• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

C. Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad yang berjumlah 34 orang, yaitu terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan.

Alasan peneliti memilih kelas VIII adalah karena siswa di kelas tersebut teridentifikasi masalah rendahnya kemampuan menulis karangan, dan peneliti berupaya untuk mendeskripsikan kemampuan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

D. Korpus Data

Korpus data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Peneliti menggunakan teks karangan narasi siswa karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya bagian kepenulisan dapat menggunakan teks karangan siswa untuk dijadikan sumber pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menggunakan karangan narasi siswa untuk melihat penggunaan diksi dalam

karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang

apakah diksi yang digunakan sudah tepat atau masih terdapat banyak ketidaktepatan. Peneliti hanya menggunakan 7 (tujuh) teks karangan narasi siswa yang akan dianalisis dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

Data pada penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh bisa dari hasil menulis siswa dalam bentuk karangan narasi, sehingga data dapat mudah dipahami dan hasil dari temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data kualitatif bersifat indukstif. Sugiyono mengungkapkan bahwa “data yang diperoleh dikembangkan menjadi hipotesis, jika data yang telah dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi kemudian hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut akan berkembang menjadi sebuah teori baru.”8

Menurut Bogdan dan Biklen,” Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan , dan bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain.”9

Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumen.Teknik ini adalah dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh informannya, sedangkan peneliti tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.10

Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis diksi. Dikatakan analisis diksi karena dalam penelitian ini peneliti menganalisis pemilihan kata yang tepat atau diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Oleh karena itu, penulis mengunakan teknik ini untuk meneliti penggunaan bahasa secara tertulis yakni analisis diksi dalam karangan narasai siswa. Penulis hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa terhadap seseorang yang menulis teks karangan narasi dengan mencatat penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

8 Sugiyono, Op.cit., h. 335

9 Syamsuddin, Vismaia Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Rosdakarya: 2011), h. 110.

F. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik studi dokumen, karena data yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek peneliti. Dengan menggunakan teknik studi dokumen peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data, dan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara mencatat hasil analisis kemudian akan dideskripsikan sesuai dengan hasil analisis.

G. Langkah Analisis Data

Setelah mengumpulkan data berupa teks karangan narasi, selanjutnya adalah analisis data. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis, berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak sampai menjadi teori baru.11 Data penelitian dianalisis melalui langkah-langkah sebagai berikut;

1. Peneliti mengklasifikasi bentuk-bentuk bagian ketepatan diksi pada teks karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan Tangerang.

2. Mentranskripsi data bentuk-bentuk penggunaan diksi pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad.

3. Mengidentifikasi data penelitian yang berupa teks karangan narasi siswa kelas VIII dengan cara mendeskripsikan bentuk penggunaan diksi tepatnya pada ketepatan penggunaan diksi.

4. Data kemudian dianalisis dan dideskrifsikan. Hasil dari analisis data tersebutakan tergambar bentuk diksi yang termasuk dalam ketepatan diksi. 5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

29

A. Analisis Penggunaan Diksi 1. Diksi dalam Karangan Narasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks karangan narasi siswa

kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Peneliti akan

menganalisis penggunaan pada karangan narasi siswa tersebut. Dari hasil analisis akan diperoleh gambaran mengenai diksi pada karangan narasi, berikut analisnya;

2. Ketepatan Diksi

a. Kata-kata yang Hampir Bersinonim Berikut ini merupakan penggunaan kata yang hampir bersinonim

1.1.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung tali silaturahmi.

Kata membikin pada kalimat 1.1.1 mempunyai sinonim membuat. sekalipun kata-kata itu tidak memiliki makna yang persis sama, masing-masing memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaanya adalah keduanya terkait dengan

menyiapkan”. Penggunaan kata membikin tidak tepat karena kata tersebut merupakan dialek.

7.1.2 Karena tidak ada umpan, pekerja disana memberi tau saya kalau ikan di Empang itu suka makan daun jadi saya mencobanya.

Kata Di Empang pada kalimat 7.1.2 bersinonim di kolam dan di tambak. Kata Di Empang memiliki makna tempat menahan air, di kolam memiliki makna bak tempat air. Kata di tambak memiliki makna di tepi laut untuk memelihara ikan Bandeng. Masing-masing mempunyai kesamaan makna yakni “tempat memelihara ikan”. Namun kata di tambak lebih menekankan dan lebih menyakinkan bahwa benar-benar tempat memelihara ikan.

