• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Diksi pada Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Penggunaan Diksi pada Karangan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar”"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

Permasalahan pokok penelitian ini adalah bagaimana penggunaan diksi dalam karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar. Teknik analisis penelitian ini meliputi beberapa tahapan antara lain: pengumpulan data, identifikasi data dan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 30 data dari 28 esai siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Makassar ditemukan persyaratan ketepatan diksi yang meliputi penggunaan kata yang hampir sinonim 36,6%, penggunaan kata umum dan kata khusus 43,3%, penggunaan kata kata konotatif dan denotatif 33,3%, kesinambungan pilihan kata 20%, dan penggunaan makna kata 16,6%.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat beberapa syarat ketepatan diksi yang belum ditemukan peneliti antara lain ungkapan idiomatik, penggunaan kata-kata yang mirip dalam ejaannya, penggunaan kata-kata hasil ciptaan sendiri, penggunaan akhiran asing. , dan perubahan arti kata yang sudah diketahui.

Latar Belakang

Keakuratan pilihan kata mempertanyakan kemampuan suatu kata dalam membangkitkan ide-ide yang sesuai dalam imajinasi pembaca atau. Orang yang tidak memahami diksi atau pilihan kata biasanya akan terjerumus ke dalam permasalahan bahasa yang sangat fatal. Dalam sebuah karya, seorang penulis akan mengungkapkan gagasan dan pemikirannya dengan memilih diksi atau pilihan kata yang tepat dan menggunakannya secara selaras.

Penulis menganalisis latar belakang karena data yang diperoleh penulis memuat alasan-alasan yang mendukung pemilihan kata atau diksi.

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kajian Teori

Diksi yang baik berkaitan dengan pemilihan kata yang maknanya tepat dan serasi, penggunaannya sesuai dengan topik pembicaraan, peristiwa dan khalayak pembaca atau pendengar (Soedjiman, 2006:21). Diksi mencakup pemahaman kata-kata mana yang digunakan untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk kelompok kata yang tepat atau. Penggunaan ungkapan dan gaya bahasa yang baik digunakan dalam situasi tertentu. Diksi merupakan kemampuan membedakan nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan serta kemampuan menemukan bentuk kata yang sesuai dengan situasi sehingga mempunyai nilai emosional yang tinggi.

Diksi yang benar dan tepat hanya dapat digunakan oleh orang yang mempunyai perbendaharaan kata yang luas. Ketelitian adalah kemampuan memilih kata-kata yang dapat mengungkapkan suatu gagasan secara akurat dan agar gagasan tersebut dapat diterima dengan benar oleh pembaca atau pendengar. Harmoni adalah hubungan makna suatu kata dengan kata lainnya, dan kelaziman penggunaannya harus diperhatikan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang digunakan untuk mengungkapkan suatu makna tertentu bagi lawan bicara atau lawan bicaranya. Dari dua kata yang memiliki kesamaan arti satu sama lain, penulis harus memutuskan kata mana yang sebaiknya digunakan untuk mencapai maknanya. Untuk menyampaikan makna tertentu kepada pembaca, penulis harus memilih kata-kata yang tepat agar tidak menimbulkan salah tafsir oleh pembaca.

Penulis harus bisa membedakan kata-kata yang ejaannya sama agar tidak menimbulkan kesalahpahaman di kalangan pembaca. Homonim adalah suatu kata yang mempunyai pengucapan dan ejaan yang sama tetapi mempunyai arti yang berbeda. Homofon adalah kata-kata yang mempunyai arti dan ejaan berbeda namun pengucapannya sama.

Pikiran yang kita sampaikan kepada orang lain harus diungkapkan dengan kata-kata yang mengandung makna yang tepat dan sesuai dengan apa yang ingin diungkapkan.

Kerangka Pikir

Kesatuan pertama kali dilihat dari adanya gagasan sentral yang menjadi landasan keseluruhan karangan. Perkembangannya dapat dilihat dari dua sudut, yaitu apakah gagasan-gagasan yang lebih tinggi dirinci secara maksimal dan apakah rincian-rincian tersebut juga tersusun secara logis dan teratur. Keaslian dapat diukur dari beberapa sudut, pertama dari pilihan pokok bahasan, dari sudut pandang, pendekatan, dari rangkaian kalimat, dari pilihan kata, dan sebagainya.

