• Tidak ada hasil yang ditemukan

8.1 H

IDROGRAF

B

ANJIR

R

ENCANA

GAMBAR8-1 HIDROGRAFBANJIRBERBAGAIKALAULANG PADADAS CIWARINGIN. TABEL8.1 DEBITPUNCAKBANJIRBERBAGAIKALAULANG PADADAS CIWARINGIN

Kala Ulang (T) Debit Puncak (m3/s) 2 103.31 5 129.59 10 149.00 20 167.64 50 193.50 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 D eb it (m 3/s) Jam ke-2 Tahun 5 Tahun 10 Tahun 20 Tahun 50 Tahun

Studi Optimalisasi Potensi Sungai Ciwaringin, Kab. Cirebon Laporan Ringkas 8-2

8.2 M

UKA

A

IR

R

ENCANA

S

UNGAI

C

IWARINGIN

GAMBAR8-2 PROFIL MUKA AIRSUNGAICIWARINGINHILIRKALAULANG20 TAHUN SAATBENDUNGSIGONDANG DANBENDUNG

KARET DIOPERASIKAN MAKSIMAL

GAMBAR8-3 PROFIL MUKA AIRSUNGAICIWARINGINHILIRKALAULANG20 TAHUN SAATBENDUNGSIGONDANG DITUTUP DAN

Studi Optimalisasi Potensi Sungai Ciwaringin, Kab. Cirebon Laporan Ringkas 8-3

GAMBAR8-4 PROFIL MUKA AIRSUNGAICIWARINGINHILIRKALAULANG20 TAHUN SAATBENDUNGSIGONDANG DIBUKA DAN

BENDUNGKARET DIOPERASIKAN MAKSIMAL

GAMBAR8-5 PROFIL MUKA AIRSUNGAICIWARINGINHILIRKALAULANG20 TAHUN SAATBENDUNGSIGONDANG DIBUKA DAN

Studi Optimalisasi Potensi Sungai Ciwaringin, Kab. Cirebon Laporan Ringkas 8-4

GAMBAR8-6 TAMPANG MELINTANG MUKA AIR BANJIRSUNGAICIWARINGINKALAULANG20 TAHUN

8.3 P

ENANGANAN

L

OKASI

R

AWAN

L

ONGSOR

Berdasarkan inventarisasi permasalahan, diketahui terdapat beberapa lokasi potensi longsor pada Sungai Ciwaringin. Penanganan lokasi rawan longsor direncanakan menggunakan konstruksi ramah lingkungan seperti bronjong. Tipikal desain bronjong dapat dilihat pada Gambar 8-7.

Studi Optimalisasi Potensi Sungai Ciwaringin, Kab. Cirebon Laporan Ringkas 8-5

GAMBAR8-7 TIPIKALBRONJONG

8.4 P

ENANGANAN

L

OKASI

R

AWAN

B

ANJIR

Dari hasil analisa hidraulika yang dilakukan dengan menggunakan skenario di atas diperoleh beberapa kondisi berikut ini.

1. Bendung Sigondang dan Bendung Karet dioperasikan maksimal.

Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa keberadaan Bendung Karet menyebabkan banjir hingga jauh ke hulu Sungai Ciwaringi. Muka air banjir tertinggi berada pada elevasi +15.51 m. Untuk menanggulangai genangan yang terjadi, maka dibutuhkan parapet mulai dari Bendung Karet sepanjang 8800 m dengan puncak tertinggi pada elevasi + 16.51 m.

2. Bendung Sigondang ditutup dan Bendung Karet tidak dioperasikan.

Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa terdapat genangan air di hilir Bendung Karet dan Bendung Sigondang. Untuk menanggulangi genangan yang terjadi, maka dibutuhkan parapet di hilir Bendung Karet yang dimulai pada lokasi ± 200 m di hilir bendung Karet sepanjang 2200 m dengan elevasi puncak parapet tertinggi +14.90 dan parapet sepanjang 2100 m di hilir Bendung Sigondang dengan elevasi puncak tertinggi +15.90 m. 3. Bendung Sigondang dibuka dan Bendung Karet dioperasikan maksimal.

