HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil dan Pembahasan
4.2.1.3 Subkategori basa-basi meminta maaf
Basa-basi meminta maaf merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa
acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis
tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Wujud basa-basi tuturan (C1)
Cuplikan tuturan (C1)
PT : “Rin, nanti kalau kamu berangkat Sekolah, Ibu titip sesuatu buat Bu Endah ya?” MT : “Nitip apa Bu?”
PT : “Kemarin pas Ibu ke Bandung Bu Endah titip kaos” MT : “Oh, oke Bu”
PT : “Maaf ya Nduk, jadi ngrepotin. Ayo pergi, nanti terlambat!” MT : “Santai aja Bu.”
(Konteks : Tuturan terjadi di ruang tengah, tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika Mitra
mitra tutur, dan mitra tutur meresponnya. Penutur merupakan seorang Guru SMP, berjenis kelamin perempuan yang berusia 48 tahun. Mitra tutur merupakan anak dari penutur yang berusia 14 tahun.)
Tuturan pada kode (C1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah, ketika penutur dan mitra
tutur sedang mempersiapkan diri untuk ke sekolah. Penutur merupakan seorang Guru
SMP yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan anak dari penutur yang
berusia 14 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk membawakan
kaos untuk diberikan ke teman penutur, mitra tutur merespons permintaan dari
penutur dengan bersedia membawakan kaos tersebut untuk diserahkan kepada teman
penutur.
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
kode (C1) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan penutur
merasa segan karena meminta bantuan kepada mitra tutur dan merasa merepotkan
mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (C1) menggunakan partikel dan kata fatis
“ayo”. Tuturan yang mengatakan “Maaf ya Nduk, jadi ngrepotin!”, merupakan wujud basa-basi meminta maaf, karena penutur meminta maaf kepada Mitra tutur,
walaupun penutur tidak melakukan kesalahan kepada Mitra tutur. Tuturan tersebut
membuktikan bahwa tuturan pada kode (C1) adalah wujud dari basa-basi meminta
maaf.
Tuturan kode (C1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur
dan mitra tutur tidak terganggu karena perbuatan penutur. Hal ini sejalan dengan teori
yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.
Wujud basa-basi tuturan (C2) Cuplikan basa-basi tuturan (C2)
PT : “Anapa ta Bu, kok kaya bingung?” (Ada apa Bu, kok kayaknya bingung) MT : “Iki lho Pak, meh ngerjakke tugas, tapi meja ne kebak dolanan e Fajar.” ( Ini
lho Pak, mau ngerjain tugas, tapi di meja penuh mainannya Fajar) PT : “Yawes, kene tak rewangi ngresiki”
( Ya sudah, sini aku bantu bersihin) MT : “Oke deh, maaf ya Pak ngrepoti!”(Oke deh, Maaf ya Pak merepotkan.)
PT : “Iya Bu.” (Konteks: Penutur merupakan seorang Laki-laki berumur 47 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, berusia 45 Tahun. Tuturan terjadi pada sore hari dalam situasi santai, di ruang keluarga, tepatnya dimeja kerja. Mitra tutur kebingungan, ketika akan mengerjakan tugas, karena di atas meja terdapat banyak mainan. Penutur memperhatikan mitra tutur, dan menawarkan bantuan. Mitra tutur meresponnya.)
Tuturan pada kode (C2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari dalam situasi santai, di ruang
keluarga, tepatnya dimeja kerja. Mitra tutur kebingungan, ketika akan mengerjakan
tugas, karena di atas meja terdapat banyak mainan. Penutur memperhatikan mitra
tutur, dan menawarkan bantuan.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
dengan kode (C2) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal itu dikarenakan,
penutur telah membantu mitra tutur membereskan meja yang penuh mainan, sehingga
telah dilakukannya. Wujud basa-basi meminta maaf dari tuturan itu terlihat dari
tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur, yaitu “ Oke deh..maaf ya Pak ngrepoti!”
(Oke..maaf ya Pak merepotkan!). Pilihan kata pada tuturan (C2) menggunakan partikel dan kata fatis “deh”.
Tuturan pada kode (C2) merupakan tuturan yang terjadi karena penutur telah
membantu mitra tutur membereskan meja yang penuh dengan mainan. Tuturan
tersebut disampaikan mitra tutur dengan spontan karena penutur telah membantu
mitra tutur. Merujuk pada teori Arimi dalam tesisnya (1998:34) menyatakan bahwa
basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur,
dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi
tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan kode (C2)
merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan muncul secara otomatis, penutur
telah membantu mitra tutur, dan mitra tutur merasa tidak enak hati. Jadi, tuturan pada
kode (C2) terlihat bahwa penutur menyampaikan rasa tidak enak hati dengan
meminta maaf.
