Pemodelan dinamika populasi gajah Sumatera di kawasan PLG Seblat memberikan gambaran mengenai perkembangan jumlah populasi gajah setiap tahunnya. Pemodelan dinamika populasi gajah menggambarkan interaksi antara komponen populasi gajah, ketersediaan hijauan yang merupakan pakan gajah dan komponen masyarakat. Masing- masing komponen mempunyai gugus formula sendiri-sendiri, namun saling terkait antara satu dengan lainnya. Oleh karena itu pemodelan dinamika populasi gajah disusun dalam tiga sub model di antaranya sub model populasi gajah, sub model hijauan pakan gajah dan sub model masyarakat.
Antara sub model penyusun model saling berhubungan dan saling mempengaruhi antara ketiga sub model tersebut. Sub model populasi gajah mempunyai hubungan timbal balik dengan sub model hijauan pakan gajah, artinya sub model populasi gajah akan mempengaruhi sub model hijauan pakan gajah dan begitu juga sub model hijauan pakan gajah juga mempengaruhi sub model populasi gajah. Sub model masyarakat akan mempengaruhi sub model populasi gajah yaitu dengan adanya tingkat perburuan terhadap gajah. Demikian juga sub model masyarakat akan mempengaruhi sub model hijauan pakan gajah yaitu tekanan penduduk (masyarakat) dan persepsi masyarakat yang ada disekitar kawasan PLG Seblat. Gambaran hubungan antara ketiga sub model penyusun pemodelan dinamika populasi gajah Sumatera disajikan pada Gambar 11.
a. Sub Model Populasi Gajah
Sub model populasi gajah menggambarkan dinamika jumlah gajah Sumatera yang ada di kawasan PLG Seblat. Menurut Dephutbun (2000) populasi
Populasi Gajah Sumatera
Hijauan Pakan Gajah
Masyarakat
gajah liar 100-200 ekor, dengan asumsi 65% dari populasi merupakan gajah produktif,sex ratio 1:1, dan gajah betina melahirkan 1 ekor anak tiap 4 tahun (Sukumar 1989). Diharapkan jumlah perkembangan gajah liar maximum per tahun sebanyak (60/100 x 100):2:4 = 8 ekor, hal ini dengan kondisi habitat yang ideal (kualitas dan kuantitas).
Perkembangan populasi gajah secara alami dipengaruhi oleh angka kelahiran dan kematian. Besarnya kelahiran gajah setiap tahunnya dipengaruhi oleh variabel persen betina siap bunting, persen gajah betina, persen kelahiran, ratio ketersediaan hijauan pakan dan hijauan pakan gajah, serta kebutuhan hijauan pakan. Demikian juga kematian gajah yang ada di kawasan PLG Seblat disebabkan oleh kematian alami, perburuan oleh masyarakat dan predator. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disusun sub model dinamika populasi gajah di kawasan PLG Seblat seperti disajikan pada Gambar 12.
Hasil_berburu Mati_perburuan Populasi_gajah Persen_hidup_dewasa Populasi_gajah_betina Betina_siap_bunting Kebutuhan_hijauan_gajah Kebutuhan_hijauan_per_ekor Hijauan_pakan_gajah Populasi_gajah Rasio_ketersediaan_hijauan Tumbuh_dewasa Persen_mati_alami Mati_alami Persen_gajah_betina Persen_betina_siap_bunting Persen_kelahiran Kelahiran_gajah
Gambar 12 Sub model populasi gajah.
b. Sub Model Hijauan Pakan Gajah Sumatera
Sub model hijauan pakan gajah memberikan gambaran perkembangan jumlah hijauan yang ada di kawasan PLG Seblat yang memiliki luas 6.865 ha. Banyaknya hijauan pakan gajah yang ada di kawasan PLG Seblat tergantung dari produktivitas hijauan dan pengurangan jumlah hijauan yang disebabkan oleh
konsumsi (konsumsi gajah dan konsumsi rusa), dan konversi hijauan yang dilakukan masyarakat yang ada disekitar kawasan PLG Seblat, serta hijauan mati secara alami.
Besarnya produksi hijauan pakan gajah di kawasan PLG Seblat dipengaruhi oleh luas lahan efektif, produksi hijauan per hektar dan proper use. Banyaknya konsumsi hijauan pakan oleh gajah sangat ditentukan oleh besarnya populasi yang hidup dan kebutuhan hijauan per ekor gajah di kawasan tersebut. Sukumar (2003) menyatakan bahwa kebutuhan hijauan pakan per ekor per hari 10% dari bobot badan atau sekitar 250 kg-300 kg per ekor per hari. Gambar sub model hijauan pakan gajah di kawasan PLG Seblat disajikan pada Gambar 13.
