• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

1. Struktur Output

Struktur output yang terbentuk di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 adalah sebesar 65.491.584 juta rupiah, yang merupakan nilai dari seluruh produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang tersedia di kawasan tersebut. Dengan mengetahui besarnya output yang dihasilkan oleh masing-masing sektor, maka akan dapat ditelaah sektor- sektor apa saja yang memberikan kontribusi terbesar dalam menghasilkan output secara keseluruhan. Dari total output yang dihasilkan di Kawasan Kedungsapur tersebut, terdapat sepuluh sektor ekonomi yang memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan struktur output kawasan seperti disajikan secara rinci dalam Tabel 28.

Tabel 28 Sepuluh sektor terbesar menurut peringkat output di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Urutan Sektor Nilai Distribusi

(Juta Rp) (%)

1 7. Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 12 177 136 18.59 2 16. Perdagangan Besar dan Eceran 11 104 560 16.96 3 8. Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 934 119 13.64 4 27. Pemerintahan Umum 4 270 888 6.52 5 11. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 3 949 699 6.03 6 1. Tanaman Bahan Makanan 3 709 195 5.66

7 15. Bangunan 2 544 223 3.88

8 9. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 2 421 875 3.70 9 10. Industri Kertas dan Barang Cetakan 2 353 483 3.59

10 17. Restoran 1 904 209 2.91

Sektor Lainnya 12 122 199 18.51

Jumlah 65 491 584 100.00

Sumber: Tabel I-O Kawasan Kedungsapur tahun 2003 (updating)

Tabel input-output Kawasan Kedungsapur tahun 2003 menggunakan klasifikasi 30 sektor ekonomi, dan dari 30 sektor tersebut dapat diketahui sepuluh sektor ekonomi yang memberikan kontribusi output lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Lima sektor dengan output terbesar di kawasan ini yaitu dengan total nilai sebesar 40.436.402 juta rupiah atau sekitar 61.74% adalah

sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7) yang outputnya mencapai 12.177.136 juta rupiah atau sekitar 18.59% dari total output, diikuti sektor perdagangan besar dan eceran (16) dengan nilai output mencapai 11.104.560 juta rupiah atau sekitar 16.96% dari total output, dan sektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki (8) yang memberikan kontribusi output sekitar 13.64% atau sebesar 8.934.119 juta rupiah. Kemudian sektor pemerintahan umum (27) dan sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11) masing- masing 6.52% atau sebesar 4.270.888 juta rupiah dan 6.03% atau sebesar 3.949.699 juta rupiah.

2. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Oleh karenanya jumlah output (nilai produksi) yang dihasilkan berpengaruh dalam menentukan besarnya nilai tambah di masing-masing sektor, selain ditentukan pula oleh banyaknya biaya yang diperlukan dalam proses produksi. Sehingga suatu sektor ekonomi yang memiliki output yang besar belum tentu menghasilkan nilai tambah yang besar juga, tetapi tergantung pula dengan besarnya biaya produksi dalam proses produksinya.

Tabel 29 Sepuluh sektor terbesar menurut peringkat nilai tambah di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Urutan Sektor Nilai Distribusi

(Juta Rp) (%)

1 16. Perdagangan Besar dan Eceran 9 377 897 27.16 2 7. Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 4 456 333 12.91 3 1. Tanaman Bahan Makanan 3 277 906 9.49 4 27. Pemerintahan Umum 3 042 828 8.81 5 8. Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 2 363 384 6.85

6 15. Bangunan 1 157 958 3.35

7 11. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1 117 622 3.24 8 10. Industri Kertas dan Barang Cetakan 891 912 2.58

