• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI FASIES GUNUNG API

Dalam dokumen Skripsi Widyaningsih E P (Halaman 57-95)

4.1. Dasar Teori

Fasies adalah aspek fisika, kimia, dan biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu (Sandi Stratigrafi Indonesia, Martodjojo dan Djuhaeni, 1996). Berhubung di dalam  batuan gunung api tidak selalu dijumpai fosil, maka aspek biologi tidak dijadikan  parameter utama (Sutikno Bronto, 2006).

Gunung Api yaitu tempat di permukaan bumi di mana magma dari dalam bumi keluar atau sudah keluar pada masa lampau, biasanya membentuk sebuah gunung  berupa kerucut yang mempunyai kawah di bagian puncaknya (Schieferdecker, 1959). Macdonald (1972) menyatakan bahwa gunung api adalah tempat atau bukaan dari mana batuan kental pijar atau gas, umumnya keduanya, keluar dari dalam bumi ke  permukaan, dan tumpukan bahan batuan di sekeliling lubang kemudian membentuk  bukit atau gunung. Dari dua batasan tersebut dinyatakan bahwa setiap temapat

keluarnya magma ke permukaan bumi adalah gunung api.

monogenesis terbentuk di dasar laut (dalam), yang pada tahap kontruksi tumbuh menjadi kerucut Gunung api yang besar dan tinggi sehingga muncul di atas muka air laut sebagai pulau Gunung api. Pada tahap destruksi, cekungan kaldera kembali menjadi lingkungan laut (dalam).

Berdasarkan analisa dari penampang stratigrafi terukur 1 Gondang, di daerah telitian ditemukan 1. Litofasies batupasir vokanik kerikilan, 2. Litofasies Lava, 3. Litofasies tuf, dan 4. Litofasies breksi volkanik yang peneliti interpretasikan merupakan endapan darat produk dari endapan piroklastik. Sehingga mengacu kepada pendapat  peneliti terdahulu Sutikno Bronto, 2008 daerah telitian berkembang Gunung Api komposit, yang merupakan Gunung api pada tahap kontruksi, tumbuh menjadi kerucut Gunung api yang besar dan tinggi sehingga muncul di atas muka air laut sebagai pulau Gunung api. Berdasarkan tipe Gunung Api purba yang berkembang di daerah penelitian, peneliti interpretasikan adalah tipe Gunung api Strato.

4.1.2. Jenis endapan piroklastik berdasarkan mekanisme pengendapannya dapat dibagi menjadi 3 (Gambar 4.1), yaitu:

1.  Endapan piroklastik jatuhan merupakan hasil endapan ekplosif dari gunung api yang diendapkan melalui udara.

1. Piroklastik Jatuhan

2. Piroklastik Surge

4. Fasies Distal

1. Fasies Sentral merupakan bukaan keluarnya magma dari dalam bumi ke  permukaan. Oleh sebab itu daerah ini dicirikan oleh asosiasi batuan beku yang  berupa kubah lava dan berbagai macam batuan terobosan semi gunung api (subvolcanic intrusions) seperti halnya leher gunung api (volcanic necks), sill, retas, dan kubah bawah permukaan (cryptodomes). Batuan terobosan dangkal tersebut dapat ditemukan pada dinding kawah atau kaldera gunung api masa kini, atau pada gunung api purba yang sudah tererosi lanjut. Selain itu, karena daerah  bukaan mulai dari conduit atau diatrema sampai dengan kawah merupakan lokasi

terbentuknya fluida hidrotermal, maka hal itu mengakibatkan terbentuknya mineral ubahan atau bahkan mineralisasi. Apabila erosi di fasies ini sangat lanjut,  batuan berumur tua yang mendasari gunung api juga dapat tersingkap.

2. Fasies Proksimal merupakan kawasan gunung api yang paling dekat dengan lokasi sumber atau Fasies pusat. Asosiasi batuan pada kerucut gunung api komposit sangat dipengaruhi oleh perselingan aliran lava dengan breksi piroklastika dan aglomerat. Kelompok batuan ini sangat resistan, sehingga biasanya membentuk timbulan tertinggi pada gunung api purba.

Gambar 4.2. Pembagian Fasies Gunung Api modifikasi dari Sutikno Bronto (2006) menurut model pembagian Fasies Gunung Api menurut Bogie & Mackenzie, 1998 Keterangan : Fasies Gunung Api daerah telitian berdasarkan analisa

 penampang strtigrafi terukur 1 Gondang.