Judul yang memenuhi syarat akhir suatu tema yang baik mengharuskan judul tersebut menyatakan sesuatu yang berkaitan langsung dengan topik pembahasan, yaitu judul. Keaslian dalam memilih permasalahan dan cara menyusun setiap kalimat dalam karangan sehingga bagaimana menentukan judul sesuai isi cerita yang mungkin mengungkap isi karangan tetapi tidak mengungkapkan isi keseluruhan. Keterampilan berbahasa mempunyai dua unsur yaitu unsur logis dan unsur kebahasaan, berbeda dengan keterampilan berpikir yang hanya mempunyai satu unsur yaitu logika.

Unsur logika terdiri atas isi, materi, materi dan organisasi, sedangkan unsur kebahasaan terdiri atas diksi, pembentukan kata, pembentukan kalimat, fonologi (bunyi bahasa) untuk berbicara dan ejaan untuk menulis. Orang yang tidak memahami diksi atau pilihan kata biasanya akan terjerumus ke dalam banyak permasalahan bahasa yang fatal. Kegiatan mengarang mengutamakan daya pikir untuk menghasilkan bacaan yang dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca.

Di bawah ini peneliti memaparkan kerangka untuk memperjelas gambaran alur berpikir dalam penelitian ini melalui bentuk peta konsep.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa

Jenis Penelitian

Definisi Istilah 1. Diksi

METODE PENELITIAN . dipengaruhi oleh kemampuan pemakai bahasa yang berkaitan dengan kemampuan mengetahui, memahami, menguasai dan aktif menggunakan sejumlah kosa kata yang mampu mengungkapkan gagasan secara tepat sehingga dapat mengkomunikasikannya secara efektif kepada pembaca atau pendengar. Secara umum diksi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu diksi berdasarkan makna dan diksi berdasarkan isi leksikal. Esai adalah suatu bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penulis dalam satu kesatuan tema.

Esai juga diartikan sebagai rangkaian pemikiran atau ungkapan perasaan dalam bentuk tulisan yang teratur. Namun sebuah paragraf dapat memberikan informasi kepada pembaca karena ada kalanya sebuah esai hanya berisi satu paragraf, sehingga esai tersebut hanya memuat satu gagasan utama.

Tempat dan Waktu Penelitian

Data dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Instrumen Penelitian

Teknik Analisis Data

Kegiatan ini dilakukan dari seluruh data yang teridentifikasi dan diklasifikasikan seperti yang dilakukan pada kegiatan reduksi data. Kegiatan selanjutnya adalah pemaparan data contoh persyaratan ketepatan diksi karangan siswa kelas SMPN 18 Makassar yang akan dituangkan dalam laporan pada penelitian ini. Data yang disajikan berkaitan dengan persyaratan ketepatan diksi dalam menulis karangan karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar.

Kegiatan menarik kesimpulan dengan mengaitkan pernyataan penelitian mengenai syarat ketepatan diksi dalam karangan karangan siswa kelas VIII SMPN 18 Makassar. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data dimulai dengan mengidentifikasi data atau mengumpulkan data dengan cara membaca karangan siswa secara perlahan dan berulang-ulang hingga mendapatkan data yang sesuai, kemudian ditransfer ke dalam bentuk tertulis untuk dibaca kembali. Setelah dibaca secara perlahan dan berulang-ulang, bagian kata atau kalimat yang menggunakan diksi yang tidak tepat akan tersorot.

Disebut demikian karena cara yang digunakan pada awal pekerjaan analisis ini adalah dengan membaca dan kemudian menandai.

Hasil Penelitian

  • Penggunaan Kata Umum dan Kata Khusus
  • Penggunaan Kata Konotatif dan Denotatif
  • Kelangsungan Pilihan Kata
  • Membedakan Kata yang Mirip Ejaannya
  • Kata-kata Ciptaan Sendiri
  • Akhiran Asing
  • Perubahan Makna Kata yang Sudah Dikenal

Kata akusatif pada kalimat sinonim menunjukkan, meskipun kata-kata tersebut tidak mempunyai konotasi makna yang sama, namun kata-kata tersebut mempunyai makna yang sama yaitu “menunjuk ke arah”. Kedua kata tersebut tidak dapat dipertukarkan karena mempunyai nuansa yang berbeda. Keduanya tidak bisa dipertukarkan karena mempunyai nuansa makna yang berbeda, gaduh artinya kebisingan akibat pertikaian... kata-kata ini mempunyai arti yang hampir sama, namun kata berisik lebih menekankan dan membuatnya lebih meyakinkan dari yang sebenarnya. tidak nyaman Kata kemarin pada kalimat tersebut sudah tercampur kode kemarin... kata-katanya mempunyai arti yang sama persis, masing-masing mempunyai arti "setelah hari ini.".

