• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.7. Tinjauan Studi Terdahulu

2.7.1. Studi Mengenai Industri Pakan Ternak

Hasil penelitian Rusastra et al (1990) tentang keunggulan komparatif produksi pakan ternak di Lampung dan Jawa Barat menemukan bahwa dinamika harga pakan ternak sangat dipengaruhi oleh gejolak harga bahan baku, bahkan pakan mempunyai pangsa antara 70-80 persen dari biaya produksi, sehingga pembenahan dalam industri perunggasan maupun peternakan akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam pembenahan sub-sektor tanaman pangan.

Temuan serupa juga diperoleh dari hasil kajian Hutabarat et al (1993) di empat propinsi (DKI, Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) dan Sajuti (2001), dimana jagung merupakan bahan baku utama, dengan pangsa 40-60 persen dari bahan baku pabrik pakan ternak. Besarnya komponen jagung dalam bahan baku pakan ternak disebabkan karena harganya relatif murah, mudah diproduksi dalam jumlah banyak, mengandung kalori yang tinggi dan sangat disukai ternak. Oleh sebab itu upaya untuk mengganti jagung dengan bahan lain belum berhasil hingga saat ini. Temuan ini juga diperkuat oleh hasil kajian Tangendjaja et al (2002) yang menunjukkan bahwa peranan jagung dalam produksi pakan ternak sangat penting dan posisinya belum bisa digantikan secara sempurna oleh bahan baku lainnya.

Pada tahun 1996, Alim meneliti tentang efisiensi skala usaha pabrik pakan dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan pendugaan laba dengan metode SUR (Seemingly Unrelated Regression). Penelitian ini memanfaatkan pool data, yang terdiri dari data penampang lintang dari tiga pabrik yang berlokasi di wilayah Bogor dan Bekasi, serta data bulanan selama tiga tahun (1992-1994), sehingga jumlah pengamatan adalah 108 titik data. Kesimpulan dari penelitian ini menyatakan bahwa harga jagung kuning sangat dominan dalam mempengaruhi tingkat 1aba dan efisiensi usaha. Hal ini disebabkan jagung kuning mempunyai pangsa yang relatif tinggi dalam penyusunan pangsa pakan ternak dan belum tersedia bahan substitusi yang mempunyai kandungan gizi yang setara.

Penelitian Yusdja dan Pasandaran (1996) dengan menggunakan metode

linear programming menghasilkan temuan yang sangat mendukung hasil-hasil penelitian di atas. Penelitian ini menyimpulkan bahwa jagung merupakan bahan baku utama dari industri pakan ternak. Pangsa jagung sebagai bahan baku utama pakan ternak mencapai 56-62 persen dari keseluruhan bahan baku pakan ternak. Sementara biaya pakan mencapai 87.8 persen dari keseluruhan biaya produksi daging ayam.

Hasil penelitian Purba (1999) tentang keterkaitan pasar jagung dan pakan ternak ayam ras di Indonesia : suatu analisis simulasi dengan menggunakan data deret waktu periode 1969-1996 dengan sistem persamaan simultan dengan menggunakan metode 2SLS menunjukkan bahwa produksi pakan ternak sesuai dengan teori ekonomi secara nyata dipengaruhi oleh peubah selisih harga pakan dan jagung, tingkat suku bunga dan populasi ayam ras. Akan tetapi, baik jangka pendek maupun jangka panjang produksi pakan ternak kurang respon terhadap

perubahan dari peubah-peubah tersebut. Sementara itu, peubah-peubah yang berpengaruh nyata terhadap permintaan pakan ternak adalah rasio harga pakan terhadap harga ayam ras dan populasi ayam ras.

Selain itu, Yusdja et al (2000) meneliti struktur industri unggas nasional yang meliputi produksi, peternak dan struktur industri pakan. Adapun responden yang diteliti selain peternak adalah pedagang, pabrik pakan, pengolahan, kelembagaan dan instansi pemerintah terkait di tiga propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Lampung. Pengkajian ilmiah teoritis dilakukan untuk melihat perubahan struktur industri sebelum dan sesudah krisis moneter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran struktur produksi dari waktu ke waktu. Dikemukakan bahwa pada periode 1970-an, usaha peternakan ayam ras 100 persen dikuasai oleh peternakan rakyat dengan dukungan kebijakan PMA. Namun pada periode 1990-an sebagian besar pangsa produksi dikuasai oleh perusahaan peternakan skala besar (60 persen), skala menengah (20 persen) dan skala kecil tinggal menguasai 20 persen.

