TINJAUAN KHUSUS APOTEK RINI
3.3 Struktur Organisasi
Apotek Rini dikepalai oleh seorang pimpinan sekaligus sebagai Pemilik Sarana Apotek (PSA) yang memimpin apotek secara keseluruhan. Salah satu pimpinan apotek Rini juga seorang Apoteker, dengan demikian Apotek Rini mempunyai tiga orang Apoteker yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di apotek, yaitu Apoteker Pengelola Apotek (APA), Apoteker pendamping dan wakil pimpinan. Kegiatan teknis kefarmasian dibantu oleh Asisten Apoteker, juru resep dan kasir, sedangkan untuk kegiatan non kefarmasian, seperti pembelian, piutang dagang, hutang dagang, pajak dan laporan keuangan dilakukan oleh bagian administrasi. Apotek Rini juga memiliki satpam untuk menjaga keamanan di sekitar apotek dan bila diperlukan dapat diperbantukan untuk mengantarkan resep. Adapun rincian karyawan yang ada di apotek Rini adalah satu orang APA, dua orang Apoteker pendamping, tiga orang Asisten Apoteker kepala yang dibagi menjadi tiga shift, 31 orang Asisten Apoteker (AA) yang dibagi menjadi tiga shift, 21 orang juru resep yang dibagi menjadi tiga shift, dua orang administrasi, lima orang kasir dan tujuh orang satpam yang dibagi menjadi tiga shift. Jumlah total karyawan di apotek Rini adalah 74 orang. Struktur organisasi apotek Rini dapat dilihat pada lampiran 11.
3.4 Kegiatan-Kegiatan di Apotek
Kegiatan di apotek Rini dikelompokkan menjadi dua, yaitu kegiatan dibidang teknis kefarmasian dan non teknis kefarmasian.
3.4.1 Kegiatan Teknis Kefarmasian
Kegiatan pengadaan/pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang, pembuatan obat racikan,penjualan, dan pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan teknis kefarmasian.
3.4.1.1 Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi
Pengadaan perbekalan farmasi dilakukan oleh petugas dari bagian pembelian (Asisten Apoteker) dengan menggunakan surat pesanan yang telah ditandatangani
oleh APA. Pengadaan perbekalan farmasi ini dilaksanakan melalui pembelian secara tunai maupun kredit.
Dari hasil print out pengeluaran barang-barang dalam satu hari, petugas bagian pembelian melakukan pencatatan barang-barang yang akan dibeli, yaitu barang-barang yang jumlahnya sudah di bawah atau mendekati stok minimum serta barang-barang yang bersifat fast moving walaupun belum mencapai stok minimum. Stok minimum ditetapkan berdasarkan hasil penjualan pada bulan sebelumnya atau trend penjualan. Bagian pembelian ini mengelompokkan obat atau barang yang dipesan sesuai dengan nama distributor. Surat Pesanan (SP) yang dibuat ditandatangani oleh APA dan SP ini akan diambil langsung oleh salesman pada pagi hari. Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar. Pada hari yang sama di sore harinya, barang-barang yang dipesan diantarkan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Petugas bagian penerimaan barang memeriksa keadaan fisik barang, tanggal kadaluarsa, jenis dan jumlah barang sesuai dengan faktur. Petugas akan menandatangani dan memberikan stempel apotek pada faktur asli dan salinan faktur apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli dikembalikan kepada distributor dan dua lembar salinannya diberikan masingmasing pada Asisten Apoteker yang bertugas di bagian gudang dan bagian input data. Contoh surat pesanan dan faktur dapat dilihat pada lampiran 12 dan 13.
3.4.1.2 Penyimpanan dan Pengeluaran Barang
Barang-barang yang telah selesai didata oleh bagian gudang, kemudian akan disusun berdasarkan bentuk sediaan secara alfabetis dan dengan sistem FIFO (First In First Out). Obat bebas dan obat bebas terbatas disimpan langsung di ruang pelayanan, sedangkan untuk obat keras dan obat generik diletakkan di ruang peracikan.