Adapun penjelasan karakteristik litologi yang dijumpai pada modifikasi model Fasies Gunung Api menurut Sutikno Bronto (2006) yang mengacu ke dalam pembagian

3. Agglomerate (aglomerat)

Aglomerat adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material-material dengan kandungannya didominasi oleh bomb gunungapi dimana kandungan 1apilli dan abu kurang dari 25%. Dengan bentuk butir yang membundar, dan berukuran lebih dari 64mm. Agglomerat adalah penamaan batuan piroklastik berdasarkan tektur menurut Fisher & Schminke, (1984). (Tabel 4.1).

4. Intrusive (batuan beku intrusi)

Batuan terobosan (batuan beku intrusi) adalah merupakan magma yang menerobos  batuan yang sudah terbentuk kemudian magma ini membeku di dalam permukaan  bumi dan terdiri dari material silikat (SiO2) Mempunyai ukuran mineral yang kasar yaitu lebih dari 1 mm hingga 5 mm. Termasuk ke dalam jenis batuan beku plutonik. Dengan dijumpai asosiasi kubah lava, vent breccia, aglomerat, dan batuan beku intrusi maka dapat dimasukkan ke dalam modifikasi model Fasies Gunung Api menurut Sutikno Bronto, dari model Fasies Gunung api menurut Bogie & Mackinzie (1998) termasuk ke dalam Fasies Sentral.

5. Lava

Merupakan magma yang membeku di atas permukaan, terdiri dari material silikat (SiO2). Pada saat lava mengalir di permukaan magma membeku relatif cepat sehingga

Lapili berasal dari bahasa latin yaitu lapillus, nama untuk hasil erupsi eksplosif gunung api yang berukuran 2 mm - 64 mm. Selain itu fragmen batuan kadang-kadang terdiri dari mineral-mineral augit, olivin dan plagioklas. Karena ini adalah lapili tuf maka merupakan fragmen lapili pada masa dasar tuf. Lapili adalah  penamaan batuan piroklastik berdasarkan tektur menurut Fisher & Schminke, (1984).

(Tabel 4.1). Dengan dijumpai asosiasi lava, breksi volkanik, batupasir volkanik, maka dapat dimasukkan ke dalam modifikasi model Fasies Gunung Api menurut Sutikno Bronto dari model Fasies Gunung Api menurut Bogie & Mackinzie (1998) termasuk ke dalam Fasies Proksimal

8. Tuff (Tuf)

Adalah batuan piroklastik yang berukuran 2 mm - 1/256 mm yang dihasilkan oleh  pelemparan dari magma akibat erupsi eksplosif. tuf sudah mengalami konsolidasi,

dengan kandungan abu mencapai 75%. Tuf adalah penamaan batuan piroklastik  berdasarkan tektur menurut Fisher & Schminke, (1984). (Tabel 4.1). Mekanisme  pengendapan tuf dipengaruhi oleh gravitasi dan angin dan, Endapannya disebut

endapan piroklastika jatuhan (air fall deposit ). 9. Lahar

11.Conglomerate (Konglomerat)

Adalah batuan sedimen yang berukuran diatas 64 mm, dengan bentuk butir yang membundar, mudsupported (masa dasar didukung lumpur) sehingga butiran mengambang diatas masa dasar.

12. Interbedded sandstone and tuff

Adalah merupakan jenis batuan sedimen yang berukuran pasir 2 mm – 64 mm yang mengalami perlapisan. Dengan dijumpai asosiasi lacustrine sandstone, konglomerat, dan interbedded sanstone dengan tuf, maka dapat dimasukkan kedalam modifikasi model Fasies Gunung Api menurut Sutikno Bronto dari model Fasies Gunung Api menurut Bogie & Mackinzie (1998) termasuk ke dalam Fasies Distal.

Tabel 4.1 Klasifikasi Nama Endapan dan Batuan Piroklastik menurut Fisher & Schmincke (1984)

Ukuran Butir (mm) Bentuk Butir  Nama Klastika

 Nama Endapan Piroklastik (berdasrkan tekstur batuan)

Belum

4.2.1. Pada pengambilan data Penampang Statigrafi Terukur 2 Gunung Watukurut (terlampir dalam lampiran Penampang Stratigrafi Terukur 2 Watukurut).