12.1.3 Si ayah lalu menuding jari ke arah burung gagak itu sambil bertanya,

”Nak apakah benda itamitu.”

Kata menuding pada kalimat 12.1.3 bersinonim menunjuk, sekalipun kata-kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama, namun kata-kata memiliki

tujuan makna yang sama yakni “memperlihatkan ke arah” Kata keduanya tidak

dapat ditukar karena memiliki nuansa yang berbeda. Menunjuk memiliki makna memperlihatkan diri, sedangkan menuding memiliki makna memiringkan arah ke bawah. Jadi penulis menggunakan kata menuding dengan tepat.

17.1.4 Kami memang sudah biasa, setiap hari libur tiba selalu berkunjung ke rumah nenek. Tapi sayang, dua tahun terakhir setiap kami mengunjungi rumah nenek, sosok nenek tidak tanpak, nenek telah di panggil oleh Sang Maha Kuasa, Allah Swt.

Kata sosok pada kalimat 17.1.4 memiliki sinonim wujud. Sekalipun kata-kata itu tidak memiliki nuansa makna yang percis sama, namun kata-kata tersebut

memiliki tujuan makna yang sama yakni “ Wajah seseorang”. Kata keduanya

tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Sosok memiliki makna bentuk dari pada wujud atau rupa. Sedangkan kata wujud memiliki makna dapat dilihat. Penggunaan kata sosok pada kalimat tersebut sudah tepat, karena mrupakan bentuk wajah.

22.1.5 Tiba-tiba terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.

Kata gaduh pada kalimat 22.1.5 memiliki sinonim ribut. Sekalipun kata kata

tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama yakni “ huru hara”. Kedunya

tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna berbeda, gaduh memiliki makna gempar karena perkelahian. Ribut memiliki makna berisik. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang hampir sama , namun kata ribut lebih menekankan dan lebih menyakinkan bahwa benar-benar telah terjadi ketidaknyamanan.

26.1.6 Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di sekolah singga sana.

Kata kualunkan pada kalimat 26.1.6 memiliki sinonim kulangkahkan. Kata keduanya tidak tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda,

kualunkan berarti langkah perlahan-lahan, sedangkan kulangkahkan berarti gerakan kaki menuju maju mundur. Meskipun memiliki nuansa makna yang

berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni ” mengayunkan kaki untuk

berjalan menuju tujuan.

28.1.7 Liburan kemaren paling menarik dalam hidupku adalah ketika ayah mengajak berkunjung kedesa kelahiranya.

Kata kemaren pada kalimat 28.1.7 memiliki campur kode kemarin. Kata-kita itu memiliki makna yang percis sama, masing-masing memiliki makna “ setelah hari ini.” Penggunaan kata kemaren pada kalimat tersebut kurang tepat seharusnya kemarin karena kata tersebut merupakan dialek dari daerah betawi.

b. Umum Khusus

Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna umum khusus.

2.2.1 Beberapa hari sebelum memasuki hari raya Idul Fitri, kelusrgaku sangat sibuk menyampaikan kedatangannya dengan bermacam-macam kegiatan.

Penggunaan kata Idul Fitri pada kalimat 2.2.1 sudah tepat, karena penulis memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa idul Fitri mengacu pada objek yang khusus, yaitu hari raya umat islam, sehingga pembaca mudah mengerti yang dimaksud penulis.

8.2.2 Pada tanggal 2 Maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel Tigaraksa.

Kata Bugel Tigaraksa merupakan kata khusus yang tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. Penulis telah memberikan penjelasan yang khusus pada pembaca sehingga pembaca mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Kata Bugel Tigaraksa pada kalimat 8.2.2 sudah tepat.

13.2.3 Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan menghabiskan waktu liburnya ke kota, meninggalkan semua aktivitas kota yang padat.

Kata aktivitas pada kalimat 13.2.3 merupakan yang sifatnya umum, karena kata aktivitas masih memiliki cakupan sejumlah kata yang lebih khusus seperti: aktivitas harian, aktivitas mahasiswa, aktivitas keluarga dan sebagainya yang

sifatnya kegiatan. Namun demikian, kata aktivitas pada kalimat 13.2.3 yang digunakannpenulis telah menjelaskan bahwa aktivitas yang akan digunakan untuk kegiatan liburan ke Jakarta.

