• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

B. Penyajian Data dan Analisis

Sebagai penjelasan, bahwa dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, interview dan dokumentasi sebagai alat untuk memperoleh data yang berkaitan dan mendorong dalam penelitian ini dan memberi intensifikasi pada metode observasi dan interview. Untuk mendapatkan data yang kualitatif dan berimbang, maka dilakukan juga dengan menggunakan metode dokumentasi.

7Wawancara Peneliti dengan Kyai Fathul ( Pimpinan Pondok Pesantren Mambaul Huda), 16 September 2015.

Setelah mengalami proses peralihan data dengan berbagai metode yang dipakai mulai global hingga sampai data yang fokus, maka secara berurutan akan disajikan data-data yang ada dan mengacu pada fokus penelitian.

1. Langkah – langkah Strategi Pondok Pesantren Mambaul Huda

Seiring dengan berjalannya waktu Pondok Pesantren Mambaul Huda terus menerus mengembangkan dan mencapai tujuan dari pengkaderan da’i tersebut.

Membuktikan bahwa dalam menjalankan kegiatan Dakwah maka diperlukan wadah atau pun organisasi karena dalam organisasi yang terorganisir maka tujuan dari pengkaderan da’i tersebut akan berjalan baik dan sampai pada tujuannya.

Berikut petikan wawancara dengan Ustadz Endi selaku pngurus Pondok Pesantren Mambaul Huda :

“Strategi yayasan ini demi menciptakan seorang da’i yang dapat di banggakan dimasyarakat yang pertama ya menentukan program Pondok Pesantren Mambaul Huda, terus membuat jadwal kegiatan atas program dan menentukan pembimbing dalam mengawasi program – program”.8

Strategi dalam suatu lembaga atau organisasi adalah bagian terpenting untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, seperti halnya di sebuah Pondok Pesantren ataupun lembaga Islam lainnya yang memiliki strategi dalam pengkaderan da’i.

Penjelasan terhadap kutipan tersebut adalah :

1. Menentukan Program Pondok Pesantren Mamabaul Huda

Menentukan program Pondok Pesantren Mambaul Huda disini adalah untuk menjembatani para santri dalam kehidupan di Pondok Pesantren supaya hidup terarah dan memiliki tujuan yang jelas serta memberikan fasilitas kegiatan untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri para santri. Dari sini pulalah santri diarahkan untuk mengetahui di mana kemampuan atau bakat para santri sehingga para santri dapat mengasah kembali potensi yang mereka miliki. Misalkan program

Muhadhoroh, disini para santri dapat melatih kemampuan dalam beridato. Dan di dalam program ini pula, para santri dapat mengkreasikan seni – seni retorika yang baik dan benar, sehingga para santri memiliki bakal untuk berceramah di depan khalayak umum lainnya atau masyarakat.

2. Membuat jadwal kegiatan

Langkah selanjutnya adalah menentukan atau membuat jadwal kegiatan.

Pondok Pesantren Mambaul Huda memiliki aktifitas dan disiplin yang padat sehingga Pengasuh Pondok Pesantren beserta pengurus Organisasi Santri Mambaul Huda membuat jadwal setiap kegiatan yang ada sebagai rutinitas sistem dan disiplin yang ada di Pondok Pesantren. Dalam hal ini setiap kegiatan di buat jadwal agar kegiatan yang satu dengan yang lainnya tidak berbenturan, sehingga kegiatan-kegiatan yang ada dapat berjalan dengan baik dan tertib.

JADWAL KEGIATAN PONDOK PESANTREN MAMBAUL HUDA DALAM PENGKADERAN DA’I

Hari Kegiatan Waktu Tempat Pengajar

Setiap sore Kitab kuning 17.00 s/d 18.00

Aula Ky. Suparto Fathul Jawad Rabu malam Muhadhoroh

Bahasa Arab

20.00 s/d 22.00

Kelas Asatidz Asatidzah Sabtu malam Muhadhoroh B.

Inggris dan B.

Indonesia

20.00 s/d 22.00

Kelas Asatidz Asatidzah Setiap pagi Pemberian kosa

kata B.Arab dan B.Inggris

05.30 s/d 06.00

Aula Para

Pengurus dan Penbina Setiap malam

(selain Rabu malam dan Sabtu malam)

Kitab pelengkap (Nahwu, Shorof, Hadist, Fiqih dan Akhlaq)

20.00 s/d 22.00

Kelas Asatidz

3. Menentukan Pembimbing Kegiatan

Langkah terakhir strategi yang dilakukan Pondok Pesantren Mambaul Huda dalam menentukan Strategi Pengkaderan Da’i adalah menentukan pembimbing atau pembina dalam mengawasi program yang ada. Maksudnya adalah agar para santri mendapat arahan serta evaluasi kekurangan yang terjadi ketika program tersebut berjalan sesuai dengan yang diharapkan tanpa ada kesalahan-kesalahan yang berarti.