Perubahan_lahan Lahan_kosong Populasi_gajah Hijauan_mati Produksi_hijauan_per_hektar Produksi_hijauan_per_hektar Lahan_efektif Luas_ahan Persen_lahan_efektif Proper_use Hijauan_pakan_gajah Produksi_hijauan Konsumsi Konversi_masyarakat Kebutuhan_hijauan_per_ekor Kebutuhan_per_ekor_rusa Rusa Persen_hijauan_mati Konsumsi_rusa Hijauan_terkonversi Tekanan_penduduk
Gambar 13 Sub model hijauan pakan gajah.
c. Sub Model Masyarakat
Sub model masyarakat memberikan gambaran dinamika masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan PLG Seblat, yang mempunyai pengaruh terhadap kondisi habitat, perkembangan populasi gajah dan hijauan pakan gajah yang tumbuh di kawasan PLG Seblat. Sub model masyarakat tersebut terdiri atas variabel jumlah penduduk yang tinggal di sekitar kawasan tersebut, yang besarnya dipengaruhi oleh kelahiran dan kematian, variabel jumlah petani dan tingkat pendidikan masyarakat serta pastisipasi masyarakat. Banyaknya anggota
masyarakat yang menjadi petani akan mempengaruhi jumlah kelompok petani. Tekanan penduduk dipengaruhi oleh jumlah petani, laju pertambahan penduduk, proporsi manfaat dari usaha tani, proporsi pendapatan dari non tani dan luas lahan pertanian. Gambar sub model masyarakat di sekitar kawasan PLG Seblat disajikan pada Gambar 14. Jumlah_anggota_kelompok Persen_anggota_masyarakat_pemburu Jumlah_kelompok Kematian Jumlah_pemburu Kelahiran Fraksi_TP KL A LP JAK Tekanan_penduduk Umur JAR Frekuensi_berburu persen_tekanan_penduduk Pengkonversi_hijauan Total_penduduk Laju_kelahiran Laju_kematian Hasil_berburu Masyarakat_yang_sekolah Persen_pendidikan_masyarakat Fraksi_persepsi Tpn Lama_bermukim Persepsi_masyarakat
Gambar 14 Sub model masyarakat. 3.9. Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat adalah suatu kawasan pelestarian yang mempunyai ekosistem asli, dimanfaatkan sebagai habitat gajah dan satwaliar lainnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan no 658/Kpts-II/1995.
b. Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang secara alami
c. Konservasi sumber daya alam hayati adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya
d. Sistem adalah suatu gugus dari elemen atau komponen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan
e. Pendekatan sistem adalah untuk suatu analisis terhadap kinerja suatu sistem yang seharusnya agar dapat memenuhi kebutuhan yang telah ditentukan di mana kriteria jalannya sistem yang spesifik untuk mencapai suatu optimasi sehingga output yang spesifik dapat ditentukan.
f. Model adalah suatu abstraksi dan penyederhanaan dari suatu sistem yang sesungguhnya.
g. Pemodelan adalah suatu rancangan model sistem sebagai alat penunjang keputusan untuk meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan dalam perencanaan dan pengelolaan kawasan habitat gajah dan implementasi kebijakan pelestarian satwa.
h. Simulasi model adalah suatu aktivitas di mana pengkaji atau pengguna (user interface) dapat menarik kesimpulan-kesimpulan tentang perilaku dari suatu sistem berdasarkan skenario, melalui penelaahan perilaku model yang selaras, di mana hubungan sebab akibat seperti yang ada pada sistem yang sebenarnya.
i. Pemodelan dinamika sistem adalah suatu rancangan model sistem untuk menjelaskan suatu keadaan yang heterogen di mana peubah-peubahnya mengandung faktor waktu sehingga bersifat dinamis.
j. Tekanan penduduk merupakan gaya/kekuatan yang mendorong penduduk desa untuk memperluas lahan garapannya atau untuk bermigrasi guna mencari sumber pendapatan baru.
k. Koefisien tekanan penduduk menunjukkan besarnya gaya/kekuatan yang mendorong penduduk untuk memperluas lahannya atau bermigrasi tersebut.
l. Persepsi merupakan proses yang digunakan oleh seseorang individu untuk memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan masukan- masukan informasi guna menciptakan gambaran yang memiliki makna.
m. Source adalah sumber dari materi yang tidak didefinisikan. n. Sink adalah tempat mengalirnya materi yang tidak didefinisikan.
o. Level adalah akumulasi dari suatu materi yang mencerminkan kondisi atau keadaan (state) sistem pada titik waktu tertentu.
p. Flow adalah aliran materi yang menjadi indikasi aktivitas dalam sistem dari atau yang atau keluar level; atau dari source dan ke sink.
q. Auxilary adalah pengkonversi input menjadi output melalui suatu proses yang dapat diperhitungkan, dapat mewakili materi maupun informasi. r. Constant adalah suatu nilai tertentu yang tidak mengalami perubahan atau
perubahannya kecil sehingga dianggap tetap selama sistem bekerja dan menjadi bagian yang berpengaruh terhadap kinerja variabel lain.
s. Connector adalah alur informasi yang menghubungkan antar level ke
auxilary, level ke flow, antar flow, auxilary ke flow, antar auxilary, constant ke flow, atau constan ke auxilary.