Wujud tuturan (C3) Cuplikan tuturan (C3)
PT : “Dian, Ibu tadi dikasih tau Pak Minto, kalau nilai ulangan Matematika mu jelek.” MT : “Waduh, iya Bu. Maafin Dian ya, Insya Allah Dian akan belajar
lebih giat lagi!” PT : “Makanya belajar, jangan main terus.”
(Konteks: Penutur merupakan seorang Guru perempuan, berusia 37 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak Laki-laki berusia 9 Tahun. Tuturan terjadi pada sore hari, sekitar
pukul 16.25 WIB. Tuturan berlangsung di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv.)
Tuturan pada kode (C3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Penutur merupakan seorang Guru perempuan, berusia 37
Tahun. Mitra tutur merupakan seorang anakn Laki-laki berusia 9 Tahun. Tuturan
terjadi pada sore hari, sekitar pukul 16.25 WIB. Tuturan berlangsung di ruang
keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur memberitahu
mitra tutur jika nilai ulangan matematikanya jelek dan mitra tutur merasa menyesal
dengan berjanji kalau akan lebih giat belajar lagi.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
pada kode (C3) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan,
mitra tutur meminta maaf kepada penutur dengan berjanji akan belajar lebih giat lagi.
Kalimat yang disampaikan mitra tutur “Waduh, iya Bu. Maafin Dian ya, Insya Allah Dian akan belajar lebih giat lagi!’’, tidak hanya semata-mata meminta maaf, tetapi mitra tutur juga memberikan janji kepada penutur kalau akan belajar lebih giat
lagi. Untuk itulah tuturan pada kode (C3) merupakan wujud basa-basi meminta maaf.
Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan frase fatis “Insya Allah”.
Tuturan pada kode (C3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut
penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur.
Penutur menyampaikan rasa penyesalannya kepada mitra tutur dengan berjanji akan
lebih giat belajar lagi. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan
anatara pembicara dan kawan bicara.
Wujud tuturan (C4) Cuplikan tuturan (C4) PT : “Buk, lagi masak ya?”
MT : “Oh, iya.. ini Ibu lagi masak, ada apa Nduk?”
PT : “Wah kayaknya masakannya enak ini. Tapi maaf Bu, adek diantar dulu dong Bu. Mau pramuka!” MT : “Ya, sebentar ya Nduk.” (Konteks : Tuturan terjadi di dapur pada sore hari, ketika Penutur sedang memasak dan mitra tutur akan berangkat pramuka. Penutur adalah seorang anak perempuan mitra tutur yang berusia 14 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berusia 38 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk diantar pramuka, dan mitra tutur merespon nya)
Tuturan pada kode (C4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari, ketika penutur sedang
memasak dan mitra tutur akan berangkat pramuka. Penutur adalah seorang anak
perempuan mitra tutur yang berusia 14 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang
Guru SD yang berusia 38 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk
diantar pramuka, dan mitra tutur meresponsnya.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
dengan kode (C4) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan
penutur tidak langsung menyampaikan maksud tujuannya untuk meminta tolong
Tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan basa-basi meminta maaf,
penutur bermaksud menyela aktivitas mitra tutur dan ingin meminta tolong kepada
mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (C4) menggunakan partikel dan kata fatis
“dong”. Kalimat yang diucapkan penutur: “Wah kayaknya masakannya enak ini.
Tapi maaf Bu, adek diantar dulu dong Bu. Mau pramuka!” penutur tidak langsung menyampaikan maksud dan tujuannya, tetapi penutur malah meminta maaf
terlebih dahulu. Untuk itulah tuturan pada kode (C4) merupakan basa-basi meminta
maaf.
Tuturan dengan kode (C4) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut
penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur.
Penutur ingin menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, untuk itulah sebelum
menyampaikan maksud dan tujuannya, penutur meminta maaf kepada mitra tutur
sebagai wujud basa-basi meminta maaf. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
Wujud tuturan (C5) Cuplikan tuturan (C5)
PT : “Acara ulang tahun temenmu itu, besok mulai jam berapa tan?” MT : “Jam enam sore Pak, besok bisa antar kan?”
PT: “Ya maaf, kemarin kan Bapak sudah kasih tau kalau ada rapat di Gereja.”
MT:“Ya sudah Pak” (Konteks : Tuturan terjadi dalam situasi santai diruang keluarga pada sore hari. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv, penutur adalah seorang Guru SMP yang berusia 45 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah seorang anak perempuan penutur yang berusia 15 tahun. Penutur bertanya kepada mitra tutur tentang acara ulangtahun teman mitra tutur, mitra tutur merespon tuturan dari penutur.)