Dan yang menjadi pengawas atau pembmbing adalah para ustadz atau pengasuh. Dari langkah-langkah strategi inilah Pondok Pesantren Mambaul Huda dapat menentukan strategi dalam pengkaderan da’i.

Selain itu lembaga juga harus mempunyai strategi tersendiri dalam pengkaderan da’i, seperti halnya Pondok Pesantren Mambaul Huda yang mempunyai strategi.

Tambah tutur lagi Ustad Endi selaku pengurus Pondok Pesantren Mambaul Huda:

“Yayasan ini membutuhan strategi dalam pengkaderan da’i biar tercapai tujuan dari pengkaderan da’inya. Yaitu dengan muhadoroh (latihan berpidato 3 bahasa), mendengarkan dan memperhatikan da’i yang sudah berpengalaman dalam berpidato, pengajian kitab-kitab kuning, mempelajari ilmu tafsir-hadist, membaca ilmu agama dan ilmu-ilmu lainnya”.9

Dalam mengkaderisasi para santri untuk menjadi seorang da’i, Pondok Pesantren Mambaul Huda membutuhan strategi dalam pengkaderan da’i agar tercapai tujuan dari pengkaderan da’i di Pondok Pesantren tersebut. Diantaranya strategi Pondok Pesantren Mambaul Huda dalam pengkaderan da’i adalah muhadoorh (latihan berpidato 3 bahasa), mendengarkan dan memperhatikan da’i yang sudah berpengalaman dalam berpidato, pengajian kitab-kitab kuning, mempelajari ilmu tahsir-hadist, membaca ilmu agama dan lmu-ilmu lainnya. Berikut penjelasannya :

9

1. Muhadhoroh (latihan berpidato 3 bahasa)

Berikut kutipan wawancara Kyai Fathul selaku pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Huda yang mengemukakan bahwa muhadhoroh adalah ladang untuk mendidik para santri dalam membina mental serta mengasah imajinasi mereka dalam berkhutbah.

“Strategi yang digunakan Pondok Pesantren Mambaul Huda dalam pengkaderan para calon da’i dengan sistem atau strategi muhadhoroh maksudnya itu melatih santri agar dapat berbicara atau berceramah di depan masyarakat ataupun melatih para santri dalam mengelola kata, baik dari retorika maupun intonasi berbicara, agar dalam berpidato tidak membosankan ataupun melebar ke topik yang lain. Dan dalam muhadhoroh para santri pun di didik bagaimana berpidato yang baik”.10

2. Mendengarkan dan memperhatikan Da’i yang berpengalaman

Berikut kutipan wawancara dengan Ustadz Jakfar Shodiq selaku Ketua Organisasi Santri Mambaul Huda bahwasanya mendengarkan dan memperhatikan dai yang berpengalaman akan memotifasi para santri untuk mengikuti kemampuan seorang dai tersebut sebagai acuan dalam berceramah.

“Strategi ini adalah agar para santri dapat mengetahui bagaimana gaya berbicara atau pun retorika dan intonasi da’i saat berceramah di depan masyarakat atau pendengar lainnya. Santri di berikan gambaran dalam berpidato agar santri dapat mempraktekannya setelah diberi contoh oleh da’i yang berpengalaman itu”.11

3. Pengajian kitab kuning

Peneliti mewawancari seorang ustadz bernama Saiful Arifin beliau mengatakan bahwa dengan bakal kitab kuning yang dipelajari oleh para santri dapat menjadikan mereka orang yang mengerti agama dan bisa menjadi sebaik-baiknya umat.

“Dari segi strategi pengajian kitab kuning ini maka para santri memiliki pengetahuan ataupun di bekali dengan dasar-dasar agama dan hukum-hukum

10Suparto Fathul Jawad, wawancara, 20 September 2015.

11Jakfar Shodiq, wawancara, 16 September 2015.

yang ada dalam agama Islam agar para santri mengerti dan faham tentang ajaran dan hukum agama islam secara menyeluruh. Sehingga ketika para calon da’i ini terjun di masyarakat kelak mereka sudah memiliki syarat dan pengetahuan yang luas tentang Islam”.12

4. Mempelajari ilmu tafsir hadist

Dalam hal ini para santri mengetahui bagaimana cara memahami ataupun menjelaskan hadis-hadis dan tafsr quran, agar dalam penyampaian tafsir dan hadist yang dibacakan dapat dipahami oleh para mad’u yang mendengarnya, di samping itu juga agar para santri tidak salah mengartikan maksud arti dari tafsir dan hadis tersebut.