4.2.1.1. Batupasir krikilan volkanik Lapangan:

Batupasir volkanik berwarna abu-abu; dengan fragmen batuan beku (2 - 64 mm), komposisi fragmen 10%, yang tertanam dalam masa dasar batupasir berukuran sedang-halus (1/2 - 1/8 mm), grain supported, agak membundar-membundar, terpilah  buruk; fragmen: andesit, tuff; matrik: tuff, btpsr halus; semen: silika; stuktur: masif.

10% dari total batuan. c. Derajat pemilahan: terpilah buruk menceritakan bahwa pada  proses pengendapan batuan terjadi percampuran butiran. 2. Struktur batuan: masif sehingga dapat menceritakan bahwa pada paket litofasies ini terjadi percampuran  butiran. 3. Komposisi dengan dijumpai fragmen batuan beku dan fragmen lithic pada masa dasar batupasir halus dan tuff dengan jenis semen silika maka dapat disimpulkan bahwa jenis batuan termasuk kedalam batuan piroklastik. 4. Geometri dengan bentuk pelamparan horizontal lebih dominan daripada pelamparan secara vertical. maka batupasir krikilan volkanik termasuk kedalam produk dari endapan  piroklastika aliran ( flow deposit ).

4.2.1.2. Batupasir krikilan volkanik Lapangan:

Batupasir volkanik berwarna abu-abu; dengan fragmen batuan beku (2-64 mm), komposisi fragmen 10%, yang tertanam dalam masa dasar batupasir berukuran sedang-halus (1/2-1/8 mm), grain supported, agak membundar-membundar, terpilah  buruk; fragmen: andesit, tuff; matrik: tuff, btpsr halus; semen: silika; stuktur: masif.

Bentuk pelamparan secara horizontal lebih dominan. (Gambar 4.10) Analisa Litofasies pada batupasir krikilan volkanik

masa dasar batupasir halus dan tuff dengan jenis semen silika maka dapat disimpulkan bahwa jenis batuan termasuk kedalam batuan piroklastik. 4. Geometri dengan bentuk pelamparan horizontal lebih dominan daripada pelamparan secara

vertical. maka batupasir krikilan volkanik termasuk kedalam produk dari endapan  piroklastika aliran ( flow deposit ).

Breksi

Batupasir volkanik gradded  bedding

Batupasir

Analisa Litofasies pada batupasir volkanik krikilan

Dalam penentuan litofasies meliputi 1. Tekstur, 2. Struktur batuan 3. Komposisi dan 4. Geometri. Berdasarkan 1. Tekstur pada batuan yang meliputi bentuk butir, ukuran  butir, derajat pemilahan. a. Bentuk butir: menyudut - menyudut tanggung dapat diinterpretasikan bahwa pengendapan batuan dekat dengan sumber Gunung Api, karena fragmen pada batuan belum mengalami transportasi yang jauh dari sumber.  b. Ukuran butir: fragmen berukuran (2-64 mm) berupa batuan beku dan lithic yang tertanam pada masa dasar pasir halus (1/2-1/8 mm) menceritakan bahwa fragmen tidak hanya fragmen batuan beku, tetapi terdapat juga fragmen lithic sehingga  batupasir kerikilan ini merupakan produk piroklastik, dengan komposisi fragmen 10% dari total batuan. c. Derajat pemilahan: terpilah buruk menceritakan bahwa pada  proses pengendapan batuan terjadi pemisahan butiran akibat dari gaya gravitasi  bumi. 2. Struktur batuan: gradded bedding sehingga dapat menceritakan bahwa pada  paket litofasies ini terjadi pemisahan butiran dikarenakan butiran-butiran yang  berukuran lebih besar dan yang lebih berat mengendap terlebih dahulu karena  pengaruh dari gaya gravitasi bumi kemudian disusul oleh butiran-butiran yang  berukuran kecil diatasnya sehingga membentuk struktur batuan berupa penghalusan kearah atas. 3. Komposisi dengan dijumpai fragmen batuan beku dan fragmen lithic  pada dasar batupasir halus dan tuff dengan jenis silika maka dapat