Penggunaan kata kemarin pada kalimat ini kurang tepat, seharusnya kemarin karena kata tersebut merupakan dialek dari daerah Betawi. Kata kunjungan yang digunakan dalam kalimat tersebut sudah benar karena merujuk pada suatu objek sehingga tidak menimbulkan salah tafsir pada pembaca. Kata surat tanggapan dalam kalimat merupakan kata khusus, kata surat tanggapan dalam kalimat tidak akan menimbulkan salah tafsir oleh pembaca.

Kata surat balasan dalam kalimat merupakan kata khusus, kata surat balasan dalam kalimat tidak akan menimbulkan salah tafsir pada pembacanya. Ungkapan hampir sebulan pada kalimat di atas termasuk dalam kelompok kata yang mempunyai makna konotatif, karena kata hampir sebulan pada kalimat di atas mempunyai makna yang abstrak. Ungkapan singgasana termasuk dalam kelompok kata yang mempunyai makna konotatif, karena kata singgasana pada kalimat di atas mempunyai makna yang abstrak.

Kata alat tradisional pada kalimat ini merupakan kata yang mempunyai makna denotatif karena maknanya diketahui dengan jelas oleh pembaca. Kata dan tidak dapat digunakan sebagai konjungsi dalam suatu kalimat untuk menunjukkan kelanjutan makna. Kata yang benar dan digunakan adalah, . karena penggunaannya sebagai kata penghubung untuk menunjukkan kelanjutan.

Pembahasan

Selain itu peneliti belum menganalisis gaya bahasa pada objek dan variasi kalimat seperti penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2012). Siswa cenderung melakukan kesalahan ketika menggunakan kata-kata yang sinonim dalam esai, misalnya kata “ketidaksadaran” dalam esai. Kata ini tidak boleh digunakan dengan benar, kata yang sinonim dengan kata “ketidaksadaran” adalah kata kelalaian. Penggunaan kata konotatif dan denotatif sebesar 33,3%. Penggunaan diksi dalam karangan siswa cenderung menggunakan kata-kata konotatif sehingga makna yang dihasilkan lebih jelas. Kata-kata yang digunakan harus berupa kata-kata denotatif.

Terdapat 10 kata denotatif dan konotatif yang digunakan dalam esai, misalnya kata “lumpuh total”. Sebab, arti lumpuh total sebenarnya adalah kondisi dimana kaki seseorang tidak bisa berfungsi sehingga tidak bisa berjalan. Maksud penulis menulis bahwa kelumpuhan total merupakan akibat dari aktivitas lain yang tidak dapat berfungsi dengan baik.

Tetapi dalam penggunaannya, sering berlaku hubungan antara satu deria dengan deria yang lain sangat rapat, sehingga kata-kata yang benar-benar berlaku pada satu deria sahaja biasanya digunakan oleh deria lain, yang juga dipanggil gejala synaesthesia. Sambungan penggunaan kata pilihan 20% menggunakan 6 perkataan yang terdapat dalam karangan murid, contohnya perkataan “anak dan anak”. Penggunaan kata umum dan kosa kata khas 43.3% yang mana 13 perkataan digunakan terdapat dalam karangan pelajar.

Kata khusus adalah kata yang merujuk pada arah tertentu dan konkrit, Keraf (2015), misalnya kata “Idul Fitri”. Penggunaan kata “Idul Fitri” pada kalimat tersebut tepat karena penulis menjelaskan kepada pembaca bahwa Idul Fitri mengacu pada suatu objek khusus yaitu “hari raya Islam”, sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami maksud penulis. .

PENUTUP

Simpulan

Bagi peneliti kelemahannya adalah peneliti belum menyelesaikan analisis penggunaan diksi dalam karangan siswa mengenai homogen, homograf, homonim, dan sebagainya. Variasi Diksi pada Kolom 'Asal-usul' Surat Kabar KompasHarryRoeslihttp://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle diakses pada 17 Januari 2014. Efektivitas strategi brainstorming dalam pembelajaran menulis paragraf argumentatif siswa kelas XI SMPN 1 Bontonompo. Jurnal Kabupaten Gowa.

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran Bahasa

Referensi

Dokumen terkait

Though far from fully precluding traditional reinforcement learning models [194], the speed at which this spatial knowledge is acquired, along with the flexible manner in which mice