HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.2 Hasil dan Pembahasan
4.2.1.7 Subkategori basa-basi menolak
Basa-basi menolak merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis
Wujud basa-basi tuturan menolak (G1) Cuplikan tuturan menolak (G1)
PT : “Dik mau kemana, kok pagi-pagi dah rapi ?” MT : “Mau senam pagi ini, mau ikut?”
PT : “Ndak lah, males aku. Kamu aja kek yang pergi.” (Konteks : Penutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 16 tahun.Mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 48 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga. Penutur bertanya kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur menolak ajakan mitra tutur. )
Tuturan pada kode (G1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga,
penutur bertanya kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 16 tahun, sedangkan mitra
tutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 48 tahun.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
pada kode (G1) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan pada
tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur kurang menghargai ajakan mitra tutur
yang mengajaknya untuk makan malam.
Tuturan kode (G1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut
penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur.
Tuturan penolakan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan
santun kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap
terjaga dengan baik. Pilihan kata pada tuturan kode (G1) menggunakan partikel dan
kurang sopan apabila menolak secara langsung sehingga penutur menolak dengan
cara yang lebih halus dengan beralasan sedang “males”, agar hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan
anatara pembicara dan kawan bicara.
Wujud basa-basi tuturan (G2)
Cuplikan tuturan (G2) PT : Pak, sini ikut gabung main PS, seru lho!
MT : Bapak masih banyak kerjaan , tadi kan sudah dikasih tau, lain kali aja ya! PT : Yah, yasudah lah.
(Konteks: Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun. Mitra tutur
merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia 46 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS, mitra tutur menolak ajakan dari penutur.)
Tuturan pada kode (G2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di
ruang keluarga. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun.
Mitra tutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia 46 tahun. Penutur
mengajak mitra tutur untuk bermain PS, dan mitra tutur menolak ajakan dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
kode (G2) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan mitra tutur
bermaksud menolak ajakan mitra tutur yang mengajaknya untuk makan malam.
Pilihan kata pada tuturan kode (G2) menggunakan partikel dan kata fatis “kan”.
Tuturan kode (G2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan
penolakan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan santun
kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap erat.
Penutur tidak ingin menolak secara langsung karena penutur menghargai perasaan
penutur, sehingga penutur menolak dengan cara yang lebih halus agar hubungan
penutur dan mitra tutur tetap terjaga. Kalimat yang mengatakan “Bapak masih ada kerjaan e, tadi kan sudah dikasih tau, lain kali aja ya!”, ini merupakan wujud basa-basi menolak. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh
Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan
anatara pembicara dan kawan bicara.
Tuturan pada kode (G2) merupakan tuturan yang terjadi hanya untuk sopan
santun dalam hal menolak ajakan penutur, mitra tutur mengatakan, “lain kali aja ya!” merupakan tuturan yang tidak sebenarnya, karena mitra tutur tidak menjelaskan tepatnya kapan.
Wujud basa-basi tuturan (G5) Cuplikan tuturan (G5)
MT: Wah, sebenarnya aku mau kalau ikut, tapi kayaknya besok aku ada acara deh Bu!
PT: Ya sudah lain kali, kita kesana sama-sama.
MT: Iya Bu. (Konteks: Tuturan terjadi di dapur pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang mencuci buah. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 15 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk pergi ke Nglanggeran, tetapi mitra tutur menolaknya.)
