• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil dan Pembahasan

4.2.1.7 Subkategori basa-basi menolak

Basa-basi menolak merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis

Wujud basa-basi tuturan menolak (G1) Cuplikan tuturan menolak (G1)

PT : “Dik mau kemana, kok pagi-pagi dah rapi ?” MT : “Mau senam pagi ini, mau ikut?”

PT : “Ndak lah, males aku. Kamu aja kek yang pergi.” (Konteks : Penutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 16 tahun.Mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 48 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga. Penutur bertanya kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur menolak ajakan mitra tutur. )

Tuturan pada kode (G1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat

dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga,

penutur bertanya kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 16 tahun, sedangkan mitra

tutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 48 tahun.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan

pada kode (G1) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan pada

tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur kurang menghargai ajakan mitra tutur

yang mengajaknya untuk makan malam.

Tuturan kode (G1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut

penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur.

Tuturan penolakan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan

santun kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap

terjaga dengan baik. Pilihan kata pada tuturan kode (G1) menggunakan partikel dan

kurang sopan apabila menolak secara langsung sehingga penutur menolak dengan

cara yang lebih halus dengan beralasan sedang “males”, agar hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang

dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan

anatara pembicara dan kawan bicara.

Wujud basa-basi tuturan (G2)

Cuplikan tuturan (G2) PT : Pak, sini ikut gabung main PS, seru lho!

MT : Bapak masih banyak kerjaan , tadi kan sudah dikasih tau, lain kali aja ya! PT : Yah, yasudah lah.

(Konteks: Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun. Mitra tutur

merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia 46 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS, mitra tutur menolak ajakan dari penutur.)

Tuturan pada kode (G2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat

dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di

ruang keluarga. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun.

Mitra tutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia 46 tahun. Penutur

mengajak mitra tutur untuk bermain PS, dan mitra tutur menolak ajakan dari penutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan

kode (G2) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan mitra tutur

bermaksud menolak ajakan mitra tutur yang mengajaknya untuk makan malam.

Pilihan kata pada tuturan kode (G2) menggunakan partikel dan kata fatis “kan”.

Tuturan kode (G2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur

bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan

penolakan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan santun

kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap erat.

Penutur tidak ingin menolak secara langsung karena penutur menghargai perasaan

penutur, sehingga penutur menolak dengan cara yang lebih halus agar hubungan

penutur dan mitra tutur tetap terjaga. Kalimat yang mengatakan “Bapak masih ada kerjaan e, tadi kan sudah dikasih tau, lain kali aja ya!”, ini merupakan wujud basa-basi menolak. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang

dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan

anatara pembicara dan kawan bicara.

Tuturan pada kode (G2) merupakan tuturan yang terjadi hanya untuk sopan

santun dalam hal menolak ajakan penutur, mitra tutur mengatakan, “lain kali aja ya!” merupakan tuturan yang tidak sebenarnya, karena mitra tutur tidak menjelaskan tepatnya kapan.

Wujud basa-basi tuturan (G5) Cuplikan tuturan (G5)

MT: Wah, sebenarnya aku mau kalau ikut, tapi kayaknya besok aku ada acara deh Bu!

PT: Ya sudah lain kali, kita kesana sama-sama.

MT: Iya Bu. (Konteks: Tuturan terjadi di dapur pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang mencuci buah. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 15 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk pergi ke Nglanggeran, tetapi mitra tutur menolaknya.)