Sejalan dengan Purba, Kariyasa (2003) meneliti perilaku dan keterkaitan pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia, mengevaluasi dampak kebijakan domestik dan faktor eksternal terhadap kesejahteraan para pelaku pasar serta melakukan proyeksi produksi dan permintaan domestik terhadap ketiga komoditi tersebut. Penelitian ini menggunakan data sekunder deret waktu 1980-2001 dan dianalisis melalui pendekatan ekonometrika. Hasil pendugaan menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara pasar jagung, pakan dan daging ayam domestik, serta antara pasar domestik dan dunia lewat harga jagung (domestik, impor dan dunia), harga pakan domestik, harga daging ayam (domestik, impor

dan dunia). Kebijakan subsidi suku bunga kredit usahatani dan harga pupuk disarankan sebagai alternatif utama dalam pengembangan pasar jagung, pakan dan daging ayam domestik.

2.7.2. Studi Mengenai Structure-Conduct-Performance

Salah satu penelitian mengenai kinerja ekonomi dengan menggunakan pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) dilakukan oleh Acharya (1998) pada pasar produk-produk pertanian di India. Penekanan dalam penelitian ini adalah keterkaitan antara sektor on farm dan off farm yang dihubungkan oleh sebuah sistem pemasaran produk pertanian. Sistem pemasaran diyakini memegang peranan penting dalam menentukan harga yang merupakan sinyal bagi produsen dan konsumen, dan kemudian kinerja sistem ini sangat ditentukan oleh perilaku dan struktur pasar itu sendiri. Variabel-variabel yang diteliti adalah pengukuran regulasi, infrastruktur sistem pemasaran, harga yang ditetapkan oleh pemerintah, agen-agen dalam pasar, ekspor-impor dan kebijakan ekonomi makro. Hasil yang didapatkan adalah keseluruhan variabel yang diteliti berpengaruh nyata terhadap dinamika pasar produk pertanian. Karakteristik struktural pasar produk pertanian menunjukkan dominasi lembaga-lembaga yang terorganisasi atas lembaga-lembaga yang tidak terorganisasi dengan konsekuensi timbulnya potensi terciptanya praktek monopoli atau oligopoli. Saran sebagai hasil dari penelitian ini adalah perlunya meningkatkan linkages antara petani dengan sektor ritel, pembangunan infrastruktur di pedesaan dan perlunya perhatian pada proses

Viaenne and Gellynck (1995) menggunakan SCP untuk mengevaluasi pertumbuhan dan situasi terkini industri makanan di Eropa, terutama perusahaan-perusahaan yang berada di Belanda, Jerman, Inggris dan Perancis. Penelitian ini menggunakan variabel konsentrasi industri dan intensitas penggunaan tenaga kerja sebagai indikator struktur, nilai tambah dan investasi sebagai indikator perilaku, serta produktivitas, tingkat pertumbuhan dan profitabilitas sebagai indikator kinerja. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan variabel-variabel didalam structure, conduct, performance. Hasil penelitian menunjukkan Perancis memiliki struktur industri yang paling terintegrasi dibandingkan dengan negara yang lain, sementara Inggris dan Jerman mengalami pertumbuhan yang negatif. Namun Belanda dan Jerman memiliki tingkat profitabilitas yang tertinggi di antara negara yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pasar makanan Eropa sangat ditentukan oleh keterkaitan struktur usaha, perilaku dan kinerja dalam industri tersebut.

Vlachvei and Oustapassidis (1998) melakukan penelitian untuk membuat hipotesis mengenai hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja pada industri makanan di Yunani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengestimasi parameter tingkat profitabilitas yang dipengaruhi oleh konsentrasi industri dan iklan pada 38 manufaktur dalam industri pangan dengan menggunakan metode estimasi 3SLS. Indikator struktur diwakili oleh indeks konsentrasi perusahaan, indikator perilaku diwakili oleh rasio antara pengiklanan dengan total penjualan, dan tingkat

profitabilitas sebagai indikator kinerja. Hasil yang didapatkan adalah bahwa intensitas pemasangan iklan dan ekspor berpengaruh nyata dalam meningkatkan tingkat profitabilitas. Selanjutnya kedua variabel tersebut dipengaruhi oleh tingkat

konsentrasi perusahaan, dan pada sebelumnya konsentrasi tersebut sangat dipengaruhi oleh economies of scale perusahaan yang bersangkutan. Rekomendasi yang dinyatakan oleh peneliti adalah bahwa pengiklanan dan diferensiasi produk merupakan variabel utama yang sangat mempengaruhi profitabilitas. Hubungan antara pemasangan iklan dan tingkat konsentrasi menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki pangsa produk yang besar lebih efektif untuk menggunakan media periklanan dibandingkan dengan perusahaan dengan pangsa yang kecil.

