• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul ‘Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul ‘Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Menulis Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

SATONO

NIM 1811013000021

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Satono NIM 1811013000021: Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait dengan penggunaan diksi dalam karangan narasi dan selanjutnya akan di jadikan sebagai sumber belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data dengan teknik dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan penggunaan diksi dengan sepuluh persyaratan ketepatan penggunaan diksi dengan menggunakan teknik persentase.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka diperoleh 37 data dari tujuh karangan narasi siswa. Dari sepuluh jenis persyaratan ketepatan diksi yang dianalisis maka diperoleh hasil ketidaktepatan penggunaan diksi sebagai berikut: penggunaan kata umum dan khusus 20%, penggunaan kata konotatif dan denotatif 20%, penggunaan kata yang hampir bersinonim 20%, penggunaan kata idiom 8,6%, kelangsungan pilihan kata 17,1%, dan penggunaan kata indria 14%.

Dari hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan peneliti secara mendalam, dari penggunaan bahasa yang digunakan cukup ringan dan kesalahan yang ditemukan sebagian besar sudah tepat digunakan.

Kunci:Diksi, Karangan Narasi

(6)

ii

grade Students of MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Education Majors Indonesia Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Negeri Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2014.

This study aimed to obtain the data and describel the findings related to the use of diction in the analysis of dictioan and will serve as a source of student leaning. The method used is qualitatif method. The method used is the data collection tecniques refer to the note. The research was done by describing the use of diction in particular the use of dction accurary with ten diction accurary requirements and the end result would be obtained by using percentages.

Based on the study conducted by researchers, the obtained data 37 from seven columns headline used. Of the ten types of requirements are analyzed diction accurary oollow: use common word special 20%, the use of the word connotative and denotatve 20%, the use of the word is almost synonymous 20%, 8,6% use of the word idiom contynuity 17,1% word choice, and the use of word senses 14%.

From the results obtained based on in-depth observations of researchers, from the use of language used is quite mild and most of the errors found are appropriately used.

(7)

iii

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas karunia dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad Saw, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa seluruh umat manusia dari kegelapan menuju keselamatan.

Penyusunan skripsi saya buat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dengan skripsi yang berjudul Penggunaan Diksi

dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

Selama penulisan ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dilalami, namun berkat doa, kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

1. Nurlena Rifa’i, M.A. Ph. D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hindun, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

3. Makyun Subuki, M. Hum. Dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membantu saya dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan selama XII putaran.

5. Terima kasih yang tak terhingga saya haturkan kepada rekan kerja yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material.

(8)

iv

Terima kasih saya ucapkan bagi nama-nama yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Ungkapan kata memang tak pernah cukup untuk membalas kebaikan kalian. Semoga Allah selalu melimpahkan dan membalas kebaikan yang berlipat ganda yang pernah kalian berikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia

pendidikan.

Jazakumullah khairal jaza’

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tangerang, 29 November 2014

(9)

v

Lembar Pengesahan

Lembar Pernyataan Karya Sendiri

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan ... 4

F. Manfaat ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Menulis ... B. Karangan Narasi ... 9

C. Diksi (Pilihah kata) ... 15

D. Penelitian yang Relevan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Peneliti...29

B. Data dan Sumber Data ... 30

C. Subjek Penelitian...30

(10)

vi

G. Langkah Analisis Data ... 32

BAB IV DESKRIFSI HASIL PENELITIAN

A. Analisis Penggunaan Diksi ... 33

B. Interpretasi Hasil Analisis ... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam kehidupan sehari-hari bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di arahkan agar siswa terampil berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi

memiliki dua cara yaitu berkomunikasi secara langsung dan tidak langsung. Berkomunikasi secara langsung merupakan proses dari kegiatan berbicara dan menyimak, sedangkan secara tidak langsung merupakan proses dari kegiatan membaca dan menulis. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.1

Keterampilan berbahasa dalam kurikulum sekolah mencakup empat keterampilan menyimak, berbicaca, membaca, dan menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang di gunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Kemampuan menulis di gunakan untuk sebuah karangan yang menceritakan sesuatu. Adapun macam-macam karangan yaitu, karangan narasi, argumentasi, deskripsi dan eksposisi. Dalam menulis karangan, penulis menuangkan ide pokok pikirannya, selain itu penulis harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, misalnya pada penggunaan diksi atau pilihan kata agar pembaca mengerti apa yang penulis sampaikan.

Pemilihan kata lebih luas dari pada sekadar jalinan kata-kata. Pemilihan kata bukan saja digunakan untuk kata-kata mana yang perlu digunakan dalam mengungkapkan suatu ide atau gagasan, melainkan juga meliputi persoalan gaya bahasa dan ungkapan dalam kalimat. Yang paling penting dalam rangkaian

kata-kata tadi adalah pengertian yang tersirat dibalik kata-kata yang digunakan itu.2

1 Gorys Keraf, Komposi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Penerbit Nusa Indah, 2004), h. 4.

2 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Penerbit PT. Gramedia , Jakarta, 1984), h. 21.

(12)

Persoalan pilihan kata bukan persolan yang sederhana. Persoalan pilihan kata menyangkut persoalan yang bersifat dinamis, inovatif dan kreatif sejalan dengan perkembangan masyarakat penuturnya, seperti seorang anak yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan ini anak akan mencari dan menemukan bentuk-bentuk yang sesuai dengan kemampuannya. Memilih kata yang mampu mengemban fungsi sebagaimana mestinya tidaklah mudah. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun

tulisan.3

Penulis yang belum berpengalaman sangat sulit untuk mengungkapkan ide atau gagasan dan biasanya sangat miskin variasi bahasanya. Akan tetapi, ada pula penulis yang sangat boros atau tidak efektif menggunakan pembedaharaan kata, sehingga tidak ada isi yang terdapat dibalik kata-katanya. Kata-kata atau istilah dapat digunakan penulis menyapa pesan makna yang terselubung atau simbolis, sehingga jika dipahami memerlukan interpretasi dan renungan yang dalam. Dengan demikian kata tidak hanya sekedar mengemban nilai-nilai indah (estetis) melainkan juga nilai-nilai filosofis maupun pedagogis.