Simulasi dengan skenario Bendung Sigondang dibuka dan Bendung Karet dioperasikan maksimal memperlihatkan hasil yang sama dengan skenario bila Bendung Sigondang dan Bendung Karet dioperasikan maksimal. Hal tersebut memperlihatkan bahwa

backwater yang disebabkan oleh keberadaan Bendung Karet lebih jauh daripada backwater yang disebabkan oleh keberadaan Bendung Sigondang.

Studi Optimalisasi Potensi Sungai Ciwaringin, Kab. Cirebon Laporan Ringkas 8-6 4. Bendung Sigondang dibuka dan Bendung Karet tidak dioperasikan.

Hasil simulasi memperlihatkan bahwa genangan air tetap terjadi di hilir Bendung Karet. Untuk menganggulangi genangan banjir yang terjadi mala diusulkan pembangunan tanggi sepanjang 2400 m di hilir Bendung Karet dengan elevasi tertinggi parapet +14.90 m.

Untuk penanganan lokasi rawan banjir direncanakan memanfaatkan konstruksi eksisting, tanpa pembebasan lahan, sehingga konstruksi yang paling cocok adalah parapet. Tipikal konstruksi parapet disajikan pada Gambar 8-8.

GAMBAR8-8 TIPIKALPARAPET

Selain pembangunan parapet, alternatif pengendalian banjir juga dapat dilakukan dengan pembangunan retarding basin yang membutuhkan kajian lebih lanjut.

9 K

ELEMBAGAAN

Agar pengelolaan SDA dapat berjalan secara sinergi dan berkesinambungan, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

9.1 P

ENINGKATAN

S

ISTEM

D

ATA DAN

I

NFORMASI

Peningkatan sistem data dan informasi bertujuan agar upaya pengelolaan SDA dari aspek konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air dapat berjalan dengan efektif dan efisien kedepannya. Peningkatan sistem data dan informasi meliputi:

1. Penyediaan data dan informasi sumber daya air yang akurat, tepat waktu, berkelanjutan dan mudah

2. Pemudahan pengaksesan data dan informasi oleh masyarakat, swasta dan dunia usaha, melalui SISDA (Sistem Informasi Data SDA)

9.2 P

ENINGKATAN

P

ERAN

S

ERTA

M

ASYARAKAT DALAM

P

ENGELOLAAN

SDA

Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SDA bertujuan untuk menumbuhkan rasa memiliki dari masyarakat terhadap upaya yang telah dilakukan dalam pengelolaan SDA baik itu konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SDA meliputi:

1. Peningkatan peran masyarakat dan swasta untuk berpartisipasi dalam pengelolaan SDA

2. Sosialisasi pengolahan lahan sesuai dengan kaidah konservasi 3. Kampanye gerakan hemat air

9.3 P

ENETAPAN DAN

P

ENERBITAN

R

EGULASI

Penetapan dan penerbitan regulasi, bertujuan untuk memberikan pedoman bagi para

stakeholders dalam mengelola SDA. Regulasi meliputi aspek konservasi, pendayagunaan dan

pengendalian daya rusak air. Dalam penetapan regulasi, perlu dilakukan koordinasi antar instansi/lembaga terkait. Daftar regulasi yang diusulkan beserta instansi/lembaga yang berkaitan disajikan pada Tabel 9.1.

TABEL9.1 DAFTAR REGULASI YANG DIUSULKAN TERKAIT PENGELOLAANSDADIDAS CIWARINGIN

No Regulasi Tujuan Instansi/Lembaga

1 Pengukuhan kawasan hutan lindung

Meningkatkan luas kawasan yang berfungsi lindung

BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemkab Majalengka dan Cirebon, Pemprov Jawa Barat, BPDAS Cimanuk Citanduy, Perhutani, BPSDA terkait, Bapedalda

Studi Optimalisasi Potensi Sungai Ciwaringin, Kab. Cirebon Laporan Ringkas 9-2 2 Pengukuhan Kabupaten Majalengka sebagai Kabupaten Konservasi Menjaga keberlangsungan kawasan perlindungan plasma nutfah Gunung Ciremai

BPDAS Cimanuk Citanduy, Perhutani, Dinas Kehutanan, Pemprov Jawa Barat, Pemkab Majalengka

3 Pengukuhan

kawasan resapan air Menjaga daerah resapanair dan mempertahankan imbuhan air tanah