3.4.1.3 Pembuatan Sediaan Standar (Anmaak)
Sediaan standar (anmaak) adalah obat yang dibuat sendiri oleh apotek berdasarkan resep standar dari buku resmi untuk dijual bebas ataupun berdasarkan
resep dokter. Acuan yang dipakai untuk formula standar ini adalah Farmakope Belanda. Beberapa obat racikan yang dibuat di apotek Rini, antara lain OBH, Boor Zalf, AAV Zaff I, Liquor Faberi, rivanol 1%, alkohol 70%, gargarisma khan, Lotio Calamine, bedak salisilat. Pembuatan sediaan anmaak ini berdasarkan nilai stok minimum yang ada.
3.4.1.4 Penjualan
Kegiatan penjualan pada apotek Rini, antara lain melayani penjualan resep tunai, resep kredit, penjualan OTC, kosmetik, dan lainya.
a. Penjualan Resep Tunai
Penjualan obat berdasarkan resep dokter kepada pasien dengan pembayaran tunai, debit atau kartu kredit disebut penjualan resep tunai. Alur pemesanan tunai dapat dilihat pada Gambar 3.1.
b. Penjualan Resep Kredit
Penjualan yang dilakukan berdasarkan perjanjian kerja sama yang disepakati antara perusahaan/instansi (baik pemerintah maupun swasta) dengan apotek Rini disebut penjualan resep kredit. Pembayaran dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian sebelumnya, biasanya penagihan dilakukan pada akhir bulan. Perusahaan/instansi dan rumah sakit yang bekerja sama dengan apotek Rini antara lain IAI, Tarakanita, Dino Indria, PT. Triyasa, RS. Mitra Kemayoran, RS. Mitra Kelapa Gading, dan RS. Rawamangun. Alur pengerjaan pelayanan resep kredit tidak berbeda dengan resep tunai, tetapi resep kredit memiliki penomoran tersendiri yang berbeda untuk tiap perusahaan/instansi. Alur penjualan resep kredit dapat dilihat pada Gambar 3.2.
c. Penjualan Over The Counter (OTC)
Kegiatan penjualan bebas meliputi penjualan obat bebas, obat bebas terbatas, sediaan anmaak, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, susu dan alat kesehatan. Alur pelayanan OTC dapat dilihat pada Gambar 3.3.
3.4.2 Kegiatan Teknis Non Kefarmasian
Di Apotek Rini kegiatan teknis non kefarmasian meliputi kegiatan administrasi pembelian, piutang, penjualan, administrasi pajak, personalia/umum dan laporan keuangan.
3.4.2.1 Administrasi Pembelian
Kegiatan administrasi pembelian disebut juga dengan administrasi utang dagang. Kegiatan ini meliputi :
a. Transaksi pembelian dimasukkan ke dalam komputer oleh Asisten Apoteker berdasaran faktur dan kemudian diprint.
b. Transaksi kemudian diposting, dimana jumlah barang akan tercatat ke dalam kartu stok dan jumlah uang akan tercatat pada transaksi hutang di komputer. c. Penukaran faktur dilakukan setiap hari rabu. Distributor menyerahkan faktur
asli penjualan selama satu minggu dan tanda terima faktur beserta total harga yang harus dibayar oleh apotek. Petugas yang bersangkutan akan membuat tanda terima faktur dan tanggal pengambilan giro. Giro ini akan diambil langsung oleh distributor pada waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Selanjutnya petugas akan memisahkan faktur pajak dan mencocokkan faktur tersebut dengan data jumlah dan harga obat yang telah dimasukkan ke komputer. Contoh tanda terima faktur dapat dilihat pada Lampiran 14.
d. Kemudian dilakukan posting pembayaran hutang ke dalam komputer.
e. Laporan pembayaran dapat dibuat setiap bulan dan dilaporkan kepada pimpinan apotek.
3.4.2.2 Administrasi Piutang
Kegiatan administrasi piutang meliputi :
a. Petugas adminisrasi bertugas memasukkan semua transaksi piutang berdasarkan kuitansi penagihan ke dalam arsip daftar piutang.
b. Pencatatan jumlah tagihan dilakukan setiap bulan atau setiap minggu berdasarkan nama debitor dan kuitansinya.
c. Penagihan dilakukan dengan mendatangi langsung ke perusahaan/instansi yang berpiutang.
