• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Subjek Penelitian

Siswa kelas VIII SMP Santo Aloysius Turi dapat mengetahui sejauh mana tingkat motivasi belajar di sekolah, sehingga mampu mempertahankan dan meningkatkan motivasi diri menjadi lebih baik.

c) Bagi peneliti.

Penelitian ini berguna untuk mengembangkan kemampuan, memahami proses pembuatan alat penelitian dan mengembangkan kompetensi yang dimiliki berkaitan dengan profesi penulis sebagai calon konselor/guru pembimbing.

d) Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini berguna untuk penelitian-penelitian yang lain dan dapat dilanjutkan hasil penelitian ini menjadi lebih sempurna.

D.Batasan Istilah 1. Motivasi Belajar

Motivasi belajar adalah suatu dorongan yang memampukan siswa menekuni materi pelajaran di sekolah, yang menentukan kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah dan tujuan bagi siswa tersebut. Motivasi merupakan suatu kekuatan yang netral yaitu kekuatan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalaman masa lampau, taraf intelegensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan sebagainya. Dalam suatu motif terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan/kebutuhan dan unsur tujuan. Motivasi belajar (Winkel, 1996 : 27) adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

2. Topik Bimbingan

Topik bimbingan merupakan suatu pokok bahasan yang terdiri dari suatu kumpulan materi bimbingan tertentu yang dijadikan bahan pelayanan bimbingan secara terorganisasi dan terkoordinasi dalam satu atau dua kali pertemuan.

3. Siswa SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta.

Siswa SMP Santo Aloysius Turi adalah remaja putra dan putri yang sedang menempuh pendidikan di SMP Santo Aloysius Turi Yogyakarta. SMP Santo Aloysius Turi dikelola oleh bruder-bruder St. Aloysius Gonzaga di bawah payung hukum Yayasan Bernardus Semarang dan berlokasi di Turi, Donokerto, Turi, Sleman – Yogyakarta (Visi-Misi, 1998 : 3).

BAB II KAJIAN TEORI A. Motivasi

1. Motivasi Belajar

Banyak ahli yang membahas dan merumuskan secara jelas pengertian arti “motivasi”. Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti menggerakkan. Banyak orang menyebut “motif” untuk menunjuk mengapa seseorang melakukan sesuatu. Kata “motif”, diartikan sebagai daya uapaya untuk mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu. Motivasi dapat dikatakan sebagai faktor penggerak, pendorong perilaku makhluk hidup dalam mencapai suatu tujuan. Pendapat beberapa ilmuwan (Locke, Hume, dan Hobbes dalam Handoko, 1992 : 11) mengatakan bahwa:

“segala perbuatan manusia, entah itu disadari ataupun tidak disadari, entah itu timbul dari kekuatan luar ataupun kekuatan dalam, pada dasarnya mempunyai tujuan yang satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan.”

Pandangan dua akhli (Young dan David Mc Clelland dalam Handoko, 1992 : 12) menunjukkan pokok pemikiran bahwa semua rangsang yang terdapat di lingkungan sekitar kita pada hakikatnya menimbulkan keadaan nikmat atau sakit. Rangsang yang menimbulkan keadaan nikmat/enak menyebabkan seseorang bereaksi mendekati rangsang itu. Reaksi mendekati rangsang itu disebut motivasi; suatu dorongan ingin menikmati sesuatu yang enak. Sebaliknya rangsang yang menimbulkan keadaan tidak enak menimbulkan reaksi menjauh.

Menurut Mc. Donald (Sardiman, 2010 : 73), motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “rasa/feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut mengandung tiga unsur penting :

1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.

2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia.

3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.

Dengan ketiga penjelasan tersebut, maka dapat dikatakan bahwa motivasi itu juga perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Menurut Hull (Handoko, 1992 : 71) motivasi merupakan kesatuan atau kumpulan umum dari energi yang bisa mengaktifkan baik tingkah laku-tingkah laku instingtif maupun laku-tingkah laku-laku-tingkah laku yang dipelajari. Menurut Sri Mulyani (Nasution, 1996) motivasi adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten, yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman, yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi menggerakkan serta mengarahkan perilaku ke tujuan tertentu.” Menurut Sumadi Suryabrata (2006 : 70) menguraikan motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan.