BPDAS Cimanuk Citanduy, Perhutani, Dinas Kehutanan, Pemprov Jawa Barat, Pemkab Majalengka dan Cirebon 4 Penerbitan Perda

tentang sempadan sungai,

Menjaga fungsi sungai sehingga peruntukkannya tidak disalahgunakan

BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemkab Cirebon, Indramayu, dan Majalengka, Bappeda, Dinas PSDA, Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan dan Kelautan

5 Penetapan Perda alokasi dan hak guna air bagi penggunanya

Tersedianya pedoman dan SOP alokasi dan hak guna air

BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemkab Cirebon, Indramayu, dan Majalengka, Bappeda, Dinas PSDA, Dinas Kehutanan, Dinas Pertanian 6 Penetapan Perda

kawasan rawan banjir

Mengendalikan daya rusak air akibat luapan sungai saat banjir

BBWS Cimanuk Cisanggarung, Pemkab Cirebon dan Indramayu, Bappeda

Studi Optimalisasi Potensi Sungai Ciwaringin, Kab. Cirebon Laporan Ringkas 10-1

10 P

ENUTUP

10.1 K

ESIMPULAN

Beberapa poin yang dapat disimpulkan dari pekerjaan ini, yaitu:

1. Berdasarkan inventarisasi permasalahan, terdapat setidaknya enam jenis permasalahan pada Sungai Ciwaringin, yaitu:

a. Daerah rawan longsor b. Daerah rawan banjir

c. Pemanfaatan bantaran sungai secara ilegal

d. Kerusakan infrastruktur yang menyebabkan infrastruktur tersebut tidak berfungsi optimal

e. Sedimentasi dan erosi

2. Berdasarkan pengujian kualitas air, diketahui bahwa:

a. Kandungan oksigen terlarut air Sungai Ciwaringin pada beberapa lokasi tidak mencapai ambang batas yang disyaratkan (≥ 6 mg/l), yaitu Lokasi Majalengka 2 (0 mg/l) dan Cirebon 2 (0 mg/l).

b. Kandungan zat organik air Sungai Ciwaringin pada beberapa lokasi tidak telah melebihi ambang batas yang disyaratkan (10 mg/l), hanya dua lokasi yang masih di bawah ambang batas, yaitu Lokasi Majalengka 1 (3,619 mg/l) dan 3 (4,825 mg/l).

c. Kandungan suspended solid air Sungai Ciwaringin pada seluruh lokasi pengambilan sampel masih memenuhi baku mutu air baku yang disyaratkan (1000 mg/l).

3. Berdasarkan perhitungan dan Pola PSDA WS Cimanuk Cisanggarung (2010), terkait kebutuhan air diketahui bahwa:

a. Fluktuasi kebutuhan air irigasi untuk sawah yang dilayani oleh Sungai Ciwaringin sebesar 0,85−2,309 m3/detik.

b. Fluktuasi kebutuhan air irigasi untuk tambak yang dilayani oleh Sungai Ciwaringin sebesar 2,11−2,36 m3/detik.

c. Kebutuhan air RKI pada tahun 2030 untuk Kabupaten Cirebon diprediksi sebesar 1,388 m3/detik, Indramayu 2,130 m3/detik dan Majalengka 0,786 m3/detik.

4. Berdasarkan hasil perhitungan dan Pola PSDA WS Cimanuk Cisanggarung, terkait ketersediaan air diketahui bahwa:

a. Ketersediaan air terbesar pada Sungai Ciwaringin terjadi pada periode awal Februari sebesar 10,61 m3/detik, sedangkan ketersediaan air terkecil terjadi pada periode akhir November sebesar 0,599 m3/detik. Potensi tersebut

Studi Optimalisasi Potensi Sungai Ciwaringin, Kab. Cirebon Laporan Ringkas 10-2 sebagian besar digunakan untuk pemenuhan kebutuhan air irgasi oleh bendung-bendung pada Sungai Ciwaringin.

b. Kebutuhan RKI wilayah Kabupaten Majalengka, Cirebon dan Indramayu akan disuplai oleh Waduk Jatigede (2,738 m3/detik), Waduk Darma (1,598 m3/detik) dan Waduk Kadumalik (0,786 m3/detik).