Analisa Litofasies pada breksi volkanik

Dalam penentuan litofasies meliputi 1. Tekstur, 2. Struktur batuan 3. Komposisi dan 4. Geometri. Berdasarkan 1. Tekstur pada batuan yang meliputi bentuk butir, ukuran  butir, derajat pemilahan. a. Bentuk butir: menyudut - menyudut tanggung dapat disimpulkan bahwa pengendapan batuan dekat dengan sumber, karena fragmen pada  batuan belum mengalami transportasi yang jauh dari sumber. b. Ukuran butir:

fragmen berukuran (64-256 mm) berupa batuan beku dan lithic yang tertanam pada masa dasar pasir kasar-kerikilan (1/2- 2 mm). c. Derajat pemilahan: terpilah buruk menceritakan bahwa pada proses pengendapan batuan tidak terjadi pemisahan  butiran dengan baik. Sehingga pada paket litofasies ini terjadi percampuran butiran dari ukuran yang besar sampai dengan ukuran kecil sebagai masa dasar. d. Kemas terbuka dapat ditentukan karena ukuran butiran sudah diatas ukuran pasir kasar keatas dan seolah-olah fragmen mengambang pada masa dasar batupasir kasar-kerikilan 3. Komposisi dengan dijumpai fragmen batuan beku dan fragmen lithic  pada masa dasar batupasir halus dan tuff dengan jenis semen silica maka dapat

disimpulkan bahwa jenis batuan termasuk kedalam batuan piroklastik. 4. Geometri dengan bentuk pelamparan horizontal lebih dominan daripada pelamparan secara vertical. Kesimpulan dengan dijumpai breksi piroklastik termasuk kedalam produk dari endapan piroklastika aliran ( flow deposit ).

volkanik jauh dengan sumber Gunung Api. Dengan struktur batuan gradded bedding sehingga dapat diceritakan bahwa pada paket litofasies ini terjadi pemisahan butiran akibat gaya gravitasi bumi dikarenakan butiran-butiran yang berukuran lebih besar dan yang lebih berat mengendap terlebih dahulu, kemudian disusul oleh butiran- butiran yang berukuran kecil diatasnya sehingga membentuk struktur batuan berupa  penghalusan kearah atas. Sehingga paket litofasies batupasir volkanik termasuk

kedalam produk dari endapan piroklastikan jatuhan ( fall deposit ).

2. Litofasies breksi volkanik, dengan fragmen yang berbentuk menyudut-menyudut tangggung sehingga dapat menceritakan bahwa pengendapan breksi dekat dengan sumber Gunung Api. Dengan derajat pemilahan, terpilah buruk maka dapat menceritakan bahwa terjadi percampuran butiran dari yang ukurannya besar-kecil  pada proses pengendapan breksi volkanik, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa mekanisme pengendapannya karena proses aliran butiran (debris flow), sehingga dapat dimasukkan kedalam produk endapan piroklastika aliran.

Pada pengamatan dan analisa penampang stratigrafi terukur 2 Gunung Watukurut, dengan keterdapatan asosiasi litofasies batupasir krikilan, breksi volkanik maka  peneliti interpretasikan terendapkan pada Fasies Gunung Api Medial. (Berdasarkan

 breksi

 breksi volkanik, volkanik, lava, lava, tuf, tuf, dan dan batupasir batupasir volkanik volkanik sehingga sehingga pada pada lokasi lokasi pengamatanpengamatan  penampang

 penampang stratigrafi stratigrafi terukur terukur 2 2 Gunung Gunung Watukurut Watukurut dapat dapat dimasukkan dimasukkan ke ke dalamdalam Formasi Nglanggran yang dipengaruhi oleh aktivitas gunung api yang sedang Formasi Nglanggran yang dipengaruhi oleh aktivitas gunung api yang sedang membangun, sehingga dapat dimasukkan ke dalam Fisiografi Zona Pegunungan membangun, sehingga dapat dimasukkan ke dalam Fisiografi Zona Pegunungan Selatan.

Selatan.

4.2.2. Pada pengambilan data Penampang Statigrafi Terukur 1 Pohijo 4.2.2. Pada pengambilan data Penampang Statigrafi Terukur 1 Pohijo (terlampir dalam lampiran Penampang Stratigrafi Terukur 1 Pohijo).

(terlampir dalam lampiran Penampang Stratigrafi Terukur 1 Pohijo). 4.2.2.1.

