• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Organisasi Aceh Sepakat

Bab III Latar Belakang Terbentuknya Organisasi Aceh Sepakat Di Kota

3.4. Struktur Organisasi Aceh Sepakat

Dalam suatu organisasi biasanya terdapat susunan atau struktur yang mengatur pelaksanaan kegiatan organisasi tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih dalam jabatan atau tugas dari setiap pelaksanaan kegiatan organisasi. Dengan demikian, struktur organisasi yang jelas akan menyebabkan personil yang ada di dalamnya mengetahui dengan jelas tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan yang diinginkan organisasi.

Pada awal terbentuknya Organisasi Aceh Sepakat, struktur organisasinya masih sangat sederhana, karena organisasi Aceh Sepakat hanya terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris dan Bendahara.57 Sebagai ketua pertama organisasi Aceh Sepakat adalah H.M Jusuf Hanafiah, dan proses pengangkatan awal ketua umum

56

Wawancara dengan H.M. Jusuf Hanafiah, Medan, 11 Juni 2007.

57

lebih didasarkan kepada pengalaman berorganisasi yang dimiliki oleh orang yang dicalonkan sebagai ketua umum. Selama proses pengangkatan awal ketua umum organisasi ini, terjadi persaingan yang menyangkut dengan masalah daerah, karena masing-masing daerah yang mencalonkan kandidat ketua umum lebih menekankan pada faktor etnisnya. Contohnya adalah masyarakat Aceh Gayo lebih menginginkan ketua umum yang akan naik nantinya merupakan bagian dari mereka. Persaingan seperti inilah yang muncul pada saat pemilihan ketua pertama kalinya.

Persoalan ini mendapat perhatian serius dari dari para tokoh pelopor Aceh Sepakat, seperti Teuku Manyak, Hasballah Haji, Ramli Mahmoed, Abdullah Hasan, dan Teuku Banta Ali. Masalah asal usul etnis ini disadari dapat merenggangkan bahkan mampu merusak kerja sama yang telah ada. Berdasarkan hal itulah muncul kesepakatan untuk memilih Ketua Umum yang lebih netral (tidak memihak).58 Untuk periode pertama ini terpilihlah H.M. Jusuf Hanafiah sebagai Ketua Umum organisasi Aceh Sepakat.

Pada 26 Oktober 1969 dilaksanakan kongres I di Kota Medan. Dalam kongres ini telah diusahakan perbaikan terhadap kondisi organisasi ini. Di samping itu Kongres I ini juga dilakukan pemilihan ketua umum untuk periode II, dan terpilihlah Hasballah Haji sebagai Ketua Umum Aceh Sepakat. Usaha perbaikan terhadap organisasi ini dapat dilihat dari struktur organisasinya yang telah menambah jumlah ketua-ketua untuk menangani bidang-bidang tertentu. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari bagan berikut ini:

58

Persyaratan ini ditujukan untuk menghindari keterpihakan dalam organisasi Aceh Sepakat, sehingga nantinya organisasi Aceh Sepakat ini benar-benar dapat menjadi organisasi milik orang Aceh sepenuhnya. Wawancara dengan H.M. Jusuf Hanafiah, Medan, 11 Juni 2007.

Struktur DPP Organisasi Aceh Sepakat Tahun 1969-Sekarang

Ketua Umum

Ketua Ketua Ketua Ketua Ketua

Sekretaris Umum

Sekretaris Sekretaris Sekretaris Sekretaris Sekretaris

Bendahara Bendahara

Ketua Umum sebagai pimpinan puncak organisasi, sementara ketua-ketua lainnya membawahi beberapa biro-biro seperti, Biro agama dan adat, Biro kesejahteraan sosial dan pendidikan, Biro ekonomi, Biro kesehatan dan Biro bantuan hukum. Demikian juga halnya dengan keberadaan sekretaris umum dan sekretaris. Ketua-ketua ini membidangi beberapa biro yang terbentuk di organisasi Aceh Sepakat. Ketua I membidangi Biro Agama dan Adat. Ketua II membidangi Biro Kesejahteraan Sosial dan Pendidikan. Ketua III membidangi Biro Ekonomi, Usaha dan Pembinaan Dana. Ketua IV membidangi Biro Kesehatan, Kebudayaan dan Olah Raga. Ketua V membidangi Biro Bantuan Hukum, Pengerahan Massa dan Humas.

