• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipe Substrat Dasar Perairan

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 65-68)

keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan yang diukur adalah konsentrasi ion hidrogen. Dengan adanya asam-asam mineral bebas dan asam

4.3 Karakteristik Sedimen (Substrat Dasar Perairan) .1 Nilai pH Sedimen

4.3.4 Tipe Substrat Dasar Perairan

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 P b ( m g/ g B e ra t K e ri ng) Pu lo ke rt o G andu s M us i II/ P .O ga n M K ram as an M uar a O gan A m per a W ilm ar Pu sr i H ok tong K undur SAP SST .P. Bu ru ng P ul au B or an g U pan g Pr e S. C em ar a Se la t C em ar a P ul au P ay ung Tj g. B uy ut Apr-07 Juli 2007

Gambar 52 Perbandingan nilai Pb dalam sedimen pada bulan April dan Juli 2007. Hasil pengukuran logam berat Pb di sedimen pada bulan April berkisar antara 0,4042 mg/g – 0,7872 mg/g sedangkan pada bulan Juli berkisar 0,3937 – 1,747 mg/g. Rendahnya kandungan logam berat timbal (Pb) dalam sedimen Sungai Musi bagian hilir pada bulan April, menunjukkan bahwa kandungan logam berat Pb pada perairan belum terjadi pengendapan di dasar sedimen dan terbawa oleh aliran air. Berdasarkan Klasifikasi baku mutu yang dikeluarkan US-EPA maka kandungan Pb yang terdapat dalam sedimen belum melewati batas baku mutu yang ditetapkan.

4.3.4 Tipe Substrat Dasar Perairan

Pengamatan terhadap kondisi fisika dan kimia dan tekstur sedimen dalam hubungannya dengan struktur komunitas makrozoobentos sangat penting untuk dilakukan karena sedimen atau substrat dasar perairan merupakan habitat bagi hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar perairan. Tekstur atau tipe substrat merupakan salah satu parameter sedimen yang berpengaruh terhadap kehidupan bentos, jenis sedimen tersebut sangat menentukan kepadatan dan komposisi

hewan bentos. Tipe substrat dapat ditentukan dengan mengukur komposisi dari fraksi-fraksi pembentuknya yaitu kandungan pasir, liat dan lumpur atau debu dengan menggunakan segitiga Millar. (Brower & Zar 1990).

Tabel 23 Klasifikasi komposisi fraksi sedimen berdasarkan segitiga Millar

April 2007 2007 Juli

No. Stasiun Lokasi Pasir % Debu % Liat %

Tipe

Substrat Pasir % Debu % Liat %

Tipe Substrat

1. Pulokerto 14.1 46.8 39.1 Liat berlumpur 7 49 44 Liat berlumpur 2. Gandus 26.0 42.2 31.9 Lempung liat

berlumpur

19 43 38 Lempung liat berlumpur 3. Pre Ogan 16.1 65.9 18.1 Lempung

berlumpur 4 49 47 Liat berlumpur 4. Musi

Kramasan 14.1 43.1 42.7 Liat berlumpur 9 48 43 Liat berlumpur 5.

Muara

Ogan 33.3 44.8 21.9 Lempung berlumpur

4 46 50 Liat berlumpur 6. Ampera 48.4 40.4 11.2 Lempung 1 47 52 Liat

berlumpur 7. Wilmar

22.0 42.2 35.8 Lempung liat berlumpur 39 34 27 Lempung berliat 8. Pusri 34.4 41.8 23.8 Lempung liat

berlumpur 17 55 28 Lempung liat berlumpur 9. Hoktong 34.0 28.3 37.7 Lempung berliat 32 37 31 Lempung liat berlumpur 10. S. Kundur 55.8 25.9 18.3 Lempung berpasir 13 48 39 Liat berlumpur 11. PT. SAP 25.5 67.8 6.7 Liat berlumpur 60 21 19 Lempung

berpasir 12. P. Borang 1.7 56.8 41.4 Liat berlumpur 1 62 37 Liat

berlumpur 13. SST 17.4 68.5 14.1 Liat berlumpur 1 53 46 Liat

berlumpur 14. Upang 43.8 33.6 22.6 Lempung liat

berpasir 12 51 37 Liat berlumpur 15. Pre Selat

Cemara 18.5 53.9 27.7 Lempung berlumpur 27 41 32 Lempung liat berlumpur 16. S.Cemara 56.8 20.6 22.6 Lempung 1 50 49 Liat

berlumpur 17. P. Payung 4.2 68.0 27.7 Lempung liat

berlumpur 4 56 40 Liat berlumpur 18. Tj. Buyut 25.2 49.7 25.1 Lempung liat

berlumpur 13 56 31 Lempung liat berlumpur

Tekstur substrat terdiri atas campuran ketiga fraksi tersebut, tidak ada substrat yang terdiri atas satu fraksi saja, tetapi semua tipe substrat terdiri atas

