• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pendidikan

E. Kondisi Internal Sistem Pendidikan 1 Unit Analisis

2. Substansi Telaahan

Bidang hasil pokok atau key result areas (KRA) terdiri atas sejumlah bidang kegiatan (dengan indikator kelayakan hasil dan kinerjanya) serta perangkat komponen (dasar dan penunjang dengan indikator kelayakan persyaratan ambangnya) yang dipandang strategis langsung berkontribusi terhadap pencapaian tujuan dan sasaran sistem yang bersangkutan, yang bervariasi sesuai dengan tingkat, jenjang, dan jenis atau kekhususan unit kerjanya.

Hal-hal yang berkaitan dengan unsurunsur 5M (man, material, money, method, and machine), walaupun ketentuan tentang jumlah, kualifikasi, dan persyaratan ambangnya berbeda, telah dimaklumi bahwa pada tingkat sistem pendidikan yang paling sederhana sekalipun, unsur dan variabelnya cukup rumit (kompleks). Oleh karena itu perlu dilakukan pilihan yang tepat, di antaranya yang dipandang paling bernilai strategis untuk diikutsertakan ke dalam sasarannya.

Abin Syamsuddin (1996) mengemukakan bahwa selain terdapat berbagai pendekatan, juga peranan kebijakan dan kemauan politik (political will) dari pihak stakeholders, terutama pemerintah sangat determinan dalam menentukan prioritas hasil yang diharapkan. Sebagai contoh, yang dianut di Indonesia selama ini ialah berpijak pada kebijakan penetapan prioritas pembangunan nasional di bidang pendidikan, yang dalam Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) yang ke-VI diletakan pada tematema strategis seperti (1) pemerataan dan perluasan kesempatan

pendidikan; (2) peningkatan kualitas pendidikan; (3) peningkatan relevansi pendidikan; dan (4) peningkatan efisiensi dan efektivitas pengelolaan pendidikan. Pada dekade 2000-an sebagian prioritas masih sama sebagian lagi muncul dengan bahasa dan pelabelan yang berbeda, yaitu (1) perluasan akses untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; (2) peningkatan mutu dan relevansi pendidikan;

(3) peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan; serta (4) peningkatan akuntabilitas dan pencitraan publik pengelolaan pendidikan.

Terdapat beberapa macam metode dan teknik analisis posisi sistem pendidikan dan penentuan sasaran pendidikan,

di antaranya (1) metode pemeriksaan hasil (quality control);

(2) metode Input-Process-Output (IPO); (3) metode analisis rusuk ikan (fish bone analysis); (4) teknik Delphi; serta (5) model Context Input-Process-Product (CIPP model). Untuk keperluan studi evaluatif yang mempertimbangkan segi kontekstual seperti perencanaan pendidikan, dewasa ini ternyata model CIPP dipergunakan di banyak negara, termasuk di Indonesia (khususnya di lingkungan pendidikan tinggi). Pertimbangannya antara lain karena model tersebut paling mendekati tingkat keberhasilan pembangunan nasional di bidang pendidikan yang berorientasi pada keempat gugus tema sentral dan strategisnya itu (pemerataan, kualitas, relevansi, dan efisiensi).

Model CIPP semula digunakan dan dikembangkan oleh Stufflebeam untuk keperluan evaluasi dalam rangka perencanaan dan pengembangan pendidikan. Dengan penyederhanaan dan adaptasi sesuai dengan keperluan analisis posisi sistem pendidikan dan penetuan sasaran hasilnya, maka secara visual Abin (1996) mengadaptasi model CIPP itu seperti tertuang pada Diagram 2.1.

Diagram 2.1 Model analisis posisi internal sistem pendidikan

Sumber: Abin Syamsuddin (1996:9, 1999:6)

Pada diagram tersebut, dengan mudah dapat diidentifikasi: (1) gugus perangkat komponen sistemnya yang digambarkan dalam kotak fungsi, (2) gugus perangkat indikator kinerjanya yang digambarkan dengan anak panah penghubung antarkotak fungsi tadi. Berkenaan dengan perangkat sistem dan indikator kinerjanya, dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Satuan (Unit Kerja)

1) Tujuan merupakan pernyataan tentang situasi atau

keadaan dan posisi sistem yang diharapkan (mungkin, niscaya, pasti) terjadi di masa yang akan datang. Jika pernyataannya bersifat umum dan batasan waktunya tak ditentukan, maka lazim disebut cita-cita (aims, goals, mission), seperti tujuan pendidikan nasional yang tertera dalam SPN (2003). Jika pernyataannya masih umum tetapi batas waktunya sudah dirancang (10, 25, 30 tahun) lazim disebut visi (wawasan), seperti pernyataan dalam GBHN tentang wajib belajar penddikan dasar 9 tahun dalam kurun waktu tiga Repelita. Jika pernyataannya telah bersifat spesifik (teramati dan