Dewan Pimpinan Pusat organisasi Aceh Sepakat mempunyai fungsi sebagai pimpinan dan penanggung jawab organisasi pada tingkat pusat. Tugas yang dimiliki Dewan Pimpinan Pusat antara lain :

a. Merencanakan dan memimpin pengelolaan organisasi, administrasi, keungan pada tingkat pusat serta seluruh jajarannya dengan penuh kebijaksanaan dan menjiwai aspirasi anggota berdasarkan ketentuan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam melaksanakan program umum organisasi.

b. Membina, mendorong dan memonitor kegiatan pengelolaan organisasi di tingkat cabang agar senantiasa berjalan memenuhi hasrat anggota berdasarkan ketentuan AD/ART.

c. Merencanakan anggaran biaya dan pendapatan organisasi

d. Menghimpun potensi dan dana untuk membangung sarana-sarang yang diperlukan menurut urutan prioritas yang telah ditetapkan.

e. Memberikan pertanggungjawaban kerja kepada Musyawarah Besar. f. Membukukan setiap pemasukan dan pengeluaran dana dengan tertib dan

teratur menurut ketentuan prosedur pembukuan untuk memungkinkan dan memudahkan pengawasan dan pemeriksaaan baik oleh petugas dewan musafat atau jika perlu tim pemeriksa keuangan ataupun untuk diaudit oleh akuntan publik.

g. Menyimpan seluruh dana milik Aceh Sepakat disalah satu bank tertentu atas nama dan nomor rekening Aceh Sepakat dengan kuasa penandatanganan cek, giro dan lain-lain surat berharga oleh dua orang bersama-sama, terdiri dari ketua umum dan seorang bendahara yang ditetapkan atau jika salah seorang berhalangan maka oleh ketua umum dapat menguasakan kepada salah seorang ketua atau bendaraha pengganti lain untuk sementara dan jika kedua orang tersebut berhalangan maka

DPP dapat menetapkan seorang ketua dan bendahara lain untuk menggantikannya.

Adapun wewenang DPP ialah sebagai berikut :

a. Mempekerjakan, mengangkat dan menetapkan kepala tata usaha sebagai kepala bagian, tenaga pembukuan dan tenaga-tenaga sekretariat untuk bertugas dan bertanggungjawab terhadap ketertiban pelaksanaan pekerjaan administrasi dan pembukuan keuangan organisasi serta menetapkan pendapatan masing-masing mereka sesuai dengan kemampuan yang ada.

b. Memilih, menetapkan atau memberhentikan dan membubarkan personalia atau biro-biro/seksi-seksi pembantu DPP apabila perlu.

c. Mengisi lowongan anggota DPP yang kosong karena meninggal dunia, kepindahan, mengundurkan diri dan diberhentikan/dipecat karena tidak mentaati AD/ART dengan persetujuan pleno dewan musapat.

d. Memberhentikan, mengangkat/menetapkan pengganti anggota DPP yang tidak aktif dengan persetujuan musyawarah Dewan Musapat.

e. Mensahkan dan melantik susunan/personalia biro-biro Dewan Pimpinan Cabang dan meresmikan berdiri cabang-cabang.

f. Mengadakan ikatan-ikatan khusus dengan badan/organisasi masyarakat Aceh lainnya dengan terlebih dahulu diberitahukan dan dengan persetujuan Dewan Musapat.

g. Menjual, mengalihkan hak, menerima ganti rugi, meminjamkan dalam jangka panjang harta tetap maupun harta bergerak milik organisasi harus dengan surat keputusan musyawarah Dewan Musapat.

Pada tahun 1975 dibentuk Dewan Musapat, yang kedudukannya setara dengan DPP Aceh Sepakat. Dewan Musapat terdiri dari beberapa orang yang dipilih untuk mengisi jabatan yang terdiri dari satu orang ketua umum dan 4 orang ketua, seorang sekretaris umum dan 4 orang sekretaris serta dilengkapi dengan 19 orang anggota. Orang-orang yang menjadi anggota Dewan Musapat adalah anggota yang dianggap berjasa terhadap organisasi, maupun anggota yang pernah menjabat di posisi DPP. Dewan Musapat ini memiliki fungsi sebagai pengawas diantara dua musyawarah besar, dan fungsinya mengawasi kebijaksanaan DPP dalam pelaksanaan organisasi, administrasi dan program umum untuk menjamin kelancaran pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan AD/ART. Adapun wewenang dari Dewan Musapat adalah:

a. Pleno DM berwenang menyetujui, mensyahkan atau menolak calon pengganti Anggota Pleno DM yang lowong karena meninggal dunia, kepindahan, mengundurkan diri dan diberhentikan/dipecat karena tidak mentaati AD/ART.