ketiga fraksi tersebut (Brower & Zar 1990). Odum (1971) menjelaskan bahwa karakter dasar suatu perairan sangat menentukan penyebaran makrozoobentos yaitu substrat perairan seperti lumpur, pasir, liat, berpasir kerikil dan batu, dimana masing-masing tipe menentukan komposisi jenis makrozoobentos. Dari Tabel 22 menunjukkan bahwa kandungan substrat pada pengamatan bulan April di seluruh stasiun yang ada memiliki kandungan fraksi debu atau lumpur yang cukup tinggi yaitu 20,6 % sampai dengan 67,8%, diikuti fraksi dengan kandungan liat yang berkisar 6,7 % sampai dengan 42,9 % dan kandungan pasir berkisar antara 1,7 % sampai dengan 56,8 %. Pada bulan Juli di seluruh stasiun juga masih didominasi oleh kandungan fraksi debu atau lumpur yang cukup tinggi yaitu berkisar 21 % sampai dengan 62 %, diikuti fraksi dengan kandungan liat yang berkisar 19 sampai dengan 52 % dan kandungan pasir yang berkisar antara 1 % sampai dengan 60 %.

Secara keseluruhan tipe substrat dasar perairan Sungai Musi bagian hilir pada setiap stasiun didominasi oleh tipe substrat liat berlumpur, kemudian diikuti oleh lempung liat berlumpur, lempung berlumpur, lempung berliat, lempung berpasir, lempung dan lempung liat berpasir. Pada bulan April tipe substrat di dominasi oleh tipe liat berlumpur yang ditemukan pada stasiun Pulokerto, Musi Kramasan, PT. SAP, Pulau Borang dan SST. Pulau Burung. kemudian diikuti dengan tipe lempung liat berlumpur yang ditemukan pada stasiun Gandus, Wilmar, Pusri, Pulau Payung, jenis tipe lainnya adalah tipe lempung berlumpur yang ditemukan pada 3 stasiun yaitu stasiun Pre Ogan, Muara Ogan dan Pre Selat Cemara, tipe lempung ditemukan pada stasiun Ampera dan Selat Cemara kemudian tipe lempung berliat dan lempung berpasir ditemukan hanya pada 1 stasiun yaitu Hoktong dan Sungai Kundur sedangkan pada bulan Juli tipe substratnya juga masih didominasi oleh tipe liat berlumpur yang terdapat pada 11 stasiun dan sisa stasiun yang lainnya bertipe lempung liat berlumpur yang dapat ditemukan di 5 stasiun yaitu stasiun Gandus, Pusri, Hoktong, Pre Selat Cemara dan stasiun Tanjung Buyut, diikuti dengan tipe lempung berliat dan lempung berpasir yang masing-masing terdapat di stasiun Wilmar dan stasiun PT. SAP dimana pada sedimen berpasir biasanya kandungan oksigennya lebih tinggi dibandingkan dengan substrat yang lebih halus, hal ini disebabkan pada sedimen yang ukuran partikelnya lebih besar akan terdapat rongga-rongga yang akan memungkinkan terjadinya pertukaran air yang lebih intensif, pertukaran air ini akan

mengakibatkan terjadinya distribusi gas O2 hal ini menyebabkan tingginya

Secara umum terdapat perubahan komposisi tipe substrat pada bulan April dan Juli di 9 stasiun (Tabel 22), adanya perbedaan atau perubahan komposisi ini di pengaruhi oleh karakteristik perairan di lokasi stasiun pengamatan dan juga adanya pengaruh dari pergerakan massa air sehingga menyebabkan adanya perbedaan tipe substrat tersebut. Pada lokasi yang arusnya lemah dan pergerakan massa air (turbulence) relatif kurang akan membuat partikel-partikel yang lebih kecil akan terbawa jauh oleh massa air dan meninggalkan partikel pasir yang berukuran lebih besar sehingga terendap terlebih dahulu, maka fraksi liat dan debu atau lumpur akan terus melayang dan terbawa oleh massa air, sampai akhirnya diendapkan juga. Adanya dominasi tipe sedimen liat berlumpur di Sungai Musi bagian hilir di sebabkan juga adanya masukan bahan-bahan tersuspensi, koloid dan bahan lainnya dari daratan melalui limpasan air (run-off) yang masuk ke badan perairan, kemudian akibatnya partikel akan mengendap dan berperan dalam pembentukan substrat lumpur. Odum (1971) menjelaskan bahwa pengendapan partikel lumpur di dasar perairan tergantung arus. Apabila arusnya kuat maka partikel yang mengendap adalah partikel berukuran lebih besar, sebaliknya pada tempat yang arusnya lemah maka yang akan mengendap adalah lumpur halus. Pembentukkan endapan lumpur juga mendapat pengaruh dari laut, karena pada air laut juga banyak terdapat partikel tersuspensi. Ketika partikel tersuspensi yang dibawa oleh sungai bercampur dengan air laut, kehadiran ion-ion dalam air laut akan menyebabkan lumpur menggumpal dan membentuk partikel yang lebih besar (Nybakken 1988).

4.4 Hubungan Parameter Fisika, Kimia Air dan Sedimen dengan Struktur

Dalam dokumen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 65-68)

Dokumen terkait