3.4.2.3 Administrasi Penjualan
Pemberian harga resep, OTC dan DOWA dilakukan melalui komputer bagian kasir di apotek Rini. Pada saat petugas memasukkan daftar barang yang dibeli dan telah dibayar maka secara otomatis stok barang akan berkurang sesuai dengan transaksi yang telah dilaksanakan. Ketika pergantian shift, masing-masing kasir menyerahkan laporan perincian penjualan yang telah diprint. Setiap hari pada pukul 24.00 WIB dilakukan posting transaksi penjualan, baik dari penerimaan resep maupun penjualan bebas oleh kasir yang bertugas pada malam hari. Hasilnya akan digunakan sebagai dasar dalam pemesanan barang keesokan harinya.
3.4.2.4 Administrasi Pajak
Bagian pajak bertanggung jawab dalam menghitung serta mencatat jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh apotek.
3.4.2.5 Administrasi Personalia
Mencatat semua hal yang menyangkut urusan kepentingan pegawai, seperti gaji dan surat-surat lain yang berkaitan dengan kepegawaian yang sudah mendapatkan persetujuan Direktur.
3.4.2.6 Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang ada di Apotek Rini ditangani langsung oleh wakil pimpinan yang juga merupakan Apoteker pendamping dengan dibantu oleh bagian personalia.
3.5 Pengelolaan Narkotika
Pengelolaan narkotika di apotek Rini meliputi pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelaporan narkotika.
3.5.1 Pengadaan Narkotika
Kegiatan pembelian narkotik yang dilakukan di Apotek Rini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembelian narkotik dilakukan dengan memesan narkotika ke PBF Kimia Farma. Contoh Surat Pesanan Narkotika dapat dilihat pada lampiran 15.
3.5.2 Penyimpanan Narkotika
Pesanan narkotika diterima oleh petugas penerima barang (Asisten Apoteker) dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, tanda tangan dan stempel apotek dimana pembayaran dilakukan secara tunai. Obat-obatan golongan narkotika disimpan dalam lemari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci dan menempel di dinding. Bagian pertama menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya dan bagian kedua menyimpan narkotika yang digunakan sehari-hari.
3.5.3 Penjualan Narkotika
Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung narkotika atau salinan resep yang berasal dari apotek Rini dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas.
3.5.4 Pelaporan Narkotika
Kegiatan pelaporan narkotik Apotek Rini dilakukan kepada instansi yang berwenang, yaitu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur dengan tembusan Kepala Balai Besar POM DKI Jakarta. Contoh pelaporan narkotika dapat dilihat pada lampiran 16 dan 17.
3.6 Pengelolaan Psikotropika
Pengelolaan psikotropik di apotek Rini meliputi pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pelaporan.
3.6.1 Pengadaan Psikotropika
Kegiatan pembelian psikotropik yang dilakukan di Apotek Rini telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Contoh Surat Pesanan Psikotropika dapat dilihat pada lampiran 18.
3.6.2 Penyimpanan Psikotropika
Kegiatan penyimpanan psikotropik di Apotek Rini, yaitu ditempatkan pada lemari khusus yang terpisah dari obat golongan lainnya.
3.6.3 Penjualan Narkotika
Apotek Rini melayani resep asli yang mengandung psikotropik dengan mencantumkan nama dan alamat pasien yang jelas.
Tersedianya sarana pelayanan kefarmasian yang baik adalah salah satu faktor penunjang untuk dapat terwujudnya derajat kesehatan yang layak. Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kefarmasian yang dapat mewujudkan pelayanan kefarmasian yang memadai, dan menjadi tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker serta tempat penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Praktek kefarmasian meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan penyerahan obat atau bahan obat. Untuk dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian dengan baik, suatu apotek harus memiliki faktor-faktor pendukung seperti lokasi, bangunan, persediaan produk farmasi, sumber daya manusia, dan sistem manajemen yang baik. Selain itu, sebuah apotek memerlukan apoteker yang profesional, kompeten dan berdedikasi pada perannya baik sebagai pelaku profesi apoteker maupun sebagai pelaku wirausaha.