Jucius (Sudarmanto, 2004 : 64-65) menunjukkan apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.

Nasution (2000 : 58) membedakan antara 'motif' dan 'motivasi'. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya. Berdasarkan deskripsi tersebut, 'motivasi' dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas. Dalam

Sardiman (2001 : 81), disebutkan bahwa motivasi yang ada pada diri siswa memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Tekun menghadapi tugas 2) Ulet menghadapi kesulitan

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah 4) Lebih senang bekerja mandiri

5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin 6) Dapat mempertahankan pendapatnya

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya. 8) Senang mencari dan memecahkan masalah.

Menurut Hermans (Winkel, 1989 : 21), siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi memiliki rasa tanggungjawab dan berhasrat berprestasi baik, menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut :

1) Kecenderungan mengerjakan tugas-tugas belajar yang menantang, namun tidak berada di atas taraf kemampuannya.

2) Keinginan kuat untuk maju dan mencari taraf keberhasilan yang sedikit di atas taraf yang dicapai sebelumnya.

3) Orientasi pada masa depan. Kegiatan belajar dipandang sebagai jalan menuju pada realisasi cita-cita.

4) Pemilihan teman kerja atas dasar kemampuan teman itu untuk menyelesaikan tugas belajar bersama, bukan atas dasar rasa simpati atau perasaan senang terhadap teman itu.

Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua : (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang oleh kebanyakan orang sering digunakan dalam mempengaruhi motivasi.

Dari berbagai pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah daya dorongan individu untuk memenuhi kebutuhannya agar tercapai tujuan yang dikehendaki dan berasal dari dalam diri individu maupun dari luar individu tersebut. Motif belajar siswa menyangkut :

a) Aktualisasi diri (Carl Rogers dalam Tanlain, 2006 : 14) menunjukkan bahwa kecenderungan tiap orang untuk mengaktualisasikan dirinya, mendorong dia melakukan kegiatan secara spontan, lepas dari kendali kekuatan luar. Ia mencari situasi bagi pengalaman baru dan mengembangkan gambaran diri yang positif. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan terbantu dan terhalangi oleh pengalaman belajar, khususnya dalam masa kanak – kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika

mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis (Schultz, 1991 : 45).

Diri seseorang merupakan pusat evaluasi. Aktualisasi diri seseorang merupakan ekspresi diri yang ingin diakui keberadaanya oleh orang lain. Diri yang aktual membutuhkan pengakuan dari pihak lain sebagai yang ada dan diperhitungkan aktivitasnya secara baik. Kebutuhan akan pengakuan diri mendorong setiap orang untuk terus menerus belajar mencari yang baik dan tidak mau meniru atau tidak mudah mengikuti kemauan orang lain. Dirinya adalah orisinil, apa adanya dan mengembangkan potensi diri melalui pengalaman-pengalaman hidup dan baru.

b) Kompetensi (White dalam Tanlain, 2006 : 14) mengungkapkan ada beberapa unsur penting yang perlu untuk diperhatikan, yaitu ability (kemampuan), performance (kinerja), role (peran), dan do something (melakukan sesuatu). Kombinasi unsur-unsur tersebut merupakan hal-hal yang terkait dengan kompetensi yang terwujud dalam perilaku manusia. Perilaku sebagai komponen utama yang menjadi fokus perhatian manusia dalam kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia ingin memiliki keakhlian khusus yang dapat dipergunakan dalam menyesuaikan dengan lingkungannya. Kemampuan khusus merupakan tuntutan yang dipenuhi dalam pergaulan dengan manusia lainnya. Manusia sebagai homo duplex yang berarti tiap orang sebagai individu menampilkan satu kesatuan diri dengan keunikannya dan juga sebagai

pelaku peran-peran sosial bertindak menurut apa yang dituntut oleh kebudayaannya (Zijderveld dalam Tanlain, 2000).