Krisnamurthi (1998) menggunakan SCP untuk mengetahui perilaku usaha KUD pada setiap tingkat perkembangan kelembagaan KUD. Analisis hubungan struktur, perilaku dan kinerja koperasi menggunakan pendekatan ekonometrika dengan persamaan simultan. Penelitian ini menggunakan variabel modal dan volume usaha sebagai indikator struktur, orientasi usaha dan kegiatan usaha utama serta penggunaan modal luar sebagai indikator perilaku serta produktivitas, SHU dan volume usaha total sebagai indikator kinerja. Disimpulkan bahwa tingkat perkembangan koperasi sangat ditentukan oleh orientasi usaha, pengembangan usaha utama yang berbasis agribisnis pada subsistem produksi dan pemasaran terutama yang non program dan mampu menciptakan integrasi usaha serta dengan mencapai tingkat jumlah anggota yang optimal.

Sayaka (2003) menganalisis struktur pasar, perilaku dan kinerja industri benih jagung di provinsi Jawa Timur, menggunakan data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dari perusahaan-perusahaan milik pemerintah dan swasta serta distributor benih jagung. Dimensi dari struktur pasar adalah derajat konsentrasi penjual dan pembeli, diferensiasi produk, barriers to entry and exit

kelembagaan dan fungsional. Kinerja pasar mencakup efisiensi teknis, efisiensi harga dan progressiveness. Analisis deskriptif dan statistik digunakan untuk menentukan struktur, perilaku dan kinerja dari industri. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa struktur industri benih jagung di Jawa Timur adalah sangat oligopolistik. Tiga perusahaan multinasional mendominasi industri. Investasi yang besar dan terus menerus penemuan varietas baru merupakan hambatan masuk yang dominan di industri benih jagung meskipun laba tinggi mencegah produsen meninggalkan industri. Iklan dan jasa servis konsumen merupakan faktor utama pilihan konsumen terhadap benih. Produsen benih mendapat laba tinggi disamping resiko dari produk yang banyak tidak terjual. Di tingkat pedagang besar, pasar benih jagung adalah sangat oligopolistik yang ditandai dengan konsentrasi lebih dari 40 persen. Disisi lain pedagang pengecer relatif kompetitif. Pedagang besar membeli dan menjual benih pada harga yang lebih rendah dan mendapat laba yang lebih tinggi dibanding pedagang pengecer. Secara umum, pasar benih jagung tidak efisien.

Selanjutnya Hakobyan (2004) meneliti jaringan pemasaran susu sapi di Armenia, menggunakan analisis structure-conduct-performance. Analisis sebagian besar terkonsentrasi pada rantai pemasaran yaitu koperasi dan pengolah (pabrik susu). SCP digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang menentukan daya saing dari suatu pasar, meneliti perilaku dari perusahaan dan menaksir sukses dari suatu industri dalam pencapaian tujuan. Penelitian menggunakan data dan informasi dari dokumen internal USDA Marketing Assistance Project

(USDA-MAP), wawancara personal dan data publikasi. Indikator structure

integrasi dan kerjasama. Conduct diwakili oleh aktivitas pemasaran, kebijakan harga dan kebijakan produk. Sementara performance dilihat dari pendapatan peternak, pencapaian dan problem yang dihadapi. Adapun masing-masing komponen di dalam SCP dibahas secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah utama yang menghalangi peningkatan lebih lanjut dari pabrik susu adalah ketiadaan modal untuk modernisasi dari peralatan yang ketinggalan zaman dan mutu dari susu mentah. Problem banyak terdapat di area pemasaran, diantaranya yang utama menghambat kemajuan dari susu yang dipasarkan koperasi adalah rendahnya harga susu mentah serta ketiadaan ransum dan bibit berkualitas tinggi.

Resende (2005) meneliti keterkaitan hubungan SCP dalam konteks industri manufaktur di Brazil tahun 1996. Untuk tujuan itu, dipertimbangkan suatu sistem dengan empat persamaan yaitu konsentrasi, iklan, R&D, dan tingkat keuntungan yang diestimasi menggunakan model persamaan simultan. Sebagai tambahan untuk explanatory variabel, diproksi dari barriers to entry dan kondisi-kondisi permintaan, juga memasukkan variabel skema insentif dan praktek organisatoris. Dari hasil penelitian mengindikasikan suatu peran penting untuk variabel yang berhubungan dengan barriers to entry dalam mempengaruhi struktur pasar, suatu efek non linear dan penting dari konsentrasi periklanan, suatu dampak relevan dari firm-size terhadap penggunaan R&D dan akhirnya suatu dampak positif yang signifikan dari konsentrasi terhadap tingkat keuntungan dan hasil yang sama dengan sebelumnya pada negara maju. Sebagai tambahan, tidak ada peran penting yang terdeteksi untuk praktek organisatoris dan skema insentif pada hubungan SCP.

Penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, karena variabel-variabel yang ada di dalam masing-masing komponen struktur, perilaku dan kinerja dari industri pakan ternak ayam dianalisis secara simultan untuk melihat keterkaitan antar komponen tersebut. Selain itu dilakukan analisis simulasi untuk melihat perkembangan industri pakan serta merumuskan kebijakan bagi pemerintah untuk mendorong perkembangan industri pakan di Indonesia.