9 17. Restoran 866 415 2.51

10 19. Angkutan Darat 818 219 2.37

Sektor Lainnya 7 155 187 20.72

Jumlah 34 525 660 100.00

Apabila dilihat berdasarkan peringkat nilai tambah bruto, terdapat sepuluh sektor ekonomi yang memberikan sumbangan terbesar bagi total nilai tambah yang diciptakan di Kawasan Kedungsapur tahun 2003. Tabel 29 menyajikan secara rinci kontribusi yang diberikan oleh sektor-sektor tersebut terhadap nilai tambah secara keseluruhan. Lima sektor di antara sepuluh sektor ekonomi tersebut, merupakan sektor yang memberikan sumbangan terbesar yaitu sebesar 22.518.348 juta rupiah atau sekitar 65.22% dari total nilai tambah yang tercipta di kawasan tersebut. Sektor perdagangan besar dan eceran (16) merupakan sektor yang mempunyai peran terbesar dalam penciptaan nilai tambah yaitu 9.377.897 juta rupiah atau sekitar 27.16% dari keseluruhan nilai tambah. Kemudian di urutan kedua adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7) yang menciptakankan nilai tambah sebesar 4.456.333 juta rupiah atau memberikan kontribusi terhadap nilai tambah di kawasan ini sekitar 12.91%. Sektor ketiga yang memberikan kontribusi sekitar 9.49% terhadap nilai tambah yang tercipta secara keseluruhan adalah sektor tanaman bahan makanan (1) yaitu sebesar 3.277.906 juta rupiah. Kemudian secara berurutan sektor pemerintahan umum (27) dan sektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki (8) masing-masing sebesar 3.042.828 juta rupiah dan 2.363.384 juta rupiah atau sekitar 8.81% dan 6.85% dari nilai tambah keseluruhan.

Sembilan sektor di antara sepuluh sektor ekonomi yang merupakan peringkat terbesar dalam menciptakan nilai tambah di Kawasan Kedungsapur, yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, industri makanan, minuman, dan tembakau, tanaman bahan makanan, industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki, bangunan, industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, industri kertas dan barang cetakan, restoran, dan jasa pemerintahan umum, juga merupakan sektor yang mempunyai nilai output terbesar dalam struktur perekonomian Kawasan Kedungsapur.

Komponen nilai tambah terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha (sewa, bunga, dan keuntungan), penyusutan, dan pajak tak langsung neto. Struktur nilai tambah di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 seperti disajikan pada Tabel 30 menunjukkan bahwa surplus usaha merupakan komponen nilai tambah yang terbesar yaitu 18.462.615 juta rupiah atau sekitar 53.48% dari total nilai tambah,

kemudian komponen upah dan gaji sebesar 11.104.834 juta rupiah atau sekitar 32.16%. Sedangkan komponan penyusutan dan pajak tak langsung masing-masing hanya mencapai porsi 8.38% dan 5.98%.

Tabel 30 Komposisi nilai tambah bruto menurut komponennya di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Kode Komponen Nilai Tambah Nilai Distribusi

(Juta Rp) (%)

201 Upah dan Gaji 11 104 834 32.16

202 Surplus Usaha 18 462 615 53.48

203 Penyusutan 2 894 901 8.38

204 Pajak Tak Langsung 2 063 310 5.98

Jumlah 34 525 660 100.00

Sumber: Hasil olah data, Tabel I-O Kawasan Kedungsapur 2003

Sehingga berdasarkan struktur nilai tambah tersebut, porsi upah dan gaji lebih rendah apabila dibandingkan dengan surplus usaha. Sementara upah dan gaji merupakan komponen nilai tambah yang bisa langsung diterima oleh pekerja. Sedangkan surplus usaha yang merupakan penerimaan bagi pengusaha dan belum tentu dapat langsung dinikmati oleh masyarakat, dalam hal ini khususnya tenaga kerja, mengingat dalam surplus usaha tersebut termasuk bagian yang disimpan atau ditanam di perusahaan sebagai laba yang ditahan.

3. Struktur Permintaan Akhir

Selain digunakan oleh sektor produksi dalam rangka proses produksi, barang dan jasa juga digunakan oleh konsumen untuk memenuhi permintaan akhir antara lain konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal, ekspor, serta perubahan stok. Jumlah komponen permintaan akhir tersebut apabila dikurangi dengan impor maka akan sama dengan jumlah penggunaan akhir barang dan jasa yang berasal dari faktor produksi domestik atau PDRB menurut penggunaan.

Struktur permintaan akhir di Kawasan Kedungsapur tahun 2003 menurut komponennya dirinci dalam Tabel 31, dengan total permintaan akhir mencapai 43.802.923 juta rupiah. Dari total jumlah permintaan akhir tersebut, sebanyak

20.995.776 juta rupiah didistribusikan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga atau sekitar 47.93%. Sedangkan untuk pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar

3.042.828 juta rupiah atau sekitar 6.95%, pembentukan modal tetap sebesar 4.995.341 juta rupiah atau sekitar 11.31%, perubahan stok sebesar 656.086 juta

rupiah atau sekitar 1.50%, dan ekspor sebesar 14.152.892 juta rupiah atau sekitar 32.31%. Hal tersebut menunjukkan bahwa di Kawasan Kedungsapur masih perlu adanya peningkatan investasi usaha untuk menggalakkan aktivitas perekonomian wilayah.