Tuturan dengan kode (C5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat
dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari, ketika penutur dan
mitra tutur sedang menonton tv di ruang keluarga. Penutur adalah seorang Guru yang
berusia 45 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang anak perempuan dari penutur
yang berusia 15 tahun. Penutur bertanya kepada mitra tutur tentang acara ulang tahun
teman mitra tutur, mitra tutur merespons tuturan dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
pada kode (C5) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan
penutur hanya bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Pilihan
kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis “kan”.Tuturan yang berbunyi: Ya maaf, kemarin kan Bapak sudah kasih tau kalau ada rapat di Gereja. Tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi meminta maaf, penutur tidak langsung mengatakan ketidaksanggupannya. Tetapi penutur mencoba menjelaskan,
dengan tujuan untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Untuk itulah
tuturan dengan kode (C5) merupakan basa-basi meminta maaf.
Tuturan pada kode (C5) termasuk wujud basa-basi karena penutur bermaksud
mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur ingin
menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, untuk itulah, penutur meminta maaf
kepada mitra tutur sebagai wujud basa-basi karena tidak bisa mengantarkan mitra
tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111)
yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk
memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan
kawan bicara.
4.2.1.4 Subkategori basa-basi mengundang
Basa-basi meminta/ mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis
tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.
Wujud basa-basi tuturan (D1) Cuplikan basa-basi tuturan (D1)
PT : “Pak, lagi sibuk ndak?” MT : “Ndak Dek, gimana?” PT : “Nah daripada bingung mau ngapain, mending bantuin aku benerin print Pak!.” MT : Ya sebentar ya, tak cuci tangan dulu. Soalnya tadi habis ngasih makan ayam. PT : Ya, Pak.
(Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika penutur akan
memperbaiki print dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur adalah seorang anak laki-laki mitra tutur yang berusia 17 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SMP yang berusia 47 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk memperbaiki print, mitra tutur merespon permintaan dari penutur.)
Tuturan dengan kode (D1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat
dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari, ketika penutur akan
memperbaiki print dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur adalah seorang anak
laki-laki mitra tutur yang berusia 17 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang
Guru SMP yang berusia 47 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk
memperbaiki print, mitra tutur merespons permintaan dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
dengan kode (D1) termasuk dalam subkategori mengundang. Hal ini dikarenakan
penutur tidak langsung menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminta tolong
kepada mitra tutur. Tuturan dari penutur yang berbunyi: Nah, daripada bingung mau ngapain, mending bantuin aku benerin print Pak! penutur mencoba menarik perhatian mitra tutur untuk membantu penutur memperbaiki print. Pilihan kata pada
tuturan kode (D1) menggunakan partikel dan kata fatis “nah”. Untuk itulah tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi mengundang.
Tuturan dengan kode (D1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut
penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur ingin menjaga
hubungan yang baik dengan mitra tutur, untuk itulah penutur tidak langsung
menyampaikan maksud dan tujuannya. Penutur memulai pembicaraan sebagai wujud
(1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan
untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara
dan kawan bicara.
Wujud basa-basi tuturan (D2) Cuplikan basa-basi tuturan (D2)
PT : Pak, sini ikut gabung. Seru deh main PS!
MT : Bapak masih banyak kerjaan e le‟, masih banyak koreksian
PT : Yah, yasudah (Instrumen: Kuesioner) (Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari pada pukul; 19.00 WIB. Tuturan berlangsung diruang keluarga dalam situasi santai. Penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS, mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menjawab ajakan dari penutur.)
Tuturan pada kode (D2) merupakan data basa-basi yang diperoleh dari kuesioner sebagai instrumen penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang
sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau
mengisi kuesioner dengan basa-basi basa-basi yang relevan dengan konteksnya.
Tuturan dengan kode (D2) ini terjadi antara penutur (seorang anak Laki-laki, yang
berusia 10 tahun). Mitra tutur (merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin laki-laki, berusia 37 tahun).
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
kode (D2) ini termasuk dalam subkategori meminta/ mengundang. Hal ini
dikarenakan penutur meminta penutur untuk ikut bergabung bermain PS. Wujud
basa-basi pada tuturan kode (D2) terlihat pada tuturan yang disampaikan penutur,
tutur agar tertarik untuk bermain PS. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan
partikel dan kata fatis “deh”.
Harimurti Kridalaksana (1986:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah
kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan
antara pembicara dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks
dialog, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara.
