• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus

Dalam dokumen Arsitektur dekonstruksi derridean dan no (Halaman 26-41)

III.3.1. Hysolar Institute Building

Gambar 3.1 Hysolar Building

Sumber: http://farm2.staticflickr.com/1046/1241406155_99dd173604.jpg pada tanggal 14 Maret 2017

Arsitek : Gunther Benisch

 Tidak ditemukannya bentukan-bentukan monoton dan fungsional dari bangunan ini, yang ada justru bentukan-bentukan baru yang sebelumnya belum ada dalam arsitektur modern.

 Bangunan ini cenderung memiliki komposisi yang bebas. Tampak bukan merupakan proyeksi dari denah 2d-nya, akan tetapi merupakan suatu bentukan yang didapat dari bentukan geometri yang diolah.

 Tidak adanya ruang yang terjadi karena fungsional seperti pada bangunan arsitektur modern. Pada tampak terlihat cocktail sticks yang menopang bangunannya dengan ‘tidak pasti’.

 Bentuk bangunan miringnya diekstrimkan sebagai ciri utama arsitektur dekonstruksi, sehingga nampak sekali massa bangunan bukan didapat dari hasil proyeksi denah.

 Banyaknya sudut bangunan yang muncul tanpa adanya penjelasan dari segi fungsinya. Hal itu semata-mata dimunculkan untuk segi estetikanya.

B. Tingkat keterkaitannya dengan arsitektur modern :

Bangunan ini berawal dari bentuk geometris. Sama dengan arsitektur modern yang menggunakan bentuk geometris sebagai dasar perancangannya, di mana bentuk bangunan terjadi karena fungsi bangunan dan besaran ruang yang membatasinya. Akan halnya pada bangunan dekonstruksi ini, memang dari bentuk geometris, tapi bentuk geometris tadi diolah lagi sedemikian rupa. Bentuknya diurai-uraikan dan kemudian dihadirkan kembali. Tidak hanya dalam bentuk sebuah bidang, namun juga bentukan massa yang baru yang mengandung unsur sudut dan garis. Sehingga bentukan yang terjadi pun jadi jauh lebih kompleks dari bentukan awal geometri. Massanya sarat dengan unsur sudut yang miring, baik itu dari dindingnya, jendela, atap, dan lain-lain.

Hal inilah yang membuatnya berbeda dengan bangunan arsitektur modern. Pada arsitektur modern, setelah bentukan awal denah geometris terjadi, maka akan langsung diproyeksikan menjadi tampak dan potongan. Arsitektur dekonstruksi sebaliknya sebagaimana telah diuraikan di atas.

Kesamaan lain yang mungkin dapat ditemukan adalah penggunaan bahan bangunan yang bersifat modern, seperti baja, kaca, aluminium, dll. Pada bangunan modern, kebanyakan dapat kita temui di Amerika, Chicago, penggunaan baja dan kaca dengan denah tipikal dianggap sebagai bentukan arsitektur yang sangat menarik. Sedangkan bagi para arsitek dekonstruksi khususnya dan post modern pada umumnya, penggunaan material modern tidak hanya sekedar menerapkannya pada bangunan sebagai hasil dari kemajuan teknologi yang ada. Akan tetapi, mereka menerapkannya ke bangunan berdasarkan imajinasi mereka, berdasarkan kebutuhan mereka akan estetika yang kerap dilupakan dalam arsitektur modern. Sehingga dapat terlihat berbagai alternatif pengaplikasian material ke bangunan dalam berbagai bentuk yang baru. Kaca tidak lagi terbatas persegi, namun bila diolah sesuai tampak bangunan, dimungkinkan saja untuk menggunakannya dalam bentuk trapezium. Kolom-kolom baja yang awalnya lurus dari lantai dasar sampai atas, dapat dibuat lain dengan memiringkannya. Sistem strukturnya pun masih kuat.

Jadi, arsitektur dekonstruksi sebenarnya merupakan bentuk pengembangan dari arsitektur modern. Berawal dari bentuk geometri dan penggunaan bahan modern. Arsitektur dekonstruksi melanjutkan pengembangannya dengan menghadirkan alternatif desain baru di mana di dalamnya menghadirkan unsur estetika dan filsafat baru tentang bangunan.

Dengan adanya unsur estetika, bangunan post modern menjadi lebih dinamis dan lugas dalam penyampainnya ke masyarakat. Bangunannya seakan-akan hidup dan tidak hanya sekedar bangunan yang mati dan hadir sebagai suatu produk hasil produksi.