Tuturan pada kode (G5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat

dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di dapur pada sore hari, ketika penutur

menghampiri mitra tutur yang sedang mencuci buah. Penutur merupakan seorang

Guru perempuan yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki

penutur yang berusia 15 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk pergi ke

Nglanggeran, tetapi mitra tutur menolaknya.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan

dengan kode (G5) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan, mitra

tutur bermaksud menolak ajakan penutur secara halus. Kalimat yang berbunyi:

Wah, sebenarnya aku mau kalau ikut” merupakan basa-basi untuk menjaga perasaan penutur agar tidak merasa tersinggung atas penolakan mitra tutur. Pilihan

kata pada tuturan kode (G5) menggunakan partikel dan kata fatis “deh”. Penolakan yang dilontarkan oleh mitra tutur tersebut, untuk menjaga hubungan yang baik antara

penutur. Selain untuk menjaga hubungan yang baik dengan penutur, mitra tutur juga

menunjukkan kesopansantunan terhadap penutur yang tidak lain adalah Ibu dari mitra

tutur. Tuturan pada kode (G5) termasuk basa-basi menolak, karena mitra tutur

kesopansantunannya terhadap penutur. Hal ini sejalan dengan teori Harimurti

Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang

dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara

pembicara dan kawan bicara.

Wujud basa-basi tuturan (G6)

Cuplikan tuturan (G6)

PT : Sini Dek duduk-duduk diteras, anginnya segar lho.

MT: Haha sebentar Bu, aku masih ada kerjaan ni. Nanti saja ya Bu?

PT: Iya Dek. (Konteks: Tuturan terjadi diteras pada siang hari, ketika penutur sedang bersantai-santai diteras. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 47 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 17 tahun. Penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping teras, penutur mengajak mitra tutur untuk duduk diteras. Mitra tutur menolak ajakan dari penutur, dengan alasan masih ada yang akan dikerjaan.)

Tuturan pada kode (G6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat

dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi diteras pada siang hari, ketika penutur sedang

bersantai-santai diteras. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 47

tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 17 tahun.

Penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping teras, penutur mengajak

mitra tutur untuk duduk diteras. Mitra tutur menolak ajakan dari penutur, dengan

alasan masih ada yang akan dikerjaan.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan

tutur bermaksud menolak ajakan dari penutur, dengan menyampaikan alasannya agar

tidak menyinggung perasaan penutur. Pilihan kata pada tuturan kode (G6)

menggunakan partikel dan kata fatis “ya”. Tuturan dengan kode (G6) merupakan basa-basi menolak, karena mitra tutur tidak langsung menyampaikan penolakannya

secara langsung, tetapi mitra tutur menolak secara halus dengan menyampaikan

alasannya. Selain menjaga perasaan penutur, mitra tutur juga bermaksud

menunjukkan rasa kesopansantunannya terhadap penutur. Mitra tutur bermaksud

menunjukkan kesopansantunanya terhadap penutur, karena penutur merupakan Ibu

dari mitra tutur. Untuk itulah tuturan mitra tutur yang berbunyi: Haha sebentar Bu,

aku masih ada kerjaan ini. Nanti saja ya Bu? merupakan wujud basa-basi penolakan mitra

tutur untuk menolak ajakan dari penutur secara halus dengan menunjukkan kesopansatunannya terhadap penutur. Hal ini sejalan dengan teori Malinowski (1923:315)

yang mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan

personal antarpeserta komunikasi.

4.2.1.8 Selamat

Basa-basi selamat merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis

Wujud basa-basi tuturan (H1) Cuplikan tuturan (H1)

PT : Dian, selamat ya dapat juara satu. Tetap harus rajin belajar lho! MT : Makasih ya Bu, dapat hadiah ndak?

PT : Dapat, besok kalau Ibu udah gajian. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur 34 tahun. Mitra tutur

merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 9 tahun.Tuturan terjadi dalam situasi

santai, dan berlangsung di ruang keluarga ketika mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur menghampiri mitra. Penutur memberi selamat kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponnya.)

Tuturan dengan kode (H1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat

dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung

di ruang keluarga. Tuturan terjadi ketika mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur

menghampiri mitra tutur. Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur

34 tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 9 tahun.

penutur memberi selamat kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponsnya.

Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan

dengan kode (H1) termasuk dalam subkategori selamat. Pilihan kata pada tuturan

kode (H1) menggunakan partikel dan kata fatis “ya”. Tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi, karena penutur memberikan selamat kepada mitra tutur yang

mendapat juara satu. Selain memberi salam, penutur juga memberikan semangat

kepada mitra tutur. Untuk itulah tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi selamat.