Tabel 31 Komposisi permintaan akhir menurut komponennya di Kawasan Kedungsapur Provinsi Jawa Tengah tahun 2003

Kode Sektor Nilai Distribusi terhadap Distribusi

(Juta Rp) Permintaan Akhir terhadap PDRB

(%) (%)

301 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 20 995 776 47.93 60.81 302 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3 042 828 6.95 8.81 303 Pembentukan Modal Tetap Bruto 4 955 341 11.31 14.35

304 Perubahan Stok 656 086 1.50 1.90

304 Ekspor 14 152 892 32.31 40.99

Jumlah Permintaan Akhir 43 802 923 100.00 -

Impor (9 277263) - (26.86)

Total PDB 34 525 660 - 100.00

Sumber: Tabel I-O Kawasan Kedungsapur 2003 (updating)

Apabila ditelaah struktur permintaan akhir terhadap PDRB, terlihat bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga menghabiskan 60.81% dari total PDRB atau nilai tambah yang diciptakan di Kawasan Kedungsapur. Sedangkan pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, dan perubahan stok masing-masing sebesar 8.81%, 14.35% dan 1.90% dari total nilai tambah tersebut. Permintaan barang untuk ekspor mencapai 40.99% dari keseluruhan nilai tambah, dan pembelian barang dari impor mencapai 26.86% dari nilai tambah.

4. Angka Pengganda

Untuk mengetahui pengaruh suatu sektor dalam perekonomian antara lain dilihat dari besarnya angka pengganda yang dapat menunjukkan dampak langsung

maupun tidak langsung terhadap kinerja sistem perekonomian wilayah. Pada Tabel 32 disajikan beberapa angka pengganda yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain angka pengganda output (output multiplier) yaitu dampak peningkatan permintaan akhir atas output suatu sektor terhadap peningkatan total ouput seluruh sektor di wilayah Kedungsapur.

Tabel 32 Angka pengganda masing-masing sektor

Sektor Pengganda Pengganda Pengganda

Output Pendapatan Nilai Tambah

Tanaman Bahan Makanan 1 1.0814 1.0845 1.0619

Tanaman Perkebunan 2 1.1211 1.0912 1.1079

Peternakan dan Hasil-hasilnya 3 1.4843 1.4092 1.3842

Kehutanan 4 1.0764 1.1406 1.0992

Perikanan 5 1.1934 1.1500 1.1282

Penggalian 6 1.1138 1.0834 1.1063

Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 7 1.7150 2.2724 2.3730

Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 8 1.8240 2.0739 2.2109

Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 9 1.5909 1.9187 1.9882

Industri Kertas dan Barang Cetakan 10 1.3015 1.4502 1.4619

Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 11 1.4948 1.7524 1.9252

Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 12 1.5059 1.7596 1.8281

Industri Lainnya 13 1.0464 1.3129 1.1895

Listrik, gas dan air minum 14 1.4082 1.5130 1.4608

Bangunan 15 1.4712 1.2562 1.5322

Perdagangan Besar dan Eceran 16 1.1817 1.1515 1.1168

Restoran 17 1.7641 1.5134 1.9648

Hotel 18 1.5046 1.3840 1.4642

Angkutan Darat 19 1.4056 1.4693 1.3635

Angkutan Air 20 1.2858 1.3076 1.3685

Angkutan Udara 21 1.4659 1.5177 1.5168

Jasa Penunjang Angkutan 22 1.2707 1.3185 1.2724

Komunikasi 23 1.3116 1.2727 1.2507

Bank 24 1.2442 1.1472 1.1981

Lembaga Keuangan selain Bank 25 1.1874 1.0813 1.1681

Real Estate dan Jasa perusahaan 26 1.1502 1.1883 1.1020

Pemerintahan Umum 27 1.3109 1.0729 1.2325

Sosial Kemasyarakatan 28 1.3349 1.1275 1.2591

Hiburan dan Rekreasi 29 1.5307 1.3974 1.5076

Jasa-jasa Lainnya 30 1.2342 1.0971 1.1651

Angka pengganda output terbesar dimiliki oleh sektor industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki (8) yaitu sebesar 1.8240, kemudian berturut-turut sektor restoran, sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7), sektor restoran (17), serta sektor industri barang kayu dan hasil hutan lain (9). Sektor lain yang juga memiliki angka pengganda yang relatif tinggi adalah sektor hiburan dan rekreasi (29), sektor industri logam, mesin, dan peralatan (12), sektor hotel (18), sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor peternakan dan hasil-hasilnya (3), dan sektor bangunan (15).