Berdasarkan pendapat tersebut, disimpulkan bahwa masalah diksi menyangkut masalah kebebasan penulis untuk memilih kata istilah sesui dengan makna yang tepat, baik makna leksikal, grametikal, denotasi, konotasi, masalah sinonim, antonim maupun berbagai variasi majas. Hal ini benar-benar tergantung pada kreatifitas menulis atau mengarang.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, masih banyak siswa yang melakukan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa tidak hanya terdapat pada tuturan tetapi juga terdapat pada bahasa terdapat pada bahasa tertulis. Bahasa tertulis terikat pada aturan-aturan kebahasaan. Seperti ejaan, sistematika, dan

teknik-teknik penulisan. Salah satu ketidaktepatan tertulis yang dilakukan siswa adalah diksi pada karangan narasi siswa MTs Fathul Ibaad. Ruang lingkup diksi yang terbesar pada diksi, kemampuan menyusun kaimat efektif, kemampuan menyusun

(13)

paragraf. Selain itu di angkatnya permasalahan ini karena dari beberapa penelitian yang pernah di lakukan menunjukan bahwa pemahaman dan penguasaan srtuktur bahasa khususnya pemilihan kata (diksi), penggunaan kalimat efektif pada kalimat dan penyusunan paragraf dalam bahasa tulis yang di miliki siswa rata-rata belum benar.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang perlu diteliti adalah penggunaan diksi yang meliputi; unsur kata, bentuk kata, kata tugas (kata depan, atau preposisi, konjungsi atau kata penghubung, interjeksi atau kata seru,

artikel atau kata sandang, partikel atau kata penegas. Penggunaan kalimat efektif dan penyusunan paragraf pada karangan narasi siswa. Penyimpangan diksi yang dilakukan siswa terjadi akibat kekurang pahaman siswa terhadap kaidah tata bahasa yang digunakan atau mungkin faktor lain seperti kekhilafan atau kecorobohan yang dilakukan siswa. Selain itu, diambilnya permasalahan ini karena dari beberapa penelitian yang di lakukan menunjukan bahwa pemahaman dan penguasaan serta kemampuan menggunakan struktur bahasa dan bahasa tulis yang dimiliki siswa masih rendah. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukanya banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya.4 Berdasarkan alasan-alasan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang diksi pada karangan karangan narasi siswa kelas VIII. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah analisis diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan ,Tangrang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, persoalan utama yang masih mungkin untuk di ketahui dalam penulisan diksi dalam karangan narasi siswa

kelas VIII MTs Fathul’Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang sebagai berikut: 1. Kemampuan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII

MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

(14)

2. Kemampuan menyusun kalimat efektif dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang

3. Kemampuan menyusun paragraf dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

C. Batasan Masalah

Permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi di atas merupakan hal-hal yang sangat penting untuk di teliti karena merupakan masalah-masalah yang

sering di hadapi oleh penulis. Berkenaan dengan hal tersebut, maka peneliti memfokuskan penelitian sebagai berikut:

“ Kemampuan Peningkatan Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimanakah penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang?

E. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeteksi, dan mendeskrifsikan bentuk-bentuk pemakaian diksi dalam karangan narasi yang di lakukan oleh siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang adalah:

1. Mendeskrifsikan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

F. Manfaat

(15)

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan pengetahuan dalam bidang bidang kebahasaan yaitu menulis karangan dengan memperhatikan unsur-unsur fungsional kalimat yaitu kemampuan penggunaan diksi yang dilakukan siswa. Selain itu untuk merangsang di adakannya penelitian yang mendalam berupa penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi

(16)

6

A. Menulis

1. Definisi Menulis

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk komunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur serta pendidikan yang berprogram.1

Kaidah karang-mengarang adalah aturan dalam tulis menulis seperti ketepatan dan kesesuaian pilihan dalam pemilihan kata-kata untuk suatu karangan. Ketepatan dan kesesuaian itu mencakup ejaan dan diksi yang sudah diterima sesuai dengan keadaan pendengar/pembacanya.2

Jadi, keterampilan menulis adalah kecakapan dalam kemampuan untuk menyelesaikan tugas menulis. Keterampilan menulis ialah suatu kepandaian seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang disampaikan

melalui bahasa tulis, yang realisasinya berupa simbol grafis sehingga orang lain yaitu membaca, maupun memahami pesan yang terkandung di dalamnya.

Agar bisa terampil dalam menulis, seorang penulis harus menguasai aspek-aspek kebutuhan khususnya aspek-aspek bahasa tulis harus memperhatikan norma- norma yang berlaku dalam bahasa baku. Demi kejelasan makna, susunan kalimat menjadi panjang. Sifatnya terikat, terutama alat tata bahasa dan diksi dengan tidak menimbulkan keraguan dalam memahami isi dan menarik kesimpulan. Bahwa keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya. Pilihan kata-kata yang

1 Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Penerbit Angkasa Bandung: 2008), h. 9.

(17)

tepat, konkret dan khas akan jauh lebih menarik dari pada kata-kata yang hebat dan megah tetapi membingungkan.3

Terampil dalam menggunakan bahasa merupakan tujuan terpenting dalam kegiatan baku. Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Tulisan yang baik akan menggairahkan para pembacanya. Pembaca yang baik selalu merindukan tulisan yang bermutu.4 Oleh karena itu siswa dituntut agar bisa menulis karangan.

2. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Menulis

Fungsi utama karangan yaitu sebagai sarana komunikasi secara tidak langsung. Bagi seorang siswa, kegiatan mengarang berfungsi sarana untruk berfikair. Dengan mengarang siswa dapat mengungkapkan gagasan, ide dan perasaannya kepada orang lain sehingga kemampuan berpikirnyapun berkembang. Chaer mengemukaan analisis bawahan langsung, sering disebut juga analisis

unsur langsung atau analisis bawahan terdekat, adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur unsur atau kontituen-kontituen yang membangun suatu satuan bahasa entah satuan kata, frase, klausa maupun satuan kalimat.1

Secara luas dapat dikatakan bahwa “komunikasi” adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewktu-waktu bila manusia atau binatang binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain.2 Mengarang sangat penting karena sebagai sarana untuk memunculkan sesuatu, memunculkan ide baru, melatih mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimiliki, melatih sikap obyektif yang ada pada diri seseorang, membantu untuk menyerap dan memproses informasi, memungkinkan seseorang untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, dan memungkinkan diri untuk menjadi aktif dan tidak hanya sebagai penerima informsi.