Penutur menggunakan kata fatis “deh” untuk meyakinkan penutur jika bermain PS itu seru. Jadi, tuturan dengan kode (D2) terlihat jelas bahwa penutur menyampaikan
permintaanya dan meyakinkan mitra tutur agar bersedia bergabung bermain PS.
Wujud basa-basi tuturan (D3) Cuplikan basa-basi tuturan (D3)
PT : Dik, wis adus durung? (Dek, sudah mandi belum?)
MT : Sampun, pripun buk? Ajeng ten pundi? (sudah, ada apa Buk? mau kemana?)
PT : Ayo melu Ibu nang pasar! (Ayo ikut Ibu ke pasar!)
MT : Nggeh, mangkeh kula nyusul. (Ya, nanti saya nyusul)
(Konteks : Tuturan terjadi diruangtengah pada pagi hari , dalam situasi santai. Penutur
adalah seorang Guru SMA yang berusia 56 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 10 tahun. Penutur berpapasan dengan mitra tutur, dan mengajak mitra tutur untuk ke pasar. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur.)
Tuturan pada kode (D3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada pagi hari dalam situasi santai. Penutur
adalah seorang Guru SMA yang berusia 56 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak
perempuan penutur yang berusia 10 tahun. Penutur berpapasan dengan mitra tutur,
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
pada kode (D3) termasuk dalam subkategori meminta/ mengundang. Hal ini
dikarenakan penutur tidak menjawab pertanyaan dari mitra tutur, tetapi penutur malah
mengajak mitra tutur untuk pergi kepasar. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut
hanya sekedar mengajak mitra tutur dan tidak meyakinkan mitra tutur, agar mitra
tutur mau untuk ikut kepasar. Tuturan yang disampaikan penutur: “Ayo melu Ibu nang pasar!” (Ayo ikut Ibu ke pasar!) merupakan wujud basa-basi mengundang. Pemilihan kata pada tuturan kode (D3) menggunakan partikel dan kata fatis “ayo”. Tuturan yang disampaikan penutur pada tuturan dengan kode (D3) ini juga
bermaksud ingin menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Hal ini sejalan
dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara.
Wujud basa-basi tuturan (D4) Cuplikan basa-basi tuturan (D4) PT : “Ibu mau kemana?”
MT : “Mau ke gereja ada rapat, ayo ikut!”
PT : “Ndak lah Bu, males aku.” (Konteks :Tuturan terjadi diruang tengah pada sore hari, ketika Penutur sedang membaca buku dan mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 10 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berjenis kelamin perempuan, berusia 38 tahun. Mitra tutur bermaksud mengajak penutur untuk kegereja, tetapi penutur menolaknya.)
Tuturan dengan kode (D4) ini merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat
dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari, ketika Penutur sedang
membaca buku dan mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur adalah anak
perempuan penutur yang berusia 10 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang
Guru SD yang berjenis kelamin perempuan, berusia 38 tahun. Mitra tutur bermaksud
mengajak penutur untuk kegereja, tetapi penutur menolaknya.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
kode (D4) termasuk dalam subkategori meminta/ mengundang. Hal ini dikarenakan
mitra tutur hanya bermaksud menjawab pertanyaan dari penutur, dan mitra tutur tidak
sungguh-sungguh mengajak penutur untuk pergi kepasar. Pilihan kata pada tuturan
kode (D4) menggunakan partikel dan kata fatis “ayo”. Tuturan yang disampaiakan mitra tutur “Mau ke gereja ada rapat, ayo ikut!” tersebut merupakan basa-basi mengundang, karena mitra tutur bermaksud menunjukkan keramahtamahannya
kepada penutur yang tidak lain adalah anak dari mitra tutur. Hal ini sesuai dengan
teori Jakobson (1980) yang mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk
memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan
Wujud basa-basi tuturan (D5) Cuplikan basa-basi tuturan (D5) PT : “Dek, ayo makan!”
MT : “Nanti ya Bu, masih kenyang.”
(Konteks: Penutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 53 tahun. Mitra tutur merupakan anak laki-laki penutur yang berusia 15 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, berlangsung di meja makan. Penutur mengajak mitra tutur untuk makan bersama, mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menolak ajakan penutur.)
Tuturan dengan kode (D5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat
dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, berlangsung di
meja makan. Penutur merupakan seorang Guru SMA yang berjenis kelamin
perempuan yang berusia 53 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki penutur
yang berusia 15 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk makan bersama, mitra
tutur merespons tuturan dari penutur dengan menolak ajakan penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
kode (D5) termasuk dalam subkategori meminta/ mengundang. Hal ini dikarenakan,