C. Arsitek obyek ini melakukan olahan hingga menjadi obyek post modern:

 Gunther tidak memulai perancangan bangunannya dengan denah, melainkan massa geometri yang diolah, diuraikan, dan dikomposisi ulang hingga mendapatkan bentukan baru yang kiranya sesuai dengan filosofisnya.

 Gunther memiringkan dengan ekstrim dinding bangunannya sebagai salah satu bentuk ‘protes/ menentang’ arsitektur modern yang mengenal dinding itu haruslah tegak lurus bentuknya.

 Dari tampak terlihat bentukan-bentukan baru bernuansa abstrak dengan garis-garis miring dan bentuk bangunan yang seakan-akan mau runtuh.

 Gunther menggunakan banyak bentuk abstrak yang tidak beraturan dan tidak beralasan. Ia dijuluki arsitek dekonstruksi dengan aliran abstracting the open-end.

Gambar 3.2 Hysolar Building Plans

Gambar 3.3 Hysolar Building Elevation

Sumber: Andreas Papadakis, Deconstruction II, New York, 1994, hlm. 86.

Gambar 3.4 Hysolar Building Section

Sumber: Andreas Papadakis, Deconstruction II, New York, 1994, hlm. 87.

III.3.2. Peak Club Hongkong

Gambar 3.5 Peak Club

Sumber: http://www.zaha-hadid.com/architecture/the-peak-leisure-club/, pada tanggal 12 Maret 2017

Kompetisi ini dimenangkan oleh Zaha Hadid dengan kekhususan desainnya yang terdiri dari ‘balok-balok’ memanjang yang disusun bertumpangan, seperti lapisan-lapisan horizontal. Konsep perancangan tersebut terutama karena bentuk dari situasi geologi Hongkong, yang terdiri dari lapisan-lapisan yang tersusun dengan tidak teratur sampai ke puncak pegunungannya. Karena itulah, maka bentuk keseluruhan dari Peak Club Building ini seolah seperti susunan pegunungan buatan manusia, yang tersusun seperti suatu “kesatuan” yang tidak merata.

Hal inilah yang kemudian menjadikan bangunan ini termasuk sebagai objek post modern, karena bangunan ini seolah-olah hidup dan berirama.Tidak ada kesan kaku dan terikat. Semuanya terlihat sangat lugas. Berbeda dengan arsitektur modern yang kaku dan tidak ‘hidup’ sama sekali. Akan tetapi kesinambungannya dengan arsitektur modern terlihat dari pemakaian material modern dan ide bentukan massa asal yang berasal dari bentuk geometri. Bentuk yang tersusun horizontal namun brutal dan dinamis, sesuai dengan situasi Hongkong sendiri. Peak Club Building direncanakan sebagai suatu fasilitas untuk bersenang-senang semata. Penampilannya mewah, dan digunakan untuk masyarakat kelas atas. Sistem struktur yang unik merupakan bentuk keseluruhan dari bangunan ini, yang terdiri dari 3 balok berbentuk linear, yang disusun secara tidak beraturan, membentuk sudut yang berbeda. Dan disatukan dengan permainan ruang-ruang kosong yang bervariasi dan terletak di antara balok-balok tersebut.

Balok pertama terdiri dari ruang-ruang kosong yang terletak di antara balok-balok massa, difungsikan sebagai ‘club’ itu sendiri yang terdiri dari kolam renang, perpustakaan dan fasilitas olah raga. Bagian massa-massa balok itu sendiri berfungsi sebagai apartemen dan studio (2 lantai). Sedangkan bagian paling atas berfungsi sebagai penthouse. Fasilitas club yang terletak pada ruang-ruang kosong di antara

massa-massa tersebut benar-benar terbuka dan disituasikan sebagai suatu “pegunungan“, dengan cara membedakan ketinggian lantai. Seolah-olah seperti lapisan-lapisan, mulai dari kolam renang sampai bagian paling bawah. Mengalir datar dan melalui sesuatu ramp sebagai area sirkulasi, bar-bar, perpustakaan, dan tempat-tempat latihan. Konsep Zaha mengenai “penyatuan“ antara bangunan dan lingkungannya telah tampak jelas di sini. Demikian juga dengan penghubung elemen-elemen bangunan yang berbeda-beda sesuai aktivitasnya melalui sistem sirkulasi yang ada.