3 Keraf, Op.cit., h. 144. 4 Tarigan, Op.cit., h. 8.

(18)

Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, juga dapat menolong kita berpikir secara kritis.3 Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hububgan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat di ketahui bahwa manfaat dan keuntungan yang bisa di dapat dalam kegiatan mengarang sangatlah banyak.

Kegiatan mengarang perlu dilatih secara terus menerus agar seseorang lancar dan benar dalam membuat karangan. Oleh karena itu, mengembangkan latihan mengarang merupakan pengalaman produktif yang berharga bagi siswa.

B. Karangan Narasi

Narasi adalah rangkaian paragraf yang berupa kisah tentang seseorang atau kisah tentang sesuatu.4 Narasi adalah cerita yang didasari pada urutan suatu cerita

(serangkaian tokoh), yang berdasarkan alur.5

Karangan narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi . Dari dua pengertian yang diungkapkan oleh Atarsemi dan Keraf. Dapat kita ketahui bahwa narasi berusaha menjawab sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia dan dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

Narasi artinya cerita. Dengan cerita, penulis mengajak pembaca untuk sama-sama menikmati apa yang diceritakan tersebut.6 Dari pendapat-pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa hal yang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut

3 Tarigan, Op.cit,. h. 20.

4 Dadan Suwarna, Cerdas Berbahasa Indonnesia, (Jelajah Nusa 2012), h.78. 5 Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, (Pustaka Jaya 1980 ), h. 96

(19)

meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.

1. Ciri-Ciri Karang Narasi

Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan sebagai berikut:

a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.

b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.

c. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.

d. Memiliki nilai estetika.

e. Menekankan susunan secara kronologis.

Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.

Di dalam sebuah narasi bisa terdapat alur saja, bisa pula lebih. Bisa pula terdapat sebuah alur utama dan beberapa buah alur tambahan, atau sub-plot.7

2. Jenis-jenis Karangan Narasi

a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)

Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas

pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh

(20)

eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.

b. Narasi Sugestif

Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.

Karangan digolongkan menjadi lima jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi,

argumentasi, dan persuasi. Narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa secara kronologis. Dalam narasi berisikan deskripsi tempat, waktu, dan manusia serta tindakannya; tetapi titik berat diletakkan pada tindakan dalam penyajian ceritanya. Deskripsi adalah jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal.

Eksposisi adalah karangan yang berisi kupasan, uraian, dan paparan sesuatu untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya.

Argumentasi adalah karangan yang berisi argumen disertai contoh dan bukti yang meyakinkan pembaca dalam menerima atau mengambil suatu doktrin atau sikap tertentu.

Persuasi adalah karangan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi pembaca/mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya.

3. Tujuan Menulis Karangan Narasi

(21)

4. Langkah-Langkah Menulis Karangan Narasi

Sebenarnya dengan mengetahui definisi, unsur dan ciri-ciri tulisan narasi seorang penulis dapat dengan mudah menulis sebuah karangan narasi. Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaan, yang direka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja.8 Namun untuk belajar, penulis pemula dapat mencoba mengikuti beberapa langkah membuat karangan narasi berikut ini:

a. Merumuskan tema yang jelas (fiksi nonfiksi) b. Menentukan sasaran pembaca (fiksi nonfiksi)

c. Menentukan ide atau pemikiran yang akan disampaikan (fiksi nonfiksi). d. Membuat daftar topik sesuai dengan tema, hal ini diperlukan agar penulis

mempunyai batasan dalam penulisannya. Tulisanya tidak dapat terlalu luas namun juga tidak terlalu sempit (fiksi nonfiksi).

e. Merancang peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur (fiksi).

f. Membuat rincian peristiwa-peristiwa kecil sebagai pendukung cerita (fiksi).

g. Menyusun tokoh-tokoh, watak tokoh, latar, dan sudut pandang (fiksi). h. Membuat kerangka karangan ( fiksi dan nonfiksi).

i. Menyunting karangan (fiksi nonfiksi).

Ingat bahwa sebuah karangan tidak bisa langsung jadi, penulis perlu dan harus selalu membaca ulang tulisannya setelah selesai menulis serta jangan lupa memberikan waktu jeda latihan melakukan editing pada tulisannya. Setelah semua sudah benar, buat secara reduksi, alur cerita, penokohan, dan peristiwa yang ada dalam karangan, baru penulis dapat menyelesaikan tulisannya.

C. Diksi (Pilihan Kata)

1. Pengertian Diksi

Diksi merupakan pilihan kata atau kalimat yang tepat dan sesuai dengan sesuatu yang diungkapkan atau diceritakan.9 “Zaenal Arifin dan Amran Tasai

8 Ibid., h. 96.

(22)

mengatakan bahwa diksi merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.10 Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan.

Keraf mengemukakan bahwa pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu.11 Istilah itu bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraselogi, gaya bahasa dan

ungkapan.12

Di dalam bahasa manapun semua konsep dinyatakan dengan kata-kata atau rangkaian kata. Kita dapat menguasai bahasa hanya jika menguasai sejumlah kata. Meskipun demikian menguasai kata-kata saja belum berarti menguasai bahasa.13

Pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh hubungan kata-kata itu.14 Istilah itu bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraselogi, gaya bahasa, dan ungkapan.15 Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi berhubungan dengan ungkapan-ungkapan yang individual dan memiliki nilai artistik tinggi.

“Menurut Keraf berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan ketepatan kata dan kesesuaian kata dalam posisi tertentu dalam sebuah kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan pilihan kata yang digunakan dalam berbagai tingkatan masyarakat.”16

Oleh karena itu, sebuah kesalahan besar jika diksi atau persoalan pemilihan kata dianggap persoalan sederhana, yang tidak perlu dipelajari dan dibicarakan dengan alasan karena kesalahan tersebut merupakan kejadian wajar yang terjadi pada manusia sewaktu-waktu.

Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia ,(Penerbit Erlangga FPBSI IKIP Jakarta 1988), h. 82. 14 Keraf, op.cit., h. 22.

(23)

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berjumpa dengan seorang yang mengalami kesulitan menyampaikan maksudnya karena kurangnya perbendaharaan kata. Namun tidak sedikit pula kita menemukan orang yang menggunakan pemborosan kata dan variasi bahasa bahkan mengobral kosa kata yang dimilikinya. Akan tetapi, dibalik kalimat yang tersirat itu tidak memiliki arti. Agar tidak terbawa dalam dua golongan orang tersebut, masyarakat harus menyadari pentingnya arti penggunaan dan pemilihan kata untuk menyampaikan informasi.

