• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.3 Subjek III

Pandangan Diri Subjek

Subjek merupakan seorang remaja berusia 17 tahun, anak pertama

dari dua bersaudara. Subjek merupakan siswi kelas 5 SD yang bersekolah

di SLB Yaketunnis. Subjek mengalami kebutaan dengan golongan total

blind yaitu tahap seseorang yang seseorang yang belajar menggunakan

materi perabaan dan pendengaran. Subjek mengalami kebutaan sejak

memasuki usia 8 tahun secara bertahap. Keadaan tersebut bermula ketika

subjek mengalami panas tinggi pada umur 4 tahun, ibu ketua yayasan

menjelaskan bahwa subjek mengalami kebutaan juga diakibatkan karena

penyakit diabetes yang dideritanya. Subjek pada awalnya bersekolah di

tunanetra dan akhirnya mengalami gangguan dalam pergaulan maupun

akademiknya. Beliau juga menambahkan bahwa perasaan putus asa dan

belum dapat menerima kenyataan membuat subjek menjadi orang yang

cenderung tertutup dan pendiam. Subjek merasa tidak puas pada diri

sendiri dan belum dapat menerima keterbatasan yang dimilikinya. Subjek

memandang bahwa diri ideal yang seharusnya adalah, seorang yang

memiliki pengelihatan secara normal.

Cita-cita yang diinginkan subjek adalah menjadi seseorang guru

matematika. Subjek selalu berusaha belajar dengan baik untuk menggapai

cita-citanya. Subjek bercerita mengenai pengalaman menyenangkannya

ketika dirinya masih kecil yaitu ketika perayaan ulang tahun ke 5, karena

saat itu perayaan diselenggarakan bersamaan dengan ulangtahun adiknya

dan mengundang teman-teman terdekatnya. Ketika menceritakan kembali

pengalamannya subjek merasakan kerinduan. Ketika menceritakan

pengalaman yang paling menakutkan yaitu ketika mengalami kebutaan

yang bermula ketika subjek mengalami panas tinggi. Ketika mengingat

kembali kejadian itu, subjek merasa sedih dan kecewa

Relasi Dengan Keluarga

Subjek memiliki kedua orangtua yang dapat melihat secara normal.

Subjek memandang ibu juga sebagai sosok yang penyabar. Subjek

sempat bercerita mengenai kegiatan yang pernah dilakukan bersama ibu,

yaitu ketika dirinya diajak tur dari perusahaan tempat ibunya bekerja.

Subjek juga menceritakan relasi yang dekat dengan adiknya. Subjek

seringkali bermain dan berfoto-foto bersama adiknya. Namun seringkali

subjek merasa iri karena ibunya lebih memanjakan adiknya. Menurut

pandangan dari Ibu Asrama relasi subjek dengan orangtua sangat baik,

karena orangtua subjek selalu datang berkunjung untuk menjemput dan

mengantarkan subjek ketika liburan telah tiba.

Relasi dengan Teman Sebaya

Subjek memiliki banyak teman sebaya di asrama, maupun di

sekolah. Berbeda dengan ketika di rumah, subjek hanya sering bermain

bersama teman dari adiknya dan tidak memiliki teman yang sepantaran.

Subjek bercerita kesamaan pengalaman ketika berelasi dengan teman di

asrama dan di sekolah. Subjek menggambarkan teman sekolah sebagai

sosok yang baik dan mudah bergaul. Ketika subjek berelasi dengan teman

sesama tunanetra, subjek melihat bahwa mereka menerima keterbatasan

yang mereka punya. Subjek terkadang merasa iri ketika melihat teman

sesama tunanetra yang terlihat tidak memiliki masalah ketika berkumpul

walaupun terkadang teman laki-laki juga bersikap baik. Subjek juga

menceritakan ketika mengalami permasalahan dalam hidupnya, subjek

cenderung menyimpannya di dalam hati dan meminta maaf serta berjanji

pada diri sendiri untuk tidak mengulangi perbuatannya. Ibu asrama juga

menjelaskan bahwa subjek merupakan anak yang pendiam ketika

bergabung bersama dengan teman sekolah dan juga teman di asrama,

bahkan ketika subjek memiliki masalah subjek cenderung menyimpan

untuk dirinya sendiri.