Dari keempat strategi tersebut maka Pondok Pesantren Mambaul Huda dapat mencapai tujuan dari pengkaderan da’i tersebut, di samping itu juga mewujudkan keberhasilan strategi yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Mambaul Huda melakukan pendekatan kepada para santri yang memliki bakat dalam ceramah atau pun berpidato. Dalam rangka mencapai tujuan dari pengkaderan da’i yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Mambaul Huda mengadakan pendekatan yang lebih terhadap para calon da’i, yakni dengan penambahan materi yang berguna bagi para da’i ketika terjun ke masyarakat.

Yakni penambahan materi seperti Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Nahwu, Sorof, Hadist, Ilmu Fiqih atau Hukum Islam dan lain-lain.

Sebagaimana peneliti pahami bahwa Pondok Pesantren merupakan bentuk lain dari organsasi keislaman yang merupakan basis Islam terbesar di Indonesia, maka konsekuwensinya adalah pengelolaan organisasi dengan keberanekaragaman permasalahan yang harus diatasi. Dengan besar dan luasnya area yang harus dijangkau maka strategi akan semakin rumit karena harus memperhatikan berbagai aspek yang luas pula.

12

Dalam tahapan ini setidaknya Pondok Pesantren Mambaul Huda melakukan pekerjaan analisa terhadap lingkungan internal maupun eksternal dan kemudian merumuskannya ke dalam suatu keputusan-keputusan strategis.

Adapun proses analisis yang dilakukan Pondok Pesantren Mambaul Huda meliputi Identifikasi Lingkungan didalam berupa Kekuatan (strengts) Kelemahan (weaknesses) Peluang (oportunities) dan Ancaman (threats) yang dikenal sebagai analisis SWOT.

Menurut Drs. H. Hisyam Alie yang dikutip oleh Rafiudin dan Maman Abdul Djaliel untuk mencapai strategi yang strategis harus memperhtikan hal-hal sebagai berikut:13

Strengts (kekuatan), yakni memperhitungkan kekuatan yang dimiliki yang biasanya menyangkut manusia, dana, beberapa piranti yang dimiliki. Dalam menentukan strategi Pengkadean Da’i Pondok Pesantren Mambaul Huda di tunjang oleh kekuatan di antaranya :

a. Dukungan yang kuat dari pimpinan Pondok Pesantren Mambaul Huda dan Sumber Daya Manusia yang baik, yang di sediakan oleh pimpinan pesantren dan jajaranya.

b. Perhatian dari para pengurus, yakni dengan berusaha memberi pendidikan kepada para calon da’i, melalui pengkaderan, pelayanan, pendidikan dan metode berpidato yang baik, pada saat pelatihan atau pengkaderan da’i.

c. Banyaknya antusias para santri dan pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Huda yang mendukung jalannya kegiatan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren.

13Rafiudin dan Mamman Abdul Djaliel, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2001), 76.

d. Kreatifitas dan istiqomah dari para pengurus yang telah bertanggung jawab dalam kegiatan pengkaderan da’i yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Mambaul Huda.

e. Kemampuan pengasuh Pondok Pesantren dalam merancang program kerja dan kegiatan Pondok Pesantren Mambaul Huda.

f. Hubugan kuat yang terjaring oleh alumni-alumni Pondok Pesantren Mambaul Huda.

Weakness (kelemahan) yakni memperhitungkan kelemahan-kelemahan yang di milikinya, yang menyangkut aspek-aspek yang dimiliki sebagai kekuatan. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan yang dilakukan setiap minggunya, dalam menentukan strategi pengkaderan da’i di Pondok Pesantren Mambaul Huda di hadapkan pada :

a. Belum adanya pengawasan yang optimal dari Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Huda.

b. Belum adanya ketegasan baik dari pengasuh dan pengurus pondok pesantren dalam menegakkan disiplin.14

Opportunuty (peluang) seberapa besar peluang yang mungkin tersedia di luar, hingga peluang yang sangat kecil dapat diterobos. Peluang atau kesempatan yang dapat di raih oleh Pondok Pesantren Mambaul Huda dalam pelaksanaan kegiatan Pondok Pesantren dalam Strategi Pengkaderan Dai’ di dukung dengan :

a. Adanya dukungan dan kepercayaan dari masyarakat lingkungan Pondok Pesantren Mambaul Huda khususnya dan masyarakat luar umumnya.

b. Hubungan yang baik dengan pondok pesantren lainnya.

