• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERTIMBANGAN PEMBENTUKAN PASAR MODAL

A. Perkembangan Pasar Modal Syariah

2. Struktur Pasar Modal Syariah

Sistem keuangan di Indonesia dilaksanakan dengan dual sistem, yaitu konvensional dan Syariah, yang kewenangan untuk melakukan pengawasan operasional diberikan kepada Bank Indonesia dan Departemen Keuangan. Oleh sebab

58

Bapepam-LK, Himpunan Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Tentang Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Bapepam-LK, 2010).

itu, upaya pengembangan pasar keuangan Syariah tidak terlepas dari peran serta Departemen Keuangan.

Departemen Keuangan melakukan pembinaan dan pengembangan pada pasar modal dan lembaga keuangan non perbankan baik itu konvensional ataupun Syariah melalui Bapepam-LK, yang merupakan penggabungan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan dari Departemen Keuangan. Bapepam-LK bertugas melakukan pembinaan, pengawasan, dan mengatur kegiatan pada pasar modal serta merumuskan, melaksanakan kebijakan serta standarisasi teknis pada lembaga keuangan.59

Kewenangan Bapepam-LK semakin dipertegas dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang pasar modal yang menyatakan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari kegiatan Pasar Modal dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.60

Adapun pembinaan, pengaturan, dan pengawasan yang dilakukan Bapepam- LK bertujuan mewujudkan terciptanya kegiatan Pasar Modal yang teratur, wajar, dan

efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.61Adapaun

kewenangan Bapepam-LK tersebut meliputi:62

a. memberi :

1) izin usaha kepada Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Reksa Dana, Perusahaan Efek, Penasihat Investasi, dan Biro Administrasi Efek;

59

Andri Soemitra,Op.cit., hlm. 42. 60

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. 61

Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. 62

2) izin orang perseorangan bagi Wakil Penjamin Emisi Efek, Wakil Perantara Pedagang Efek, dan Wakil Manajer Investasi; dan

3) persetujuan bagi Bank Kustodian;

b. mewajibkan pendaftaran Profesi Penunjang Pasar Modal dan Wali Amanat;

c. menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk manajemen sementara Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian sampai dengan dipilihnya komisaris dan atau direktur yang baru;

d. menetapkan persyaratan dan tata cara Pernyataan Pendaftaran serta

menyatakan, menunda, atau membatalkan efektifnya Pernyataan

Pendaftaran;

e. mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap Pihak dalam ha l terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang- undang ini dan atau peraturan pelaksanaannya;

f. mewajibkan setiap Pihak untuk :

1) menghentikan atau memperbaiki iklan atau promosi yang

berhubungan dengan kegiatan di Pasar Modal; atau

2) mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasi akibat yang timbul dari iklan atau promosi dimaksud;

g. melakukan pemeriksaan terhadap :

1) setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang telah atau diwajibkan menyampaikan Pernyataan Pendaftaran kepada Bapepam; atau

2) Pihak yang dipersyaratkan memiliki izin usaha, izin orang

perseorangan, persetujuan, atau pendaftaran profesi berdasarkan Undang-undang ini;

h. menunjuk Pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka pelaksanaan wewenang Bapepam sebagaimana dimaksud dalam huruf g;

i. mengumumkan hasil pemeriksaan;

j. membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek

atau menghentikan Transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal;

k. menghentikan kegiatan perdagangan Bursa Efek untuk jangka waktu tertentu dalam hal keadaan darurat;

l. memeriksa keberatan yang diajukan oleh Pihak yang dikenakan sanksi

oleh Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, atau Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan atau menguatkan pengenaan sanksi dimaksud;

m. menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan, dan penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan Pasar Modal;

n. melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang Pasar Modal;

o. memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas Undang- undang ini atau peraturan pelaksanaannya;

p. menetapkan instrumen lain sebagai Efek selain yang telah ditentukan dalam Pasal 1 angka 5; dan