Pada kesempatan kali ini, penulis diberikan kesempatan untuk melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Rini yang berlokasi di di Jalan Balai Pustaka Timur No. 11 Rawamangun Jakarta Timur selama periode 2 April sampai dengan 26 Mei 2014. Dari segi lokasi, Apotek Rini dapat dikatakan terletak pada lokasi yang strategis. Apotek Rini berlokasi tepat di sisi jalan dua arah yang banyak dilalui kendaraan baik kendaraan pribadi maupun kendaraan umum, sehingga akses transportasi mudah dijangkau oleh masyarakat. Selain itu, lingkungan sekitar Apotek Rini juga cukup ramai karena terletak dekat dengan pemukiman padat penduduk dan juga terdapat beberapa sarana kesehatan lainnya seperti tempat praktek dokter, rumah sakit (RS Umum Persahabatan, RS Dharma Nugraha, RS Rawamangun), dan pelayanan kesehatan gereja. Adanya pusat perbelanjaan Tip Top yang cukup ramai dikunjungi oleh pembeli serta lokasi Apotik Rini yang berada di area pertokoan dan perkantoran juga merupakan salah satu faktor pendukung lokasi yang strategis. Selain itu, persis di sebelah Apotek Rini didirikan mesin ATM dari berbagai bank terkemuka sehingga memudahkan
pasien untuk melakukan penarikan tunai ketika dibutuhkan. Denah lokasi Apotek Rini dapat dilihat pada Lampiran 6.
Bangunan dan fasilitas yang baik juga merupakan faktor yang cukup penting guna mencapai pelayanan kefarmasian yang baik. Apotek Rini memiliki bangunan dengan kondisi dan tata letak yang baik, juga fasilitas yang cukup memadai. Pada bagian depan halaman Apotek Rini terdapat papan nama Apotek Rini dan penambahan slogan “Siap Melayani Anda, Kapanpun Anda Perlu” dengan tulisan berwarna merah dan hitam dengan latar putih yang menghadap kedua arah jalan, sehingga dapat terlihat dari kedua arah. Pada bagian depan gedung apotek juga terpasang papan nama “Apotik Rini” dengan tulisan putih yang kontras dengan nuansa cat bangunan yang kehijauan, dan dilengkapi dengan lampu penerangan yang dinyalakan saat hari mulai gelap. Komposisi warna, besar papan, besar huruf, penerangan dan juga letak papan nama sudah sangat baik sehingga masyarakat dapat segera mengetahui dan tertarik akan keberadaan Apotek Rini. Selain itu, disain sisi depan gedung Apotek Rini terbuat dari kaca tembus pandang sehingga pasien dari luar dapat melihat bagian dalam apotek juga merupakan faktor penting untuk menarik pelanggan. Pada halaman depan Apotek Rini juga terdapat lahan parkir yang cukup untuk 8 - 10 mobil dan 30 – 40 sepeda motor, sehingga memudahkan pasien yang membawa kendaraan pribadi untuk parkir di lokasi apotek, bahkan diberikan penutup pada jok motor pasien agar jok motor tidak terlalu panas ketika parkir di siang hari.
Gambar 4.2. Papan nama Apotek Rini yang dapat dilihat dari kedua arah jalan.
Untuk tata ruang, Apotek Rini terbagi menjadi 3 ruang, yaitu ruang depan, ruang dalam, dan ruang samping. Tata ruang ini dapat dilihat pada lampiran 7. Ruang administrasi dan keuangan serta ruang pimpinan terdapat di bagian samping apotek. Sementara itu, ruang depan apotek berfungsi sebagai tempat penerimaan resep, penyerahan obat, etalase penyimpanan dan pelayanan obat bebas, kasir dan ruang tunggu. Jumlah kursi di ruang tunggu sudah dirasa cukup jika dilihat dari jumlah pelanggan yang datang setiap harinya dan ditunjang juga dengan waktu pelayanan baik obat bebas maupun resep yang dibutuhkan tidak terlalu lama sehingga pengunjung yang menunggu tidak akan menumpuk untuk dilayani pun dan dapat bergantian. Ruang tunggu selalu terjaga bersih dan dilengkapi pendingin ruangan sehingga pengunjung merasa sejuk dan nyaman selama menunggu obat disiapkan. Fasilitas televisi juga diberikan untuk pasien di ruang tunggu sehingga pelanggan tidak merasa jenuh ketika menunggu antrian obat. Ruang tunggu dirancang menghadap ke etalase obat bebas memudahkan dan menarik pengunjung untuk melihat barang yang dipajang di dalamnya. Kemudahan pengunjung untuk melihat dan memilih obat bebas yang diperlukan ini memiliki efek positif terhadap apotik karena dapat meningkatkan penjualan.
