• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode ISM digunakan untuk menganalisis keterkaitan dan ketergantungan antar elemen yang membentuk struktur model pengelolaan taman nasional dan mengidentifikasi peubah kunci serta driver power masing-masing elemen serta struktur/hirarki elemen dalam model. Hasil wawancara dengan pakar dan pengisian kuesioner yang dilakukan berdasarkan teknik ISM diperoleh 7 elemen yang terdiri dari:

1) sektor kelompok masyarakat yang terkena dampak dari baik buruknya sistem pengelolaan taman nasional,

2) pelaku atau lembaga yang terlibat dan berperan dalam pengelolaan, 3) kebutuhan terhadap pengelolaan taman nasional yang berkelanjutan, 4) tujuan pengelolaan taman nasional yang berkelanjutan,

5) perubahan yang dimungkinkan untuk mencapai tujuan, 6) kendala utama dalam pengelolaan, dan

7) kegiatan yang diperlukan.

Masing-masing elemen kemudian diuraikan menjadi beberapa sub elemen. Dalam penelitian ini teridentifikasi 20 kelompok masyarakat yang terkena dampak, 18 kelompok pelaku yang terlibat, 10 kebutuhan, 12 tujuan, 16 perubahan yang dimungkinkan, 12 kendala utama dan 10 kegiatan yang diperlukan, sehingga secara total dalam sistem teridentifikasi 98 sub-elemen.

Berdasarkan pengolahan matriks yang telah memenuhi kaidah transitivitas maka keluaran model struktural dari masing-masing elemen akan memberikan gambaran hirarki dari masing-masing sub-elemen. Struktur sub-elemen ini tidak memberikan informasi peubah kunci, yaitu sub-elemen yang memiliki peringkat satu. Informasi elemen kunci diperoleh dari reachability matrix final. Peubah kunci dari masing-masing elemen sistem secara keseluruhan dari masing-masing elemen disajikan pada Tabel 18. Sedangkan keluaran model struktural dari masing-masing elemen ditampilkan secara rinci pada uraian selanjutnya.

Tabel 18 Peubah kunci sistem pengelolaan taman nasional secara berkelanjutan

No Elemen Peubah Kunci

1 Sektor masyarakat yang terkena dampak

1. Petani di dalam kawasan taman nasional 2. Petani sekitar kawasan taman nasional 2 Lembaga yang terlibat

dan berperan

1. Departemen Kehutanan

2. Balai Besar/Balai Taman Nasional

3. Masyarakat lokal sekitar kawasan taman nasional 3 Kebutuhan Keseimbangan lingkungan hidup untuk menunjang

pembangunan berkelanjutan

4 Tujuan 1. Melindungi ekosistem yang penting untuk kesejahteraan masyarakat

2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar taman nasional

3. Menjamin terpeliharanya keberadaan dan potensi budaya

5 Kendala utama Kurangnya koordinasi dalam pengelolaan taman nasional

6 Perubahan yang dimungkinkan

Peningkatan akses masyarakat terhadap taman nasional untuk pemanfaatan “terbatas”

7 Kegiatan yang diperlukan

1. Peningkatan pengetahuan manfaat dan

kepedulian masyarakat terhadap taman nasional 2. Peningkatan kesejahteraan dan pendapatan

masyarakat lokal di sekitar taman nasional

5.2.1 Elemen Kelompok Masyarakat yang Terpengaruhi

Elemen kelompok masyarakat yang terkena dampak baik positif maupun negatif dari pengelolaan taman nasional perlu diidentifikasi untuk mendapatkan perhatian dari pengambil kebijakan. Hal ini dimaksudkan agar dapat dirancang intervensi-intervensi yang diperlukan untuk dapat mengurangi dampak negatif dan meningkatkan dampak positif dengan harapan akan didapatkan dukungan dari kelompok masyarakat yang bersangkutan dalam pengelolaan taman nasional. Identfikasi kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak dapat diuraikan menjadi 20 kelompok seperti disajikan pada Tabel 19. Sedangkan hubungan kontekstual yang digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar peubah adalah

hubungan pengaruh, yaitu suatu kelompok masyarakat mempengaruhi kelompok yang lainnya. Struktur hirarki dari kelompok tersebut ditampilkan pada Gambar 14 dan klasifikasi masing-masing kelompok ke dalam empat sektor, yaitu

autonomous, dependent, linkage dan independent disajikan pada Gambar 15.