Tuturan pada kode (G5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di dapur pada sore hari, ketika penutur
menghampiri mitra tutur yang sedang mencuci buah. Penutur merupakan seorang
Guru perempuan yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki
penutur yang berusia 15 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk pergi ke
Nglanggeran, tetapi mitra tutur menolaknya.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
dengan kode (G5) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan, mitra
tutur bermaksud menolak ajakan penutur secara halus. Kalimat yang berbunyi:
“Wah, sebenarnya aku mau kalau ikut” merupakan basa-basi untuk menjaga perasaan penutur agar tidak merasa tersinggung atas penolakan mitra tutur. Pilihan
kata pada tuturan kode (G5) menggunakan partikel dan kata fatis “deh”. Penolakan yang dilontarkan oleh mitra tutur tersebut, untuk menjaga hubungan yang baik antara
penutur. Selain untuk menjaga hubungan yang baik dengan penutur, mitra tutur juga
menunjukkan kesopansantunan terhadap penutur yang tidak lain adalah Ibu dari mitra
tutur. Tuturan pada kode (G5) termasuk basa-basi menolak, karena mitra tutur
kesopansantunannya terhadap penutur. Hal ini sejalan dengan teori Harimurti
Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang
dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara
pembicara dan kawan bicara.
Wujud basa-basi tuturan (G6)
Cuplikan tuturan (G6)
PT : Sini Dek duduk-duduk diteras, anginnya segar lho.
MT: Haha sebentar Bu, aku masih ada kerjaan ni. Nanti saja ya Bu?
PT: Iya Dek. (Konteks: Tuturan terjadi diteras pada siang hari, ketika penutur sedang bersantai-santai diteras. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 47 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 17 tahun. Penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping teras, penutur mengajak mitra tutur untuk duduk diteras. Mitra tutur menolak ajakan dari penutur, dengan alasan masih ada yang akan dikerjaan.)
Tuturan pada kode (G6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi diteras pada siang hari, ketika penutur sedang
bersantai-santai diteras. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 47
tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 17 tahun.
Penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping teras, penutur mengajak
mitra tutur untuk duduk diteras. Mitra tutur menolak ajakan dari penutur, dengan
alasan masih ada yang akan dikerjaan.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
tutur bermaksud menolak ajakan dari penutur, dengan menyampaikan alasannya agar
tidak menyinggung perasaan penutur. Pilihan kata pada tuturan kode (G6)
menggunakan partikel dan kata fatis “ya”. Tuturan dengan kode (G6) merupakan basa-basi menolak, karena mitra tutur tidak langsung menyampaikan penolakannya
secara langsung, tetapi mitra tutur menolak secara halus dengan menyampaikan
alasannya. Selain menjaga perasaan penutur, mitra tutur juga bermaksud
menunjukkan rasa kesopansantunannya terhadap penutur. Mitra tutur bermaksud
menunjukkan kesopansantunanya terhadap penutur, karena penutur merupakan Ibu
dari mitra tutur. Untuk itulah tuturan mitra tutur yang berbunyi: Haha sebentar Bu,
aku masih ada kerjaan ini. Nanti saja ya Bu? merupakan wujud basa-basi penolakan mitra
tutur untuk menolak ajakan dari penutur secara halus dengan menunjukkan kesopansatunannya terhadap penutur. Hal ini sejalan dengan teori Malinowski (1923:315)
yang mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan
personal antarpeserta komunikasi.
4.2.1.8 Selamat
Basa-basi selamat merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis
Wujud basa-basi tuturan (H1) Cuplikan tuturan (H1)
PT : Dian, selamat ya dapat juara satu. Tetap harus rajin belajar lho! MT : Makasih ya Bu, dapat hadiah ndak?
PT : Dapat, besok kalau Ibu udah gajian. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur 34 tahun. Mitra tutur
merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 9 tahun.Tuturan terjadi dalam situasi
santai, dan berlangsung di ruang keluarga ketika mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur menghampiri mitra. Penutur memberi selamat kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponnya.)
Tuturan dengan kode (H1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat
dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung
di ruang keluarga. Tuturan terjadi ketika mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur
menghampiri mitra tutur. Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur
34 tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 9 tahun.
penutur memberi selamat kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponsnya.
Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
dengan kode (H1) termasuk dalam subkategori selamat. Pilihan kata pada tuturan
kode (H1) menggunakan partikel dan kata fatis “ya”. Tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi, karena penutur memberikan selamat kepada mitra tutur yang
mendapat juara satu. Selain memberi salam, penutur juga memberikan semangat
kepada mitra tutur. Untuk itulah tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi selamat.