4.2.2.1. Batupasir Batupasir volkanik volkanik krikilankrikilan Lapangan:

Lapangan:

Batupasir volkanik berwarna abu-abu; dengan fragmen batuan beku (2-64 mm), Batupasir volkanik berwarna abu-abu; dengan fragmen batuan beku (2-64 mm), komposisi fragmen 10%, yang tertanam dalam masa dasar batupasir berukuran komposisi fragmen 10%, yang tertanam dalam masa dasar batupasir berukuran sedang-halus (1/2-1/8 mm), grain supported, agak menyudut- menyudut, terpilah sedang-halus (1/2-1/8 mm), grain supported, agak menyudut- menyudut, terpilah  baik;

 baik; fragmen: fragmen: andesit, andesit, tuff; tuff; matrik: matrik: tuff, tuff, btpsr btpsr halus; halus; semen: semen: silika; silika; stuktur: stuktur: gradedgraded  bedding. Bentuk pelamparan

Sayatan tipis batuan piroklastik; warna kuning; bertekstur klastik, ukuran butir Sayatan tipis batuan piroklastik; warna kuning; bertekstur klastik, ukuran butir (0,25–1 mm); grain supported, dengan bentuk butir menyudut-agak menyudut; yang (0,25–1 mm); grain supported, dengan bentuk butir menyudut-agak menyudut; yang disusun oleh; Kristal, Lithic dan vitric. Kristal (60%) terdiri dari orthoklas (25%), disusun oleh; Kristal, Lithic dan vitric. Kristal (60%) terdiri dari orthoklas (25%),  plagioklas

 plagioklas (15%), (15%), hornblende hornblende (8%), (8%), biotit biotit (7%), (7%), opaq opaq mineral mineral (5%), (5%), Lithic Lithic (20%),(20%), Vitric (20%)

Vitric (20%)

 Nama Batuan : Kristal Tuff (Menurut

 Nama Batuan : Kristal Tuff (Menurut Klasifikasi William, 1954) (lihat lampiran N1).Klasifikasi William, 1954) (lihat lampiran N1). Analisa Litofasies pada batupasir

Analisa Litofasies pada batupasir volkanik krikilanvolkanik krikilan

Dalam penentuan litofasies meliputi 1. Tekstur, 2. Struktur batuan 3. Komposisi dan Dalam penentuan litofasies meliputi 1. Tekstur, 2. Struktur batuan 3. Komposisi dan 4. Geometri. Berdasarkan 1. Tekstur pada batuan yang meliputi bentuk butir, ukuran 4. Geometri. Berdasarkan 1. Tekstur pada batuan yang meliputi bentuk butir, ukuran  butir,

 butir, derajat derajat pemilahan. pemilahan. a. a. Bentuk Bentuk butir: butir: menyudut menyudut - - menyudut menyudut tanggung tanggung dapatdapat diinterpretasikan bahwa pengendapan batuan dekat dengan sumber Gunung Api, diinterpretasikan bahwa pengendapan batuan dekat dengan sumber Gunung Api, karena fragmen pada batuan belum mengalami transportasi yang jauh dari sumber. b. karena fragmen pada batuan belum mengalami transportasi yang jauh dari sumber. b. Ukuran butir: fr

Ukuran butir: fragmen berukuran agmen berukuran (2-64 mm) ber(2-64 mm) berupa batuan beku upa batuan beku dan dan lithic yanglithic yang tertanam pada masa dasar pasir halus (1/2-1/8 mm) menceritakan bahwa fragmen tertanam pada masa dasar pasir halus (1/2-1/8 mm) menceritakan bahwa fragmen tidak hanya fragmen batuan beku, tetapi terdapat juga fragmen lithic sehingga tidak hanya fragmen batuan beku, tetapi terdapat juga fragmen lithic sehingga  batupasir

 batupasir kerikilan kerikilan ini ini merupakan merupakan produk produk piroklastik, piroklastik, dengan dengan komposisi komposisi fragmenfragmen 10% dari total batuan. c. Derajat pemilahan: terpilah buruk menceritakan bahwa pada 10% dari total batuan. c. Derajat pemilahan: terpilah buruk menceritakan bahwa pada  proses

 proses pengendapan pengendapan batuan batuan terjadi terjadi pemisahan pemisahan butiran butiran akibat akibat dari dari gaya gaya gravitasigravitasi  bumi. 2. Struktur