14

c. Kebutuhan masyarakat kepada para da’i dalam mengisi acara kerohanian agama sebagai penyejuk kalbu.

d. Semangat para santri untuk menjadi seorang da’i profesional.

Threats (ancaman) , yakn memperhitungkan kemungkinan adanya ancaman dari dalam maupun dari luar. Pondok Pesantren Mambaul Huda dalam menjalankan dakwahnya bukan berarti tidak pernah mendapatkan ancaman atau hambatan. Dalam strategi pengkaderan da’i dihadapkan pada:

a. Dalam pelaksanaan atau berjalannya pengkaderan da’i, para santri tidak semuanya mengkuti kegiatan tersebut dikarenakan sakit, izin pulang, piket jaga kamar.

b. Belum terbiasanya santri baru mengikuti kegiatan atau pengkaderan da’i sehingga mereka takut untuk mengkuti muhadhoroh.

Dari hasil analisis SWOT tersebut maka Pondok Pesantren Mambaul Huda mengetahui tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada, sehingga Pondok Pesantren Mambaul Huda dapat mengatasi setiap kelemahan dan ancaman baik dari luar atau pun dari dalam Pesantren Mambaul Huda.

2. Implementasi Strategi Pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Mambaul Huda Penerapan strategi pengkaderan da’i dalam mewujudkan strategi dibutuhkan langkah-langkah yang baik, yakni dengan Pondok Pesantren Mambaul Huda melakukan proses pengkaderan da’i dengan berjenjang yang merupakan pembekalan terhadap para calon da’i di masa depan nanti atau guna mewujudkan tujuan dan cita-cita dari pengkaderan tersebut.

Berikut kutipan tambahan wawancara dengan Ustad Saiful Arifin:

“Tujuannya adalah untuk membentuk karakter seorang da’i yang handal dan untuk mengembangkan proses berfikir para santri. Pengkaderan da’i dalam mencapai tujuannya mengandung empat proses penting, pertama need

aasessment kader, kedua sosialisasi dan rekruitment, ketiga proses pelatihan, keempat follow up”.15

Masing-masing proses memiliki tahapan dan mekanismenya sendiri-sendiri yang disesuaikan dengan berdasarkan target dan jenjang pengkaderan da’i di Pondok Pesantren Mambaul Huda.

Maksud dari penjelasan empat proses penting dalam pengkaderan da’i Pondok Pesantren Mambaul Huda yaitu :

a. Need Assesment kader

Need assessment adalah analisis kebutuhan yang dilakukan sebelum melakukan pelatihan dan merupakan bagian terpadu dalam merancang pelatihan untuk memperoleh gambaran komprehensif materi, alokasi waktu tiap materi, dan strategi pembelajaran yang sebaiknya diterapkan dalam penyelenggaraan pelatihan agar bermanfaat bagi peserta pelatihan. Dari analisis ini akan diketahui pelatihan apa saja yang relevan.

Need Assesment kader dalam pengkaderan da’i Pondok Pesantren Mambaul Huda memiliki 6 tahapan, yaitu.

1) Tahapan pengumpulan informasi, dalam tahapan ini pengurus Pondok Pesantren Mambaul Huda berusaha memahami dan mengumpulkan informasi dari para santri, cakupan pengumpulan informasi ini beragam seperti karateristik santri, kemampuan masing-masing santri dan masalah dalam pembelajaran berpidato.

Sehingga pengurus membagi tiga kelompok, yaitu kelompok A, B dan C.

Dimana kelompok A merupakan keahlian berpidatonya di atas rata-rata, kelompok B kemampuan berpidatonya cukup dikatakan sesuai pada umumnya, kelompok C kemampan berpidatonya dibawah rata-rata.

15

2) Analisis Performa, tahapan ini dilakukan setelah memahami berbagai informasi dari pada santri. Dalam hal ini pengurus Pondok Pesantren Mambaul Huda memecahkan kesenjangan melalui perencanaan yang sudah di sepakati bersama. Dalam hal ini Pondok Pesantren Mambaul Huda mempunyai kesepakatan dengan membagi kelompok dan masing-masing kelompok terdapat pelatih yang masing-masing mempunyai tanggung jawab terhadap kelompok tersebut yang mana sudah disebutkn di atas, yaitu kelompok A, B dan C.