Sedangkan data analisis ISM dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel 19 Elemen kelompok masyarakat yang terpengaruhi dalam pengelolaan taman nasional yang berkelanjutan

Sub elemen 1 Pemerintah Pusat

2 Pemerintah Daerah

3 Pengelola Taman Nasional 4 Masyarakat lokal

5 Wisatawan 6 Akademisi 7 Pecinta Alam

8 Petani di dalam kawasan taman nasional 9 Petani sekitar di luar kawasan taman nasional 10 Pembalak

11 Pelaku usaha di bidang kehutanan – non kayu

12 Pegawai perusahaan di bidang kehutanan – non kayu 13 Pelaku usaha atau pemegang ijin pariwisata alam 14 Pegawai perusahaan pariwisata alam

15 Pengusaha jasa penunjang pariwisata alam

16 Pegawai perusahaan jasa penunjang pariwisata alam 17 Pedagang informal di kawasan wisata alam

18 LSM lingkungan dan kehutanan 19 Masyarakat adat

20 Konsumen hasil hutan non kayu

Peubah kunci dalam elemen kelompok masyarakat yang terpengaruhi dalam pengembangan model pengelolaan taman nasional yang berkelanjutan adalah petani di dalam dan di luar sekitar kawasan taman nasional. Jika didasarkan pada nilai driver power dan dependence maka dua puluh kelompok tersebut dapat dikelompokkan ke dalam 4 sektor. Berdasarkan Gambar 15 terlihat bahwa sub elemen yang termasuk dalam kuadran independent adalah kelompok: 1) petani

di dalam kawasan taman nasional, 2) petani sekitar kawasan, 3) pegawai taman nasional, 4) masyarakat lokal, 5) pelaku usaha pariwisata alam, 6) pelaku usaha jasa penunjang pariwisata alam, dan 7) pelaku usaha informal di kawasan wisata alam. Sedangkan kelompok sub elemen yang berada dalam kuadran dependent meliputi: 1) Pemerintah Pusat, 2) Pemerintah Daerah, 3) wisatawan, 4) pecinta alam, 5) pelaku usaha di bidang kehutanan non kayu, 6) LSM lingkungan dan kehutanan, dan 7) konsumen hasil hutan non kayu. Berdasarkan matriks tersebut, tidak ada sub elemen yang termasuk dalam kuadran linkage dan

autonomous.

20 8,9 19 18 3 17 13 16 15 4,15 14 13 12 16 11 10 11,19 9 2 8 7 II. Dependent 6 5 1,5,6,7,10,18,20 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Dependence III. Linkage 12,14,17 D ri v e r P o w e r IV. Independent I. Autonomous

Gambar 15 Matriksdriver power-dependencesub-elemen pada elemen sektor masyarakat yang terpengaruhi

Kelompok masyarakat yang merupakan peubah dependent, seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, wisatawan, akademisi, LSM dan lainnya dalam konteks dampak pengelolaan merupakan kelompok yang dipengaruhi oleh kelompok masyarakat yang merupakan peubah independent, seperti petani di dalam dan sekitar kawasan taman nasional, pengelola taman nasional, pengusaha wisata alam dan yang lainnya.