Lapangan: Lapangan:

Batupasir volkanik berwarna abu-abu; dengan fragmen batuan beku (2-64 mm), yang Batupasir volkanik berwarna abu-abu; dengan fragmen batuan beku (2-64 mm), yang tertanam dalam masa dasar batupasir berukuran sedang-halus (1/2-1/8 mm), Grain tertanam dalam masa dasar batupasir berukuran sedang-halus (1/2-1/8 mm), Grain supported, agak menyudut- menyudut, terpilah baik, ,fragmen: andesit, tuff; matrik: supported, agak menyudut- menyudut, terpilah baik, ,fragmen: andesit, tuff; matrik: tuff, batupasir halus; semen: silika; stuktur: graded bedding. Bentuk pelamparan tuff, batupasir halus; semen: silika; stuktur: graded bedding. Bentuk pelamparan secara horizontal lebih dominan. (

secara horizontal lebih dominan. (Gambar 4.4Gambar 4.4))

0

0 2mm 2mm 4.6.b. 4.6.b. 0 0 2mm2mm 4.6.c

 butir, derajat pemilahan. a. Bentuk butir: menyudut - menyudut tanggung dapat diinterpretasikan bahwa pengendapan batuan dekat dengan sumber Gunung Api, karena fragmen pada batuan belum mengalami transportasi yang jauh dari sumber.  b.Ukuran butir: fragmen berukuran (2-64 mm) berupa batuan beku dan lithic yang tertanam pada masa dasar pasir halus (1/2-1/8 mm) menceritakan bahwa fragmen tidak hanya fragmen batuan beku, tetapi terdapat juga fragmen lithic sehingga  batupasir kerikilan ini merupakan produk volkaniklastik, dengan komposisi fragmen 10% dari total batuan. c. Derajat pemilahan: terpilah buruk menceritakan bahwa pada  proses pengendapan batuan terjadi pemisahan butiran akibat dari gravitasi bumi. 2. Struktur batuan: gradded bedding sehingga dapat diceritakan bahwa pada paket litofasies ini terjadi pemisahan butiran dikarenakan butiran-butiran yang berukuran lebih besar dan yang lebih berat mengendap terlebih dahulu karena pengaruh dari gravitasi bumi kemudian disusul oleh butiran-butiran yang berukuran kecil diatasnya sehingga membentuk struktur batuan berupa penghalusan kearah atas. 3. Komposisi dengan dijumpai fragmen batuan beku dan fragmen lithic pada masa dasar batupasir halus dan tuff dengan jenis semen silika maka dapat disimpulkan bahwa jenis batuan termasuk kedalam batuan piroklastik. 4.Geometri dengan bentuk pelamparan horizontal lebih dominan daripada pelamparan secara vertical. Kesimpulan dengan dijumpai struktur batuan gradded bedding, keterdapatan lithic maka batupasir

Dalam penentuan litofasies meliputi 1. Tekstur, 2. Struktur batuan 3. Komposisi dan 4. Geometri. Berdasarkan 1. Tekstur pada batuan yang meliputi bentuk butir, ukuran  butir, derajat pemilahan. a. Bentuk butir: menyudut - menyudut tanggung dapat disimpulkan bahwa pengendapan batuan dekat dengan sumber, karena fragmen pada  batuan belum mengalami transportasi yang jauh dari sumber. b. Ukuran butir:

fragmen berukuran (64-256 mm) berupa batuan beku dan lithic yang tertanam pada masa dasar pasir kasar-kerikilan (1/2- 2 mm). c. Derajat pemilahan: terpilah buruk menceritakan bahwa pada proses pengendapan batuan tidak terjadi pemisahan  butiran dengan baik. Sehingga pada paket litofasies ini terjadi percampuran butiran dari ukuran yang besar sampai dengan ukuran kecil sebagai masa dasar. d. Kemas terbuka dapat ditentukan karena ukuran butiran sudah diatas ukuran pasir kasar keatas dan seolah-olah fragmen mengambang pada masa dasar batupasir kasar-kerikilan 3. Komposisi dengan dijumpai fragmen batuan beku dan fragmen lithic  pada masa dasar batupasir halus dan tuff dengan jenis semen silica maka dapat

disimpulkan bahwa jenis batuan termasuk kedalam batuan piroklastik. 4. Geometri dengan bentuk pelamparan horizontal lebih dominan daripada pelamparan secara vertical. Kesimpulan dengan dijumpai breksi piroklastik termasuk kedalam produk dari endapan piroklastika aliran ( flow deposit ).