Wujud basa-basi pada tuturan kode (H1) terlihat pada kata “Selamat” yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Penutur juga
mengekspresikan rasa bahagia dan menyampaikan harapan pada mitra tutur. Tuturan
pada kode (H1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur
bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur
ingin memberi ucapan selamat kepada mitra tutur yang pada hari itu, mendapatkan
juara satu dengan cara memberinya selamat dan semangat kepada mitra tutur agar
dapat mempertahankan juara. Hal ini penutur lakukan agar mitra tutur merasa bahwa
penutur merasa diperhatikan dengan memberikannya selamat dan dapat menjadikan
hubungan keduanya semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan
oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan
yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan
anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan (H1) terlihat bahwa penutur
mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur mendapatkan juara satu.
Wujud basa-basi tuturan (H2)
Cuplikan tuturan (H2)
PT : Wah, Bapak sukses menjadi Guru ni. Selamat lho muridnya lulus semua! MT : Duh, Ibu bisa aja. Alhamdulilah ya Bu.
PT : Iya Pak, Alhamdulilah. Ibu ikut senang.
(Instrumen:Kuesioner) (Kuisioner: Tuturan terjadi diruang keluarga, pada malam hari pada pukul 20.00 WIB. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv, penutur memberikan ucapan selamat atas keberhasilan mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur) Tuturan pada kode (H2) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh
melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut,
peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk
konteksnya. Tuturan terjadi antara penutur (merupakan seorang Ibu rumah tangga
yang berusia 44 tahun). Mitra tutur (merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia
46 tahun). Penutur memberi selamat kepada mitra tutur, karena muridnya lulus
semua. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
kode (H2) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan pada tuturan
tersebut penutur memberikan memberikan pujian atas keberhasilan mitra tutur dengan
memberinya ucapan selamat karena murid mitra tutur lulus semua. Pilihan kata pada
tuturan kode (H2) menggunakan partikel dan kata fatis “lho”. Wujud basa-basi pada tuturan kode (H2) terlihat pada kata “Selamat” yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Penutur juga mengekspresikan rasa bangganya
dengan memberi pujian kepada mitra tutur “wah, Bapak sukses menjadi Guru ini.” Tuturan dengan kode (H2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut
penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur.
Penutur ingin memberikan pujian terhadap keberhasilan mitra tutur dengan cara
memberinya selamat. Hal ini penutur lakukan agar mitra tutur merasa bahwa penutur
merasa bangga atas keberhasilan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang
dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi
merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau
mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan pada kode
(H2) terlihat bahwa penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra
Wujud basa-basi tuturan (H3) Cuplikan tuturan (H3)
PT: Ibu memang pantas mendapat jabatan ini, semoga jabatan bari ini dapat memberikan berkah untuk orang banyak ya Bu.. MT :Ya Pak, terima kasih
(Instrumen: Kuesioner) (Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga, pada sore hari pukul 17.00 WIB. Penutur memberi selemat kepada mitra tutur atas jabatan barunya, mitra tutur merespon tuturan dari penutur.)
Tuturan pada kode (H3) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh
melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut,
peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk
mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi yang relevan dengan
konteksnya.
Tuturan terjadi antara penutur (merupakan seorang istri dari mitra tutur), dan
mitra tutur (merupakan seorang Guru yang berjenis kelamin laki-laki yang berusia 49
tahun). Penutur memberi selamat kepada mitra tutur karena mendapat jabatan baru,
mitra tutur merespons tuturan dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
pada kode (H3) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan, penutur
memberi selamat kepada mitra tutur yang mendapat jabatan baru. Wujud basa-basi
pada tuturan kode (H3) terlihat pada kata “Selamat” yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Selain itu, pada tuturan kode (H3) penutur
penutur bermaksud mengharapkan perubahan yang positif atas jabatan baru dari mitra
tutur.
Tuturan pada kode (H3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut
penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur.
Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana
(1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan
untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara
dan kawan bicara.