Kelompok petani di dalam dan sekitar kawasan taman nasional merupakan peubah kunci dari kelompok masyarakat yang terkena dampak pengelolaan taman nasional. Hal ini memberikan arti bahwa sedikit perubahan dari kelompok ini akan mengakibatkan perubahan yang besar pada kelompok yang lainnya. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Chen et al. (2005) yang menyatakan bahwa petani sekitar merupakan kelompok masyarakat yang paling terkena dampak pengelolaan kawasan konservasi dan persepsi serta perilakunya mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pengelolaannya. Dampak positif langsung yang dirasakan

adalah manfaat ekonomi, baik yang secara langsung memanfaatkan sumber daya taman nasional, seperti pemungutan kayu bakar dan perburuan satwa liar yang berada di luar kawasan, maupun manfaat tidak langsung seperti sumber air untuk irigasi persawahan. Sedangkan dampak negatif, meskipun tidak sering terjadi adalah kerusakan akibat gangguan dari satwa liar. Secara alamiah, satwa liar akan bergerak bebas dari satu tempat ke tempat lainnya tanpa mengenal batas kawasan maupun wilayah administrasi. Kadang kala satwa liar memasuki kawasan budidaya dan merusak tanaman atau memangsa ternak masyarakat, bahkan dapat menyebabkan korban manusia. Ketika hal ini terjadi maka timbul biaya yang harus ditanggung masyarakat karena pada umumnya pengelola tidak memberikan ganti rugi jika bukan kejadian yang berdampak besar. Di samping itu, kelompok petani ini juga menanggung biaya oportunitas akibat tertutupnya akses terhadap sumber daya hutan yang sebelum penetapan kawasan dapat mendukung kehidupannya. Persepsi kelompok petani terhadap manfaat dan dampak pengelolaan akan menentukan kualitas hubungannya dengan pengelola taman nasional.

Keberhasilan pengelola dalam mengelola taman nasional banyak bergantung pada tingkat dukungan dan penghargaan yang diberikan kepada taman nasional oleh kelompok petani sekitar. Jika taman nasional yang dilindungi hukum formal dipandang sebagai penghalang, masyarakat lokal dapat menggagalkan efektifitas upaya konservasi. Namun, sebaliknya jika upaya konservasi dianggap sebagai sesuatu yang bermanfaat positif maka masyarakat lokal yang akan berinisiatif untuk bekerjasama dengan pengelola dalam melindungi taman nasional dari kegiatan-kegiatan yang merugikan (Mackinnonet al. 1986).

Aktifitas kelompok ini secara langsung akan mempengaruhi pengelola taman nasional sebagai pemegang otoritas pengelolaan taman nasional. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk di sekitar kawasan TNKS mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian, baik sebagai petani pemilik lahan maupun sebagai buruh tani yang tidak memiliki lahan pertanian. Pola penggunaan sumber daya alam seperti lahan pertanian dan air akan mempengaruhi kinerja pengelolaan taman nasional. Pola penggunaan lahan secara intensif dan

kurang ramah lingkungan dapat menjadi sumber koloni bagi jenis tumbuhan invasif yang dapat masuk ke dalam kawasan taman nasional. Di samping itu, kegiatan perambahan lahan kawasan taman nasional dan penebangan kayu secara ilegal yang sering terjadi di TNKS juga akan mempengaruhi pengelola taman nasional. Aktifitas ini terjadi, menurut TNKS (2007) selain disebabkan terbatasnya alternatif sumber pendapatan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, juga karena keterbatasan sarana prasarana pendukung dan sumber daya pengelola, khususnya personil pengamanan yang mempunyai cakupan wilayah kerja hanya ± 13,000 hektar/orang.

Elemen penting untuk keberhasilan pengelolaan taman nasional adalah pelibatan dan partisipasi masyarakat lokal. Penempatan kelompok petani di dalam dan sekitar taman nasional sebagai pihak yang berkepentingan untuk mendukung perlindungan sumber daya alam kawasan sangat diperlukan (Dixon & Sherman 1990; Kramer et al. 2009). Meskipun demikian, efektifitas program konservasi yang menempatkan masyarakat lokal sebagai pemangku kepentingan memerlukan pengaturan pengelolaan yang tidak mudah dan perlu dilakukan secara hati-hati karena kompleksitas interaksi antara kebijakan, sistem sosial, dan ekologi (Garnett

et al. 2007). Namun, jika hubungan antara masyarakat dengan pengelola ingin

didorong menuju interaksi yang berdampak positif maka pemahaman terhadap aspek ekologi, sosial, ekonomi serta parameter persepsi, sikap dan dukungan masyarakat lokal dapat membantu dalam pengaturan pengelolaan untuk keberhasilan upaya konservasi.

