C. PDRB Per Kapita
D. Inflasi IHK dan Inflasi PDRB
E. Indeks Perkembangan Kategori
F. Perbandingan Nilai PDRB Antar
Kabupaten/Kota
50 Analisis Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2016
BAB IV
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
MENURUT LAPANGAN USAHA
A. Struktur Perekonomian PDRB
Kinerja perekonomian DIY masa mendatang tampaknya memberikan harapan yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan daerah. Hal ini terlihat dari kecenderungan peningkatan perekonomian DIY selama kurun waktu 2012-2016 (Gambar 4.1). Berdasarkan penghitungan tahun dasar 2010, secara nominal PDRB DIY atas dasar harga berlaku tahun 2016 telah meningkat sekitar 33 triliun rupiah dibanding tahun 2012. Sementara nilai PDRB tahun 2016 atas dasar harga konstan juga naik sekitar 16,0 triliun rupiah. (data rinci pada lampiran 1 dan lampiran 2).
Gambar 4.1. Produk Domestik Regional Bruto DI Yogyakarta Tahun 2012 - 2016 (triliun rupiah)
Struktur perekonomian DIY tahun 2016 yang diukur dari distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku memberikan gambaran bahwa perekonomian DIY tidak didominasi oleh satu atau beberapa lapangan usaha tertentu. Kontribusi terbesar masing-masing lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB DIY tahun 2016 tidak lebih dari 14 persen. Tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar adalah industri pengolahan (13,21 persen); pertanian, kehutanan dan perikanan (10,41 persen); dan penyediaan akomodasi dan makan minum (10,22 persen). Sementara, tiga lapangan usaha yang memiliki kontribusi terendah adalah pengadaan air (0,10 persen), pengadaan listrik dan gas (0,13 persen); serta pertambangan dan penggalian (0,54 persen).
77.25 84.92 92.84 101.45 110.10 71.70 75.63 79.54 83.47 87.69 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 110.00 120.00 2012 2013 2014 2015 2016
Analisis Produk Domestik Regional Bruto Provinsi D.I.Yogyakarta, 2012-2016 51 Kontribusi lapangan usaha industri pengolahan yang besar terutama berasal dari kontribusi golongan pokok industri pengolahan makanan dan minuman. Dilihat secara mikro, industri skala besar seperti PT. Srihusada dan PT. Madukismo cukup nyata memberikan sumbangan ekonomi daerah. Di samping itu aneka jenis industri kecil dan rumah tangga merupakan mata pencaharian utama bagi penduduk D.I. Yogyakarta selain pertanian. Sementara itu golongan pokok pertanian, peternakan, perburuan, dan jasa pertanian merupakan penyumbang terbesar kategori pertanian pada PDRB.
Tabel 4.1. Distribusi Persentase PDRB D.I. Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku, 2012 – 2016 (persen)
No. Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015*) 2016**)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pertanian 11,19 11,13 10,52 10,64 10,41
2 Pertambangan dan Penggalian 0,60 0,58 0,58 0,56 0,54
3 Industri Pengolahan 13,26 13,62 13,59 13,11 13,21
4 Pengadaan Listrik, Gas 0,12 0,10 0,10 0,12 0,13
5 Pengadaan Air 0,11 0,11 0,11 0,11 0,10
6 Konstruksi 9,52 9,49 9,40 9,36 9,34
7 Perdagangan dan Reparasi Mobil dan Motor 8,30 8,17 8,27 8,22 8,48
8 Pengangkutan dan Pergudangan 5,51 5,63 5,72 5,68 5,68
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,32 9,75 10,04 10,24 10,22
10 Informasi dan Komunikasi 9,49 8,92 8,51 8,13 8,14
11 Jasa Keuangan 3,49 3,73 3,88 3,97 3,94
12 Real Estat 7,03 6,85 7,00 7,02 7,09
13 Jasa Perusahaan 1,08 1,01 1,03 1,03 1,01
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial 7,68 7,89 8,07 8,26 8,37
15 Jasa Pendidikan 8,24 8,03 8,19 8,48 8,25
16 Jasa Kesehatan 2,50 2,47 2,45 2,52 2,51
17 Jasa-jasa Lainnya 2,57 2,53 2,53 2,55 2,57
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan: *) Angka sementara **) Angka sangat sementara Sumber : BPS D.I.Yogyakarta
Kategori atau lapangan usaha penyediaan akomodasi makanan dan minuman merupakan lapangan usaha yang favorit. Pada saat musim liburan, Yogyakarta yang merupakan salah satu destinasi wisata utama di Indonesia aktivitas usaha-usaha yang tercakup dalam lapangan usaha ini sangat padat. Golongan pokok usaha penyediaan akomodasi dan makan minum menjadi penyumbang utama lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dalam PDRB DIY. Sementara itu golongan pokok usaha penyediaan akomodasi memberikan sumbangan sekitar seperlima dari kontribusi kategori penyediaan akomodasi dan makan minum terhadap total PDRB DIY.