18.2.4 Ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong mengarah kehamparan air telaga.

Seperti yang dikemukakan di atas bahwa kata tatapan merupakan kata umum yang dapat membingungkan pembaca. Namun pada kalimat 18.2.4 kata tatapan kosong merupakan kata khusus yang digunakan penulis belum tepat, seharusnya tatapan mata yang kosong. Sehingga pembaca tidak keliru apa yang dimaksud penulis.

23.2.5 Suhu udara sangat dingin, dengan rasa tegang ku guyurkan segayung air ke tubuhku setelah itu berangkat ke sekolah.

Kata suhu pada kalimat 23.2.5 merupakan kata umum. Sebagai kata umum suhu dapat mencakup pada sejumlah kata yang khusus seperti yang telah dijabarkan pada kalimat tersebut yakni dapat berupa suhu ruangan, suhu badan, suhu iklim dan sebagainya. Penggunaan kata suhu pada kalimat 23.2.5 sudah tepat karena penulis sebelumnya telah menjelaskan bahwa suhu atau cuaca disekitar itu hawanya dingin, sehingga tidak menimbulkan salah paham oleh pembaca.

27.2.6 Liburan ke marin yang paling menarik dalam hidupku, bapak akan mengajak berkunjung ke desa kelahirannya.

Kata bekunjung pada kalimat 27.2.6 merupakan kata khusus. Penulis dengan rinci memberitahukan pembaca bahwa berkunjung itu mendatangi. Kata berkunjung yang digunakan pada kalimat 27.2.6 sudah tepat karena mengacu pada objek, sehingga tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca.

29.2.7 Hari demii hari aku menunggu surat balasan dari nenek, sebulan kemudian surat balasan dari nenek itu datang.

Kata surat balasan pada kalimat 29.2.7 merupakan kata khusus, kata surat balasan pada kalimat teersebut tidak akan menimbulkan salah interpretasi kepada pembacanya. Penulis telah memberitahukan dengan spesifik mungkin mengenai surat yang di maksud, yaitu balasan dari nenek yang ditunggu.

c. Denotasi dan Konotasi

Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna denotasi konotasi. 3.3.1 Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa.

Frasa hampir sebulan pada kalimat di atas dimasukan kedalam golongan kata yang bermakna konotatif, karena kata hampir sebulan pada kalimat diatas memiliki makna abstrak. Frasa hampir setahun tidak menjelaskan dengan jelas sebeberapa hari puasa telah dilasanakan,sehingga pembaca dengan bebas menginterprestasikan makna dari kata tersebut. Penggunaan pada kata tersebut sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui bahwa makna dari hampir sebulan adalah dua puluh lima hari dan akan selesai sebulan.

9.3.2 Pada tanggal 2 maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel Tiga Raksa.

Pada kata 2 Maret 2014, merupakan golongan kata denotatif karena maknanya sudah jelas di ketahui, yakni hari minggu 2 maret 2014. Dengan demikian pembaca tidak lagi menginterpretasikan tanggal berapa kami sekeluarga pergi ke sawah kakek. Jadi penulis sudah tepat dalam menggunakan kata tersebut.

14.3.3 Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan menghabiskan waktu liburnya ke luar kota, meninggalkan semua aktivitas ibu kota yang padat.

Kata aktivitas pada kalimat 14.3.3 merupakan kata konotatif. Makna sebenarnya dari kata aktivitas adalah kesibukan. Kata aktivitas merupakan penggunaan makna konotatif yang yang bernilai rasa baik. Penggunaan kata yang bermakna konotatif ini sudah tepat karena penulis hanya hanya ingin menggunakan kata dengan nilai rasa lebih baik dan variasi saja.

19.3.4 Ada seorang pemuda sedang duduk tatapan kosong mengarah kehamparan telaga.

Frase tatapan kosong pada kalimat 19.3.4 merupakan golongan konotatif. Tatapan kosong dalam pemahamannya masih belum jelas diberitahukan, maka akan menimbulkan interpretasi lain dari pembaca. Denotasi dari tatapan kosong dapat diganti dengan kata bengong, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang salah pada pembaca.