Selanjutnya, pengelola taman nasional akan mempengaruhi berbagai kelompok masyarakat melalui keberhasilan pengelolaan kawasan. Kelompok masyarakat yang secara langsung dipengaruhi oleh pengelola adalah pengusaha pariwisata alam. Tingkat keberhasilan pengelola dalam mengembangkan nilai estetik taman nasional sebagai wahana rekreasi dan pariwisata alam akan berpengaruh kepada kelompok masyarakat sektor usaha wisata alam. Beberapa nilai estetik yang menjadi alasan penetapan taman nasional seperti suasana alami, keindahan pemandangan alam, keragaman flora fauna, yang bersifat mudah rusak dan tidak dapat balik (irreversible) merupakan aset taman nasional yang

dibutuhkan oleh sektor usaha wisata alam. Sektor usaha wisata berbasis komoditas konservasi tidak mungkin berkembang jika nilai estetik taman nasional tidak dikelola dengan baik. Namun, sektor usaha wisata alam juga belum tentu dapat tumbuh dan berkembang meskipun nilai estetik taman nasional dalam kondisi yang prima. Zhong et al. (2008) berpendapat bahwa tingkat perkembangan sektor wisata alam ditentukan oleh berbagai macam faktor sehingga tidak ada formula yang pasti cocok diterapkan untuk semua lokasi. Tetapi, pada dasarnya faktor tersebut dapat dikelompokkan sebagai faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah pengelolaan, kualitas pelayanan dan karakteristik daerah tujuan wisata, seperti keunikan objek wisata, sikap masyarakat lokal terhadap kegiatan wisata, dan kualitas sumber daya wisata. Sedangkan faktor eksternal adalah pelaku usaha, wisatawan dan pemerintah sebagai regulator. Diantara faktor-faktor tersebut, karakteristik dan keunikan objek wisata merupakan faktor penentu. Dengan demikian, pengelola taman nasional sangat berperan penting dalam pelestarian keunikan objek wisata. Di

TNKS bird watching merupakan potensi wisata alam yang memiliki prospek

secara internasional, walaupun wisatawan yang berkunjung untuk tujuan tersebut, berdasarkan pengamatan lapang saat ini masih sangat sedikit.

Perkembangan sektor usaha wisata alam akan mempengaruhi pengusaha jasa pariwisata alam dan masyarakat lokal. Sektor usaha jasa penunjang pariwisata tidak mungkin tumbuh jika sektor usaha wisata alam belum berkembang. Di samping itu, perkembangan sektor usaha wisata alam juga akan mempengaruhi masyarakat lokal. Sektor usaha wisata alam dapat digunakan sebagai alternatif strategi perbaikan kehidupan masyarakat lokal melalui diversifikasi usaha maupun pemenuhan kebutuhan ekonominya (Goodwin & Roe 2001). Keterkaitan manfaat langsung yang diperoleh masyarakat lokal dengan keberadaan taman nasional melalui aktfitas pariwisata alam diharapkan akan meningkatkan dukungannya terhadap konservasi. Sekhar (2003) membuktikan bahwa masyarakat lokal yang mendapatkan manfaat dari pariwisata cenderung bersikap positif dan mendukung pengembangan wisata alam. Pengelola taman

nasional seyogyanya memandang hal ini sebagai satu peluang untuk memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan taman nasional.