TUJUAN ) Objectives ( YANG BERKEPENTINGAN Stake ( -holders) Persyaratan AmbangMasukanDasarSumberdayaMSarana& Pras.Pemanf. Masukan

Iklim & Suasana

Metode/carakerjaLulusan/Man-QualProduk/ KaryaJasa/PelayananReturnKepuasanPerubahan Regulasi Normatif A k u n ta b il i ta s Aspiratif

Link & Match

Relevan E fe k ti v it a s Apre si a ti f Produktivitas Efisiensi

terukur) dalam jangka waktu tertentu, maka lazim disebut sasaran (targets, objectives).

2) Persyaratan ambang merupakan perangkat ketentuan

dan peraturan serta perangkat norma atau ukuran standar kelayakan perangkat sistem (masukan, proses, dan keluaran) dan kelayakan kinerja sistem (efisiensi, produktivitas, efektivitas, relevansi, dan akuntabilitas) yang secara minimal harus terpenuhi secara memadai.

3) Masukan atau sumber-sumber menyangkut segala

hal yang berkontribusi atau berpengaruh terhadap sistem, terdiri atas masukan dasar (peserta didik, data, fakta, informasi, permasalahan, tugas, citacita, dan komitmen); masukan instrumental berupa (SDM, imprastruktur, dana, sarana, prasarana, cara kerja, dan

media); masukan lingkungan trigatra (geografik,

demografik, dan kultural); serta lingkungan pancagatra

(politik, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan, serta agama).

4) Proses mencakup seluruh rangkaian kegiatan

transformatif dan interaktif dalam pemanfaatan segala masukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan atau tujuan satuan pendidikan.

5) Keluaran mencakup segala hal yang berwujud sebagai

produk atau akibat dari proses kegiatan transformatif dan interaktif yang terjadi dalam suatu sistem. Keluaran

disebut juga sebagai hasil (outputs), jika langsung dapat

segera diamati dan diukur (immediate, shorterm results)

dan disebut dampak (outcomes), jika dalam jangka

waktu yang agak lama dapat dideteksi (longterm

results). Hasil-hasil itu dapat berupa manusia (lulusan dan/atau keputusan) dengan perangkat perubahan pengetahuan, sikap, aspirasi dan keterampilannya atau perubahan prilaku dan pribadi secara utuh. Selain hasil- hasil berupa jasa (pelayanan tertentu) dan karya (ilmu pengetahuan dan teknologi, humaniora, produk barang, dan pemecahan masalah). Adapun dampak dari sistem

individu yang bersangkutan dan kepuasan yang dinikmati atau perkembangan karier yang diraih dalam perjalanan hidupnya. Selain itu, dampak sistem itu juga dapat dilihat dalam perubahan dan perkembangan aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, seperti aspirasi politik (partisipasinya dalam organisasi, memanfaatkan hak suara atau hak pilihnya; apresiasi seninya (partisipasi, pemerhati, penghayat, dan prilaku seni); kesadaran beriptek (langganan koran atau media cetak lainnya); kesadaran akan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS); kesadaran beragama atau keimanan dan ketakwaan (taat beribadah dan beramal saleh) dan banyak lagi.

6) Stakeholders merupakan semua pihak yang

berkepentingan dan terkait dengan sistem pendidikan, baik yang terdapat dalam lingkungan sistem itu sendiri (internal stakeholders/customers) maupun pihak di luar

sistem (eksternal stakeholders/ customers).

b. Indikator Kinerja dan Parameternya

1) Efisiensi; pada dasarnya menunjukkan ukuran tingkat

kemampuan sistem dalam memanfaatkan seluruh atau sebagian perangkat sumber daya secara optimal, pada pelaksanaan proses produksi yang menjadi tugas untuk mewujudkan BHP yang telah ditetapkan. Termasuk salah satu di antaranya tingkat daya tampung yang dapat menunjukkan suatu kemampuan pemanfaatan sumber daya ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, dan tenaga pendidik secara optimal sehingga dapat menerima peserta didik baru yang berminat sebanyakbanyaknya sesuai dengan ketentuan (persyaratan ambang) yang berlaku. Dengan demikian, efisiensi dapat ditunjukkan oleh suatu tingkat kelayakan rasio peserta didik dengan ruang belajar, laboratorium, perpustakaan, guru dan tenaga, serta sumber daya lainnya. Dengan kata lain, besaran nilai rasio tersebut dapat digunakan sebagai salah satu parameter indikator efisiensi sistemnya. Banyak cara lain untuk mendeteksi

tingkat efisiensi sistem ini, misalnya Angka Efisiensi

Edukasi (AEE) yang dapat dihitung dengan hasil analisis

kohor (arus peserta didik) atau menghitung besaran rasio jumlah kelulusan dengan jumlah peserta didik yang diterima pada tahun awalnya untuk setiap kohor (angkatan) peserta didik. Efisiensi untuk setiap komponen masukan juga akan dapat dicari indikator dengan parameternya, misalnya pemanfaatan guru berdasarkan EWMP (Ekuivalensi Waktu Mengajar Penuh) dengan membandingkan jumlah penggunaan waktu yang nyata dengan persyaratan ambangnya. Demikian pula tingkat efisiensi unsur masukan sumber daya lainnya dapat ditetapkan parameternya.