Selanjutnya adalah angka pengganda pendapatan (income multiplier) yaitu dampak permintaan akhir atas output sektor tertentu terhadap peningkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan (termasuk sebagian pendapatan yang dibelanjakan kembali ke dalam perekonomian) di Kawasan Kedungsapur. Sektor yang memiliki angka pengganda pendapatan terbesar adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7) yaitu sebesar 2.2724, kemudian sektor lain yang juga mempunyai angka pengganda pendapatan relatif tinggi adalah sektor industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki (8), sektor industri barang kayu dan hasil hutan lain (9), sektor industri logam, mesin, dan peralatan (12), sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor angkutan udara (21), sektor restoran (17), sektor listrik, gas, dan air minum (14), sektor angkutan darat (19), serta industri kertas dan barang cetakan (10).

Angka pengganda nilai tambah (Total value-added multiplier) menunjukkan dampak peningkatan pemintaan akhir atas output sektor tertentu terhadap PDRB Kawasan Kedungsapur. Sektor-sektor yang memiliki angka pengganda nilai tambah relatif tinggi adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7) yaitu sebesar 2.2730, kemudian sektor industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki (8), sektor industri barang kayu dan hasil hutan lain (9), sektor restoran (17), sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor industri logam, mesin, dan peralatan (12), sektor bangunan (15), sektor angkutan udara (21), sektor hiburan dan rekreasi (29), serta sektor hotel (18).

5. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan

Tingkat keterkaitan antarsektor produksi dalam suatu aktivitas perekonomian dapat dilihat berdasarkan daya penyebaran dan derajat kepekaan.

Sehingga sektor-sektor yang merupakan sektor unggulan dapat ditentukan berdasarkan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan.

Tabel 33 Indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan menurut sektor ekonomi tahun 2003 Kode Sektor Indeks Daya Penyebaran (SDIBL) Indeks Derajat Kepekaan (SDIFL)

1 Tanaman Bahan Makanan 0.7988 1.3071

2 Tanaman Perkebunan 0.8282 0.8510

3 Peternakan dan Hasil-hasilnya 1.0965 0.8875

4 Kehutanan 0.7952 0.9176

5 Perikanan 0.8816 0.8268

6 Penggalian 0.8228 0.8337

7 Industri Makanan, Minuman, dan Tembakau 1.2669 1.6494 8 Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki 1.3474 1.2169 9 Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lain 1.1752 0.8513 10 Industri Kertas dan Barang Cetakan 0.9614 0.8978 11 Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 1.1042 1.1919 12 Industri Logam, Mesin, dan Peralatan 1.1125 1.0387