Kata yang tepat dapat membantu seseorang untuk mengungkapkan sebuah maksud, baik secara lisan maupun tulisan. “ Zaenal mengatakan pilihan kata yang tepat untuk untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lepas dari kamus yang berisi kosa kata yang dapat memberikan ketepatan dalam pemakaian kata-kata dan dalam hal ini makna kata-kata yang tepatlah yang diperlukan.”17

Oleh karena itu, pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu merupakan satu unsur yang penting, baik dalam dunia kepenulisan maupun untuk digunakan dalam tutur sehari-hari.

Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan kata, melainkan juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat diterima dan tidak merusak suasana yang ada. “Keraf mengatakan bahwa masyarakat yang diikat oleh berbagai norma, menghendaki pula agar setiap kata yang digunakan harus cocok dan serasi dengan norma dan sesuai dengan situasi masyarakat yang dihadapi.”18 Sebuah kata yang tepat sekalipun dalam penyampaian pesan tertentu dapat diterima maksudnya oleh para pendengar atau pembaca. Oleh karena penggunaan dan pemakaian diksi tidak hanya mementingkan persoalan ketepatan melainkan juga kesesuaian.

Dengan uraian singkat di atas, Keraf membagi tiga kesimpulan utama

mengenai diksi:

Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana mengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya

(24)

mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.19

2. Jenis Diksi

a. Ketepatan Diksi

Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok, ketepatan pilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau garang yang akan diamanatkan, dan kesesuian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tadi.20 Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan oleh penulis.

b. Persyaratan Ketepatan Diksi

Menurut keraf, keteptan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh penulis dan pembicara.21 Oleh sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyambut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang.

Setiap kalimat yang baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan yang lain yang tidak ada hubungan, atau meggabungkan sama sekali. Bila dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran itu.22

19 Ibid., h. 24. 20 Ibid., h. 87.

21 Keraf., Op.cit., h. 87.

(25)

Berikut merupakan persyaratan ketepatan diksi yang dikemukakan oleh keraf untuk diperhatikan oleh setiap orang agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata, yaitu:

1. Pemakaian Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplesit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara obyektif. Sering juga makna denotatif disebut juga makna konseptual.23 Makna denotataif disebut juga dengan

beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna refrensial, atau makna proposisional. Abdul chaer mengemukakan bahwa makna denotasi adalah makna asli, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.24

Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan bercenderungan untuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan utamanya; ia tidak menginginkan interpretasi itu dengan memilih kata-kata yang konotatif.25

Makna konotataif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kreteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit, maksudnya adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan dikenakan pada sebuah makna konseptual.26

2. Pemakaian Kata Bersinonim dan Berhomofon

Kata yang bersinonin berarti kata yang sejenis, sepadan, sejajar, serumpun

dan memiliki arti yang sama. “keraf mengatakan bahwa dalam ilmu bahasa yang

murni, sebenarnya tidak diakui adanya sinonim-sinonim, tiap kata mempunyai

23 Zaenal Arifin dan Amran Tasai,Op.cit., h. 28.

24 Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h. 292. 25 Keraf, Op.cit., h. 28.

(26)

makna atau nuansa makna yang berlainan, walaupun ada ketumpang-tindihan antara kata yang satu dengan kata yang lain.27 Zaenal dan Amran Tasai pun mengemukakan bahwa sinonim kata tidak mutlak, tetapi hanya ada kesamaan atau kemiripan kata. Dalam pemakaianya bentuk kata sinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi akan terwujud.28

Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus hati-hati dalam memilih kata-kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkan

sehingga tidak menimbulkan intepretasi yang tidak diinginkan. 3. Pemakaian Kata Umum Kata Khusus

Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya.29 Semakin luas rung lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin umum umum sifatnya, sedangkan semakin sempit ruang lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin khusus sifatnya. Dengan kata lain, kata umum memberikan gambaran yang kurang jelas dan tepat, sedangkan kata umum memberikan gambaran yang jelas dan tepat. Oleh karena itu untuk mengefektifkan penuturan yang lebih tepat dipakai kata khusus dibandingkan kata umum.

Pada umumnya, kata khusus digunakan untuk mencapai ketepatan pengertian yang lebih baik dibandingkan dengan pemakaian kata umum. Kata umum dan kata khusus harus dibedakan dengan kata denotatif dan konotatif. Kata konotatif dibedakan berdasarkan maknanya, apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata, sedangkan untuk kata umum khusus dibedakan pada luas tidaknya cakupan makna kata yang dikandungnya.30

Kata umum disebut juga sebagai subordinat dan kata khusus disebut dengan kata hiponim.31 Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari kata Hiu atau

Mujair. Ikan tidak hanya terdiri dari Hiu atau pun Mujair, akan tetapi ikan masih

27 Ibid.,h. 34.

28 Zaenal Arifin dan Amran Tasai.,op.cit, h.32. 29 Ibid., h. 89.

30 Ibid., h. 87.

(27)

memiliki beberapa jenis yang beragam seperti ikan Gabus, ikan Lele, ikan Koki, dan ikan Gabus merupaka jenis dari ikan. Dalam hal ini, dapat dilihat dengan jelas bahwa kata yang acuannya lebih khusus atau lebih setuju langsung pada objek seperti Hiu disebut kata khusus.

Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah maka semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai oleh si penulis dan pembaca. Sebaliknya semakin umum sebuah istilah, maka semakin jauh pula titik pertemuan antara si penulis dengan pembaca.32

4. Kata Abstrak dan Konkret

Menurut Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad “beberapa literatur kebahasaan telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata abstrak adalah kata yang mempunyai refren berupa konsep, sedangkan kata konkret adalah kata yang mempunyai refren berupa objek yang dapat diamati.33 Dengan kata lain kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret. Oleh karena itu, kata abstrak biasanya lebih sulit untuk dipahami dari kata konkret. Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, sedangkan kata yang sulit untuk diserap pancaindra disebut kata abstrak.

Dalam hal menulis, kata-kata yang digunakan sangat bergantung pada jenis penulisan dan tujuan penulisan. Bila sebuah tulisan yang akan dideskrifsikan adalah suatu fakta maka yang lebih banyak digunakan adalah kata-kata konkret. Akan tetapi jika yang digunakan adalah klasifikasi, maka yang banyak digunakan adalah kata-kata abstrak.