24.3.5 Ku alunkan kaki ku menuju istana ilmu dan aku pun duduk di sekolah singgasana, hari pertama masuk sekolah yang dimana sekarang aku sudah kelas 8 SMP.

Frase singgasana dimasukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif, karena kata singgasana pada kalimat diatas memiliki makna abstrak. Frase singgasana memiliki makna kursi raja atau tahta. Penggunaan kata konotatif tersebut sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui makna dari singgasana tersebut.

28.3.6 Wuwu itu alat tradisional yang terbuat dari anyaman bambu.

Kata alat tradisional pada kalimat tersebut merupakan kata yang memiliki makna denotasi karena maknanya sudah jelas di ketahui pembaca. Kata alat tradisional masuk dalam denotatif karena konsepnya sudah jelas tidak perlu di jelaskan kembali oleh penulis. Kata denotataif yang digunakan penulis sudah tepat.

30.3.7 Ibu pun terdiam mendengar aku bercerita tentang tanaman jagung itu yang rusak di makan tikus.

Kata terdiam pada kalimat 30.3.7 merupakan kata yang bermakna konotatif. Kata terdiam dalam kalimat ini mengandung atri membisu. Kata tersebut dapat menimbulkan interpretasi lain pada pembaca, karena kata tersebut memiliki arti lain yakni tidak bersuara, tidak bergerak dan sebagainya. Jadi kata terdiam pada kalimat itu kurang tepat seharusnya membisu.

d. Ungkapan Idiomatik

4.4.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman atau pun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung talsilaturahmi.

Ungkapan idiomatik dan juga...atau pun merupakan penggunaan yang salah. Bentuk idiomatik yang benar adalah dan.... atau. Dan juga...atau pun bukan ungkapan idiom, tetapi memiliki idiom karena kata tersebut merupakan

pasangan tetap yang dapat menciptakan ungkapan idiom. Jadi, penggunaan dan juga...atau pun pada kalimat diatas tidak tetap.

10.4.2 Awalnya rencana berlibur kali ini direncanakan oleh kakek saya, yang ingin berlibur disekitar daerah ini saja sebab selain biaya murah di daerah ini juga masih banyak tempat-tempat indah lainnya.

Ungkapan idiomatik yang....sebab merupakan penggunaan kata yang benar , karena kedua kata tersebut merupakan pasangan tetap yang dapat menciptakan unkapan idiom yang....sebab sudah tepat.

15.4.3 Walau sepanjang jalan yang kami tadi malam tergenang air masih menyisakan sampah yang terbawa oleh arus air.

Ungkapan idiomatik walau....yang merupakan penggunaan yang salah. Bentuk yang benar adalah meskipun...yang. meskipun ....yang berperilaku idiom karena kedua kata tersebut merupakan pasangan tetap yang dapat mrnciptakan ungkapan idiom. Jadi penggunaan idiom meskipun...yang tidak tepat

e. Kelangsungan Pilihan Kata

5.5.1 Suara-suara orangyang sedang melafadkan ayat-ayat suci alquran pada mesjid-mesjid terdekat rumahku.

Kata suara, kata ayat dan kata mesjid pada kalimat 5.5.1 tidak tetap digunakan. Seharusnya kata-kata tersebut tidak usah di gunakan kembali, karena merupakan pemborosan kata, bahkan menimbulkan nilai rasa yang rendah.

Kalimat yang benar seharusnya “Suara yang sedang melafadzkan ayat suci Al -quran pada mesjid terdekat rumahku.

15.5.3 Tetapi tidak mengajukan anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama, kali ini si anak benar-benar hilang kesabaran dan menjadi marah.

Kata si anak benar-benar pada kalimat 15.5.3 tidak tepat digunakan. Seharusnya kata anak benar-benar tidak usah digunakan kembali, karena pemborosan kata, bahkan menimbulkan nilai rasa rendah. Kalimat yang benar

mukut hanya untuk bertanya hal yang sama, kali ini dia benar hilang kesabarannya dan menjdi marah.

. 20.4.5 Saat sampai, aku dan keluargaku disambut oleh saudara-saudaraku yang telah dahulu sampai.