Relasi dengan Lingkungan Sekitar

Ketika berelasi dengan orang di rumahnya subjek cenderung

tertutup dan sulit bergaul. Subjek bercerita bahwa dirinya pada akhirnya

memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta, karena subjek ingin mencari

ketenangan. Ketika subjek masuk di asrama subjek mengalami sedikit

demi sedikit perubahan yang dialami. Subjek saat ini mulai mau untuk

bergaul dengan lingkungan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan di

asramanya. Ibu asrama menjelaskan bahwa pada awalnya subjek sulit

untuk berelasi dengan orang lain, karena tidak percaya diri dan

keputusasaan yang dialami karena harus mengalami kebutaan. Hal tersebut

menyebabkan subjek tertutup dalam pergaulan dengan lingkungan

Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek III

Need/ Press Cluster Jenis Need Tema

Need Keinginan

untuk Penerimaan

-Affiliation “Selama seminggu aku

belum bertemu ayah dan merasa kangen ingin

bertemu” (Tema Ayah) “Seseorang meneleponku

dan memberitahukan bahwa ibu telah mengalami kecelakaan, aku pun menyebut astagfirullah alhazim dan terbangun

mencari mama” (Tema Ibu)

“Pertama kali datang ke

Jogja, aku merasa belum tau dan belum bisa lepas

dari adik dan orangtuaku” (Tema Saudara)

“Aku sedang berkumpul

bersama-sama teman – teman” (Tema Teman) “Saat umur 5/6 tahun, aku

bermimpi ingin berjalan memutari rumah seseorang yang aku sukai, untuk

dapat bertemu” dan “Ketika bertemu dengan

(Tema Lawan Jenis) “saya bermimpi bertemu

dengan artis idola saya

yaitu Raffi Ahmad” dan “Akhirnya dapat bertemu dengannya dan salaman” (Tema Menyenangkan)

-Recognition “Hanya mau muter ke

rumahnya saja, saya harus mandi sore, terus pakai baju rapi, pakai kaca mata,

terus pakai topi” (Tema Lawan Jenis)

“Selesai acara, saya teriak -teriak untuk memanggil

Kak Raffi” (Tema Menyenangkan)

- Succorance “Ketika sadar aku hanya

bermimpi, aku merasa ingin menangis karena tidak dapat bertemu dan foto bareng dengan Kak

Raffi” (Tema

Menyenangkan)

“Ketika saya menyadari

kenyataan saat terbangun,

saya merasa sedih” ( Tema Aneh/ Tidak Terduga)

penasaran dan heran” (Tema Aneh / Tidak Terduga)

-Sentience “Hanya mau muter ke

tempat dia, saya harus mandi sore, terus pakai baju rapi, pakai kacamata,

terus pakai topi.” (Tema Lawan Jenis) Keinginan untuk Pertahanan -Harm Avoidance

“Tiba-tiba ada pocong disitu, lalu kami pun berlarian untuk dapat bebas

dari pocong tersebut.” (Tema Menakutkan)

-Counteraction “Akhirnya kami berusaha

masuk ke dalam rumah, walaupun pada awalnya tidak bisa (Tema Menakutkan)

Keinginan untuk Diri Sendiri

-Playmirth “Ketika liburan sekolah, aku pergi berkunjung ke rumah mbah ku di

purworejo.” (Tema Ayah) “Aku bermimpi sedang

berkumpul bersama teman-teman di asrama. kami bermain-main, bercanda-canda, ketawa, dan

Press Keterpisahan -Insupport Family

“Bermimpi sedang

berpamitan dengan adikku saat akan berpisah ke Jogja dan kami pun saling menangis karena akan

berpisah” (Tema Saudara) “Ada seseorang yang

menelpon ku dan memberitahukan bahwa ibu telah mengalami

kecelakaan.” (Tema Ibu)

- Friendship “berkumpul bersama teman-teman di asrama. kami bermain-main, bercanda-canda,

ketawa-tawa ngobrol.” (Tema Teman)

-Loss

Companionship

“aku merasa ingin

menangis karena tidak bisa bertemu dan foto bareng

dengan Kak Raffi.” (Tema Menyenangkan)

saat itu gelap. Tiba-tiba ada pocong disitu, lalu kami pun berlarian dai pocong

tersebut” (Tema Menakutkan)

-Claustrum “Ketika kami berlarian ke

utara, di depan sudah ada pocong lagi, balik ke selatan, ada pocong, kemana pun tidak bisa.