Ruang dalam Apotek Rini berfungsi sebagai ruang kerja, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan baik untuk sediaan solid (puyer, kapsul) maupun semi solid atau cair. Dari segi luas, ruang dalam Apotek Rini dapat dikatakan cukup memadai untuk menunjang kenyamanan dan efektifitas fungsi serta aktivitas yang ada. Ruang dalam juga dilengkapi pendingin ruangan untuk
menjaga temperatur ruangan tetap pada temperatur stabilitas obat selama penyimpanan dan memberikan kenyamanan bagi personel apotek dalam melakukan pekerjaannya di ruangan dalam. Pada bagian tengah ruang dalam terdapat meja racik yang dilengkapi peralatan dan perlengkapan dalam meracik, seperti mortar, lumping, timbangan, cangkang kapsul, mesin pembungkus puyer, dsb. Di sebelah meja racik terdapat meja kerja khusus untuk mengerjakan resep yang mengandung sediaan racikan serta meja kerja yang disediakan untuk mengerjakan resep non-racikan dan aktivitas pengecekan akhir sediaan sesuai resep oleh asisten apoteker senior, atau biasa dipanggil dengan sebutan “posus”. Kedua meja kerja tersebut masing-masing dilengkapi dengan komputer untuk mengakses kesediaan obat serta data tiap transaksi harian berupa rincian item obat beserta harganya. Hal ini untuk membantu pengambilan obat sesuai transaksi serta mempermudah pengecekan akhir. Selain itu, juga tersedia buku referensi seperti ISO, MIMS, dsb untuk membantu pekerjaan kefarmasian.
Penataan susunan obat pada rak dilakukan berdasarkan abjad juga berdasarkan jenis dan bentuk sediaan. Penyusunan tersebut diperinci sebagai berikut :
a. Obat dengan nama dagang dan generik disusun dalam lemari terpisah. b. Sediaan cair oral juga disimpan dalam lemari tersendiri, penyimpanannya
tidak digabung dengan sediaan solid. Begitu pula dengan sediaan cair parenteral dan sediaan semisolid yang disimpan pada lemari masing-masing.
c. Sediaan injeksi juga disimpan dalam lemari secara terpisah dengan obat-obat lain.
d. Obat dengan harga mahal dan psikotropika disimpan dalam lemari terpisah untuk mempermudah pengawasan pengambilan obat-obatan tersebut. e. Obat golongan narkotik disimpan secara khusus dalam lemari berkunci
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan.
f. Untuk sediaan suppositoria, ovula, vaksin, injeksi, insulin, dan produk lainnya yang termolabil disimpan dalam lemari pendingin karena penyimpanannya dilakukan pada suhu khusus.
g. Alat kesehatan, seperti syringe, pipet, kit pengukur kadar gula darah, dsb juga disimpan pada lemari khusus.
h. Sebagian besar obat OTC, terutama yang bersifat fast-moving, biasanya diletakkan di rak obat pada ruang luar.
Rak penyimpanan obat tersebut diletakkan di sepanjang dinding dan bagian tengah ruang dalam sehingga memudahkan pegawai untuk melakukan kegiatan pengambilan obat. Ruang dalam ini juga tersambung dengan gudang stok obat dan juga ruang peracikan sediaan cair – semisolid - solid seperti bedak, obat batuk hitam, lotio kummerfeldi, dll. Tidak hanya itu, pada bagian belakang apotek terdapat ruang makan, toilet, dan mushola untuk pegawai. Kebersihan masing-masing ruang di apotek berusaha dijaga dengan adanya giliran piket kebersihan bagi tiap pegawai.