c) Ingin tahu lebih (Maw dan Maw dalam Tanlain, 2006 : 15) menunjukkan bahwa manusia memiliki dorongan ingin tahu lebih untuk bergaul efektif dengan lingkungannya dan mengendalikan lingkungannya. Inilah dasar baginya untuk melakukan kegiatan belajar. Siswa yang ingin tahu lebih dinilai oleh guru lebih cerdas, sebab mereka bertanya dengan kalimat yang tepat, tahu lebih banyak informasi, lebih suka stimulus yang kompleks, sebab di dalamnya memuat banyak informasi. Ingin tahu lebih juga merupakan karakteristik orang yang tidak mudah puas dengan kondisi saat sekarang. Kondisi saat sekarang dirasa menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang perlu mendapat jawaban yang memuaskan. Mereka senang melakukan eksperimen, eksplorasi, dan senang dengan tantangan. Menghadapi masalah yang komplek senantiasa membuat dirinya semakin tekun mencari solusinya.

d) Diri sebagai penyebab menurut beberapa peneliti (Heider, 1958; De Charm, 1971; Weiner, 1972 dalam Tanlain, 2006 : 15) menunjukkan dua kelompok yaitu :

1) Mereka yang melihat diri sebagai penyebab peristiwa yang mereka lakukan. Heider menyatakan bahwa mereka sadar bahwa dirinya menjadi penyebab belajarnya. Mereka merencanakan belajar, mengarahkan belajar dan memutuskan hasil belajar mereka. De Charms

belajarnya menunjukkan tanda-tanda: ia mengetahui tujuan belajar yang akan dicapainya; rajin/giat menentukan sendiri kegiatan belajarnya; memahami kenyataan yang dialaminya dan mengatur sendiri kegiatan belajarnya. Weiner menyatakan bahwa belajar yang sungguh-sungguh dilakukan oleh siswa menandakan bahwa siswa menerima dirinya sebagai penyebab hasil apapun dari kegiatan itu.

2) Mereka cenderung melihat diri mereka ketika belajar sebagai tidak tertolong oleh situasi yang mereka alami. Mereka memandang orang lain sebagai pemicu untuk melakukan kegiatan belajar. Ketidakmampuan menghadapi orang lain menjadikan titik tolak untuk melakukan sesuatu yang disebut kegiatan belajar.

2. Fungsi Motivasi Belajar

Ada tiga fungsi motivasi belajar (Sardiman, 2010 : 85) adalah: a. Mendorong manusia untuk berbuat.

Motivasi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi disini merupakan motor penggerak dari kegiatan belajar yang akan dikerjakan orang atau siswa di sekolah. Motivasi belajar sebagai pendorong memungkinkan orang yang akan melakukan belajar tahu tujuan belajar dan cara mencapainya.

Motivasi disini memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Arah yang akan dicapai lebih jelas dan mengikuti proses yang saling berkesinambungan.

c. Menyeleksi perbuatan.

Menyeleksi perbuatan merupakan sikap dalam rangka menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan, yang serasi dalam mencapai tujuan. Penentuan tujuan dilakukan dengan penuh kesadaran dan dengan menyisihkan perubahan-perubahan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi motivasi belajar siswa, antara lain:

a. Cita-cita atau aspirasi siswa.

Keinginan yang tidak terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar, dari segi pembelajaran penguatan dengan hadiah atau hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan dan kemauan menjadi cita-cita. Cita-cita dapat berlangsung dalam waktu sangat lama bahkan sampai sepanjang hayat. Cita-cita seseorang akan memperkuat semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar.

Keinginan siswa perlu diikuti dengan kemampuan atau kecakapan untuk mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi siswa untuk melakukan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi siswa.

Kondisi siswa meliputi kondisi jasmani dan rohani. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, lelah atau marah akan mengganggu perhatiannya dalam belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa.

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran.

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan karena pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebaya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan alam, tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya seperti surat kabar, majalah, radio, televisi semakin menjangkau siswa. Semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.