(Tema menakutkan) Anxiety Kecemasan

ditinggalkan / berpisah

-p.Affiliation “Aku bermimpi sedang

berpamitan dengan adikku saat akan berpisah ke Jogja dan kami pun saling menangis karena akan

berpisah” (Tema Saudara)

Kecemasan terhadap ancaman

-p. Aggression “Ketika aku bermain

bersama adikku keadaan saat itu sangat gelap. Tiba-tiba ada pocong disitu, lalu kami pun berlarian untuk dapat bebas dari pocong

tersebut.” (Tema Menakutkan)

Defense Mechanism

Immature -Regresi “Aku bermimpi sedang

berpamitan dengan adikku saat akan berpisah ke Jogja

berpisah” (Tema Saudara)

-Introyeksi “Raffi Ahmad syuting di

daerah kawasan rumah ku. Saya merasa heran dan

penasaran” (Tema Aneh/ Tidak Terduga)

Mature -Sublimasi “Saya teriak-teriak untuk memanggil Kak Raffi, lalu akhirnya dapat bertemu

dengannya dan salaman” (Mimpi Menyenangkan)

3. Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek III

Berdasarkan pada hasil yang diperoleh, subjek memiliki kebutuhan

yang mendukung kebutuhan lainnya sehingga memudahkan kebutuhan

lainnya dalam beroperasi. Contohnya kebutuhan Affiliation didukung oleh

kebutuhan Playmirth dimana subjek ingin menjalin kedekatan dan

melakukan hal yang menyenangkan bersama dengan orang lain. Hal ini

terlihat dalam cerita mimpi subjek dalam tema Teman:

“Aku bermimpi sedang berkumpul bersama teman-teman di asrama.

kami bermain-main, bercanda-canda,ketawa, ngobrol. Aku merasa senang

kebutuhan affiliation karena masih ingin dekat dengan keluarga. Contohnya

dalam cerita mimpi dengan tema Saudara:

“Pertama kali datang ke Jogja, aku merasa belum tau dan belum bisa lepas dari adik dan orangtuaku. Aku bermimpi sedang berpamitan

dengan adikku saat akan berpisah ke Jogja dan kamipun saling menangis

karena akan berpisah..”

Berdasarkan pada tabel kebutuhan psikologis (Need) dan tekanan

(Press), terlihat bahwa subjek melihat lingkungan sekitar sebagai sebuah

ancaman, sehingga menimbulkan kecemasan. Meskipun demikian, subjek

hanya menerima keadaan yang ada. Subjek memiliki rasa tidak berdaya dan

tidak dapat melakukan apa-apa, sehingga subjek memiliki kebutuhan untuk

mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar. Hal ini terlihat dalam cerita

mimpi subjek dalam tema saudara, teman, dan hal yang menakutkan. Dari

keseluruhan tema cerita tersebut memiliki kesamaan isi mengenai ancaman

dari lingkungan sekitar dan ketidakberdayaan subjek dalam menghadapi

ancaman tersebut. Hasil ini sesuai dengan profil subjek mengenai relasi

dengan lingkungan sekitar yang menyatakan bahwa, seringkali subjek

mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dan mendapatkan ejekan dari

lingkungan dengan memandang subjek sebelah mata.

Selain itu, subjek juga memiliki kesulitan dalam penerimaan dari

mendapatkan penerimaan. Sementara itu, subjek memiliki perasaan sedih

ketika harus ditinggalkan dengan orang terdekat, yang menunjukan

kebutuhan afiliasi. Hal ini nampak dalam cerita mimpi dengan tema saudara,

tema ayah, dan tema ibu yang menceritakan kesedihannya ketika harus

berpisah ataupun kehilangan orang terdekat.

Subjek membutuhkan kedekatan dari seorang figur otoritas dan figur

afeksi, yaitu ayah dan ibu. Subjek menggambarkan ayah sebagai sosok

panutan dan ibu sebagai sosok yang penyayang. Subjek memiliki kedekatan

dengan orangtua dan saat ini terpisah jarak dan memunculkan kebutuhan

afiliasi dengan ayah dan ibu. Hal ini terlihat dalam cerita mimpi dalam tema

ayah dan ibu, yang bercerita mengenai kerinduan subjek dengan figur ayah

dan kecemasan subjek ketika harus kehilangan sosok ibu.

4.2.4 Dinamika Kebutuhan Psikologis (Need) dan Tekanan (Press) Subjek

Dokumen terkait