13 Industri Lainnya 0.7730 1.2840

14 Listrik, gas dan air minum 1.0402 0.9599

15 Bangunan 1.0868 1.0059

16 Perdagangan Besar dan Eceran 0.8729 1.7997

17 Restoran 1.3032 0.8781

18 Hotel 1.1115 0.7933

19 Angkutan Darat 1.0383 1.0802

20 Angkutan Air 0.9498 0.8188

21 Angkutan Udara 1.0829 0.8471

22 Jasa Penunjang Angkutan 0.9387 0.9011

23 Komunikasi 0.9689 0.8449

24 Bank 0.9191 0.7949

25 Lembaga Keuangan selain Bank 0.8771 0.7853 26 Real Estate dan Jasa perusahaan 0.8497 1.3412

27 Pemerintahan Umum 0.9684 0.7664

28 Sosial Kemasyarakatan 0.9861 0.7859

29 Hiburan dan Rekreasi 1.1308 0.8872

30 Jasa-jasa Lainnya 0.9118 0.9564

Daya penyebaran menunjukkan tingkat keterkaitan ke belakang (backward linkage), yaitu untuk mengetahui keterkaitan teknis kegiatan industri maupun kegiatan ekonomi dengan bahan mentah dan bahan baku penunjang produksinya. Sedangkan derajat kepekaan menunjukkan tingkat keterkaitan ke depan (forward linkage), yaitu untuk mengetahui keterkaitan teknis kegiatan ekonomi dengan penjualan barang jadi atau barang hasil produksinya. Dari tabel input output Kawasan Kedungsapur tahun 2003 dapat diturunkan indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan sektor-sektor ekonomi di kawasan tersebut, seperti disajikan pada Tabel 33. Sektor yang memiliki daya penyebaran tertinggi di Kawasan Kedungsapur adalah sektor industri tekstil, barang dari kulit, dan alas kaki (8) yang ditunjukkan oleh indeks daya penyebaran sebesar 1.3474. Hal ini dapat diartikan bahwa kenaikan satu unit output sektor tersebut akan mengakibatkan kenaikan output sektor-sektor ekonomi lainnya (termasuk sektornya sendiri) secara keseluruhan sebesar 1.3474 unit.

Scatterplot (DATA-BL_FL2 3v*30c) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 2728 29 30 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4 SDIBL 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 SDIFL

Gambar 13 Pola sebaran sektor-sektor ekonomi berdasarkan Indeks Daya Penyebaran (SDIBL) dan Indeks Derajat Kepekaan (SDIFL).

Sektor lainnya yang memiliki indeks daya penyebaran lebih dari satu berturut-turut adalah sektor restoran (17), sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7), sektor industri barang kayu dan hasil hutan lain (9), sektor hiburan dan rekreasi (29), sektor industri logam, mesin, dan peralatan (12), sektor hotel (18), sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor peternakan dan hasil-hasilnya (3), sektor bangunan (15), sektor angkutan udara (21) , sektor listrik, gas, dan air minum (14), serta sektor angkutan darat (19).

Sedangkan sektor yang mempunyai derajat kepekaan tertinggi di Kawasan Kedungsapur adalah sektor perdagangan besar dan eceran (16) dengan indeks daya penyebaran sebesar 1.7997, yang menunjukkan bahwa apabila terjadi kenaikan permintaan akhir atas sektor-sektor lain sebesar satu unit maka sektor perdagangan besar dan eceran akan mengalami peningkatan output sebesar 1.7997 unit. Sektor-sektor lain yang memiliki derajat kepekaan cukup tinggi adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7), sektor real estate dan jasa perusahaan (26), sektor tanaman bahan makanan (1), sektor industri lainnya (13), sektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki (8), sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), sektor angkutan darat (19), sektor industri logam, mesin, dan peralatan (12), serta sektor bangunan (15).

Berdasarkan indeks daya penyebaran (Standardized Direct Indirect Backward Linkage) dan indeks derajat kepekaan (Standardized Direct Indirect Forward Linkage), sektor-sektor ekonomi di Kawasan Kedungsapur dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok seperti disajikan dalam Gambar 13 dan Tabel 34, yaitu: Kelompok I mencakup sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan relatif tinggi atau di atas rata-rata, Kelompok II terdiri dari sektor-sektor yang mempunyai derajat kepekaan tinggi (di atas rata-rata) tetapi indeks derajat penyebarannya rendah (di bawah rata-rata), Kelompok III meliputi sektor-sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran dan indeks derajat kepekaan rendah (di bawah rata-rata), dan Kelompok IV merupakan kelompok sektor yang mempunyai indeks daya penyebaran tinggi (di atas rata-rata) tetapi indeks derajat kepekaan rendah (di bawah rata-rata).

Tabel 34 Pengelompokan sektor ekonomi berdasarkan daya penyebaran dan derajat kepekaan Daya Penyebaran (αj) Rendah (αj < 1) Tinggi ( αj > 1 ) Tinggi ( βi > 1 ) Kelompok II ( 1) Tanaman bahan makanan (13) Industri lainnya

(16) Perdagangan besar dan eceran (26) Real estate dan jasa perusahaan

Kelompok I

( 7) Industri makanan, minuman, dan tembakau

( 8) Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki

(11) Industri pupuk, kimia, dan barang dari karet

(12) Industri logam, mesin, dan peralatan (15) Bangunan (19) Angkutan darat Derajat Kepekaan ( βi ) Rendah ( βi < 1 ) Kelompok III ( 2) Tanaman perkebunan ( 4) Kehutanan ( 5) Perikanan ( 6) Penggalian