5. Pemakaian Kata dan Istilah Asing

Dalam tata cara dan kehidupan ilmiah sering kali ada kata-kata asing yang disisipkan saja di tengah-tengah kalimat yang mempergunakan bahasa lain. Dalam teks bahasa Indonesia, dapat saja muncul kata-kata atau frase asing seolah-olah

kata asing itu berada dalam lingkungan yang asing itu.34

32 Ibid., h. 90.

(28)

Penggunaan kata dalam lingkup masyarakat umum sedapat mungkin menghindari kata atau istilah asing agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima oleh pembaca atau lawan bicara.

“Sabarti Akhadiah, Maidar G.Arsjad dan Sakura H. Ridwan mengemukakan dalam proses perkembangan bahasa mana pun selalu terjadi “peminjaman” dan penyerapan unsur-unsur bahasa asing. Hal ini terjadi akibat adanya hubungan antarbangsa dan kemajuan teknologi, terutama dibidang transportasi dan komunikasi.”35

Yang dimaksud dengan kata asing di sini ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa Indonesia. Contohnya, kata-kata seperti optin dan stem. Sedangkan kata-kata atau unsur-unsur serapan adalah unsur-unsur bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud/struktur bahasa Indonesia. Kata-kata semacam ini dalam proses morfologi diperlukan sebagai kata asli. Banyak di antara kata-kata serapan ini yang sudah tidak serasa lagi keasingannya. Kata-kata seperti pelopor, dongkrak, sakelar, dan sebagainya.

Kata-kata yang ditulis miring pada kutipan di atas merupakan contoh unsur serapan. Sebagian sudah tidak terasa keasingannya dan sudah menjadi pembendaharaan kata populer.

6. Kelangsungan Pilihan Kata

Suatu cara untuk menjaga ketepatan pilihan kata adalah kelangsungan. Kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis. Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat diungkapkan secara singkat, atau mempergunakan kata-kata yang kabur yang bisa

menimbulkna ambiguitas (makna ganda)

c. Kesesuaian Diksi

Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tersebut, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tanbahan berupa perbedaan tata bahasa, pola kalimat, panjang atau

(29)

kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.

1. Syarat-syarat Kesesuaian Pilihan Kata

Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut;

1. Hindari sejauh mungkin bahasa atau substandar dalam situasi yang formal. 2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi

yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata populer.

3. Hindari jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.

4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.

5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan. 6. Hindari ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati). 7. Jauhkan kaa-kata atau bahasa yang artifisial.36

Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini; 1. Bahasa standar dan substandar

Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapt dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya.

Bahasa nonstandar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak dipakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum

pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa nonstandar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar.

Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa nonstandar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.

(30)

2. Pemakaian Kata Ilmiah/Kajian.

Sebagian besar kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata umum yang dipakai oleh lapisan masyarakat, baik dari kaum terpelajar maupun kaum rakyat biasa, dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Kata-kata inilah yang menjadi tulang punggung masyarakat dalam menggunakan bahasa sehari-hari.

Kata-kata ini disebut dengan kata populer karena dipakai oleh semua lapisan masyarakat. Kata-kata yang hanya dipahami oleh sebagian kaum terpelajar atau kalangan atas terutama dalam tulisan ilmiah dan susah dipahami oleh masyarakat

biasa, maka kata-kata ini disebut dengan kata-kata ilmiah atau kajian.37

Dengan demikian, penulis harus memahami objek sasarannya. Jika objek sasarannya masyarakat terpelajar, penulis dapat menggunakan kata-kata kajian atau ilmiah. Jika objek sasarannya masyarakat umum, kata-kata yang digunakan harus menghindari kata-kata kajian agar dapat dipahami oleh masyarakat umum. Umumnya kata-kata ilmiah atau kata khusus dipergunakan oleh kaum terpelajar berasal dari bahasa asing. Pada pertamanya digunakan dalam bahasa Indonesia maupun adaptasi umnya ciri-ciri asingnya masih tetap dipertahankan. Akan tetapi jika disesuaikan mengikuti struktur bahasa Indonesia asli maka tidak akan terasa lagi ciri bahasa asingnya. “Keraf mengatakan bahwa proses penyesuaian tersebut dikenal sebagai proses adaptasi, baik yang berupa adaptasi morfologi maupun adaptasi Fonologis.38

Perbedaan antara kedua jenis kelompok ini dapat dibambarkan secara sederhana dengan membandingkan pasangan kata-kata sebagai berikut:

Populer Kajian

batu batuan

penduduk populasi

besar makro

banyak tuntutan canggih

isi volume

bisul abses

(31)

bunyi fonem

hasil produk, prestasi, keluaran perbedaan kelainan

cara metode

sejajar kesejajaran

bagian unsur, komponen, suku cadang berarti signifikan

tahap stadium

arang karbon

berarti bermakna

sah sahih

dapat dipercaya terandalkan.39

Dengan demikian kata-kata ilmiah dan kata-kata populer, setiap pengarang atau penulis ingin menulis sebuah topik tertentu harus menetapkan dengan benar siapakah yang akan menjadi sasaran tulisannya itu. Bila sasarannya itu sebuah kelompok yang terikat oleh sebuah bidang ilmu, ia dapat mempergunakan kata-kata ilmiah/kajian, tetapi bila sasarannya masyarakat biasa maka kata-kata-kata-kata dipergunakan kata-kata populer. Jika penulis atau pengarang tidak mempergunakan hal ini maka komunikasi akan terganggu dan tidak tepat sasaran.

3. Idiom

Idiom adalah pola srtuktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis. Dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya; seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar, dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti:

makan garam, makan hati, dan sebagainya.

(32)

D. Penelitian yang Relevan

Setelah dilakukan peninjauan, banyak karya tulis yang membahas diksi, seperti skripsi karya Maidatussalamiyah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syrif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskrifsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN 12 Jakarta Barat Tahun

Pelajaran 2011/2012.”40

Maidatussalamiyah melakukan penelitian mengenai kesalahan diksi yang terdapat dalam karangan siswa berdasarkan pada kesalahan diksi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa kesalahan yang banyak

dilakukan dalam paragraf yang ditulis siswa adalah kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan kata ciptaan sendiri dan kesalahan penggunaan kata-kata tidak baku yang dapat mempengaruhi pembaca.