q. melakukan hal-hal lain yang diberikan berdasarkan Undang-undang ini. Oleh sebab itu, maka Bapepam-LK berdasarkan kekuatan undang-undang mempunyai kewenangan untuk menetapkan regulasi pada pasar modal, yang dalam perjalanan nya juga termasuk sejumlah regulasi yang berhubungan dengan peraturan aplikasi prinsip-prinsip Syariah pada pasar modal Syariah di Indonesia. Sedangkan pembinaan dan pengawasan dari pemenuhan prinsip-prinsip Syariah dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Dewan Syariah Nasional adalah lembaga yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia pada tahun 1999 yang berfungsi melaksanakan tugas Majelis Ulama Indonesia dalam memajukan ekonomi umat, serta menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan aktifitas lembaga keuangan Syariah. dengan beranggotakan para ahli hukum Islam yakni fuqaha’ serta ahhi dan praktisi ekonomi. Sebagai salah satu tugas pokok DSN yakni mengkaji, menggali serta merumuskan nilai dan prinsip- prinsip hukum Islam (Syariah) ke dalam bentuk fatwa agar dapat dijadikan pedoman dalam kegiatan transaksi pada lembaga keuangan Syariah. Keanggotaan DSN terdiri dari pengurus MUI, Komisi Fatwa MUI, Ormas Islam, Perguruan Tinggi Islam,

Pesantren serta para praktisi ekonomi Syariah yang memenuhi kriteria dan ditetapkan oleh rapat pleno DSN-MUI.63

Sebagai wakil DSN pada lembaga keuangan Syariah maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah (selanjutnya disebut DPS). DPS bertugas mengawasi kegiatan usaha lembaga keuangan Syariah agar sesuai dengan ketentuan dan prinsip Syariah yang telah difatwakan oleh DSN-MUI, selain itu DPS juga berfungsi sebagai penasihat dan pemberi saran juga pengawas kepada emiten yang ingin masuk pada pasar modal Syariah serta sebagai mediator dalam mengkomunikasikan saran dan usul mengenai pengembangan produk dan jasa pada lembaga keuangan Syariah yang membutuhkan kajian dan fatwa dari DSN-MUI. Oleh karena itu, secara organisasi DPS bertanggung jawab kepada DSN-MUI, kepada masyarakat serta secara moral

bertanggung jawab kepada ALLAH SWT.64

Dalam setiap Fatwa DSN-MUI khususnya ketentuan penutup juga selalu

disebutkan dan diakhiri dengan “Jika salah satu pihak tidak menunaikan

kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah”. Badan Arbitrase Syariah Nasioanal (BASYARNAS) merupakan lembaga yang menengahi perselisihan dalam lembaga keuangan Syariah yang juga pasar modal Syariah termasuk di dalamnya.

63

Andri Soemitra,Op.cit., hlm. 43. 64Ibid,

Badan Syariah Nasional (BASYARNAS) berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh MUI adalah lembaga hukum yang bebas, otonom, dan independen yang tidak boleh dicampuri oleh kekuasaan dan pihak-pihak manapun. Adapun dasar hukum pembentukannya adalah Undang-Undang No.30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Surat Keputusan Dewan Pimpinan MUI No.Kep-09/MUI/XII/2003 tanggal 24 Desember 2003 tentang Badan Arbitrase Syariah Nasional yang memutuskan sebagai lembaga hukum (arbitrase Syariah) tunggal di Indonesia yang berwenang memeriksa dan memutus sengketa muamalah yang timbul pada perdagangan, keuangan, industri, jasa, dan lain-lain yang berhubungan dengan Syariah. Serta Surat Edaran Ketua Mahkamah Agung No.8 Tahun 2008 tentang Eksekusi Putusan Badan Arbitrase Syariah.

B. Perbedaan Pasar Modal Syariah Dan Pasar Modal Konvensional

Pada dasarnya secara umum pasar modal merupakan jembatan yang menhubungkan antara pemilik dana dengan pengguna dana hingga dapat dikatakan pada akhirnya pasar modal merupakan wahana investasi dan wahana sumber dana

bagi pengguna dana.65Adapun Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional

dengan pasar modal Syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham Syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar Syariah. Indeks saham Syariah menunjukkan pergerakan harga-

65

Jusuf Anwar, Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan Dan Investasi, cetakan kedua, (Bandung: PT.Alumni, 2008), hlm. 121.

harga saham dari emiten yang sudah dikategorikan sesuai Syariah, sedangkan pasar modal Syariah merupakan institusi pasar modal yang harus diterapkan berdasarkan “prinsip-prinsip Syariah”.66 Oleh sebab itu, perbedaan instrument serta indeks dan

mekanisme antara pasar modal Syariah dan konvensional dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Instrumen

Pada pasar modal konvensional instrument yang diperdagangkan meliputi saham (stock), obligasi (bond), berbagai instrument derivatif seperti opsi (option), waran (warran), right, dan reksadana (mutual fund). Dalam pasar modal Syariah, instrumen yang diperdagangkan adalah saham Syariah, obligasi Syariah dan reksadana Syariah, sedangkan opsi, waran dan right tidak termasuk instrumen yang dibolehkan.