Sistem manajemen obat jelas menjadi salah satu faktor yang mendukung kelancaran pekerjaan kefarmasian di Apotek Rini. Aktivitas pengadaan obat dan perbekalan farmasi lainnya di Apotek Rini dilakukan setiap hari, dan dilakukan oleh pegawai di ruang adminitrasi. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan persediaan obat serta pertimbangan efisiensi tempat penyimpanan obat di gudang yang terbatas karena pemesanan barang atau obat dengan jumlah yang tidak sedikit. Proses pembelian obat ke pabrik dilakukan ketika data stok obat yang tersisa sudah mendekati stok minimum. Jumlah stok minimum masing-masing obat berbeda-beda ditentukan berdasarkan pada trend penjualan di apotek selama satu bulan dan sistemnya sudah terkomputerisasi. Selain itu perputaran obat atau barang di apotek juga menjadi pertimbangan dalam prioritas pembelian barang. Obat fast moving stok minimum selama sebulan akan lebih besar dari pada obat slow moving. Oleh karena jumlah permintaan obat fast moving yang tinggi sehingga stok yang harus tersedia di apotek pun harus lebih besar daripada obat slow moving. Sementara itu, jumlah stok minimum obat slow moving kecil bahkan tidak ditentukan jumlah stok minimumnya sehingga pembelian obat slow moving dilakukan ketika jumlah stok obat di Apotek sudah habis. Hal ini dilakukan untuk menghindari waktu penyimpanan obat yang terlalu lama di apotek.
Pemesanan barang dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) yang diserahkan kepada PBF pada pagi hari dan pesanan akan diantarkan oleh PBF pada hari yang sama. Umumnya pemesanan obat psikotropika, narkotik, dan obat lain dilakukan dengan prosedur yang sama hanya berbeda pada SP-nya, untuk obat psikotropik menggunakan SP psikotropik, begitu juga pada obat golongan narkotik dan lainnya. Barang pesanan yang datang kemudian diterima oleh pegawai apotek yang kemudian dilakukan pemeriksaan fisik barang, tanggal kadaluarsa, jenis dan jumlah barang disesuaikan dengan faktur. Faktur yang dibawa oleh PBF terdiri dari beberapa rangkap dimana faktur asli dikembalikan ke distributor, sedangkan salinannya disimpan oleh pegawai apotek yang kemudian diinput ke komputer dan untuk pengecekan barang. Pembayaran kepada pihak distributor dapat diakukan secara tunai maupun kredit, namun untuk pembelian obat narkotik, pembayaran harus dilakukan secara tunai.
Keuntungan dari sistem komputerisasi yang diterapkan di Apotek Rini adalah dapat dengan mudah menghitung jumlah sisa stok yang ada di gudang karena setelah dilakukan transaksi maka secara otomatis stok obat yang keluar akan dikurangi dengan stok obat yang ada sehingga dapat dengan mudah diketahui jumlah stok yang tersisa di apotek. Dengan adanya sistem komputerisasi tesebut maka sistem manajemen dan administrasi di Apotek Rini menjadi lebih teratur dan efisien. Selain itu, laporan penjualan harian dapat langsung dicetak agar selanjutnya dapat dijadikan data analisis trend obat dan juga mengetahui obat mana yang termasuk slow moving atau fast moving yang akan sangat berguna sebagai pertimbangan utama untuk sistem pengadaan obat.
Sistem pengadaan obat yang baik inilah menjadi keunggulan utama Apotek Rini dibandingkan apotek pesaingnya, seperti Apotek K24, Century, Family, dan lain lain. Obat-obatan dan perbekalan kesehatan di Apotek Rini terbilang lengkap disertai dengan upaya apotek untuk memenuhi semua permintaan obat dari pasien dengan mengusahakan agar tidak ada penolakan resep seperti membeli di apotek lain saat stok kosong ataupun dengan memesan langsung ke PBF. Tak hanya berusaha memuaskan pasien, Apotek Rini pun senantiasa menjaga hubungan baik dengan pelanggan, antara lain dokter yang praktik di klinik, RS, puskemas, ataupun sarana kesehatan lainnya yang
berwenang merujuk pasien serta PBF dan apotek lain yang dapat membantu