Selain itu, skripsi karya Novitasari Rahayu mahasiswi Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta, dengan skripsi yang berjudul “Analisis Diksi Pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat Al-Qarib.”41 Novitasari melakukan penelitian pada tahun 2009, dalam penelitian tersebut, Novitasari ingin mengetahui ketepatan penerjemah memilih diksi yang sesuai dengan bahasa sumbernya. Hasil yang didapat oleh peneliti pada skripsi Novitasari adalah diksi yang digunakan oleh penerjemah belum umum digunakan oleh masyakat umum, sebagian diksi yang dipergunakn adalah penerjemahannya masih menggunakan bahasa sumbernya.

Selanjutnya, mahasiswi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Elida Oktapiani Choir yang meneliti diksi pada skripsinya berjudul “Penerapan Diksi pada Paragraf Narasi Siswa Kelas X SMA Al-Hasra Sawangan Depok.”42 Elida melakukan penelitian pada tahun 2011, Elida melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan diksi pada paragraf narasi. Hasil yang diperoleh Elida pada skripsinya adalah masih banyak siswa yang

belum tepat dalam menggunakan diksi untuk menulis paragraf narasi, Elida

40 Maidatussalamiyah, “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskrifsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012,” (Jakarta: 2012)

41 Novitasari Rahayu, “Analisis Diksi pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat

Al-Qarib,”(Jakarta: 2009)

(33)

menggunakan hasil persentase untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penerapan diksi.

Selanjutnya, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Siti Kartini mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia melakukan penjelitian tentang Analisis Penggunaan Diksi Pada Berita Utama Tangsel Pos Sebagai Sumber Belajar Untuk Tingkat SMP. Hasil yang diperoleh Siti Kartini pada skripsinya adalah “Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar Siswa Tingkat SMP.43

Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidaklah sama dengan apa yang akan dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penulis lebih memfokuskan penelitian ini dan menekankan penggunaan diksi pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang, dan ingin mengetahui apakah masih terdapat penggunaan diksi serta mejadikan penelitian ini sebagai sumber belajar siswa.

(34)

24

A. Desain Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskripsi kualitatif, sementara teknik yang digunakan adalah teknik studi dokumen. Teknik studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada objek peneliti.1 Data tersebut digunakan untuk mengumpulkan kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi dengan menganalisis penggunaan ketepatan diksi.

Istilah desain sebenarnya adalah suatu proses perencanaan yang berkesinambungan dari suatu reduksi-reduksi tentang ketidak pastian yang diikuti oleh ketidak pastian yang diikuti oleh ketidak pastian baru, dan kemudian diikuti lagi oleh reduksi-reduksi lain yang lebih tidak pasti, sampai akhir nya memunculkan kepastian yang diharapkan.2

Mc Millan & Schumacher berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian. Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti

akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan dan pemikirannya.3

Sugiono mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil kontruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.4 Jadi, menurut Sugiono dalam metode ini sifatnya tidak tetap dan akan berubah sewaktu-waktu.

1 WWW. Studi Dokumen. Com.

2 Mukhtar, Metode Penelitian Deskriptif Kualitataif, (Referensi,GP Press Group: 2013), h. 39. 3 Syamsuddin, Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung; ROSDA, 2011), h. 73.

(35)

Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bahkan sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kualitataif. Namun demikian kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari provokator, atau mengurai masalah, atau memahami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu minggu, dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan selesai, sehingga tidak memerlukan waktu lama. Penelitian kualitatif lebih banyak

mementingkan segi proses daripada hasil.5

Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitaif karena dalam penelitian ini penulis menganalisis diksi dalam karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Bentuk penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan diksi dalam karangan narasi siswa sebagai sumber belajar bahasa Indonesia . Oleh karena itu, penggunaan metode deskriptif kualitatif ini sesuai untuk mengkaji dan menganalisis data secara obyektif derdasarkan fakta nyata yang ditemukan kemudian memaparkan secara deskriptif, dengan cara menganalisis diksi dalam karangan narasi niswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

B. Data dan Sumber Data

Data adalah seluruh informasi empiris dan dokumentatif yang diperoleh di lapangan sebagai pendukung kearah kontruksi ilmu secara ilmiah dan akademis.6 Data yang diperoleh nantinya akan diolah sehingga menjadi informasi baru yang dapat dimanfaatkan oleh pembacanya. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui analisis diksi dalam karangan siswa.

5 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 11.

(36)

Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seorang peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian, baik data primer maupun data sekunder.7

Sumber data yang digunakan penulis adalah karangan narasi siswa kelas VIII. Penulis menggunakan karangan narasi siswa karena ingin meneliti diksi yang terdapat dalam karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

C. Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad yang berjumlah 34 orang, yaitu terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan.

Alasan peneliti memilih kelas VIII adalah karena siswa di kelas tersebut teridentifikasi masalah rendahnya kemampuan menulis karangan, dan peneliti berupaya untuk mendeskripsikan kemampuan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

D. Korpus Data

Korpus data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Peneliti menggunakan teks karangan narasi siswa karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya bagian kepenulisan dapat menggunakan teks karangan siswa untuk dijadikan sumber pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menggunakan karangan narasi siswa untuk melihat penggunaan diksi dalam

karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang

apakah diksi yang digunakan sudah tepat atau masih terdapat banyak ketidaktepatan. Peneliti hanya menggunakan 7 (tujuh) teks karangan narasi siswa yang akan dianalisis dalam penelitian ini.

(37)

E. Teknik Analisis Data

Data pada penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh bisa dari hasil menulis siswa dalam bentuk karangan narasi, sehingga data dapat mudah dipahami dan hasil dari temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Analisis data kualitatif bersifat indukstif. Sugiyono mengungkapkan bahwa “data yang diperoleh dikembangkan menjadi hipotesis, jika data yang telah dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi kemudian hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut akan berkembang menjadi sebuah teori baru.”8

Menurut Bogdan dan Biklen,” Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan , dan bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain.”9

Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumen.Teknik ini adalah dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh informannya, sedangkan peneliti tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.10

Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis diksi. Dikatakan analisis diksi karena dalam penelitian ini peneliti menganalisis pemilihan kata yang tepat atau diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Oleh karena itu, penulis mengunakan teknik ini untuk meneliti penggunaan bahasa secara tertulis yakni analisis diksi dalam karangan narasai siswa. Penulis hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa terhadap seseorang yang menulis teks karangan narasi dengan mencatat penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

8 Sugiyono, Op.cit., h. 335

9 Syamsuddin, Vismaia Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Rosdakarya: 2011), h. 110.

(38)

F. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik studi dokumen, karena data yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek peneliti. Dengan menggunakan teknik studi dokumen peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data, dan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara mencatat hasil analisis kemudian akan dideskripsikan sesuai dengan hasil analisis.