Dari bentuk bangunannya tersebut, maka tak heran bila Zaha dimasukkan ke dalam dekonstruksi aliran neo constructivist, di mana system konstruksi bangunan dibuat seefisien mungkin sebagai dasar perancangannya. Dapat berarti menciptakan suatu system struktur yang tidak pernah terpikir sebelumnya, dan ternyata mampu mendukung seluruh bangunan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan, menurut Zaha, suatu bangunan haruslah dirancang dengan bertolak dari pemikiran-pemikiran sebagai berikut :

 Bangunan adalah suatu proyek/percobaan yang tidak pernah selesai, sehingga akan selalu menghasilkan sesuatu yang sama sekali baru yang belum pernah ada. Bahkan dimungkinkan suatu bentuk dari masa yang akan datang (future). Zaha Hadid menganut aliran Russian Suprematism, suatu aliran yang mengawali dekonstruksi pada umumnya.

 Supprematism menggambarkan “sesuatu yang melawan masa lampau”, seperti seorang seniman yang melawan hal-hal yang natural. Bagi Zaha Hadid, berarsitektur adalah bereksperimen tentang seni arsitektur yang bebas dengan ide-ide yang baru sama sekali.

 Dari bentuk bangunannya, dapat dilihat bahwa Zaha termasuk seorang ‘Constructivist’. Bangunannya harus dapat menampilkan

ide/cerita yang masih berupa fantasi/ seuatu bentuk abstrak dari pengarangnya, ke dalam suatu bentuk nyata atau model dari cerita itu sendiri yaitu bentuk bangunan itu sendiri. Pada bangunan ini terlihat bahwa bentukannya merupakan suatu bentuk abstrak dari pegunungan.

 Bangunan harus dapat memancing emosi dan imajinasi dari tiap-tiap orang yang melihatnya. Untuk memancing emosi dan imajinasi, pada bangunan ini, Zaha menggunakan warna-warna ‘berani’, terutama pada bagian penyajiannya.

 Bangunan menggambarkan sesuatu yang abstrak dan liar, bahkan mungkin menjadi brutal.

 Bangunan adalah pemersatu ruang dalam dan ruang luar. Antara bangunan dan lingkungan sekitar, merupakan kesatuan yang utuh dan saling melengkapi.

 Bangunan adalah tempat untuk melaksanakan aktifitas yang berbeda-beda. Karena itu, maka bangunan juga terdiri dari elemen-elemen atau bentuk yang berbeda dan disatukan oleh sistem sirkulasi dengan penonjolan sistem konstruksi.

 Pembedaan aktifitas dilakukan dengan pembedaan elemen-elemen bangunannya. Selain itu, juga berfungsi untuk menghindari kesan monoton. Sebagaimana banyak ditemui pada arsitektur modern.

 Banyaknya bangunan Zaha yang menggunakan flying beam membuatnya dijuluki sebagai arsitek dekonstruksi aliran anti-gravitational space. Banyaknya balok yang melayang menciptakan bangunan seolah-olah tidak ada yang menopang semakin menambah cirri khas dekonstruksi bangunannya.

Gambar 3.6 Peak Club Drawings

Sumber: http://www.zaha-hadid.com/architecture/the-peak-leisure-club/, pada tanggal 12 Maret 2017

III.3.3. Heydar Aliyev Center

Gambar 3.7 Heydar Aliyev Center

Sumber: http://www.archdaily.com/448774/heydar-aliyev-center-zaha-hadid-architects pada tanggal 1 Maret 2017

Arsitek : Zaha Hadid Architects.

Lokasi : Baku, Azerbaijan.

Project Designer and Architect : Saffet Kaya Bekiroglu.

Klien : The Republic of Azerbaijan.

Luas Total Bangunan : 101.801 m2.

Luas Lahan : 111.292 m2.

Tahun Proyek Selesai : 2013.

A. Konsep Desain

Desain Heydar Aliyev Pusat memiliki kesan yang terus menerus, hubungan fluida antara plaza sekitarnya dan interior bangunan sebagai satu kesatuan yang dapat diakses oleh semua warga sebagai bagian dari kain perkotaan Baku, yang didedikasikan untuk perayaan kolektif budaya Azeri kontemporer dan tradisional. Formasi yang rumit seperti undulations, bifurcations, lipatan, dan infleksi memodifikasi permukaan plaza ini ke lanskap arsitektur yang melakukan banyak fungsi: ‘menyambut’, ‘memeluk’, dan mengarahkan pengunjung melalui berbagai tingkat interior. Dengan sikap ini, bangunan mengaburkan perbedaan konvensional antara objek arsitektur dan lansekap kota, selubung bangunan dan plaza perkotaan, bentuk dan tanah, interior dan eksterior.