b. Musyawarah DM dapat menyetujui, mensyahkan atau menolak usul DM, DPP atau badan/organisasi khusus untuk memberhentikan dan mengangkat/menetapkan pengganti anggota DPP atau DM yang tidak aktif.

c. Pleno DM dapat menyetujui atau menolak permintaan DPP untuk menjual atau melepaskan hak atau menerima ganti rugi atau meminjamkan untuk jangka panjang tetap ataupun harta bergerak milik organisasi.

d. Pleno DM dapat membatalkan keputusan DPP apabila ternyata menyimpang atau bertentangan dengan ketentuan AD/ART.

e. Musyawarah DM dapat membekukan DPP apabila telah berulang kali diperingatkan secara tertulis dan ternyata tetap melakukan kegiatan- kegiatan yang bertentangan dengan ketentuan AD/ART.

f. Unsur Pleno DM harus diangkat oleh badan/organisasi khusus untuk menjadi pengawasnya dengan persetujuan musyawarah DM.

g. Pleno DM dapat memberi saran dan pendapat untuk mendorong DPP dalam pengelolaan organisasi, administrasi, keuangan dan program umum organisasi.

Tidak hanya itu saja, di tahun 1984 Organisasi Aceh Sepakat mulai membentuk biro-biro dalam usaha mengembangkan kegiatan dalam organisasi. Pada tahun 1984 ini telah dibentuk 2 biro yang khusus mengurus masalah ekonomi organisasi, yaitu biro ekonomi, usaha dan pembinaan dana. Biro ekonomi ini diketuai oleh M. Nasir Amin Yacob, dan biro ekonomi ini berfungsi sebagai biro yang mengatur segala bentuk kegiatan ekonomi yang dilakukan organisasi aceh sepakat. Biro usaha dan pembinaan dana diketuai oleh Fauzi Hasballah yang berfungsi sebagai biro yang mengembangkan, serta mengelola dan mencari terobosan usaha sekaligus mengontrol pendanaan-pendanaan dari setiap kegiatan ekonomi dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh Organisasi Aceh Sepakat.

Pada periode berikutnya Organisasi Aceh Sepakat melakukan penyempurnaan terhadap biro-biro ekonomi yang telah ada selama ini, salah satunya dengan mengembangkannya kepada biro bidang keuangan dan lembaga

dana. Biro ini terdiri dari 3 anak biro yang masing-masing terdiri dari biro penggalangan dana internal dan eksternal, biro keuangan mikro, syariah dan perbankan, biro amil zakat, infak dan sadaqah. Biro ini lebih difokuskan untuk mengurusi masalah dana-dana yang masuk bagi organisasi aceh sepakat. Kemudian dibentuknya biro bidang ekonomi dan pembinaan usaha yang juga terdiri dari 3 anak biro, yaitu biro usasha mikro/kecil, menengah dan koperasi, biro agrobisnis dan biro sentra pemasaran hasil usaha. Biro-biro ini lebih difokuskan untuk mengelola dan mengembangkan usaha ekonomi dari organisasi aceh sepakat.

Hingga tahun 90an struktur organisasi ini masih tetap dipertahankan, karena struktur ini dianggap masih relevan dengan kondisi saat ini. Beberapa tambahan biro-biro aceh sepakat dilakukan, tetapi struktur utama masih tetap sama.

3.5. PEMBENTUKAN CABANG-CABANG DAN ANAK CABANG

Dalam perkembangannya, organisasi aceh sepakat berusaha untuk memperluas jaringan di Kota Medan. Salah satu cara untuk memperluas jaringannya adalah dengan cara membentuk cabang organisasi yang letaknya di luar daerah pusat. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor keslulitan dari masyarakat aceh yang berada jauh dari daerah pusat untuk menyampaikan buah pikiran maupun permasalahan-permasalahan yang terjadi di daerah mereka. Selama ini setiap permasalahan ataupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Aceh selalu difokuskan serta diurus oleh DPP Aceh Sepakat.

Keadaan ini tentunya dapat mempersulit DPP Aceh Sepakat dalam efektivitas kerja. Oleh karena itu Organisasi Aceh sepakat memutuskan untuk membentuk beberapa cabang yang ditujukan untuk membantu masyarakat Aceh yang ada di daerahnya serta memudahkan bagi DPP Aceh Sepakat dalam menjalankan aktivitasnya.

