kepada bagian administrasi, lembar 1 Slip Pelunasan diserahkan kepada rahin untuk mengambil marhun, kitir SBR diserahkan kepada penyimpan / pemegang gudang sebagai dasar pengeluaran

4. Bagian Gudang

a. Mencatat semua transaksi pemberian pinjaman dalam Buku Pinjaman (BP) untuk semua golongan berdasarkan ‘Badan SBR’ yang diterima dari kasir dan dibuat Kas Kredit (KK) serta Buku Kas (BK)

b. Menerima marhun yang telah ditempeli kitir SBR bagian luar dari penaksir c. Mencocokkan marhun yang telah ditempeli kitir SBR bagian luar dengan BP d. Apabila telah sesuai antara marhun yang diterima hari itu dengan BP, selanjutnya

dicatat dalam Buku Gudang (BG)

e. Mencocokkan saldo BG dengan IPP pada akhir jam kantor

f. Pada saat pelunasan bagian gudang menerima kitir SB bagian ‘luar’ dari kasir sebagai dasar untuk mengambil marhun yang telah ditebus

g. Mencocokkan nomor kitir ‘dalam’ yang diterima dari rahin dan dan nomor kitir yang ada pada marhun

h. Apabila telah sesuai, melepaskan kitir yang ada pada marhun dan menyerahkan marhun kepada rahin

i. Atas dasar kitir ‘dalam’ dan marhun, pengeluaran marhun dicatat dalam Buku Gudang (BG)

j. Setiap akhir jam kerja mencocokkan BG dengan RPL yang ada pada bagian administrasi

5. Bagian Administrasi

a. Mencocokka barang gadai/ jaminan (marhun) yang telah ditempeli kitir (SBR bagian luar) dengan BP

b. Apabila marhun yang diterima pada hari itu dianggap telah sesuai dengan BP, maka dicatat dalam BG

c. Mencocokkan saldo BG dengan IPP pada akhir jam kantor

d. Mencatat setiap transaksi pelunasan pada saat nasabah (rahin) melakukan pelunasan berdasarkan SBR yang diterima dari kasir, sesuai dengan golongan dan bulannya dal Buku Pelunasan (BPL)

e. Mendistribusikan lembar KD dan BK ke kantor wilayah dan lembar KD dan BK sebagai arsip

f. Mencocokkan RPL dengan BG setiap akhir jam kerja

g. Mencatat penghapusan piutang pada Buku Pinjaman (BP) yang bersangkutan h. Melaporkan realisasi penghapusan pinjaman yang diberikan ke Divisi Usaha Gadai

Syariah Pusat, dan tembusan ke kantor wilayah yang dilampiri dengan bukti memorial

Demikianlah struktur organiasi pegadaian syariah, namun kenyataannya pada pegadaian syariah kota Medan tidaklah demikian adanya setelah kita melihat langsung kelapangan (kantor pegadaian syariah). Seharusnya sebuah perusahaan harus membagi para karyawannya dan meletakkan pada bagiannya masing- masing, agar kinerja dari seorang karyawan tersebut bisa fokus dan bekerja dengan baik. Namun masih terdapat adanya kekurangan atau kelemahan dari sturktur organisasi didalam pegadaian syariah yang ada

dikota medan yaitu masih kurangnya kuantitas karyawan yang diperlukan dalam bidangnya disetiap kantor cabang. Pada KCPS Asrama Syariah misalnya, hanya terdapat satu orang karyawan, sering kali pimpinan ikut turun tangan menjadi seorang karyawan yang langsung melayani transaksi dengan nasabah. Kalau itu sering terulang maka kerja pimpinan tidaklah maksimal pada kinerjanya dikarenakan mendapat dua bagian kerja sekaligus yaitu menjadi seorang karyawan dan juga menjadi seorang pimpinan. Begitu juga dengan kantor pegadaian syariah yang lainnya yang kekurangan karyawan dalam setiap bidangnya, yaitu para karyawan merangkap tugas yang sebenarnya bukan tugas dari karyawan tersebut. Misalnya seorang karyawan bagian kasir bisa merangkap tugas sebagai penaksir, bagian gudang atau bagian administrasi sekaligus sehingga membuat kerja karyawan tersebut menjadi lambat dan tidak bekerja dengan baik.

Dokumen terkait