Gambar 3.8 Bentuk Lipatan pada Heydar Aliyev Center

Sumber: https://en.wikiarquitectura.com/heyda_center_hb205-2/?id=91133, pada tanggal 1 Maret 2017

Gambar 3.9 Kulit Bangunan pada Heydar Aliyev Center

Sumber:

https://en.wikiarquitectura.com/wp-content/uploads/2017/01/Heyda_Center_hc110-150x150.jpg, pada tanggal 1 Maret 2017

Fluiditas dalam arsitektur tidak baru untuk wilayah ini. Dalam arsitektur Islam, baris, grid, atau urutan kolom mengalir tanpa batas, seperti pohon di hutan, membangun ruang non-hirarkis. Pola kaligrafi dan hiasan terus menerus mengalir dari karpet ke dinding, dinding untuk langit-langit, langit-langit untuk kubah, membangun hubungan mulus dan mengaburkan perbedaan antara unsur-unsur arsitektur dan tanah yang mereka huni. Tujuannya adalah untuk berhubungan dengan pemahaman sejarah arsitektur, tidak melalui penggunaan mimikri atau suatu nilai tetap (norma) membatasi untuk ikonografi masa lalu, melainkan dengan mengembangkan interpretasi tegas kontemporer, mencerminkan pemahaman yang lebih bernuansa. Menanggapi penurunan tipis topografi yang mebuat lahan terbagi menjadi dua bagian, proyek ini membuat lanskap bertingkat yang mebiarkan koneksi alternatif dan rute antara plaza publik, bangunan, dan parkir bawah tanah. Solusi ini menghindari penggalian tambahan dan TPA, dan berhasil mengubah sebuah kelemahan menjadi fitur desain utama.

B. Geometri, Struktur, dan Materialitas

Salah satu elemen menantang yang paling penting dari proyek ini adalah pengembangan arsitektur kulit bangunan. Ambisinya adalah untuk mebuat suatu bentuk terus menerus yang berkesan homogen, namun mewadahi berbagai fungsi yang berbeda. Logika konstruksi, dan sistem teknis harus dibawa bersama-sama dan terintegrasi ke dalam selubung bangunan. Komputasi canggih digunakan, sebagai kontrol dan komunikasi dari berbagai macam kompleksitas, antara banyak peserta proyek.

Heydar Aliyev Center prinsipnya terdiri dari dua sistem yang berkolaborasi: Struktur beton dikombinasikan dengan sistem space frame. Untuk mencapai skala besar ruang bebas kolom yang memungkinkan pengunjung untuk mengalami fluiditas interior, elemen struktur vertikal diserap oleh selubung bangunan dan sistem dinding tirai (curtain). Geometri permukaan tertentu mendorong solusi struktural yang tidak konvensional, seperti pendekatan melengkung 'booting column' untuk membentuk lengkungan dari permukaan tanah ke Barat bangunan, dan 'pas' meruncing dari balok kantilever yang mendukung selubung bangunan ke timur site.

Sistem space frame memungkinkan pembangunan struktur bebas-bentuk dan menghemat waktu yang signifikan selama proses pembangunan, sementara substruktur dikembangkan untuk menggabungkan hubungan yang fleksibel antara grid kaku dari rangka ruang dan sistem cladding eksterior bebas terbentuk. Sambungan tersebut berasal dari proses rasionalisasi kompleks geometri, penggunaan, dan estetika proyek. Kaca beton serat (GFRC) dan Fiber Glass Reinforced Polyester (GFRP) dipilih sebagai bahan cladding ideal, karena bahan-bahan tersebut memungkinkan untuk plastisitas kuat dari desain bangunan

sementara menanggapi tuntutan fungsional yang sangat berbeda terkait dengan berbagai situasi.