Pembentukan cabang-cabang organisasi Aceh Sepakat dilakukan sekitar tahun 70an dengan mempertimbangkan banyaknya orang-orang aceh yang bermukim di daerah tsb.59 Meskipun demikian, tujuan pembentukan cabang- cabang Organisasi Aceh Sepakat ini difokuskan pada faktor efektivitas kerja organisasi. Adapun beberapa cabang-cabang Aceh Sepakat yang terdapat di Kota Medan adalah sbb :

1. cabang I Medan Area, bertempat di Jln. Medan Area Selatan No. 333 Medan.

2. cabang II Medan Baru, bertempat di Jln. Mengkara No. 2 Medan. 3. cabang III Medan Perjuangan, bertempat di Jln. Sehati No. 49C,

Medan.

4. cabang IV Medan Glugur, bertempat di Jln. Pendidikan no. 30, Glugur Darat II, Medan Timur.

5. cabang V Medan Sunggal, bertempat di Jln. Binjai km.5,5 no. 111 Medan.

6. cabang VI Medan Helvetia bertempat di Jln. Tanjung raya no. 48E Medan.

59

Cabang Organisasi Aceh Sepakat yang terletak di Jln. Medan Area Selatan (cabang I) dulunya merupakan tempat Organisasi Perkasa, demikian juga halnya dengan cabang Aceh Sepakat yang terletak di Medan Binjai, awalnya merupakan tempat kedudukan organisasi PMA (Perkumpulan Masyarakat Aceh).60 Keberadaan cabang-cabang Aceh Sepakat tidak hanya terdapat di Kota Medan saja, tetapi juga mencakup beberapa daerah lainnya yang masih terletak di Provinsi Sumatera Utara, misalnya Cabang VII di Kota Binjai, cabang VIII di Tanjung Pura, cabang IX di Pangkalan Brandan dan cabang X di Pangkalan Susu. Fungsi dari cabang Organisasi Aceh Sepakat ini adalah sebagai sarana untuk merekrut anggota dan juga untuk mempererat tali silaturahmi antara DPP Aceh Sepakat dengan kelompok-kelompok masyarakat Aceh yang ada di daerah tersebut.

Cabang-cabang Organisasi Aceh Sepakat ini dibentuk melalui dana yang didapat dari hasil uang pangkal serta sumbangan-sumbangan sukarela maupun hasil-hasil usaha yg dilakukan oleh Organisasi Aceh Sepakat. Keberadaan cabang-cabang organisasi Aceh Sepakat dinilai dapat memberikan banyak bantuan bagi DPP Aceh Sepakat dalam mengatasi masalah-masalah yang menyangkut keberadaan masyarakat Aceh di beberapa daerah. Dengan adanya cabang-cabang Organisasi Aceh Sepakat ini, permasalahan yang muncul di tingkat daerah dapat diselesaikan terlebih dahulu oleh cabang organisasi Aceh Sepakat dan apabila permasalahan belum dapat diselesaikan, barulah dikirim ke tingkat pusat. Masalah-masalah ini misalnya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, seperti biaya pendidikan bagi masyarakat Aceh yang kurang mampu

60

dalam menyekolahkan anak-anaknya, masalah tanah di sekitar masyarakat Aceh bermukim dan masalah-keorganisasian yang ada di tingkat cabang maupun anak cabang.

Fungsi dari DPC adalah sebagai pimpinan dan penanggungjawab organisasi di tingkat cabang. Adapun tugas dari DPC ialah :

a. Melaksanakan program kerja organisasi di tingkat cabang berdasarkan program umum yang telah ditetapkan oleh MUBES dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh DPP.

b. Membina, mendorong dan memonitor kegiatan pengelolaan organisasi ditingkat anak cabang.

c. Memberikan laporan-laporan kepada DPP tentang kegiatan organisasi.

d. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada musyawarah cabang.

Cabang-cabang ini mempunyai Anak Cabang (Ancab) yang dipertanggungjawabkan oleh DPC. Pembentukan Ancab ini berdasarkan populasi masyarakat Aceh yang bermukim di daerah tersebut, Misalnya Ancab II cabang IV Pulau Brayan Bengkel Medan. Ancab ini sudah berdiri sejak tahun 1989.