5. Berdasarkan analisis, terkait kondisi DAS diketahui bahwa:

a. Tataguna lahan di DAS Ciwaringin didominasi oleh lahan sawah sebesar 37,81%, disusul oleh hutan sebesar 19,5%.

b. Luas lahan kritis pada DAS Ciwaringin mencapai 3.349,7 ha (23,6%), potensial kritis 3.104,4 ha (21,8%) dan tidak kritis 7.768,8 ha (54,6%).

c. Potensi erosi pada DAS Ciwaringin sebesar 17,02 ton/tahun/hektar atau 1,5 mm/tahun.

d. Debit rata-rata maksimum tengah bulanan pada DAS Ciwaringin sebesar 22,14 m3/detik dan debit rata-rata minimum tengah bulanan pada DAS Ciwaringin sebesar 0,81 m3/detik. Dengan nilai tersebut, rasio debit rata-rata maksimum dan minimum pada DAS Ciwaringin sebesar 29,50.

6. Berdasarkan analisis dan Pola PSDA WS Cimanuk Cisanggarung (2010), terkait neraca air diketahui bahwa:

a. Neraca air eksisting di DAS Ciwaringin menunjukkan masih terdapat defisit pada akhir April sampai akhir Desember dengan defisit terbesar pada periode akhir Oktober sebesar 5,114 m3/detik. Adapun surplus terbesar terjadi pada awal Januari sebesar 6,222 m3/detik.

b. Secara kumulatif tahunan, volume kebutuhan air mencapai 208 juta m3, sedangkan volume ketersediaan air hanya mencapai 149,9 juta m3, sehingga masih terdapat defisit sebesar 58,1 juta m3setiap tahunnya.

7. Berdasarkan analisis, terkait daya rusak air diketahui bahwa:

a. Debit banjir puncak pada Sungai Ciwaringin di Bendung Karet Ciwaringin kala ulang 20 tahun adalah sebesar 167,64 m3/detik.

b. Muka air banjir rencana tertinggi kala ulang 20 tahun pada Bendung Karet Ciwaringin terletak pada elevasi + 6,21 m.

10.2 R

EKOMENDASI

Berdasarkan hasil kajian pada pekerjaan ini, direkomendasikan:

1. Kegiatan pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan pengendali banjir, bendung dan infrastruktur lainnya (Tabel 5.1). Kegiatan tersebut diestimasi membutuhkan biaya sebesar 67,2 milyar rupiah. Alternatif pengendalian banjir juga dapat dilakukan dengan pembuatan retarding basin yang memerlukan studi lebih lanjut.

2. Terkait kondisi DAS, perlu dilakukan:

Studi Optimalisasi Potensi Sungai Ciwaringin, Kab. Cirebon Laporan Ringkas 10-3 b. Pembangunan BPS pada lima lokasi (Tabel 6.2). Total volume tampungan BPS pada kelima lokasi tersebut diestimasi sebesar 57,9 ribu m3 dengan biaya pembangunan sebesar 26,2 milyar rupiah (termasuk biaya kajian kelayakan, perencanaan,UKL/UPL, biaya konstruksi, dan biaya pembebasan lahan). 3. Terkait hasil kajian neraca air, direkomendasikan untuk:

a. Dilakukan suplesi air dari Waduk Darma dan Jatigede untuk memenuhi kebutuhan RKI Kabupaten Cirebon dan Indramayu sebesar 4,336 m3/detik dan suplesi dari Waduk Kadumalik untuk Kabupaten Majalengka sebesar 0,786 m3/detik.

b. Pembangunan waduk pada empat lokasi potensial (Tabel 7.1), yaitu: Waduk Ujungberung, Waduk Teja, Waduk Cipanas dan Waduk Balagedog. Total potensi volume tampungan pada empat waduk tersebut 6,3 juta m3 dengan biaya pembangunan diperkirakan sebesar 349,39 milyar rupiah (termasuk biaya konstruksi, dan biaya pembebasan lahan).

c. Alokasi air keempat buah waduk tersebut direncanakan untuk memenuhi kebutuhan irigasi dan diutamakan untuk irigasi sawah (0,154−2,673 m3/detik), akan tetapi tidak menutup kemungkinan alokasi air dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih pedesaan dan juga untuk keperluan pembangkit listrik minihidro atau mikrohidro (959,4 MWH per tahun).

4. Penataan Kelembagaan Pengelolaan SDA: a. Peningkatan sistem data dan informasi

b. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SDA c. Penetapan dan penerbitan regulasi

Dokumen terkait