2) Produktivitas; pada prinsipnya merupakan suatu

ukuran tingkat daya hasil setiap program atau keseluruhan perangkat program yang menjadi fungsi hasil yang menjadi tanggung jawab unit kerja dalam kurun waktu tertentu (triwulan, semester, tahun, siklus 6 tahunan untuk SD, atau 3 tahunan untuk SLTP/SLTA). Indikator produktivitas ini dapat diukur dengan jalan menetapkan parameternya, seperti rasio jumlah lulusan

dengan jumlah satuan waktu studi (students year) yang

digunakan oleh seluruh peserta didik yang terdaftar pada sistem kerja dan kurun waktu yang sama. Begitu pula untuk sasaran lainnya, misalnya berapa jumlah gedung, ruang belajar, laboratorium, perpustakaan yang dibangun, atau berapa usulan kenaikan pangkat personil yang dapat diselesaikan dalam kurun waktu tertentu dan sesuai syarat ambangnya.

3) Efektivitas; pada dasarnya menunjukkan tingkat

kesesuaian antara hasil yang dicapai (achievements, observed outputs) dan hasil yang diharapkan (objectives, targets, intended outputs) sebagaimana telah ditetapkan. Parameternya dapat diungkapkan dengan nilai rasio antara jumlah hasil (kelulusan, produk jasa, dan produk barang) yang dicapai dalam kurun waktu tertentu dibandingkan dengan jumlah (unsur yang

serupa) yang diproyeksikan atau ditargetkan dalam kurun waktu tersebut.

4) Relevansi; merupakan suatu ukuran tingkat keterkaitan

atau kesesuaian antara hasil (outputs) dengan peluang

dan kebutuhan. Misalnya, jumlah dan kualifikasi tenaga kerja yang disiapkan sistem pendidikan (menurut jenjang dan jenis kualifikasinya) dapat dibandingkan dengan jumlah dan kualifikasi tenaga yang terserap dunia kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian, tingkat partisipasi angkatan kerja yang merupakan rasio antara tenaga angkatan kerja yang tersedia dapat digunakan sebagai parameternya. Parameter lainnya juga dapat digunakan, seperti angka pengangguran. Sementara bagi tingkatan SD, SLTP, dan SMA dapat juga menggunakan angka melanjutkan studi

(transition rate) sebagai parameternya.

5) Akuntabilitas; merupakan indikator kinerja sistem yang

lebih komprehensif. Parameternya dapat melibatkan seluruh komponen masukan-proseshasil untuk dideteksi ukuran kesesuaian dengan persyaratan ambangnya. Bahkan ada juga yang menggunakan acuan yang lebih luas lagi, yaitu harapan-harapan atau aspirasi

stakeholders. Ada juga yang menggunakan acuan standar internasional seperti International Standard Organization 9000 (ISO 9000) atau (ISO 14000). Pada umumnya, indikator akuntabilitas lebih dikhususkan pada aspek keuangan, dengan pengertian internal audit (audibilitas).

6) Kesehatan organisasi; menunjukkan ukuran tingkat

kepuasan, kekuatan motivasi, dan derajat keterlibatan atau partisipasi di antara staf dan anggota dalam proses pembuatan keputusan, pelaksanaan pekerjaan, dan pencapaian hasilnya.

7) Adaptabilitas dan semangat berinovasi;

menunjukkan ukuran tingkat kepekaan (sensitivity) dan

cepat tanggap (responsiveness) terhadap perubahan, perkembangan, dan tantangan yang terjadi dalam

lingkungannya, disertai dengan kemauan dan kemampuan untuk melakukan penyesuaian melalui upaya perbaikan, penyempurnaan, dan pembaharuan sistemnya.

Kedua gugus indikator (kelayakan perangkat komponen dan kelayakan kinerja unit kerja) tersebut, para analis berpendapat bahwa sistem pendidikan dapat menyajikan kombinasi-kombinasi mana yang akan dipilih oleh para pembuat keputusan untuk dijadikan tujuan serta keperluan langkah selanjutnya.

F. Data dan Informasi yang Diperlukan