(10) Industri kertas dan barang cetakan

(20) Angkutan air

(22) Jasa penunjang angkutan (23) Komunikasi

(24) Bank

(25) Lembaga keuangan selain bank (27) Pemerintahan umum (28) Sosial kemasyarakatan (30) Jasa-jasa lainnya

Kelompok IV

( 3) Peternakan dan hasil-hasilnya ( 9) Industri barang dari kayu dan

hasil hutan lain

(14) Listrik, gas dan air minum (17) Restoran

(18) Hotel

(21) Angkutan udara (29) Hiburan dan rekreasi

Sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang kuat pada perekonomian wilayah di Kawasan Kedungsapur antara lain sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki, sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet, sektor industri logam, mesin, dan peralatan, sektor bangunan, serta sektor angkutan darat. Artinya bahwa sektor-sektor tersebut mampu menggerakkan sektor-sektor ekonomi lain dalam meningkatkan outputnya pada setiap kenaikan satu unit permintaan akhir keenam sektor tersebut.

Sedangkan sektor-sektor yang memiliki keterkaitan ke depan relatif tinggi namun keterkaitan ke belakang lemah adalah sektor tanaman bahan makanan, sektor industri lainnya, sektor perdagangan besar dan eceran, serta sektor real

estate dan jasa perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan satu unit permintaan akhir sektor-sektor ekonomi lainnya akan mengakibatkan peningkatan output keempat sektor tersebut. Tingginya keterkaitan ke depan khususnya untuk sektor tanaman bahan makanan, disebabkan karena hasil produksi sektor ini banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri terutama industri makanan, minuman, dan tembakau.

6. Keterkaitan Antarsektor

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan di atas dapat diketahui keterkaitan antarsektor dengan melihat angka pengganda serta daya penyebaran dan derajat kepekaan masing-masing sektor. Seperti yang disajikan pada Gambar 14, bahwa terdapat hubungan yang linier antara indeks daya penyebaran (keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang) dengan angka pengganda PDRB.

Scatterplot (Data Resume Tabel I-O 14v*30c) VM-1 = -0.6828+2.1098*x 1 2 3 4 6 5 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 2728 29 30 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang (SDIBL) 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 Angk a Pengganda PD R B (VM -1 ) SDIBL:VM-1: r = 0.9099, p = 0.0000

Gambar 14 Hubungan antara keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (SDIBL) dengan angka pengganda PDRB.

Sektor-sektor yang memiliki indeks daya penyebaran tinggi menunjukkan bahwa peningkatan permintaan akhir output sektor tersebut akan menyebabkan peningkatan pemakaian input bahan baku yang mengakibatkan peningkatan total output seluruh sektor perekonomian sehingga terjadi peningkatan PDRB wilayah

tersebut, antara lain sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7), industri tekstil, barang kulit dan alas kaki (8), industri barang dari kayu dan hasil hutan lain (9), industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), industri logam, mesin, dan peralatan (12), dan restoran (17).

Selanjutnya apabila dilihat hubungannya dengan angka pengganda pendapatan, menunjukkan bahwa sektor-sektor yang memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang tinggi atau angka pengganda output yang tinggi ternyata belum tentu memiliki pengganda pendapatan yang relatif tinggi pula, artinya peningkatan permintaan akhir atas output sektor tersebut akan meningkatkan permintaan total output seluruh sektor di wilayah penelitian akibat meningkatnya permintaan input bahan baku dari sektor-sektor lain yang selanjutnya akan memberikan pengaruh pada peningkatan pendapatan rumah tangga secara keseluruhan yang terkait dengan sektor input tersebut walaupun dampaknya tidak sebesar dampak peningkatan total output di seluruh wilayah (Gambar 15). Scatterplot (DATA_MULTIPLIR&BLFL 14v*30c) IM-1 = -0.2714+1.6486*x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 2728 29 30 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 1.3 1.4

Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang (SDIBL) 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 Angk a Pengganda Pendapat an (IM -1 ) SDIBL:IM-1: r = 0.8134, p = 0.00000005

Gambar 15 Hubungan antara keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang (SDIBL) dengan angka pengganda pendapatan (IM-1).

Scatterplot (DATA_MULTIPLIR&BLFL 14v*30c) IM-1 = 0.1961+0.8277*x 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 2728 29 30 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 2.6 Angka Pengganda PDRB (VM-1) 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0 2.2 2.4 Angk a Pengganda Pendapat an (I M-1) VM-1:IM-1: r = 0.9469, p = 0.0000

Gambar 16 Hubungan antara angka pengganda PDRB dengan angka pengganda pendapatan (IM-1).