Fungsi Anak Cabang adalah sebagai pengurus dan penanggung jawab organisasi di tingkat Anak Cabang. Adapun tugas dan wewenang dari Anak Cabang adalah:

b. Melaksanakan program kerja organisasi di tingkat Anak Cabang berdasarkan program umum yang telah ditetapkan oleh MUBES dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh DPC.

c. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada musyawarah Anak Cabang.

d. Memberikan laporan-laporan kegiatan organisasi kepada DPC.

e. Memberhentikan anggota dengan persetujuan tertulis Badan Penasehat, DPC dan DPP.

f. Mengganti anggota Pimpinan Anak Cabang yang lowong karena meninggal Dunia, kepindahan, mengundurkan diri, diberhentikan/dipecat karena tidak mentaati AD/ART dengan persetujuan tertulis Badan Penasehat dan DPC.

g. Menyelesaikan bersama-sama Badan Penasehat hal-hal yang tidak mampu diatasi sendiri.

3.6. REKRUITMEN ANGGOTA.

Untuk menjadi Anggota Organisasi Aceh Sepakat ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh anggota itu, yaitu warga Indonesia yang berasal dari Aceh atau dari keluarga Aceh yang berada di Sumatera Utara atau lahir di Sumatera Utara. Masalah rekruitmen anggota dalam Organisasi Aceh Sepakat sangat erat kaitannya dengan masalah regenerasi kepemimpinan maupun kepengurusan yang dianggap sebagai bagian vital dari kelangsungan suatu organisasi. Dalam hal ini Organisasi Aceh Sepakat biasanya melakukan

regenerasi/pergantinan pengurus dalam setiap periodenya, artinya organisasi aceh sepakat seringkali melakukan pergantian pengurus-pengurus baru dalam rangka memapankan kemampuan kepemimpinan dalam berorganisasi.61

Pada awal berdirinya, Organisasi Aceh Sepakat telah mampu menyerap masyarakat Aceh yang bermukim di Kota Medan untuk menjadi anggota Aceh Sepakat. Awal mula usaha perekrutan ini dimulai dengan kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan Organisasi Aceh Sepakat seperti Halal Bi Halal, peringatan Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi maupun kegiatan-kegiatan di bulan Ramadhan yang sedikit banyak memberikan kesan baik terhadap masyarakat aceh yang bermukim di kota medan. Keanggotaan Organsisasi Aceh Sepakat biasanya didapatkan dengan mendaftarkan diri melalui pengisian formulir pendaftaran pada salah satu cabang terdekat atau daerah calon anggota tersebut berdomisili. Setiap anggota Organisasi Aceh Sepakat akan dikenakan uang pangkal dan setelah mereka melunasi uang pangkal tersebut, mereka akan mendapatkan kartu anggota. Kartu anggota dan formulir pendaftaran yang diberikan kepada setiap anggota Aceh Sepakat akan dianggap sah apabila keduanya dikeluarkan oleh DPP Aceh Sepakat.

Keanggotaan Organisasi Aceh Sepakat telah diatur dalam AD/ART organisasi ini terutama mengenai syarat-syarat berlaku atau tidaknya keanggotaan seseorang. Dalam Organisasi Aceh Sepakat terdapat 3 jenis keanggotaan, yaitu anggota biasa, ialah anggota yang berhak memilih, dipilih,

61

Setelah Kongres I pergantian pengurus dilakukan tiga tahun sekali. Akan tetapi setelah Kongres V, yaitu pada tahun 1984 organisasi Aceh Sepakat tidak melakukan pergantian pengurus hingga dilakukan Musyawarah Luar Biasa pada tahun 1997. Hal ini disebabkan oleh kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Aceh yang menyebabkan anggota Organisasi Aceh Sepakat tidak mau dianggap terlibat atau mendukung kerusuhan tersebut. Dalam Wawancara dengan H.M. Noernikmat, Medan, 20 Juli 2007.

memberi suara, berbicara, membela diri, dibela, membela anggota lain dan memdapatkan bantuan serta pertolongan dari organisasi terutama bila terkena musibah. Anggota luar biasa ialah anggota yang berhak berbicara, dibela, mendapatkan bantuan dan pertolongan dari organisasi bila tertimpa musibah. Terakhir anggota kehormatan adalah anggota yang berhak memberi saran, pendapat, mendapatkan penghormatan dari organisasi.