G. Langkah Analisis Data

Setelah mengumpulkan data berupa teks karangan narasi, selanjutnya adalah analisis data. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis, berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak sampai menjadi teori baru.11 Data penelitian dianalisis melalui langkah-langkah sebagai berikut;

1. Peneliti mengklasifikasi bentuk-bentuk bagian ketepatan diksi pada teks karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan Tangerang.

2. Mentranskripsi data bentuk-bentuk penggunaan diksi pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad.

3. Mengidentifikasi data penelitian yang berupa teks karangan narasi siswa kelas VIII dengan cara mendeskripsikan bentuk penggunaan diksi tepatnya pada ketepatan penggunaan diksi.

4. Data kemudian dianalisis dan dideskrifsikan. Hasil dari analisis data

tersebutakan tergambar bentuk diksi yang termasuk dalam ketepatan diksi. 5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

(39)

29

A. Analisis Penggunaan Diksi 1. Diksi dalam Karangan Narasi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks karangan narasi siswa

kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Peneliti akan

menganalisis penggunaan pada karangan narasi siswa tersebut. Dari hasil analisis akan diperoleh gambaran mengenai diksi pada karangan narasi, berikut analisnya;

2. Ketepatan Diksi

a. Kata-kata yang Hampir Bersinonim

Berikut ini merupakan penggunaan kata yang hampir bersinonim

1.1.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung tali silaturahmi.

Kata membikin pada kalimat 1.1.1 mempunyai sinonim membuat. sekalipun kata-kata itu tidak memiliki makna yang persis sama, masing-masing memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaanya adalah keduanya terkait dengan

menyiapkan”. Penggunaan kata membikin tidak tepat karena kata tersebut merupakan dialek.

7.1.2 Karena tidak ada umpan, pekerja disana memberi tau saya kalau ikan di Empang itu suka makan daun jadi saya mencobanya.

Kata Di Empang pada kalimat 7.1.2 bersinonim di kolam dan di tambak. Kata Di Empang memiliki makna tempat menahan air, di kolam memiliki makna bak tempat air. Kata di tambak memiliki makna di tepi laut untuk memelihara ikan Bandeng. Masing-masing mempunyai kesamaan makna yakni “tempat

(40)

12.1.3 Si ayah lalu menuding jari ke arah burung gagak itu sambil bertanya,

”Nak apakah benda itamitu.”

Kata menuding pada kalimat 12.1.3 bersinonim menunjuk, sekalipun kata-kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama, namun kata-kata memiliki

tujuan makna yang sama yakni “memperlihatkan ke arah” Kata keduanya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa yang berbeda. Menunjuk memiliki makna memperlihatkan diri, sedangkan menuding memiliki makna memiringkan arah ke bawah. Jadi penulis menggunakan kata menuding dengan tepat.

17.1.4 Kami memang sudah biasa, setiap hari libur tiba selalu berkunjung ke rumah nenek. Tapi sayang, dua tahun terakhir setiap kami mengunjungi rumah nenek, sosok nenek tidak tanpak, nenek telah di panggil oleh Sang Maha Kuasa, Allah Swt.

Kata sosok pada kalimat 17.1.4 memiliki sinonim wujud. Sekalipun kata-kata itu tidak memiliki nuansa makna yang percis sama, namun kata-kata tersebut

memiliki tujuan makna yang sama yakni “ Wajah seseorang”. Kata keduanya

tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Sosok memiliki makna bentuk dari pada wujud atau rupa. Sedangkan kata wujud memiliki makna dapat dilihat. Penggunaan kata sosok pada kalimat tersebut sudah tepat, karena mrupakan bentuk wajah.

22.1.5 Tiba-tiba terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.

Kata gaduh pada kalimat 22.1.5 memiliki sinonim ribut. Sekalipun kata kata

tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama yakni “ huru hara”. Kedunya

tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna berbeda, gaduh memiliki makna gempar karena perkelahian. Ribut memiliki makna berisik. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang hampir sama , namun kata ribut lebih menekankan dan lebih menyakinkan bahwa benar-benar telah terjadi

ketidaknyamanan.

26.1.6 Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di sekolah singga sana.

(41)

kualunkan berarti langkah perlahan-lahan, sedangkan kulangkahkan berarti gerakan kaki menuju maju mundur. Meskipun memiliki nuansa makna yang

berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni ” mengayunkan kaki untuk

berjalan menuju tujuan.

28.1.7 Liburan kemaren paling menarik dalam hidupku adalah ketika ayah mengajak berkunjung kedesa kelahiranya.

Kata kemaren pada kalimat 28.1.7 memiliki campur kode kemarin. Kata-kita itu memiliki makna yang percis sama, masing-masing memiliki makna “ setelah

hari ini.” Penggunaan kata kemaren pada kalimat tersebut kurang tepat seharusnya kemarin karena kata tersebut merupakan dialek dari daerah betawi.

b. Umum Khusus

Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna umum khusus.

2.2.1 Beberapa hari sebelum memasuki hari raya Idul Fitri, kelusrgaku sangat sibuk menyampaikan kedatangannya dengan bermacam-macam kegiatan.

Penggunaan kata Idul Fitri pada kalimat 2.2.1 sudah tepat, karena penulis memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa idul Fitri mengacu pada objek yang khusus, yaitu hari raya umat islam, sehingga pembaca mudah mengerti yang dimaksud penulis.

8.2.2 Pada tanggal 2 Maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel Tigaraksa.

Kata Bugel Tigaraksa merupakan kata khusus yang tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. Penulis telah memberikan penjelasan yang khusus pada pembaca sehingga pembaca mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Kata Bugel Tigaraksa pada kalimat 8.2.2 sudah tepat.

13.2.3 Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan menghabiskan waktu liburnya ke kota, meninggalkan semua aktivitas kota yang padat.

(42)

sifatnya kegiatan. Namun demikian, kata aktivitas pada kalimat 13.2.3 yang digunakannpenulis telah menjelaskan bahwa aktivitas yang akan digunakan untuk kegiatan liburan ke Jakarta.