Gambar 3.10 Pembangunan Heydar Aliyev Center

Sumber: https://en.wikiarquitectura.com/building/Heydar-Aliyev-Cultural-Center/, pada tanggal 1 Maret 2017

Dalam komposisi arsitektur ini, jika permukaan adalah musik, maka bagian sambungan antara panel adalah irama. Sejumlah penelitian dilakukan pada geometri permukaan untuk merasionalisasi panel tetap menjaga kelangsungan seluruh bangunan dan lanskap. Sambungannya mempromosikan pemahaman yang lebih besar dari skala proyek yang menekankan transformasi menerus dan gerak tersirat dari geometri fluida, menawarkan solusi pragmatis untuk masalah konstruksi praktis seperti manufaktur, penanganan, transportasi dan perakitan; dan menjawab permasalahan teknis seperti menahan gerakan karena defleksi, beban eksternal, perubahan suhu, aktivitas seismik dan beban angin.

Untuk menekankan hubungan yang berkelanjutan antara eksterior bangunan dan interior, pencahayaan dari Heydar Aliyev Center sangat hati-hati. Strategi desain pencahayaan dibedakan

antara siang dan malam pada bangunan. Pada siang hari, volume bangunan memantulkan cahaya, terus-menerus mengubah penampilan bangunan menurut waktu, dari segi perspektif. Penggunaan kaca semi-reflektif memberikan kilasan yang menggoda, membangkitkan rasa ingin tahu tanpa mengungkapkan bentuk fluida dari dalam. Pada malam hari, karakter ini secara bertahap berubah dengan cara pencahayaan yang menyorot dari interior ke area eksterior, berlangsung komposisi formal untuk mengungkapkan isi dan mempertahankan fluiditas antara interior dan eksterior.

III.3.4. Extension Totte Denver Art Museum The Eye and The Wing

Gambar 3.11 Denver Art Museum

Sumber:

http://images.adsttc.com/media/images/571d/68c0/e58e/cea1/2000/000a/slidesho w/DAM_D_2156B(c)BitterBredt.jpg?1461545144,

pada tanggal 3 Maret 2017 Arsitek: Daniel Libeskind

Daniel Libeskind merupakan salah satu penganut gaya anti modern yang selalu dapat terlihat dalam setiap proyek yang ditanganinya. Ia menyebut bangunannya sebagai “bukan teori”, dan “bukan arsitektur”. Seperti Leon Krier yang mempengaruhi lewat membangun tidak berdaar visinya. Libeskind memiliki pengaruh yang mana proyeknya benar-benar murni dan tidak terkontaminasi dengan kenyataan. Model rancangannya kebanyakan mengambil bentuk estetika neo modern ke arah

ekstrim dengan menampilkan frenzied cacophony dari ‘cocktail sticks’, ‘flying beams’, ‘excavations/ penggalian’, ‘tilted floor and walls/ lantai dan dinding yang miring’, dan ‘self contradictory inscription/inskripsi diri yang kontradiksi’. Semuanya ini dipusatkan pada akhir yang apokalipstik. Hasilnya, Libeskind memperkenalkan bentukan gaya baru dari bangunan, di mana menghapuskan pendominasian arsitektur modern setelah sekian lama.

Gambar 3.10 Bentuk Tajam Denver Art Museum

Sumber:

http://images.adsttc.com/media/images/571d/6901/e58e/cea1/2000/000c/slidesh ow/Detail_with_Denver_Public_Library_(right)(c)BitterBredt.jpg?1461545209,

pada tanggal 3 Maret 2017

Pada salah satu bangunan hasil rancangannya ini terlihat pemakaian flying beams, karena dari tampak bangunannya sendiri sudah miring dan tidak beraturan. Dasar bentuk bangunannya tidak jelas, seakan-akan berasal dari persegi untuk bentuk dua dimensinya, namun kemudian digabungkan dengan bentuk segitiga dalam bentuk tiga dimensinya. Tilted floors and walls/ lantai dan dinding yang miring jelas terlihat dari tampak. Terlebih karena bangunan memang seakan-akan segera rubuh dengan adanya kemiringan-kemiringan tersebut. Namun Libeskind berhasil menggabungkan semuanya itu dan menghasilkan bentukan yang memang dinamis dan sebelumnya tidak dapat ditemukan dalam aliran arsitektur modern. Daniel kerap dijuluki sebagai arsitek

dekonstruksi yang beraliran between the lines, karena ia berada di antara modern dan neo modern serta berupaya menggabungkan keduanya hingga mendapatkan suatu desain baru

Dalam dokumen Arsitektur dekonstruksi derridean dan no (Halaman 26-41)

Dokumen terkait