Anggota Aceh Sepakat juga memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, seperti mentaati AD/ART Aceh Sepakat dan setiap keputusan organisasi, melunasi uang pangkal, iuran dan sumbangan musibah, menghadiri undangan- undangan dan ikut serta dalam kegiatan organisasi. Keanggotaan Aceh Sepakat dapat dicabut dari seseorang apabila orang yang menjadi anggota tersebut meninggal dunia, permintaan sendiri, atau pindah keluar wilayah kedudukan Aceh Sepakat, dipecat karena tidak mentaati AD/ART atau terbukti terlibat dalam suatu kegiatan politik menentang negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45. Salah satu contoh kasus pemberhentian anggota Organisasi Aceh Sepakat adalah terhadap H. Idris Sulaiman (penasehat DPC III Aceh Sepakat) dan Zakaria M. Dhani (Sekretaris II DPC III). Kedua anggota pengurus tersebut tidak pernah aktif dalam kegiatan organisasi dan malahan secara bersama-sama telah membentuk organisasi lain di luar Aceh Sepakat yang bernama STM Udep Sare Mate Syahid, yang berkedudukan di wilayah Anak Cabang IV Cabang III Aceh Sepakat dan merekrut sebagian anggotanya yang berstatus keanggotaan dari Aceh Sepakat.62

62

BAB IV

AKTIVITAS ORGANISASI ACEH SEPAKAT DI KOTA MEDAN

4.1. AGAMA DAN ADAT ISTIADAT

Agama merupakan sebuah kepercayaan yang dianut oleh manusia sebagai paham dan ideologi yang berkaitan erat dengan nilai-nilai keyakinan dan kepercayaan manusia terhadap kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri, sedangkan adat istiadat adalah sebuah pola budaya suatu masyarakat yang telah dipilih, dianiut dan diyakini serta dijalankan untuk mengatur pola prilaku budaya masyarakat tersebut. Menurut Koentjaraningrat, adat istiadat merupakan sistem nilai budaya, pandangan hidup dan ideologi. Sistem nilai budaya adalah tingkat tertinggi dan paling abstrak dari adat istiadat. Hal ini disebabkan karena nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang dinilai berharga dan penting oleh suatu masyarakat. Keadaan ini menempatkan sistem nilai budaya berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi pada kehidupan warga masyarakat yang bersangkutan.63

Pengertian adat menurut masyarakat Aceh adalah segala ketentuan yang telah diatur oleh penguasa dan berlaku sebagai peraturan atau ketentuan yang mempunyai akibat hukum, yaitu mempunyai sanksi, jadi dapat disamakan dengan pengertian hukum adat dalam pengertian ilmu hukum. Bagi masyarakat Aceh, adat harus berlaku sesuai dengan ketentuan hukum islam karena keduanya dianggap satu, tidak dapat dipisahkan seperti mata putih dengan mata hitam.

63

Oleh karena itu ada pepatah Aceh yang mengungkapkan hukom ngon adat lagee

zat ngon sipheuet, artinya hukum dengan adat seperti zat dengan sifat. Dari

pepatah ini dapat diketahui bahwa adat istiadat masyarakat Aceh sangat lekat dengan agama.

Istilah adat istiadat dalam masyarakat Aceh dikenal dengan kata reusam.

Reusam berasal dari bahasa arab yang artinya kebiasaan, cara dan adat istiadat.

Untuk memahami makna reusam dapat kita perhatikan pepatah Aceh yang berbunyi: Boh ara iri, ie paseung surot, taduek di nanggro gob, ban nyang

reusam meunan ta turot, artinya buah ara iri, air pasang surut, bila kita berdiam

di negeri orang, bagaimana adat istiadat begitulah harus diturut.

Organisasi Aceh Sepakat sadar betul akan hal ini, sebagai suatu organisasi etnis yang berada di luar daerah asal, organisasi Aceh Sepakat ingin tetap menjalankan kegiatan agama dan adat istiadatnya. Hal ini membuat organisasi Aceh Sepakat tetap berusaha untuk mempertahankan agama dan adat istiadatnya walaupun sudah berada di luar daerah Aceh (di Kota Medan). Kegiatan organisasi Aceh Sepakat di Kota Medan pada awalnya lebih banyak diwarnai oleh kegiatan-kegiatan keagamaan.

Kegiatan yang paling sering dilakukan adalah pengajian. awalnya pengajian diadakan satu bulan sekali bertempat di kantor Aceh Sepakat yang lama (di Jalan Diponegoro). Ustadz yang mengisi acara pengajian biasanya berasal dari kalangan masyarakat Aceh yang ada di Kota Medan, seperti ustadz

Dokumen terkait