• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK

B. Subjek dan Objek PPh Pasal 21

a. Subjek Pajak

Subjek pajak adalah semua orang atau badan yang berpenghasilan di Indonesia baik selaku warga negara Indonesia (WNI) maupun bukan WNI dan WNI yang memperoleh penghasilan diluar negeri baik secara perseorangan maupun dalam bentuk badan.

Menurut pasal 2 ayat (1) UU PPh tahun 1991 dinyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah:

a. Terbagi dua yaitu:

a. Orang Pribadi atau perseorangan

b. Warisan yang belum terbagi sebagai suatu kesatuan, menggantikan yang berhak

b. Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, Badan Usaha Milik Negara dan Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, Firma, Kongsi, Perkumpulan Koperasi yayasan atau lembaga, dan bentuk usaha lainnya

c. Bentuk Usaha Tetap

Orang pribadi atau perseorangan adalah subjek pajak, baik bertempat tinggal di Indonesia atau bertempat diluar Indonesia. Mereka yang bertempat tinggal di

Indonesia mulai menjadi subjek pajak pada saat dilahirkan di Indonesia, atau apabila seseorang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, maka ia menjadi subjek pajak pada saat pertama kalinya sejak ia berada di Indonesia. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia, tidak lagi menjadi subjek pajak saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

Bagi Orang Pribadi yang bertempat tinggal di luar Indonesia, baru menjadi subjek pajak di Indonesia apabila ia dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. Ia tidak lagi menjadi subjek pajak di Indonesia pada saat tidak mungkin lagi menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

Pasal 2 ayat (2) UU PPh tahun 1991 membagi subjek pajak menjadi 2 yaitu Subjek Pajak Dalam Negeri dan Subjek Pajak Luar Negeri.

a. Subjek Pajak Dalam Negeri

Yang dimaksud dengan Subjek Pajak Dalam Negeri adalah:

1. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau Orang Pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.

2. Badan yang didirikan atau berkedudukan di Indonesia.

3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

b. Subjek Pajak Luar Negeri

Yang dimaksud dengan Subjek Pajak Luar Negeri adalah:

1. Orang Pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di

Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

2. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak didirikan dan tidak berkedudukan di Indonesia yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b. Wajib Pajak

Wajib Pajak menurut Undang-Undang PPh tahun 1984 adalah Subjek Pajak yang benar-benar memperoleh penghasilan dan oleh karena itu berkewajiban untuk membayar pajak. Dengan kata lain, Wajib Pajak adalah seseorang atau suatu badan yang telah memenuhi syarat-syarat subjektif dan objektif.

Adapun yang dimaksud dengan Wajib Pajak PPh pasal 21 adalah setiap Orang Pribadi atau persekutuan orang pribadi yang menerima atau

memperoleh penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan atau pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa sebagaimana dimaksud dalam UU PPh 1984 pasal 21.

Wajib Pajak yang dikenakan pemotongan PPh pasal 21 terdiri dari: a. Pejabat negara, adalah:

1. Presiden dan Wakil Presiden

2. Ketua, Wakil Ketua, dan anggota DPR/MPR, DPRD Provinsi, dan DPRD

Kabupaten/Kota.

3. Ketua dan Wakil Ketua Badan Pemeriksa Keuangan.

4. Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Mahkamah Agung.

5. Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung.

6. Menteri dan Menteri Negara. 7. Jaksa Agung.

8. Gubernur dan Wakil Gubernur Kepala Daerah Provinsi. 9. Bupati dan Wakil Bupati Kepala Daerah Kabupaten. 10. Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

b. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah PNS Pusat, PNS Daerah, dan PNS

lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah sebagaimana diatur dalam undang-undang No.8 tahun 1974.

c. Pegawai, adalah setiap Orang Pribadi yang melakukan pekerjaan

d. Pegawai Tetap, adalah Orang Pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur dan terus-menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.

e. Pegawai dengan status Wajib Pajak Luar Negeri, adalah Orang Pribadi

yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menerima atau memperoleh gaji, honorarium dan atau imbalan lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.

f. Pegawai Lepas, adalah Orang Pribadi yang bekerja pada pemberi kerja

yang hanya menerima imbalan apabila Orang Pribadi yang bersangkutan bekerja.

g. Penerima Pensiun, adalah Orang Pribadi atau ahli warisnya yang

menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dimasa lalu, termasuk Orang Pribadi atau ahli warisnya yang menerima Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

h. Penerima honorarium, adalah Orang Pribadi yang menerima atau

memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.

i. Penerima upah, adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

Catatan:

1. Kegiatan adalah keikutsertaan dalam suatu rangkaian tindakan, termasuk

mengikuti rapat, sidang, seminar, workshop, pendidikan, pertunjukan, dan olah raga.

2. Upah harian adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar jumlah

hari kerja.

3. Upah mingguan adalah upah yang terutang atau dibayarkan secara

mingguan.

4. Upah borongan adalah upah yang terutang atau upah yang dibayarkan atas

dasar penyelesaian pekerjaan tertentu.

5. Upah satuan adalah upah yang terutang atau dibayarkan atas dasar

banyaknya satuan produk yang dihasilkan.

2. Objek PPh pasal 21

Penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh pasal 21 adalah:

a. Penghasilan teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan,

upah,honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan (termasuk tunjangan pajak), bea

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, Tunjangan Cuti, Tunjangan Hari Raya, Tunjangan Tahun Baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap. Pemberian hadiah secara cuma-cuma oleh Wajib Pajak pemberi kerja kepada para pegawainya adalah sama dengan bonus atau gratifikasi (SE-56/PJ.42/1999).

c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan.

d. Uang tebusan pensiun, uang Tabungan Hari Tua (THT) atau Jaminan

Hari Tua (JHT), uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis.

e. Honorarium, uang saku, hadiah, komisi, bea siswa dan pembayaran

lain.

f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan

gaji yang diterima oleh Pejabat Negara dan PNS.

g. Uang pensiun dan tunjangan-tunjangan lain yang sifatnya terkait

dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau dan atau anak-anaknya.

h. Penerimaan dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama

dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak. Bukan objek PPh pasal 21

a. Pembayaran asuransi dari perusahaan Asuransi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan, Asuransi Jiwa, Asuransi Bea Siswa.

b. Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan lainnya dalam bentuk

apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak.

c. Iuran Pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya

telah disahkan oleh menteri keuangan dan Tunjangan Hari Tua yang dibayarkan oleh penyelenggara.

d. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja

e. Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dan badan atau

lembaga amil zakat.

Pengurangan yang diperbolehkan

Untuk mencari PPh pasal 21 terlebih dahulu harus dicari penghasilan neto dengan cara penghasilan bruto untuk pegawai tetap dikurangi dengan:

a. Biaya jabatan yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

penghasilan yang besarnya 5 % dari penghasilan bruto dengan ketentuan maksimum Rp. 6.000.000 atau Rp. 500.000 per bulan.

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar pegawai kepada dana

pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan atau kepada badan penyelenggara jamsostek.

Dokumen terkait