5.2.2 Elemen Pelaku atau Lembaga yang Terlibat dalam Pengelolaan

Kebijakan dan kelembagaan merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Kebijakan yang bagus tetapi tidak dilandasi oleh kelembagaan yang mendukung tidak akan menyebabkan pengelolaan taman nasional menuju tujuan yang diharapkan. Demikian juga sebaliknya, kelembagaan yang bagus tetapi kebijakannya tidak mendukung juga membuat tujuan pengelolaan sulit dicapai sesuai dengan yang diharapkan. Kelembagaan merupakan dasar dari seluruh proses pengelolaan taman nasional. Kelembagaan merupakan suatu tatanan dan pola hubungan antar anggota atau kelompok masyarakat yang saling mengikat dan diwadahi dalam suatu organisasi atau lembaga dengan faktor-faktor pengikat dan pembatas berupa norma, aturan formal maupun informal sebagai pengendali perilaku sosial dan insentif untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian, kelembagaan dapat dilihat sebagai organisasi dan sekaligus juga mengandung pengertian aturan main. Kebijakan merupakan unsur penting dalam lembaga dan dapat diturunkan dalam bentuk strategi, rencana, peraturan, kesepakatan, konsensus maupun program yang merupakan landasan untuk tindakan-tindakan nyata (Djogo et al. 2003). Kelembagaan pengelolaan taman nasional merupakan sistem yang kompleks karena menyangkut aspek ekologi, sosial ekonomi, politik maupun teknologi. Oleh karena itu perlu dianalisis mengenai lembaga yang terlibat dan berperan dalam pengelolaan.

Elemen lembaga yang terlibat dijabarkan menjadi 18 sub elemen seperti ditampilkan pada Tabel 20. Struktur hirarki dari masing-masing sub elemen disajikan dalam Gambar 16. Sedangkan Gambar 17 menunjukkan klasifikasi masing-masing sub elemen berdasarkan driver power dan dependence. Untuk hasil analisis data ISM dapat dilihat pada Lampiran 5.

Struktur hirarki peubah lembaga yang terlibat terdiri dari 9 tingkat. Lembaga yang terlibat dan menempati hirarki yang tertinggi adalah Departemen Kehutanan, Balai Besar/Balai Taman Nasional dan masyarakat lokal sekitar taman

nasional. Ketiga lembaga ini saling mempengaruhi dan merupakan peubah kunci yang mempengaruhi lembaga lain pada hirarki di bawahnya. Dalam pengelolaan taman nasional saat ini, elemen masyarakat lokal secara formal belum masuk dalam pertimbangan sebagai lembaga yang berpengaruh besar dalam menunjang keberhasilan pengelolaan.

Pengelompokan elemen lembaga yang terlibat berdasarkandriver powerdan

dependence menunjukkan bahwa lembaga Departemen Kehutanan, Balai

Besar/Balai Taman Nasional, masyarakat lokal, Pemerintah Kabupaten, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, perguruan tinggi dan masyarakat adat merupakan peubah independent. Sedangkan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Pemerintah Propinsi, Dinas Pertanian, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum, Sektor usaha pariwisata alam dan kehutanan non kayu, LSM serta masyarakat umum merupakan peubah dependent. Pembalak merupakan peubah autonomus

sehingga dapat diartikan sebagai peubah yang berada di luar sistem meskipun terdapat hubungan dengan peubah lainnya.

Tabel 20 Elemen lembaga yang terlibat dalam pengelolaan taman nasional yang berkelanjutan

