• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELETIAN

3.2 Data dan Perangkat Penelitian .1 Data Penelitian .1 Data Penelitian

3.3.1 Metode Pengumpulan Data .1 Observasi .1 Observasi

3.3.1.3 Studi Pustaka

Metode studi pustaka dilakukan dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi penelitian. Data-data dan informasi yang diperoleh berasal dari buku-buku dan artikel guna membantu dalam penelitian sistem informasi spasial ancaman dan resiko bencana sehingga menjadi acuan pembahasan dalam penelitian ini. Metode ini juga dilakukan dengan menelusuri literatur yang ada. Pada penelitian ini menggunakan referensi beberapa skripsi dengan topik kebencanaan dan Mitigasi yang terdahulu dengan mempelajarinya untuk memperoleh kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam penelitian tersebut. Data-data dan informasi yang digunakan dalam penelitia ini adalah standarisasi pedoman umun pengkajian resiko bencana tahun 2012 pada PerKa BNPB nomer 02,dan menurut regulasi dalam undang-undang Pasal 36 ayat (1) dan (2), UU No. 24 Tahun 2007 tentang

61 Penanggulangan Bencana dan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana dan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Dengan cara yang demikian, penelitian terdahulu dapat dijadikan referensi dalam penggunaan metode yang akan diteliti. Berikut merupakan beberapa hasil penelitian sejenis dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis:

62 Judul, Peneliti, Tahun Kerangka berfikir/ dasar

teori yang digunakan Permasalahan Solusi/hasil

Pengembangan Model SIG Untuk Menentukan RuteEvakuasi Bencana Banjir (Studi kasus: kec. Semarang barat, kota semarang) oleh Argo Mulyanto (Jurusan perencanaan wilayah dan kota Fakultas teknik universitas diponegoro Semarang 2008).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif

kualitatif. Sedangkan dalam melakukan analisis, metode yang digunakan berupa metode analisis jaringan dan simulasi model. Analisis jaringan dilakukan didalam software arcview GIS untuk menemukan rute evakuasi efektif dengan cara menganalisis atribut-atribut jalan.

Tingginya angka kerawanan korban jiwa yang disebabkan oleh bencana banjir, sehingga perlu adanya upaya mitigasi bencana. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan penentuan rute

evakuasi. Semakin pesatnya perkembangan teknologi dan

informasi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membantu kita dalam

memecahkan permasalahan tersebut. Munculnya teknologi informasi berupa arcview GIS dapat mempermudah kita dalam

menentukan rute evakuasi yang baik.

Hasil dari penelitian ini adalah model SIG yang dapat

digunakan untuk menentukan rute evakuasi

bencana banjir, yang

bermanfaat bagi korban banjir untuk mencari rute menuju shelter dan bagi pengguna jalan dalam menemukan rute untuk menghindari banjir. Model hasil penelitian ini merupakan model interaktif yang dapat

menemukan rute evakuasi berbeda untuk setiap lokasi yang berbeda.

Mitigasi bencana di kawasan rawan Bencana (krb) III gunung merapi, oleh Fadri Mustofa (Jurusan ilmu administrasi negara universitas gadjah mada

stakeholder analysis Upaya mitigasi bencana di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen, Desa 13 Glagaharjo,

Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

tindakan mitigasi bencana yang dilakukan oleh Badan

Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman di Dusun Kalitengah Lor, Kalitengah Kidul dan Srunen seperti pendampingan

63

Yogyakarta 2013) perumusan Standard

Operating Procedure (SOP), aktivasi kembali Tim

Pengurangan Risiko Bencana (PRB) serta pembangunan sarana fisik.

Analisis kesiapsiagaan bencana bidang

kesehatan Di kecamatan turi, pakem, dan

cangkringan kabupaten Sleman yogyakarta oleh Dwi Syamsiati (2013)

Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif dengan wawancara terhadap Tokoh kunci, dimana yang mengetahui dan bertanggung jawab terhadap konsep Kebencanaan di tiap institusi dan

mengumpulkan dokumen pendukung. Hasilnya dapat Diketahui bahwa di sektor kesehatan belum ada hubungan kerjasama satu sama lain.

proses tanggap darurat bencana khususnya bidang kesehatan masih belum maksimal. Kesiapsiagaan institusi kesehatan dan peran tim-tim kesehatan yang ada belum

terpetakan dan belum saling mendukung satu sama lain dalam satu lingkup kawasan rawan bencana. Belajar dari peristiwa erupsi Merapi 2010 maka

kesiapsiagaan dalam lingkup makro bidang kesehatan apakah akan lebih baik atau tidak.

Hasil dari analisis mengenai kesiapsiagaan bidang kesehatan dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini:

1. Saat Erupsi Merapi 2010 Masing-masing institusi kesehatan ikut terlibat aktif dalam tanggap darurat Merapi, namun belum ada bentuk kerja sama antarinstitusi secara formal. 2. PascaerupsiMerapi 2010 Masing-masing institusi kesehatan meningkatkan kesiapsiagaannya terhadap bencana.

64 Optimalisasi pemanfaatan

knowledge management pada tdmrc dalam upaya peningkatan pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami oleh Vika Oktavia (Jurusan Sistem Informasi Bina Nusantara, 2011)

Metode analisis yang digunakan adalah Regenerasi Linear Berganda untuk mengetahui hubungan pemahaman masyarakat tentang informasi kebencanaaan dengan variable-variable seperti tingkat pendidikan,media informasi,frekuensi dan jenis kegiatan

Apakah tingkat pendidikan mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana tsunami,dan apakah media yang digunakan dalam penyebaran

informasi mempengaruhi pemahaman masyarakat akan mitigasi bencana Tsunami. Dan apa saja hal-hal yang menjadi Critical Success Factor pelaksanaan knowladge management di TDRMC

Ada pengaruh yang cukup signifikan dari semua variable independent (pendidikan,media informasi,frekuansi kegiatan dan jumlah kegiatan) terhadap variable dependen (pemahaman akan mitigasi bencana

tsunami).media sebagai salah satu dasar penyebaran mitigasi bencana berpengaruh secara signifikan terhadap pemahaman atas informasi bencana.

Frekuensi kegiatan sebagai salah satu dasar penyebaran informasi mitigasi bencana kurang berpengaruh terhadap pemahaman atas informasi mitigasi bencana.

65 Konsep jaringan jalan

pada kota yang rawan bencana gempa dan tsunami oleh Johannez hansen (Program Studi Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota-2006)

pencarian zona aman terdekat dan lingkup area zona aman baik dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan menggunakan network aalyst

Pada kawasan pusat kota dan

permukiman pesisir pantai bisa dibuat jalan alternatif untuk mengurangi arus lalulintas yang melalui jalan-jalan di pusat kota. Kondisi eksisting dan rencana pengembangan jaringan jalan Kota Sibolga yang

mengakomodir upaya mitigasi bencana sesuai scenario.Simulasi digunakan untuk pencarian rute tercepat, pencarian zona aman terdekat dan lingkup area zona aman baik dengan berjalan kaki ataupun menggunakan kendaraan

Kondisi eksisting jaringan jalan Kota Sibolga berdasarkan analisis belum mengakomodir upaya mitigasi bencana sehingga dibutuhkan

pengembangan jaringan jalan Kota Sibolga sesuai skenario kombinasi dengan melakukan intervensi pengembangan pada setiap simpul jalan. Intervensi yang dilakukan

dengan memperhatikan kondisi eksisting jaringan jalan,

kebutuhan

pengembangan, dan ketersediaan lahan untuk pengembangan jaringan jalan Kota Sibolga. Berdasarkan hasil simulasi setelah adanya

intervensi pengembangan jaringan jalan maka penduduk pada kawasan pantai dapat bergerak ke zona aman dalam waktu yang kurang dari 15

66 menit sehingga ada

pengurangan waktu tempuh yang signifikan. Dengan waktu tempuh pergerakan mitigasi bencana yang kurang dari 15 menit maka penduduk akan aman dari bencana.

Manajemen rute evakuasi bencana tsunami di kota Palu dengan

Menggunakan arccasper (extension arcgis 10) oleh Rika Dwi Kurniasih (Universitas Hasanudin) 2012

Metode analisis yang digunakan menggunakan tools Capacity-Aware Shortest Path Evacuation Routing yang digunakan untuk menghitung jarak terpendek rute evakuasi dari setiap pengungsi atau kelompok pengungsi menurut lokasi mereka

Kota Palu menjadi salah satu kota dengan resiko bencana tsunami yang besar. Tingkat resiko bencana tsunami inilah yang mengharuskan Kota Palu memiliki manajemen rute evakuasi untuk memudahkan

melakukan evakuasi terhadap penduduk di sekitar pantai atau pesisir menuju kedaerah aman

Kota Palu sebagai salah satu kota

yang memiliki tingkat kerentanan

bahaya tsunami yang cukup tinggi,

memerlukan manajemen evakuasi bencana agar dapat

67 menuju area aman atau

tempat pengungsian sementara.

meminimalisir korban, pembagian lima area

evakuasi dan jalurnya masing-masing dapat mempermudah masyarakat untuk memilih jalur evakuasi tercepat dari lokasi tempat tinggal mereka, hal ini perlu karena dalam kepanikan orang akan cenderung bertindak

secara spontan jika manajemen rute evakuasi mereka telah di berikan dengan mudahnya mereka dapat memilih jalur mana yang

terdekat dan ke tempat evakuasi .

Zonasi kawasan pesisir

pantai makassar Berbasis mitigasi

bencana oleh Baharuddin Koddeng (Program studi

Analisis Kondisi Kebencanaan ,Analisis keruangan (GIS) ,Potensi Bahaya (Hazard Potency), Super Impose (Overlap

Bagaimanakah karakteristik Fisik Spasial pantai Kota Makassar dikaitkan dengan tingkat resiko bencana dan Bagaimankah

Tingkat resiko bencana wilayah studi terdiri dari dua yaitu tingkat resiko sedang dan tingkat resiko tinggi. Tingkat resiko bencana yang tinggi

68 pengembangan wilayah

kota Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin-2011)

Map) konsep Mitigasi Bencana, Mitigasi Bencana sesuai dengan tingkat resiko (HaVuCa) dilihat dari ancaman bencana.

sebanyak 59% (1,96 Km2) sedangkan tingkat resiko sedang sebanyak 41% (1,35 Km2 ).Sehingga pemanfaatan ruang kawasan studi memperhatikan Daya Dukung Ekologis dan Daya Dukung Teknis, melalui Konsep Zonasi.

mitigasi bencana dapat mencakup yaitu: a) Pola Proteksi atau Perlindungan

b) Pola Akomodasi

c) Pola Retreat atau Relokasi Sistem informasi

geografis daerah bencana lumpur lapindo Sidoarjo menggunakan j2me oleh Pramadhi Dharma, Arna Fariza,S.Kom,M.Kom, Rizki Yuniar

Haqqun,S.Kom2

sistem informasi ini berbasis mobile,

menggunakan teknologi yang sesuai yaitu SVG (Scalhable Vector Graphich)

dan J2ME sebagai

Pada studi ini dibuat suatu SIG (Sistem Informasi Geografis) untuk melakukan analisa terhadap

daerah bencana lumpur Lapindo, dimana ruang lingkup dari analisa yang dilakukan adalah Sidoarjo. SIG

Pada Aplikasi ini dapat menampilkan Peta Daerah Bencana Lumpur Lapindo beserta Informasinya, Informasi pusat evakuasi terdekat dengan pusat lumpur yang meliputi rumah sakit,

69 (Mahasiswa Jurusan

Teknik Informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember)

pembangun sistem. ini

memberikan informasi tentang letak geografis suatu daerah, sistem drainase yang ada, jalan alternatif untuk

menghindari daerah lumpur, serta pusat pelayanan kesehatan yang ada, kemudian dengan mengumpulkan data history yang dimiliki oleh daerah tersebut serta informasi yang telah didapatkan diatas maka nantinya dapat dilakukan analisa terhadap daerah bencana lumpur Lapindo, dan dari hasil analisa tersebut diharapkan menjadi satu standard sistem

pendataan terhadap daerah bencana lumpur Lapindo sehingga

memudahkan

untuk melakukan tindakan penanggulangan terhadap

kemungkinan terjadinya bencana

daerah penyebaran

lumpur dan informasi-informasi pendukung lainnya.

70 lumpur dan

memudahkan untuk melakukan evakuasi terhadap korban jika terjadi bencana lumpur.

Karakteristik daerah potensi bencana alam wilayah selat sunda oleh Tito Latif Indra, SSi, MSi, Drs. Supriatna, MT, Tresvel Nazwil, SSi (Departemen Geografi FMIPA UI)

hubungan antara ketinggian gelombang tsunami dan skala kerugian yang ditimbulkannya dengan menggunakan teori dan Tabel Skala Imamura

penelitian ini akan dijelaskan prediksi rayapan (run-up) tsunami yang kemungkinan akan terjadi di sekitar wilayah pesisir barat Provinsi Banten. Sehingga nantinya penelitian dapat memberikan informasi yang berguna terkait dengan kejadian bencana tsunami.

Kesimpulan dalam jurnal ini, Wilayah rawan tsunami pada pesisir Barat Provinsi Banten, pada bagian utara hampir seluruh wilayah berdasarkan ketinggian tsunami dan morfologi pantainya yang landai berpotensi terkena tsunami secara langsung, serta pemukiman yang berpotensi terkena tsunami dianggap rawan.

71 3.3.2 Metode Pengembangan Sistem

Adapun metode analisis dan perancangan sistem ini, adalah menggunakan metode berorientasi objek dengan model pengembangan Rapid Application Development (RAD) yang terdiri dari fase perencanaan syarat (requirement planning), Proses Desain (workshop design), dan fase implementasi (Kendall dan Kendall, 2008).

Gambar 3.1 Tahapan RAD (Sumber : Kendall, 2008) 3.3.2.1 Perencanaan Syarat (Requirements Planning)

Dalam tahap ini akan diketahui apa saja yang menjadi kebutuhan perancangan sistem yaitu dengan menetapkan tujuan perancangan sistem, menganalisis sistem berjalan, mengidentifikasi masalah, mengusulkan sistem usulan, menentukan ruang lingkup sistem. Tahap ini merupakan studi domain masalah bisnis untuk merekomendasikan perbaikan dan menspesifikasikan

72 persyaratan dan prioritas bisnis untuk solusi. Dalam fase ini peneliti melakukan beberapa kegiatan diantaranya :

a. Peneliti mempelajari tentang Bencana alam , dampak dan cara penanggulangannya. Semua informasi tentang Bencana alam , dampak dan cara penanggulangannya dilakukan di perencanaan syarat.

b. Meneliti tentang website dan sistem yang berjalan. Di kegiatan ini penulis meneliti website dan sistem yang berjalan, dengan demikian dapat dijadikan usulan dalam aplikasi mobile yang diusulkan penulis.

Dokumen terkait