Opsi (option) merupakan produk turunan (derivatif) dari efek (saham dan

obligasi). Robert Angg (1997) sebagaimana dikutip Anoraga dan Pakarti mendefinisikan opsi sebagai produk efek yang akan memberikan hak kepada pemegangnya (pembeli) untuk membeli atau menjual sejumlah tertentu dari aset finansial tertentu, pada harga tertentu, dan dalam jangka waktu tertentu.67 Right

adalah penerbitan surat hak kepada pemegang saham lama perusahaan publik untuk

membeli saham baru yang hendak diterbitkan, dengan right pemegang saham lama

berhak didahulukan untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan emiten pada

66Perbedaan Pasar Modal Syariah Dengan Konvensional , http://sebelasduabelas.blogdetik.com, diakses tanggal 31 Juli 2011, pukul 02.08 WIB.

proporsi dan harga tertentu. Warran merupakan suatu opsi untuk membeli turunan dari saham biasa dengan waktu tertentu dan harga tertentu.68

Opsi, right dan warran yang merupakan produk turunan dari saham dan obligasi tidak boleh diperdagangkan dalam instrument pasar modal Syariah dikarenakan perdagangan ketiga nya tidak menjadikan sekuritas sebagai objek perdagangan. Oleh sebab itu berdasarkan karakteristik yang melekat kepada ketiganya, maka dalam Islam hukum nya haram untuk diperdagangkan. Sebab, syarat dan rukun jual beli tidak terpenuhi sehingga dapat menjurus pada perdagangan yang

taghrir, gharardanmaysir(perjudian).69

2. Indeks Saham

Indeks harga saham merupakan indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham yang berfungsi menggambarkan pasar pada suatu kondisi tertentu, apakah pasar sedang aktif ataupun lesu. Dengan indeks maka dapat diketahui pergerakan harga saham apakah sedang mengalami kenaikan, stabil atau penurunan. Dikarenakan harga saham selalu bergerak bahkan dalam hitungan detik, maka nilai indeks pun akan terus naik turun seiring dengan perubahan waktu. Hal ini yang menyebabkan sehingga pergerakan indeks menjadi faktor penting bagi investor dalam

68

M Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 203-204.

69

Muhamad Nafik HR, Bursa Efek dan Investasi Syariah, (Jakarta: PT.Serambi Ilmu Semesta, 2009), hlm. 225.

menentukan apakah akan menjual, menahan, atau membeli saham dalam jumlah tertentu.70

Indeks saham Syariah di Indonesia pertama sekali diluncurkan oleh PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bekerjasama dengan PT Danareksa Invesment Management

(DIM) dengan namaJakarta Islamic Index (JII). Adapun tujuan diadakannya indeks

Syariah sebagaimana dalamJakarta Islamic Indexyang melibatkan 30 saham terpilih, yaitu sebagai tolak ukur (benchmark) untuk mengukur kinerja suatu investasi pada saham yang berbasis Syariah dan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan para

investor untuk mengembangkan investasi dalam ekuitas secara Syariah.71 Indeks

syariah selanjutnya yang baru saja diluncurkan Mei 2011 adalah Indeks Saham Syariah Indonesia/Indonesia Sharia Stock Index(ISSI)

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) sebagaimana disampaikan oleh Kanny Hidayah merupakan indeks yang mirip dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), akan tetapi saham yang bergabung dalam daftar perhitungan Indeks Saham Syariah Indonesia adalah saham-saham yang berbasis Syariah yang telah sesuai dengan kaidah-kaidah saham Syariah, tercatat 214 saham yang diperdagangkan pada Indeks Saham Syariah (ISSI) saat ini.72

Adapun kaidah-kaidah saham yang masuk Daftar Efek Syariah meliputi core bisnis emiten yang harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Misalnya, Astra

70

Burhanuddin S,Op.cit., hlm. 49-50. 71

M Irsan Nasarudin dan Indra Surya,Op.cit., hlm. 17. 72

Wawancara dengan Bapak Kanny Hidaya Y, SE, MA, Wakil Sekretaris Badan Pelaksana Harian/BPH DSN-MUI, tanggal 11 Juni 2011.