Wujud basa-basi pada tuturan kode (H1) terlihat pada kata “Selamat” yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Penutur juga

mengekspresikan rasa bahagia dan menyampaikan harapan pada mitra tutur. Tuturan

pada kode (H1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur

bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur

ingin memberi ucapan selamat kepada mitra tutur yang pada hari itu, mendapatkan

juara satu dengan cara memberinya selamat dan semangat kepada mitra tutur agar

dapat mempertahankan juara. Hal ini penutur lakukan agar mitra tutur merasa bahwa

penutur merasa diperhatikan dengan memberikannya selamat dan dapat menjadikan

hubungan keduanya semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan

oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan

yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan

anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan (H1) terlihat bahwa penutur

mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur mendapatkan juara satu.

Wujud basa-basi tuturan (H2)

Cuplikan tuturan (H2)

PT : Wah, Bapak sukses menjadi Guru ni. Selamat lho muridnya lulus semua! MT : Duh, Ibu bisa aja. Alhamdulilah ya Bu.

PT : Iya Pak, Alhamdulilah. Ibu ikut senang.

(Instrumen:Kuesioner) (Kuisioner: Tuturan terjadi diruang keluarga, pada malam hari pada pukul 20.00 WIB. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv, penutur memberikan ucapan selamat atas keberhasilan mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur) Tuturan pada kode (H2) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh

melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut,

peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk

konteksnya. Tuturan terjadi antara penutur (merupakan seorang Ibu rumah tangga

yang berusia 44 tahun). Mitra tutur (merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia

46 tahun). Penutur memberi selamat kepada mitra tutur, karena muridnya lulus

semua. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan

kode (H2) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan pada tuturan

tersebut penutur memberikan memberikan pujian atas keberhasilan mitra tutur dengan

memberinya ucapan selamat karena murid mitra tutur lulus semua. Pilihan kata pada

tuturan kode (H2) menggunakan partikel dan kata fatis “lho”. Wujud basa-basi pada tuturan kode (H2) terlihat pada kata “Selamat” yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Penutur juga mengekspresikan rasa bangganya

dengan memberi pujian kepada mitra tutur “wah, Bapak sukses menjadi Guru ini.” Tuturan dengan kode (H2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut

penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur.

Penutur ingin memberikan pujian terhadap keberhasilan mitra tutur dengan cara

memberinya selamat. Hal ini penutur lakukan agar mitra tutur merasa bahwa penutur

merasa bangga atas keberhasilan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang

dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi

merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau

mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan pada kode

(H2) terlihat bahwa penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra

Wujud basa-basi tuturan (H3) Cuplikan tuturan (H3)

PT: Ibu memang pantas mendapat jabatan ini, semoga jabatan bari ini dapat memberikan berkah untuk orang banyak ya Bu.. MT :Ya Pak, terima kasih

(Instrumen: Kuesioner) (Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga, pada sore hari pukul 17.00 WIB. Penutur memberi selemat kepada mitra tutur atas jabatan barunya, mitra tutur merespon tuturan dari penutur.)

Tuturan pada kode (H3) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh

melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut,

peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk

mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi yang relevan dengan

konteksnya.

Tuturan terjadi antara penutur (merupakan seorang istri dari mitra tutur), dan

mitra tutur (merupakan seorang Guru yang berjenis kelamin laki-laki yang berusia 49

tahun). Penutur memberi selamat kepada mitra tutur karena mendapat jabatan baru,

mitra tutur merespons tuturan dari penutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan

pada kode (H3) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan, penutur

memberi selamat kepada mitra tutur yang mendapat jabatan baru. Wujud basa-basi

pada tuturan kode (H3) terlihat pada kata “Selamat” yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Selain itu, pada tuturan kode (H3) penutur

penutur bermaksud mengharapkan perubahan yang positif atas jabatan baru dari mitra

tutur.

Tuturan pada kode (H3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut

penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur.

Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana

(1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan

untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara

dan kawan bicara.