Wujud basa-basi tuturan (H4) Cuplikan tuturan (H4)
PT: Ibu tidur dulu ya Nak, selamat belajar! MT : Terima kasih ya Bu, selamat tidur.
PT: Ya, Nak. (Konteks : Tuturan terjadi di ruang belajar pada malam hari, tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin perempuan, yang berusia 56 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 10 tahun. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang belajar dan mengucapkan selamat belajar kepada mitra tutur, mitra tutur merespon tuturan dari penutur.)
Tuturan pada kode (H4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi diruang belajar pada malam hari, tuturan
terjadi dalam situasi santai. Penutur merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin
perempuan yang berusia 56 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari
dan mengucapkan selamat belajar kepada mitra tutur, mitra tutur merespon tuturan
dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
pada kode (H4) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan, penutur
bermaksud memberi semangat kepada mitra tutur yang sedang belajar. Pilihan kata
pada tuturan kode (H4) menggunakan frase fatis “ya”.
Tuturan kode (H4) tersebut merupakan basa-basi selamat, karena penutur
bermaksud untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Untuk itulah
penutur mengucapkan tuturan tersebut sebagai wujud basa-basi selamat. Selain itu
penutur juga bermaksud untuk memulai pembicaraan, hal ini sesuai dengan teori
Harimurti Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan
tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan
hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi tuturan kode (H4), penutur
bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan memberi semngat kepada mitra
tutur yang sedang belajar.
Wujud basa-basi tuturan (H5) Cuplikan tuturan (H5)
PT: Pak, selamat ya, nilai siswanya tinggi-tinggi. Bapak sudah berhasil menjadi Guru Bahasa Indonesia yang hebat, harus dipertahankan dan ditingkatkan lho Pak. MT: Puji Tuhan, makasih ya Bu. (Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 47 tahun, sedangkan penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 49 tahun. Penutur
mengucapkan selamat dan memberi pujian kepada mitra tutur karena siswanya mendapat nilai yang bagus. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur.)
Tuturan pada kode (H5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat
dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika
penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Ibu rumah
tangga yang berusia 47 tahun, sedangkan penutur merupakan seorang Guru SMP
yang berusia 49 tahun. Penutur mengucapkan selamat dan memberi pujian kepada
mitra tutur karena siswanya mendapat nilai yang bagus. Mitra tutur merespons
tuturan dari penutur.
Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan
pada kode (H5) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan penutur
tidak hanya sekedar mengucapkan selamat. Tetapi, penutur juga memuji dan
memberi motivasi kepada mitra tutur untuk menjaga hubungan yang baik kepada
mitra tutur. Selain menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, penutur juga
memulai pembicaraan tersebut. Pilihan kata pada tuturan kode (H5) menggunakan
partikel dan kata fatis “lho”.
Jadi tuturan kode (H5) tersebut merupakan basa-basi selamat, karena penutur
mencoba memulai pembicaraan dan mengucapkan selamat kepada mitra tutur dengan
4.2.2 Maksud Basa-basi
Setiap ada tuturan, pasti terdapat maksud yang ingin disampaikan. Rahardi
(2003:16-17) memaparkan bahwa ilmu bahasa Pragmatik sesungguhnya mengkaji
maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu.
Artinya pragmatik mengkaji makna satuan lingual tertentu secara eksternal.
Dalam pembahasan ini, peneliti juga akan mendeskripsikan maksud dari tuturan
basa-basi yang diutarakan oleh penutur dan mitra tutur. Peneliti juga menggunakan
partikel fatis (ah, ayo, deh, dong, ding, hallo, kan, kek, kok, -lah, lho, mari, nah, dan
ya) yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (1986:111) untuk mempretegas
dan mengukuhkan maksud yang ingin disampaikan oleh peserta komunikasi melalui
tuturan basa-basinya. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai maksud tuturan
basa-basi antar anggota keluarga pendidik di desa Kalirejo, Kulon Progo berdasarkan
kategori Acknowledgements.