International, Tbk yang bergerak di bidang otomotif. Perdagangan yang dilakukan Astra Tbk tidak bertentangan dengan prinsip Syariah sehingga dapat diperdagangkan diJakarta Islamic IndexdanIndonesia Sharia Stock Index. Atau misalnya saham PT. Multi Bintang, Tbk yang bergerak dalam memproduksi minuman beralkohol, dikarenakan bertentangan dengan prinsip syariah yang melanggar kaidah-kaidah

saham dalam Daftar Efek Syariah maka tidak dapat diperdagangkan di Jakarta

Islamic Index serta Indonesia Sharia Stock Index. Core bisnis yang kedua adalah salinan terhadap rasio keuangan dengan menggunakan rasio hutang terhadap modal. Karena jika perusahaan lebih banyak memiliki hutang ketimbang modal dan hutangnya kebanyakan mengandung ribawi serta perusahaan-perusahaan yang pendapatan non halalnya lebih dari 10 persen maka investor dalam pasar modal syariah tidak boleh menginvestasikan modalnya kepada perusahaan-perusahaan tersebut.73

Dalam syariah konsepnya adalah Al-Qur’an, Sunnah dan Ijtihad. ketentuan mengenai 10 persen adalah merupakan ijtihad yang diambil para ulama dengan berdasarkan pendapat Imam Syafi’i yang menyatakan bahwa yang haram itu tidak boleh mayoritas. Hal ini yang kemudian dijadikan dasar oleh DSN-MUI dalam menetapkan ketentuan mengenai emiten yang dapat dimasukkan dalam Daftar Efek Syariah.74

73Ibid. 74Ibid.

Melalui indeks Syariah diharapkan investor lebih mendapatkan transparansi terhadap laporan keuangan yang disumbangkan oleh para praktisi serta pemenuhan ketentuan Syariah sebagai hasil dari wujud serta peran Dewan Syariah Nasional serta

accountabilitydari bursa efek Indonesia yang melakukanmonitoring.75

Perbedaan mendasar antara indeks konvensional dengan indeks Syariah adalah indeks konvensional memasukkan seluruh saham yang tercatat di bursa dengan mengabaikan aspek halal haram, yang penting saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan yang berlaku (legal). Akibatnya bukanlah suatu persoalan jika ada emiten yang menjual sahamnya di bursa dengan usaha yang bergerak di sektor yang bertentangan dengan prinsip Syariah atau yang memiliki sifat merusak kehidupan masyarakat. Misalnya pada awal tahun 2003, di Australia ada usaha rumah bordir (pelacuran) yang masuk ke dalam bursa efek di Australia.76

DSN-MUI sebagai pihak yang mengeluarkan ketentuan hukum dalam membuat kriteria saham Syariah di Indonesia, menyatakan bahwa emiten ataupun perusahan pubik yang menerbitkan efek Syariah adalah perusahaan yang tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip Syariah. Adapun emiten yang tidak boleh dimasukkan ke dalam perhitungan Indeks pasar modal Syariah yaitu perusahaan yang kegiatan usahanya meliputi:77

75

Andri Soemitra,Op.cit.,hlm. 130.

76Perbedaan Pasar Modal Syariah Dengan Konvensional ,Op.cit. 77

Pasal 3 ayat 2 Fatwa DSN-MUI Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.

1. perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang;

2. lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional;

3. produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman yang haram; 4. produsen, distributor, dan/atau penyedia barang-barang ataupun jasa yang

merusak moral dan bersifat mudarat;

5. melakukan investasi pada Emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya;

Dari kriteria emiten yang dikeluarkan oleh fatwa DSN-MUI tersebut diatas, maka dapat disimpulkan perbedaan antara indeks Syariah dan indeks konvensional. Yaitu, indeks Syariah berdasarkan kepada saham-saham yang digolongkan memenuhi kriteria-kriteria Syariah sedangkan indeks konvensional memasukkan semua saham yang terdaftar dalam bursa efek tersebut.

Dokumen terkait