Menurut Wlodkowski dan Jaynes (1990), motivasi belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

a. Budaya

Ibu-ibu kebangsaan Jepang lebih menekankan usaha (effort) daripada kemampuan (ability), dibandingkan dengan ibu-ibu kebangsaan Amerika yang mengutamakan penampilan sekolah yang baik. Sistem nilai yang dianut orang tua akan mempengaruhi keterlibatan orang tua secara mendalam dalam upaya-upaya untuk menanamkan energi anak.

b. Keluarga

Faktor keluarga memberikan pengaruh penting terhadap motivasi belajar seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Benjamin Bloom terhadap sejumlah orang muda yang berhasil dalam karirnya dalam berbagai lapangan seperti pakar matematika, neurology, pianis, maupun olah ragawan, menunjukan ciri-ciri yang sama yaitu adanya keterlibatan orang tua mereka. Mereka menunjukan adanya keterlibatan langsung orang tua dalam belajar anak, mereka melihat dorongan orang tua merupakan hal yang utama di dalam mengarahkan tujuan mereka.

c. Sekolah.

Peran guru dalam memotivasi anak juga tidak diragukan. Dibawah ini beberapa kualitas guru yang efektif dalam memotivasi anak, yaitu :

1) Guru selaku manajer yang baik.

2) Guru mengharapkan siswanya untuk menjadi murid yang sukses. 3) Guru memberikan pelajaran yang sesuai dengan kapasitas muridnya. 4) Guru memberikan umpan balik bagi muridnya.

6) Guru menjelaskan kriteria perilaku penilaiannya. Guru mau merangsang penalaran anak.

7) Guru membantu anak untuk menyadari pertumbuhan dan penguasaan murid.

8) Guru mampu bersikap empati. Guru menilai pengetahuan di atas nilai.

4. Menumbuhkan Motivasi Belajar Siswa di Sekolah

Pentingnya menjaga motivasi belajar dan kebutuhan minat serta keinginan siswa pada proses belajar tak dapat dipungkiri, karena dengan menggerakkan motivasi yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar. Siswa yang bekerja dengan motivasi yang kuat, ia tak akan merasa lelah dan tidak cepat bosan. Oleh karena itu, guru perlu memelihara motivasi belajar dan semua yang berkaitan dengan motivasi seperti kebutuhan dan keinginan. Metode dan cara mengajar yang digunakan harus mampu menimbulkan sikap positif belajar dan gemar membaca. Dengan demikian akan mengakibatkan timbul keinginan yang besar untuk menuntut ilmu di kalangan para siswa.

Nasution (2000 : 78) memiliki pandangan beberapa cara menumbuhkan motivasi belajar siswa yaitu :

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Dalam proses belajar-mengajar perolehan nilai yang berupa angka bagi siswa

sangat penting artinya sebagai alat motivasi untuk terus meningkatkan prestasi belajarnya.

b. Hadiah

Hadiah memang dapat membangkitkan motivasi bila motivasi setiap orang mempunyai harapan untuk memperolehnya. Bagi siswa, hadiah tidak selalu merupakan motivasi karena hadiah juga dapat merusak sebab dapat menyimpangkan pikiran siswa dari tujuan belajar sesungguhnya. c. Saingan atau kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan baik individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d. Memberi ulangan.

Siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan, oleh karena itu memberi ulangan ini juga merupakan sarana motivasi belajar. e. Mengetahui hasil.

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Dalam hal ini guru perlu membagikan hasil ulangannya kepada siswa, agar siswa mengetahui perolehan nilai yang diraihnya. Ini penting sebagai upaya untuk terus memacu prestasi belajar siswa.

f. Pujian

sekaligus merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu agar pujian ini merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat.

g. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar diartikan ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa itu memang ada motivasi untuk belajar sehingga diharapkan hasil belajarnya akan lebih baik.

h. Minat

Motivasi muncul disebabkan adanya minat. Sehingga minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar akan berjalan dengan lancar bila disertai minat.

B. Belajar

Belajar (learning) adalah proses terjadinya tingkah laku baru atau perubahan tingkah laku dari yang lama menuju ke yang baru dan lebih baik melalui praktek atau latihan (Hilgard dalam Sukardi, 1983). Latihan atau praktek yang dilakukan tiap orang merupakan kegiatan belajar dan hasilnya berupa tingkah laku baru atau perubahan tingkah laku yang sudah dimiliki. Kata belajar (learning) bermakna umum (luas). Belajar diandaikan dalam suasana yang tidak terstruktur (sengaja), sebagaimana dalam kondisi informal anak yang sedang melakukan latihan naik sepeda dengan tujuan mendapatkan ketrampilan naik sepeda. Hal ini merupakan belajar yang tidak disuruh oleh

guru, tetapi keinginan sendiri dari anak agar mendapat ketrampilan naik sepeda.