Sub elemen 1 Departemen Kehutanan

2 Kementerian Negara Lingkungan Hidup 3 Pemerintah Propinsi

4 Pemerintah Kabupaten

5 Balai Besar/Balai Taman Nasional 6 Dinas Kehutanan

7 Dinas Pertanian

8 Dinas Pekerjaan Umum

9 Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 10 Dinas Pariwisata

11 Perguruan Tinggi

12 Masyarakat lokal di sekitar kawasan taman nasional 13 LSM Lingkungan dan Kehutanan

14 Sektor usaha bidang kehutanan non kayu 15 Sektor usaha wisata dan jasa pariwisata alam 16 Pembalak

17 Masyarakat Adat 18 Masyarakat umum

Gambar 16 Struktur sistem elemen pelaku atau lembaga yang terlibat

Hasil pengelompokan ini memberikan makna bahwa lembaga Departemen Kehutanan, Balai Besar/Balai Taman Nasional, masyarakat lokal, Pemerintah Kabupaten, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, perguruan tinggi dan masyarakat adat merupakan peubah bebas yang mempengaruhi lembaga Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Pemerintah Propinsi, Dinas Pertanian, Dinas Pendidikan, Dinas Pekerjaan Umum, Sektor usaha pariwisata alam dan kehutanan non kayu, LSM serta masyarakat umum.

1,5,12 18 17 16

4 15

6,10,11 14

IV. Independent III. Linkage 13

12 11 17 10 16 9 2,3 8 7,14,15 7

I. Autonomous II. Dependent 6

5 4 3 9,13,18 2 8 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Dependence D ri v e r P o w e r

Gambar 17 Matriksdriver power-dependencesub-elemen pada elemen lembaga yang terlibat

Ketujuh belas lembaga ini mencerminkan keadaan bahwa pengelolaan taman nasional membutuhkan keterlibatan dan peran banyak stakeholder mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, swasta, masyarakat lokal dan adat, LSM maupun perguruan tinggi. Hal ini karena banyaknya aspek pengelolaan yang sebenarnya tidak dapat ditangani hanya oleh Pemerintah Pusat saja melainkan harus melibatkan lembaga lain jika tujuan pengelolaan ingin dicapai sesuai dengan yang diharapkan bersama. Menurut Djogo et al. (2003) efektifitas kelembagaan untuk mendukung pencapaian tujuan memerlukan interaksi optimum dari tiga aspek, yaitu infrastruktur kelembagaan (institutional infrastructure), penataan kelembagaan (institutional arrangement) dan mekanisme kelembagaan

(institutional mechanism). Dalam konteks pengelolaan taman nasional, Hayes

satunya cara penataan kelembagaan yang paling efektif untuk mencapai tujuan konservasi. Alternatif penataan kelembagaan lain terbukti juga dapat efektif. Hal yang penting adalah adanya aturan main yang dibangun dan disepakati bersama antara pihak yang berkepentingan karena kesepakatan aturan main yang akan mempengaruhi efektifitas konservasi. Berdasarkan hal ini maka penataan lembaga pengelolaan taman nasional yang selama ini hanya bertumpu pada Kementerian Kehutanan dan Balai Besar/Balai Taman Nasional perlu ditinjau kembali dengan memperhatikan peubah-peubah lembaga yang memiliki pengaruh besar dalam pengelolaan taman nasional, seperti masyarakat lokal, Pemerintah Kabupaten dan dinas terkait, perguruan tinggi dan masyarakat adat. Pengelolaan taman nasional yang melibatkan multi stakeholder dengan pengaruh yang besar diharapkan dapat membangun kerjasama positif untuk mencapai tujuan pengelolaan yang berkelanjutan.

5.2.3 Elemen Kebutuhan

Elemen kebutuhan terhadap pengelolaan taman nasional yang berkelanjutan dijabarkan menjadi 10 sub elemen seperti ditampilkan pada Tabel 21. Struktur hirarki dari masing-masing sub elemen disajikan dalam Gambar 18. Sedangkan Gambar 19 menunjukkan klasifikasi masing-masing sub elemen berdasarkan

driver power dan dependence. Hasil analisis data ISM dapat dilihat pada

Lampiran 6.

Struktur hirarki elemen kebutuhan terdiri dari 7 tingkat. Keseimbangan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan berkelanjutan yang berada pada tingkat 7 merupakan peubah kunci kebutuhan. Peubah kunci ini menjadi penggerak utama dan mempengaruhi peubah pada tingkat di bawahnya.