Lava andesit berwarna abu-abu, hipokristalin, fanerik halus (1/4-1/8 mm), dengan  bentuk kristal euhedral, inequgranular. Terdapat xenolith tuff pada masa dasar lava.

(Gambar 4.6).

4.8. a

Gambar 4.8.a Pengamatan lapangan, 4.8.b. Pengamatan nikol silang, Dan 4.8.c. Pengamatan nikol sejajar petrografi

Pemerian Petrografis:

yang sempurna, c. 2. Relasi: Inequigranular vitroverik, yang artinya mineralnya mempunyai ukuran butir yang tidak sama dimana fenokris tertanam dalam masa dasar berupa gelas. 2. Struktur batuan: Skoria, yang artinya banyak terdapat lubang gasnya karena pada saat keluar dari Gunung Api, lava kontak langsung dengan udara, sehingga terjadi proses pendinginan yang cepat yang menyebabkan timbulnya lubang-lubang gas. 3. Komposisi mineralogi: terdapat mineral hornblende, piroksen, dan gelas dengan jenis semen silika. Keterdaptan tuf pada rongga gas lava, peneliti interpretasikan bahwa tuf terbentuk setelah aktivitas lava terbentuk, karena secara stratigrafi posisi tuf berada diatas lava, itu berarti bahwa tuf berumur lebih muda daripada lava, sehingga tuf hadir mengisi rongga lava. 4. Geometri dengan bentuk  pelamparan horizontal lebih dominan daripada pelamparan secara vertical.

Kesimpulan dengan kehadiran lava andesit ini membuktikan bahwa lokasi penelitian dekat dengan sumber Gunung Api yang bersifat effusive ( membangun).

4.2.2.5. Tuf Lapangan:

Tuf berwarna kuning dengan ukuran butir tufa halus (< 0,04 mm); semen silika (Gambar 4.7),

Kristal (10%) terdiri dari kuarsa (2%), plagioklas (3%), opaq mineral (5%), Lithic (35%),

 Nama Batuan : Vitric Tuff (Menurut Klasifikasi William, 1954) (lihat lampiran N7). Analisa Litofasies pada tuf

Dalam penentuan litofasies meliputi 1. Tekstur, 2. Komposisi dan 3. Geometri. Berdasarkan 1. Tekstur pada batuan yang meliputi ukuran butir, a. Ukuran butir: Tuf halus (< 0,04 mm). 2. Komposisi tuf, dengan semen silica, 3. Geometri dengan  bentuk pelamparan horizontal lebih dominan daripada pelamparan secara vertical.

Kesimpulan tuf merupakan produk piroklastika jatuhan ( fall deposit ). Tuf  pengendapannya sangat dipengaruhi oleh arah angin dan gravitasi bumi. Pengendapannya selalu dicirikan mengikuti bentuk morfologi dari pengendapan sebelumnya dan mempunyai penyebaran yang luas yang artinya dapat dijumpai dari Fasies Sentral- Fasies Distal.

4.2.2.6. Perselang-selingan Lava dengan tuf Lapangan:

Perselang-selingan Lava dengan tuf

Derajat kristalisasi, b. Ukuran butir, c. Kemas. a. Derajat kristalisasi: Hipokristalin yang artinya apabila batuan tersusun atas masa kristal dan gelas, b. Ukuran butir: fanerik halus (1/4-1/8 mm), c. Kemas: terdiri dari 1. Bentuk kristal dan 2. Relasi. 1. Bentuk kristal: euhedral yang artinya apabila bidang kristal dibatasi oleh kristal yang sempurna, 2. Relasi: Inequigranular vitroverik, yang artinya mineralnya mempunyai ukuran butir yang tidak sama dimana fenokris tertanam dalam masa dasar berupa gelas. 2. Struktur batuan: Skoria, yang artinya banyak terdapat lubang gasnya. 3. Komposisi mineralogi terdapat mineral hornblende, piroksen, dan gelas, dengan jenis

Dalam dokumen Skripsi Widyaningsih E P (Halaman 57-95)

Dokumen terkait