Wujud basa-basi tuturan (H4) Cuplikan tuturan (H4)

PT: Ibu tidur dulu ya Nak, selamat belajar! MT : Terima kasih ya Bu, selamat tidur.

PT: Ya, Nak. (Konteks : Tuturan terjadi di ruang belajar pada malam hari, tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin perempuan, yang berusia 56 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 10 tahun. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang belajar dan mengucapkan selamat belajar kepada mitra tutur, mitra tutur merespon tuturan dari penutur.)

Tuturan pada kode (H4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat

dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi diruang belajar pada malam hari, tuturan

terjadi dalam situasi santai. Penutur merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin

perempuan yang berusia 56 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari

dan mengucapkan selamat belajar kepada mitra tutur, mitra tutur merespon tuturan

dari penutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan

pada kode (H4) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan, penutur

bermaksud memberi semangat kepada mitra tutur yang sedang belajar. Pilihan kata

pada tuturan kode (H4) menggunakan frase fatis “ya”.

Tuturan kode (H4) tersebut merupakan basa-basi selamat, karena penutur

bermaksud untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Untuk itulah

penutur mengucapkan tuturan tersebut sebagai wujud basa-basi selamat. Selain itu

penutur juga bermaksud untuk memulai pembicaraan, hal ini sesuai dengan teori

Harimurti Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan

tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan

hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi tuturan kode (H4), penutur

bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan memberi semngat kepada mitra

tutur yang sedang belajar.

Wujud basa-basi tuturan (H5) Cuplikan tuturan (H5)

PT: Pak, selamat ya, nilai siswanya tinggi-tinggi. Bapak sudah berhasil menjadi Guru Bahasa Indonesia yang hebat, harus dipertahankan dan ditingkatkan lho Pak. MT: Puji Tuhan, makasih ya Bu. (Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 47 tahun, sedangkan penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 49 tahun. Penutur

mengucapkan selamat dan memberi pujian kepada mitra tutur karena siswanya mendapat nilai yang bagus. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur.)

Tuturan pada kode (H5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat

dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika

penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Ibu rumah

tangga yang berusia 47 tahun, sedangkan penutur merupakan seorang Guru SMP

yang berusia 49 tahun. Penutur mengucapkan selamat dan memberi pujian kepada

mitra tutur karena siswanya mendapat nilai yang bagus. Mitra tutur merespons

tuturan dari penutur.

Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan

pada kode (H5) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan penutur

tidak hanya sekedar mengucapkan selamat. Tetapi, penutur juga memuji dan

memberi motivasi kepada mitra tutur untuk menjaga hubungan yang baik kepada

mitra tutur. Selain menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, penutur juga

memulai pembicaraan tersebut. Pilihan kata pada tuturan kode (H5) menggunakan

partikel dan kata fatis “lho”.

Jadi tuturan kode (H5) tersebut merupakan basa-basi selamat, karena penutur

mencoba memulai pembicaraan dan mengucapkan selamat kepada mitra tutur dengan

4.2.2 Maksud Basa-basi

Setiap ada tuturan, pasti terdapat maksud yang ingin disampaikan. Rahardi

(2003:16-17) memaparkan bahwa ilmu bahasa Pragmatik sesungguhnya mengkaji

maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu.

Artinya pragmatik mengkaji makna satuan lingual tertentu secara eksternal.

Dalam pembahasan ini, peneliti juga akan mendeskripsikan maksud dari tuturan

basa-basi yang diutarakan oleh penutur dan mitra tutur. Peneliti juga menggunakan

partikel fatis (ah, ayo, deh, dong, ding, hallo, kan, kek, kok, -lah, lho, mari, nah, dan

ya) yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (1986:111) untuk mempretegas

dan mengukuhkan maksud yang ingin disampaikan oleh peserta komunikasi melalui

tuturan basa-basinya. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai maksud tuturan

basa-basi antar anggota keluarga pendidik di desa Kalirejo, Kulon Progo berdasarkan

kategori Acknowledgements.