Belajar dalam arti studying berbeda dengan learning. Belajar dalam arti studying sama artinya dengan siswa mempelajari. Siswa mempelajari berarti suasana belajar dalam sekolah. Kegiatan-kegiatan di sekolah cukup banyak, semakin menarik perhatian siswa dan bahkan menyita banyak waktu bagi siswa. Bahan pelajaran dalam sekolah dirumuskan dalam program sekolah, yang disebut kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah berlangsung dalam kurun waktu 12 bulan atau 11 bulan efektif yang memuat rangkaian materi ajar. Materi ajar atau bahan pelajaran berkaitan dengan kehidupan manusia yang sudah dijalani dan yang sedang dijalani sekarang. Hal ini dapat dikatakan bahwa bahan pelajaran berasal dari kebudayaan yang sudah terbentuk dan kebudayaan yang sedang dibentuk.

Dalam penelitian ini dibahas tentang belajar studying, yang menjadi pokok pembicaraan selanjutnya. Belajar di sekolah yang disebut studying merupakan bidang bahasan dalam kaitannya dengan motivasi belajar siswa. Dengan demikian motivasi belajar yang dimaksud adalah motivasi belajar siswa di sekolah, lebih tepatnya motivasi belajar siswa di sekolah menengah pertama.

Siswa mempelajari (studying) berarti siswa mengolah bahan mata pelajaran, atau bahan bimbingan atau bahan pelatihan, sehingga siswa memperoleh kompetensi/kemampuan baru dan menyempurnakan kompetensi

yang sudah dimiliki seperti yang dirumuskan dalam pengajaran kelas dalam rencana pelaksanaan pembelajaran/RPP.

Kompetensi-kompetensi ini terkait dengan dua hal yaitu:

1. Latihan dan praktek merupakan isi ilmu pengetahuan yang diajarkan sebagai materi pengajaran yang diringkas dalam mata pelajaran dan metode-metode penyampaian serta cara menelaahnya.

2. Pemecahan masalah merupakan cara menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa.

Dengan demikian bersekolah adalah untuk mempelajari ilmu pengetahuan, dan mempelajari cara-cara menyelesaikan masalah menurut ilmu pengetahuan itu.

C. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar adalah interaksi guru pembimbing dan siswa yang bersifat pemberian informasi, latihan mengenai cara berlatih, cara berpraktek, cara memecahkan masalah yang berkaitan dengan program pendidikan sekolah dengan tujuan agar siswa terampil menggunakannya dalam kegiatan belajar (Tanlain, 2006 : 22).

Setiap siswa melakukan kegiatan-kegiatan dasar demi perkembangan dirinya, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan pertumbuhan fisik, kegiatan pergaulan, kegiatan belajar, kegiatan pendidikan, kegiatan penataan diri, dan kegiatan bekerja. Bimbingan belajar siswa memuat kegiatan mempelajari bahan program pendidikan siswa.

Setiap siswa membutuhkan ketrampilan dan kebiasaan mempelajari bahan mata pelajaran yang disebut cara belajar. Siswa berusaha mencari cara belajar yang tepat melalui guru pembimbing. Guru pembimbing menunjukkan cara mempelajari dan cara membiasakan diri.

Bimbingan belajar yang digunakan dalam mengatur interaksi guru dengan siswa mengandung unsur-unsur :

1. Tindakan guru pembimbing dan tindakan siswa adalah tindakan personal dalam pelaksanaan bimbingan belajar siswa. Meskipun secara teknis pelaksanaan bimbingan dilakukan secara berkelompok, namun kegiatan yang dilakukan bersifat pribadi.

2. Perkembangan siswa berlangsung secara alamiah menuju pada keadaan lebih baik. Masalah-masalah kehidupan siswa dan masalah belajar siswa tekait dengan perkembangan siswa.

3. Kerjasama guru pembimbing dan siswa memperlancar belajar siswa 4. Penggunaan teknik evaluasi kemajuan siswa sangat diperlukan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini akan diuraikan jenis penelitian, subjek penelitian, teknik

Dokumen terkait