18.2.4 Ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong mengarah kehamparan air telaga.

Seperti yang dikemukakan di atas bahwa kata tatapan merupakan kata umum yang dapat membingungkan pembaca. Namun pada kalimat 18.2.4 kata tatapan kosong merupakan kata khusus yang digunakan penulis belum tepat, seharusnya tatapan mata yang kosong. Sehingga pembaca tidak keliru apa yang dimaksud penulis.

23.2.5 Suhu udara sangat dingin, dengan rasa tegang ku guyurkan segayung air ke tubuhku setelah itu berangkat ke sekolah.

Kata suhu pada kalimat 23.2.5 merupakan kata umum. Sebagai kata umum suhu dapat mencakup pada sejumlah kata yang khusus seperti yang telah dijabarkan pada kalimat tersebut yakni dapat berupa suhu ruangan, suhu badan, suhu iklim dan sebagainya. Penggunaan kata suhu pada kalimat 23.2.5 sudah tepat karena penulis sebelumnya telah menjelaskan bahwa suhu atau cuaca disekitar itu hawanya dingin, sehingga tidak menimbulkan salah paham oleh pembaca.

27.2.6 Liburan ke marin yang paling menarik dalam hidupku, bapak akan mengajak berkunjung ke desa kelahirannya.

Kata bekunjung pada kalimat 27.2.6 merupakan kata khusus. Penulis dengan rinci memberitahukan pembaca bahwa berkunjung itu mendatangi. Kata berkunjung yang digunakan pada kalimat 27.2.6 sudah tepat karena mengacu pada objek, sehingga tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca.

29.2.7 Hari demii hari aku menunggu surat balasan dari nenek, sebulan kemudian surat balasan dari nenek itu datang.

(43)

c. Denotasi dan Konotasi

Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna denotasi konotasi. 3.3.1 Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa.

Frasa hampir sebulan pada kalimat di atas dimasukan kedalam golongan kata yang bermakna konotatif, karena kata hampir sebulan pada kalimat diatas memiliki makna abstrak. Frasa hampir setahun tidak menjelaskan dengan jelas sebeberapa hari puasa telah dilasanakan,sehingga pembaca dengan bebas menginterprestasikan makna dari kata tersebut. Penggunaan pada kata tersebut

sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui bahwa makna dari hampir sebulan adalah dua puluh lima hari dan akan selesai sebulan.

9.3.2 Pada tanggal 2 maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel Tiga Raksa.

Pada kata 2 Maret 2014, merupakan golongan kata denotatif karena maknanya sudah jelas di ketahui, yakni hari minggu 2 maret 2014. Dengan demikian pembaca tidak lagi menginterpretasikan tanggal berapa kami sekeluarga pergi ke sawah kakek. Jadi penulis sudah tepat dalam menggunakan kata tersebut.

14.3.3 Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan menghabiskan waktu liburnya ke luar kota, meninggalkan semua aktivitas ibu kota yang padat.

Kata aktivitas pada kalimat 14.3.3 merupakan kata konotatif. Makna sebenarnya dari kata aktivitas adalah kesibukan. Kata aktivitas merupakan penggunaan makna konotatif yang yang bernilai rasa baik. Penggunaan kata yang bermakna konotatif ini sudah tepat karena penulis hanya hanya ingin menggunakan kata dengan nilai rasa lebih baik dan variasi saja.

19.3.4 Ada seorang pemuda sedang duduk tatapan kosong mengarah kehamparan telaga.

(44)

24.3.5 Ku alunkan kaki ku menuju istana ilmu dan aku pun duduk di sekolah singgasana, hari pertama masuk sekolah yang dimana sekarang aku sudah kelas 8 SMP.

Frase singgasana dimasukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif, karena kata singgasana pada kalimat diatas memiliki makna abstrak. Frase singgasana memiliki makna kursi raja atau tahta. Penggunaan kata konotatif tersebut sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui makna dari singgasana tersebut.

28.3.6 Wuwu itu alat tradisional yang terbuat dari anyaman bambu.

Kata alat tradisional pada kalimat tersebut merupakan kata yang memiliki makna denotasi karena maknanya sudah jelas di ketahui pembaca. Kata alat tradisional masuk dalam denotatif karena konsepnya sudah jelas tidak perlu di jelaskan kembali oleh penulis. Kata denotataif yang digunakan penulis sudah tepat.

30.3.7 Ibu pun terdiam mendengar aku bercerita tentang tanaman jagung itu yang rusak di makan tikus.

Kata terdiam pada kalimat 30.3.7 merupakan kata yang bermakna konotatif. Kata terdiam dalam kalimat ini mengandung atri membisu. Kata tersebut dapat menimbulkan interpretasi lain pada pembaca, karena kata tersebut memiliki arti lain yakni tidak bersuara, tidak bergerak dan sebagainya. Jadi kata terdiam pada kalimat itu kurang tepat seharusnya membisu.

d. Ungkapan Idiomatik

4.4.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman atau pun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung talsilaturahmi.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menemukan data sebagai berikut: (1) dalam karangan narasi siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Banyudono, prefiks yang sering muncul dan digunakan oleh siswa

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan bahasa para siswa dalam karangan, apakah mereka menggunakan diksi atau pemilihan kata bahasa yang mereka gunakan

Hasil penelitian dapat disimpulkan pemilihan diksi ditemukan: (a) bentuk kata khusus, (b) bentuk kata umum, (c) bentuk kata bersinonim, (d) bentuk kata idiom, (e) bentuk

Hasil penelitian ini, yaitu: (1) jenis diksi yang digunakan dalam karangan narasi karya guru-guru SD di lingkungan YPPK Maybrat, Keuskupan Manokwari, Papua Barat,

Yogyakarta dan lulus pada tahun 2009 dengan judul skripsi ” Analisis Kesalahan Struktur Kalimat Dalam Karangan Narasi Ekspositoris Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Srumbung

karangan yang mereka buat menjadi sebuah karangan narasi ekspositoris utuh dengan memperhatikan unsurunsur pembentuk karangan narasi ekspositoris serta dengan menggunakan diksi

Berikut ini analisis penggunaan diksi bermakna konotatif pada karangan berita siswa kelas 8 SMPN 16 Surakarta. Kata barang gelap jelas merupakan sebuah kata konotatif,

Atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi dengan judul “Analisis Pola Pengembangan Paragraf dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII