• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUB POKOK BAHASAN PERATURAN STANDAR PENCEMARAN UDARA

Dalam dokumen Buku-Ajar-Pencemaran-Udara.pdf (Halaman 35-43)

PENCEMARAN UDARA DITINJAU DARI ASPEK KESEHATAN DAN PERATURAN

II.2 SUB POKOK BAHASAN PERATURAN STANDAR PENCEMARAN UDARA

2.1 Pendahuluan

2.1.1. Deskripsi Singkat

Setelah mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara, sub pokok bahasan ini menjelaskan tentang regulasi/aturan yang digunakan dalam mengendalikan fenomena pencemaran udara. Tentunya sebagai bahan referensi adalah kesehatan manusia. Aturan yang akan dibahas tidak hanya yang ada di Indonesia, namun juga dilengkapi secara garis besar peraturan tentang polusi udara di negara maju sebagai pembanding.

2.1.2. Relevansi

Dengan mengetahui berbagai aturan pencemaran udara baik dalam skala lokal, nasional dan internasional maka siswa akan memiliki informasi yang dapat diperbandingkan dan dijadikan acuan dalam pembahasan pengelolaan pencemaran udara untuk skala lokal dan nasional.

2.1.3.1 Standar Kompetensi

Dengan diberikannya prinsip-prinsip dasar pengetahuan tentang regulasi/peraturan pencemaran udara ini maka diharapkan mahasiswa memperoleh standar kompetensi dalam sikap dan perilaku berkarya (berpikir kritis, mandiri, kreatif, inovatif dan tanggap terhadap lingkungan) melalui diskusi tugas identifikasi dan analisis peraturan pencemaran udara, tugas mandiri pengelompokan peraturan.

2.1.3.2. Kompetensi Dasar

Setelah menyelesaikan perkuliahan ini, mahasiswa akan mampu menjelaskan berbagai peraturan pencemaran udara terutama di Indonesia.

2.2. Penyajian

2.2.1. Uraian

Peraturan di Negara-Negara Maju

Peraturan yang mengatur tentang pencemaran udara secara internasional merupakan hasil konvensi dunia. Peraturan secara internasional ini digunakan jika terjadi pencemaran udara yang melibatkan beberapa Negara atau lintas Negara. Contoh konvensi yang telah ada yaitu :

a. Kyoto protocol b. Konvensi Wina c. Konvensi Stockholm

Tetapi jika pencemaran udara yang terjadi tidak berdampak pada Negara lain, perturan yang digunakan merupakan peraturan yang berlaku di Negara itu sendiri. Di Amerika menganut sistem common law, yaitu hukum – hukumnya tidak dibukukan dan hanya mengandalkan putusan dari hakim. Clean Air Act yang diundangkan tahun 1990 diturunkan dalam bentuk National Ambient Air Quality Standards (40 CFR part 50) oleh EPA. Clean Air Act terdiri atas 2 tipe standar yaitu Primary standards yang mengatur batasan untuk melindungi kesehatan publik termasuk yang berkategori golongan “sensitif” seperti penderita asma, anak serta lanjut usia dan secondary standards yang melindungi kesejahteraan publik seperti jarak pandang, kerusakan ke pertanian, tanaman, hewan dan bangunan.

Tabel 2.2 National Ambient Air Quality Standards di Amerika

Primary Standards Secondary Standards

Pollutant Level Averaging Time Level Averaging

Time 9 ppm (10 mg/m3) 8-hour (1) Carbon Monoxide 35 ppm (40 mg/m3) 1-hour (1) None 0.15 µg/m3(2) Rolling 3-Month Average Same as Primary Lead

1.5 µg/m3 Quarterly Average Same as Primary Nitrogen Dioxide 0.053 ppm (100 µg/m3) Annual (Arithmetic Mean) Same as Primary Particulate Matter (PM10)

150 µg/m3 24-hour (3) Same as Primary 15.0 µg/m3 Annual (4)

(Arithmetic Mean)

Same as Primary Particulate

Matter (PM2.5)

35 µg/m3 24-hour (5) Same as Primary 0.075 ppm (2008

std) 8-hour

(6) Same as Primary 0.08 ppm (1997

std)

8-hour (7) Same as Primary Ozone

0.12 ppm 1-hour (8)

(Applies only in limited areas) Same as Primary 0.03 ppm Annual (Arithmetic Mean) Sulfur Dioxide 0.14 ppm 24-hour (1) 0.5 ppm (1300 µg/m3) 3-hour (1)

Di Inggris sudah diadopsi Clean Air Act 1993 CHAPTER 11 Statutory Instruments 2007 No. 64 serta The Air Quality Standards Regulations 2007 Made 15th January 2007. Jepang menerapkan Environmental Quality Standards in Japan - Air Quality yang meliputi Environmental Quality Standards, Environmental Quality Standards for Benzene, Trichloroethylene, Tetrachloroethylene and Dichloromethane dan Environmental Quality Standards for Dioxins yang dikeluarkan oleh Ministry of the Environment Government of Japan.

Peraturan Pencemaran Udara di Indonesia

Dari segi ketentuan atau peraturan, peraturan di indonesia tidak kalah dengan peraturan di amerika. Karena undang undang lingkungan di indonesia sangat bagus. Bedanya pada aplikasi peraturannya saja, negara maju lebih responsif daripada di Indonesia.

Peraturan yang ada di Indonesia merupakan peraturan yang berkiblat pada Eropa karena masa lalu Indonesia yang pernah dijajah oleh Belanda. Sistem yang dianut oleh Indonesia adalah sisil law, dimana hukum- hukumnya dibukukan ke dalam Undang – Undang.Indonesia telah meratifikasi hukum yang ada. Meratifikasi adalah memasukkan ketentuan asing, biasanya berupa konvensi atau traktat (perjanjian). Caranya adalah dengan membuat UU mengenai ratifikasi ketentuan – ketentuan tersebut. Peraturan yang ada di Indonesia yang mengatur tentang pencemaran udara diantaranya yaitu (Tamin, 2004) :

1 UU No.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan

2 PP No.41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara

3 KepMen KLH No.45/1997 tentang Indeks Standar Pencemaran Udara

4 Kep Kepala Bappedal No.107/1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan Informasi PSI

5 KepMen KLH No.KEP/MENLH/1995 tentang Emisi Sumber Tidak Bergerak 6 Kep Kepala Bappedal No. 205/1997 tentang Pedoman Teknis Pengendalian

Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak

7 KepMen KLH No.129/2003 tentang Standar Emisi untuk Kegiatan Minyak dan Gas

8 KepMen KLH No.35/93 tentang Standar Emisi untuk Kendaraan Bermotor 9 KepMen KLH No.141/2003 tentang Standar Emisi untuk Tipe Baru dan

Produksi Masa Kini Kendaraan Bermotor

10 KepMen KLH No.252/2004 tentang Keterbukaan Informasi baik Sumber Tidak Bergerak dan Sumber Bergerak

PP NO 41 tahun 1999 ini memuat tentang definisi dari pencemaran udara,dan hal – hal yang terkait dengan pencemaran udara, misalnya pengertian mengenai udara ambien, baku mutu udara ambien, pihak berwenang yang terkait seperti Mentri yang ditugasi untuk mengelola lingkungan hidup, dan Gubernur. Kemudian dibahas mengenai langkah-langkah perlindungan mutu udara, yang meliputi:baku mutu udara ambien, status mutu udara ambien, baku mutu emisi dan ambang batas, tingkat gangguan, indeks standar pencemar. Setelah perlindungan, yaitu pengendalian terhadap pencemaran udara yang meliputi pencegahan pencemaran udara untuk persyaratan penataan lingkungan hidup, penanggulangan dan pemulihan akibat pencemaran udara, pemberitahuan keadan darurat oleh Menteri jika cemaran pada udara membahayakan. Pihak – pihak yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran udara akan dikenai sanksi dan ganti rugi yang ketentuannya dijelaskan dalam PP ini. Selain itu juga terdapat lampiran baku mutu udara ambien nasional seperti tercantum di bawah ini.

Tabel 2.3 Baku Mutu Udara Ambien Nasional

Parameter Pengukuran Waktu Baku Mutu Analisis Metode Peralatan 1 SO2 (Sulfur Dioksida) 1 Jam 4 Jam 1 Thn 900 ug/Nm3 365 ug/Nm3 60 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer 2 CO (Karbon Monoksida) 1 Jam 24 Jam 1 Thn 30.000 ug/Nm3

10.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer 3 NO2(Nitrogen Dioksida) 1 Jam 24 Jam 1 Thn 400 ug/Nm3 150 ug/Nm3 100 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer 4 O3 (Oksidan) 1 Jam 1 Thn 235 ug/Nm 3

50 ug/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer 5 HC (Hidro

karbon) 3 Jam 160 ug/Nm

3 Flame

Ionization Gas Chomatogarfi PM10

(Partikel <10 um)

24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol 6 PM 2.5* 24 Jam 1 Jam 65 ug/Nm3 15 ug/Nm3 Gravimetric Gravimetric Hi – Vol Hi - Vol 7 TSP

(Debu) 24 Jam 1 Jam 230 ug/Nm

3

90 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol 8 Pb(Timah

Hitam) 24 Jam 1 Jam 2 ug/Nm

3

1 ug/Nm3 Gravimetric Ekstratif Pengabuan

Hi – Vol AAS 9 Dustfall

(Debu Jatuh)

30 Hari 10 Ton/ Km2/ Bulan (Pemukiman) 20 Ton/Km2/ Bulan (Industri)

Parameter Pengukuran Waktu Baku Mutu Analisis Metode Peralatan 10 Total Fluorides

(as F) 24 Jam 90 Hari 3 ug/Nm

3

0,5 ug/Nm3 Spesific ion Electrode Impinger atau Continous Analyzer 11 Fluor Indeks 30 Hari 40 ug/100

cm2dari kertas limed filter

Colourimetric Limed Filter Paper 12 Khlorine dan

Khlorine Dioksida 24 Jam 150 ug/Nm

3 Spesific ion

Electrode Impinger atau Continous Analyzer 13 Sulphat Indeks 30 Hari 1 mg SO3/100

cm3 Dari Lead Peroksida

Colourimetric Lead Peroxida Candle Catatan :

(*) PM25 mulai diberitahukan tahun 2002

Nomor 10 s/d 13 Hanya berlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar Contoh : Industri Petro Kimia; Industri Pembuatan Asam Sulfat

2.2.2. Latihan

1. Dalam peraturan pencemaran udara di Amerika, apakah kegunaan primary standards dan secondary standards? Apakah Indonesia dapat mengadopsinya? Jawab : Primary standards digunakan untuk melindungi kesehatan manusia (publik), sedang secondary standards untuk melindungi kepentingan publik termasuk tanaman, hewan dan bangunan. Indonesia belum/tidak mengadopsi primary dan secondary standards karena kebutuhan pengendalian pencemaran masih untuk kategori primer dan peraturan ke kepentingan publik diserahkan ke kebijakan tiap instansi dan pemerintah daerah yang bersangkutan.

2.3. Penutup

2.3.1. Tes Formatif

1. Sebutkan 3 konvensi dunia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas udara!

2. Mengapa dalam peraturan tersebut untuk suatu rentang waktu persyaratan paparan yang lebih rendah, maka batas konsentrasinya parameter yang terkait menjadi lebih tinggi?

3. Dalam baku mutu udara ambien nasional, parameter PM2.5 baru diberlakukan pada tahun 2002. Bagaimana konsekuensinya?

4. Mengapa dalam baku mutu udara ambien nasional, metode pengukuran parameter-parameter juga dicantumkan?

2.3.2. Umpan Balik

Cocokkan jawaban anda dengan kunci jawaban test formatif yang ada pada bahasan berikut ini, hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi dalam bab ini.

Rumus :

Tingkat penguasaan = Σ jawaban yang benar x 100%

4

Arti tingkat penguasaan yang anda capai adalah : 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% - 79% : cukup 60% - 69% : kurang 0% - 59% : gagal 2.3.3. Tindak Lanjut

Jika anda mencapai tingkat kepuasan 80% keatas, maka anda dapat meneruskan dengan kegiatan belajar bab selanjutnya, tetapi jika tingkat penguasaan anda belum mencapai 80%, maka anda harus mengulangi kegiatan belajar bab tersebut terutama pada bagian yang anda belum kuasai.

2.3.4. Rangkuman

Setelah mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara, sub pokok bahasan ini menjelaskan tentang regulasi/aturan yang digunakan dalam mengendalikan fenomena pencemaran udara. Tentunya sebagai bahan referensi adalah kesehatan manusia. Aturan yang akan dibahas tidak hanya yang ada di Indonesia, namun juga dilengkapi secara garis besar peraturan tentang polusi udara di negara maju sebagai pembanding.

2.3.5 Kunci Jawaban Tes Formatif

1. Konvensi tersebut adalah : a. Kyoto protocol b. Konvensi Wina c. Konvensi Stockholm

2. Hal ini berhubungan dengan studi dosis-response dimana untuk keterpaparan konsentrasi yang kecil maka manusia dapat bertahan hidup lebih lama demikian sebaliknya

3. Konsekuensinya mulai tahun 2002 setiap daerah wajib melakukan pengukuran konsentrasi PM2.5 di udara ambien. Pihak-pihak yang mengemisikan PM2.5 juga dianjurkan untuk mengukurnya agar tahu kontribusinya terhadap udara ambien. 4. Untuk pengukuran suatu parameter sangat banyak metodenya. Agar terjadi keseragaman untuk perbandingan dengan baku mutu, maka metodenya distandarkan. Metode yang dijadikan standar dalam baku mutu merupakan metode yang akurat dan dapat diusahakan di seluruh Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Clean Air Act USA Clean Air Act UK

Japan Environmental Quality Standards

Tamin, Ridwan D (2005), Assistant Deputy for Vehicles Emissions Pollution Control, Policy And Regulation Of Air Pollution In Indonesia, paper presented in Training of Trainer BASIC URBAN AIR QUALITY MANAGEMENT CAI Net, September 19 – 23, 2005, Bandung

Dalam dokumen Buku-Ajar-Pencemaran-Udara.pdf (Halaman 35-43)