Sedangkan apabila dilihat hubungan antara angka pengganda PDRB (value added multiplier) dengan angka pengganda pendapatan, menunjukkan bahwa sektor-sektor yang mempunyai angka pengganda PDRB yang tinggi memiliki angka pengganda pendapatan yang tinggi pula, artinya dampak peningkatan permintaan akhir atas output sektor tertentu, pada akhirnya akan meningkatkan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan di wilayah Kedungsapur (Gambar 16).

Apabila dilakukan analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi berdasarkan variabel-variabel yang merupakan hasil analisis input-output, maka dapat diketahui bahwa tidak ada keterkaitan antara sektor-sektor perekonomian di bagian hulu dengan sektor-sektor ekonomi di bagian hilir. Tabel 35 menunjukkan bahwa antara sektor hulu maupun hilir tidak terkait yang ditunjukkan dengan dua faktor komponen utama yang saling bebas (orthogonal). Faktor komponen utama pertama (F1) menunjukkan bahwa sektor hilir mempunyai keterkaitan yang nyata terhadap angka pengganda pendapatan (IM-1), angka pengganda surplus usaha (SM-1) serta angka pengganda PDRB (VM-1). Sedangkan faktor komponen kedua (F2) menunjukkan bahwa sektor hulu tidak mempunyai keterkaitan yang

nyata dengan variabel-variabel lainnya, secara tidak langsung menunjukkan pula bahwa hasil dari sektor ini seperti halnya sektor pertanian belum dimanfaatkan secara optimal oleh sektor industri, karena cenderung langsung dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tanpa melalui proses pengolahan sehingga akumulasi nilai tambah kurang optimal. Oleh karenanya perlu diupayakan adanya keterkaitan antara sektor hulu dan sektor hilir, sehingga dapat menghasilkan nilai tambah yang signifikan terutama bagi sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor hulu.

Tabel 35 Hasil analisis komponen utama terhadap sektor-sektor ekonomi

Variabel Kode F1 F2 F3

Standardized Direct Backward Linkage

Standardized Direct & Indirect Backward Linkage Standardized Direct Forward Linkage

Standardized Direct & Indirect Forward Linkage Income Multiplier Type I

Business Surplus Multiplier Type I Depreciation Multiplier Type I Value Added Tax Multuplier Type I Import Multiplier Type I

Total Value Added Multiplier Type I

SDBL SDIBL SDFL SDIFL IM-1 SM-1 DM-1 TM-1 MM-1 VM-1 0.9464 0.9388 0.1111 0.1019 0.9203 0.8662 0.6557 0.2360 -0.0018 0.9829 -0.0124 -0.0270 0.9829 0.9808 0.2437 0.1498 -0.0962 -0.2573 0.0207 0.1298 0.1779 0.2198 -0.1007 -0.1011 -0.0286 0.0210 0.3303 0.6205 0.9189 -0.0373 Ragam Dapat Diterangkan

Proporsi Ragam Dapat diterangkan terhadap Total Ragam

4.8487 0.4848 2.1036 0.2104 1.4417 0.1442

Untuk mengidentifikasi sektor unggulan di Kawasan Kedungsapur, ditentukan berdasarkan beberapa kriteria, di antaranya adalah: (1) sektor yang mempunyai keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang yang besar, (2) sektor yang memiliki angka pengganda yang tinggi, terutama angka pengganda PDRB dan angka pengganda pendapatan. Atas dasar kriteria sektor unggulan serta pembobotan yang dilakukan terhadap sektor-sektor tersebut berdasarkan keragaman variasi data (Lampiran 5), maka sektor unggulan di Kawasan Kedungsapur adalah sektor industri makanan, minuman, dan tembakau (7), sektor industri tekstil, barang kulit, dan alas kaki (8), sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan lain (9), sektor industri pupuk, kimia, dan barang dari karet (11), dan sektor restoran (17). Sektor-sektor tersebut merupakan sektor-sektor yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di Kawasan Kedungsapur, karena dinilai memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang relatif tinggi serta

memberikan dampak pengganda yang relatif besar dibandingkan dengan sektor- sektor ekonomi lainnya.

Sehingga apabila komponen permintaan akhir yaitu belanja pemerintah,

Dokumen terkait