Enam kategori usaha ekonomi menjadi pelapis kedua dalam struktur ekonomi DIY, yaitu konstruksi, jasa pendidikan, jasa administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, perdagangan dan reparasi mobil dan motor, informasi dan komunikasi, dan real estat. Kontribusi masing-masing kategori berkisar antara 7 sampai dengan 9 persen.
52 Analisis Produk Domestik Regional Bruto Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012-2016
Melihat tiga kategori usaha sebagai penyumbang utama dan enam kategori pada kelompok pelapis kedua tersebut memperlihatkan bahwa struktur perekonomian DIY menunjukkan ciri khas yang berbeda dengan daerah lain. Kondisi ini juga selaras dengan Visi DIY dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yaitu
“Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri, dan Sejahtera”. Demikian pula dikaitkan kondisi ekonomi DIY tersebut juga
mempunyai keterpaduan dengan Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) 2012-2017 yaitu “Daerah Istimewa Yogyakarta Yang Lebih Berkarakter,
Berbudaya, Maju, Mandiri dan Sejahtera Menyonsong Peradaban Baru”.
Berdasarkan sifat output barang yang dihasilkan, 17 kategori lapangan usaha PDRB dapat diagregasi dalam tiga kelompok besar, yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Disebut sektor primer bila outputnya masih tergantung pada sumber daya alam. Yang termasuk sektor primer adalah lapangan usaha pertanian dan pertambangan. Lapangan usaha yang input utamanya berasal dari sektor primer disebut sektor sekunder. Yang termasuk sektor sekunder ini adalah lapangan usaha industri pengolahan; pengadaan listrik dan gas; pengadaan air; dan konstruksi. Sementara lapangan usaha lainnya, yaitu perdagangan dan reparasi mobil dan motor; transportasi dan pergudangan; penyediaan akomodasi dan makan minum; informasi dan komunikasi; jasa keuangan; real estat; jasa perusahaan; jasa pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib; jasa pendidikan; jasa kesehatan; dan jasa lainnya dikelompokkan ke dalam sektor tersier.
Selama lima tahun terakhir, komposisi kelompok sektor penyusun PDRB relatif sama. Proporsi sektor primer dan sektor sekunder terhadap total PDRB cenderung semakin berkurang, sebaliknya sektor tersier semakin besar proporsinya karena mengambil alih pengurangan peran sektor primer dan sekunder tersebut. Pada tahun 2016 sektor tersier memegang peran 66,27 persen dari total PDRB.
Gambar 4.2 Distribusi Persentase PDRB D.I. Yogyakarta Atas Dasar Harga Berlaku menurut Kelompok Sektor, 2012- 2016 (persen)
0% 20% 40% 60% 80% 100% 2012 2013 2014 2015 2016 11.79 11.71 11.10 11.20 10.94 23.00 23.32 23.20 22.70 22.79 65.21 64.98 65.70 66.09 66.27 Tersier Sekunder Primer
Analisis Produk Domestik Regional Bruto Provinsi D.I.Yogyakarta, 2012-2016 53 Pergeseran perubahan struktur ekonomi terjadi secara pelan namun pasti. Dulunya lapangan usaha pertanian menjadi andalan namun semakin tergeser. Demikian pula peran lapangan usaha pertambangan dan penggalian juga semakin berkurang, apalagi ada Peraturan Daerah (Perda) yang melarang penggalian pasir tanpa ijin di Sungai Progo semakin menambah terdesaknya mata pencaharian usaha penggalian.
Kecenderungan menurunnya peran kategori (lapangan usaha) di kelompok sektor primer juga terjadi di kelompok sektor sekunder. Keseluruhan lapangan usaha yang tergabung dalam kelompok sektor sekunder (empat lapangan usaha) kontribusinya cenderung semakin menurun.
Penurunan kontribusi yang terjadi pada sektor primer dan sektor sekunder menyebabkan meningkatnya kontribusi sektor tersier. Kecenderungan meningkatnya peran sektor tersier terutama terjadi pada tujuh lapangan usaha dari sebelas lapangan usaha di sektor tersier. Penguatan peran paling konsisten terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dan bila dilihat golongan pokoknya bersumber pada golongan usaha penyediaan makan minum, seperti restoran, warung makan, kedai makan dan minum, dan sejenisnya.