Kata saat sampai pada kalimat 20.4.5 tidak tepat digunakan. Kata tersebut digunakan sebagai kata depan untuk menandai perawalan makna. Kata yang tepat digunakan adalah setelah tiba, karena penggunaannya sebagai kata depan untuk menandai perawalan makna. Jadi kata saat samapi yang digunakan adalah tidak tepat, sehingga menjadi “Setelah tiba,aku dn keluargaku disambut oleh

saudara-saudaraku yang telah dahuku sampai .”

25.4.5 Tiba di sana terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.

Kata tiba pada kalimat di atas tidak tepat digunakan sebagai kata depan. Kata depan yang tepat digunakan adalah sesampainya, karena penggunaannya sebagai kata depan untuk mengawali dalam kalimat. Jika kata depan tidak digunakan adalah sesampainyadi sana terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.

27.4.6 Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di sekolah singgasana.

Kata kualunkan pada kalimat resebut di atas merupakan kata depan yang kurang tepat digunakan. Kata depan yang tepat di gunakan adalah kulangkahkan. Kata sekolah pada kalimat tersebut seharusnya di hilangkan karena tidak tepat penggunaannya sehingga menjadi kulangkahkan kaki menuju istana ilmu dan akupun duduk di singgsana.

31.4.7 Dan kamipun menaiki bus untuk pulang.

Kata dan pada kalimat 31.4.7 tidak dapat di gunakan sebagai kata penghubung untuk menandai kelanjutan makn.Kata dan yang tepat digunakan adalah kemudian, karena penggunaanya sebagai kata penghubung untuk menandai yang kelanjutannya. Sehingga menjadi kemudian kaipun menaiki bus untuk pulang.

f. Penggunaan Kata Indria

6.6.1 Di dalam daput terdengar suara teriakan ibu yang beberapa kali memanggil namaku, akupun langsung menghampiri.

Kata teriakan pada kalimat 6.6.1 merupakan kata yang termasuk diksi indria pendengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat menangkap atau menerima tanggapan yang berupa suara atau bunyi keras. Kata di atas berarti berbicara keras, berteriak sehingga suaranya keras kedengaran. Tetapai dalam penggunaannya sering kali terjadi bahwa hubungan antara satu indria dengan yang lainnya sangat rapat, sehingga kata yang sebenarnya hanya di kenakan pada satu indria biasa digunakan oleh indria yang lain yang disebut juga gejala sinestisia 11.5.2 Rasa singkong ini enak sekali dan baru pertama kali ini aku mencoba makan singkong bakar.

Kata enak sekali pada kalimat 11.5.2 merupakan kata yang termasuk indria perasa yang dterima oleh indria lidah yang dapat merasakan atau menerima rasa yang berupa nikmat atau lejat sekali. Pada data di atas berarti rasa singkong tersebut rasanya nikmat sekali.

16.6.3. Awalnya keadaan di kamar menyenangkan, tapi setelah adik dan keponakan laki-laki masuk ke dalam kamar keadaan menjadi ramai dan rusuh, kakak sepupuku mengusir adik dan keponakan tapi mereka tidak mau keluar. Kata ramai dan rusuh pada kalimat 10.3 merupakan kata termasuk diksi indria pedengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat menangkap atau menerima tanggapan tidak sunyi. Pada kata diatas berarti suasana yang begitu berisik sehingga suaranya dapat memecahkan telinga.

21.5.6 Tiba-tiba terdengar suara sengau memecah suara kesunyian.

Kata sengau pada kalimat 21.5.6 merupakan termasuk kata indria pendengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat mensngkap atau menerima tanggapan yang berupa suara melalui hidung. Sengau pada kata diatas berarti berbicara agak serak kurang jelas terdengar.

20.5.5 Apalagi kalau bukan ke sekolah suhu udara sangat dingin dengan rasa tegang aku menumpahkan segayung air ke tubuhku.

Kata sangat dingin pada kalimat diatas merupakan tanggapan yang harus di terima oleh indria peraba, karena dapat ditangani oleh indria kulit. Sangat dingin pada kalimat diatas berarti terlebih-lebih dingin. Sangat dingin sehingga suhu udara tidak panas. Tetapi dalam penggunaannya sering kali terjadi bahwa hubungan antara satu indria dengan yang lainya sangat rapat. Sehingga kata yang sebenarnya hanya di kenakan pada satu indria yang lain.

Dokumen terkait