Pengklasifikasian sub elemen kebutuhan yang didasarkan padadriver power

dan dependence menunjukkan bahwa keseimbangan lingkungan hidup untuk

menunjang pembangunan berkelanjutan, distribusi manfaat taman nasional secara berkeadilan, peran serta masyarakat dalam menjaga taman nasional, koordinasi kelembagaan pemerintah dalam pengelolaan taman nasional, pengetahuan yang mendalam terhadap manfaat ekologi, ekonomi dan sosial dari taman nasional, dan

keberlanjutan pembiayaan pengelolaan taman nasional merupakan peubah

independent. Sedangkan peubah peningkatan kesejahteraan dan pendapatan

masyarakat lokal di sekitar taman nasional, pendidikan lingkungan bagi pejabat dan masyarakat, perluasan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan, serta kontribusi ekonomi taman nasional bagi pembangunan daerah merupakan peubah

dependent. Dalam elemen kebutuhan ternyata tidak ada sub elemen yang masuk

ke dalam kuadranlinkagemaupunautonomous.

Hasil pengklasifikasian ini memberikan arti bahwa keseimbangan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan berkelanjutan, distribusi manfaat taman nasional secara berkeadilan, peran serta masyarakat dalam menjaga taman nasional, koordinasi kelembagaan pemerintah dalam pengelolaan taman nasional, pengetahuan yang mendalam terhadap manfaat ekologi, ekonomi dan sosial dari taman nasional, dan keberlanjutan pembiayaan pengelolaan taman nasional merupakan peubah bebas yang mempengaruhi kebutuhan peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat lokal di sekitar taman nasional, pendidikan lingkungan bagi pejabat dan masyarakat, perluasan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan, serta kontribusi ekonomi taman nasional bagi pembangunan daerah.

Tabel 21. Elemen kebutuhan

Sub elemen

1 Kontribusi ekonomi taman nasional bagi pembangunan daerah 2 Keseimbangan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan

berkelanjutan

3 Koordinasi kelembagaan pemerintah dalam pengelolaan taman nasional 4 Pengetahuan yang mendalam terhadap manfaat ekologi, ekonomi dan

sosial dari taman nasional

5 Peran serta masyarakat dalam menjaga taman nasional

6 Peningkatan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat lokal di sekitar TN 7 Perluasan lapangan pekerjaan dan pengentasan kemiskinan

8 Distribusi manfaat taman nasional secara berkeadilan 9 Keberlanjutan pembiayaan pengelolaan taman nasional

10 Pendidikan lingkungan bagi pejabat dan masyarakat untuk menumbuhkan apresiasi terhadap nilai lingkungan yang seringkali tidak dapat dihitung secara ekonomi

Gambar 18 Struktur sistem elemen kebutuhan

IV. Independent III. Linkage 10

2 9 8 8 5 3 7 4,9 6 5 6,10 4 7 3

I. Autonomous II. Dependent 2

1 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dependence D ri v e r P o w e r

Gambar 19 Matriksdriver power-dependencesub-elemen pada elemen kebutuhan

Berdasarkan hasil analisis ISM terlihat bahwa kebutuhan terhadap pengelolaan taman nasional diawali oleh kebutuhan keseimbangan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan pendapat Bromley (2009) yang menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan memberikan perhatian pada rekayasa proses dinamika aktifitas manusia yang dapat merespon umpan balik dari proses ekologi, baik yang dapat diantisipasi maupun tidak sehingga dapat diupayakan terciptanya keseimbangan lingkungan hidup. Kebutuhan kontribusi ekonomi taman nasional bagi pembangunan daerah tidak mungkin terpenuhi tanpa adanya keseimbangan lingkungan hidup yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Menurut Salim (1993) hutan, termasuk di dalamnya hutan di kawasan taman nasional, dengan berbagai komponen di dalamnya merupakan sumber alam yang berperan dalam pembangunan. Hutan mempunyai berbagai fungsi, diantaranya adalah sebagai sumber penyimpan dan pengatur air, sumber plasma nutfah tumbuhan dan hewan, pengatur iklim,

Dokumen terkait