3) Identifikasi hambatan dan Sumber, dalam tahapan ini pelaksanaan pengkaderan da’i pasti terdapat kendala yang muncul sehingga dapat berpengaruh pada kelancaran agenda. Berbagai kendala bisa meliputi dari waktu, fasilitas, bahan dan lain sebagainya. Dalam hal ini Pondok pesantren Mambaul Huda membuat jadwal tiap kelompok, fasilitas mimbar dari bangku yang ditumpuk, bunga, microfon, surban, dan papaan tulis sebagai benner.

Kemudian bahan untuk berpidato seperti penentuan tema dan judul.

4) Identifikasi karakteristik santri, tahapan ini merupakan proses pengidentifikasian masalah-masala santri. Karena tujuan utama yaitu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi santri. Seperti santri yang kesulitan menghadapi khalayak umum.

5) Identifiksi tujuan, mengidentifikasi tujuan merupakan salah satu tahapan penting yang ada didalam need assesment, karena mengidentifikasi tujuan merupakan proses penetapan kebutuhan yang di anggap mendesak untuk dipecahkan sesuai dengan kondisi pesantren, karena tidak semua kebutuhan menjadi tujuan.

6) Menentukan permasalahan, tahapan ini adalah tahap akhir dalam proses analisis kebutuhan. Dalam hal ini Pesantren Mambaul Huda menulis pernyataan para santri untuk menentukan permasalahan yang di hadapi.

Metode Need Assesment dibuat untuk bisa mengukur tingkat kesenjangan yang terjadi dalam pengkaderan da’i dari apa yang diharapkan dan apa yang sudah didapat.

b. Sosialisasi dan Rekruitment

Proses sosialisasi pengkaderan da’i dalam pesantren merupakan proses suatu proses yang interaksi yang terjadi antara santri dengan Kyai maupun santri dengan santri.

1) sosialisasi antar santri

Sosialisasi antar santri merupakan proses interaksi yang dilakukan santri dengan santri, baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Dalam Pondok Pesantren Mambaul Huda terdapat dua kelompok santri, yaitu santri mukim dan santri kalong. Santri mukim yaitu para santri yang berasal dari daerah jauh dan menetap di pesantren, sedangkan santri kalong yaitu para santri yang berasal dari daaerah-daerah sekeliling pesantren dan biasanya tidak menetap dalam pesantren. Dalam pengkaderan da’i Pondok Pesantren Mambaul Huda mensosialisasikan kepada santri dengan memberikan pelatihan dasar kepada santri yang mukim maupun yang kalong.

2) sosialisasi antara santri dengan Kyai

Kyai merupakan elemen paling esensial dalam pesantren. Tidak seorang pun santri yang dapat melawan kekuasaan kyai kecuali kyai lainnya yang lebih besar pengaruhnya. Para santri selalu mengharap dan berpikir bahwa kyai yang dianut merupakan orang yang percaya penuh kepada dirinya sendiri.

Hubungan kyai dengan santri tampaknya tidak hanya terbatas pada hubungan timbal balik dimana santri menganggap kyainya sebagai bapaknya sendiri sementara itu kyai menganggap santri sebagai titipan tuhan yang senantiasa harus dilindungi. Peranan kyai sebagai guru tentunya sebagai tempat bertanya, kemudian peranan sebagai orang tua kyai merupakan tempat dimana santri mengadu terutama jika santri mengalami masalah yang tidak dapat dipecahkan. Dalam pengkaderan da’i hubungan antara santri dengan pemimpin pesantren yaitu Kyai Fathul dengan menjadikan Kyai sebagai penasehat dalam pengkaderan da’i.

Sedangkan rekrutmen dalam pengkaderan Da’i Pondok Pesantren Mambaul Huda dimulai dari pendaftaran para santri. Biasanya ada pengurus khusus yang menangani hal tersebut yang mengurusi mulai awal pendaftaran sampai akhir nyantri. Setelah pendaftaran pengurus mulai memberikan test pada santri seperti ayat-ayat pendek pada Alquran, hadist, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, tentang ibadah dan lain-lain. Dari tes tersebut pengurus bisa mengetahui mana yang layak masuk pada kelompok A, B atapun kelompok C.

c. Proses pelatihan

Pondok Pesantren Mambaul Huda dalam pengkaderan da’i melalui pelatihan khitobah 3 bahasa sebagai kegiatan yang didalamnya melatih para santri untuk berdakwah bil-lisan. Dengan pelatihan tersebut diharapkan para santri dapat menjadi kader-kader yang siap berjuang ditengah-tengah masyarakat.

Komponen –komponen pelatihan yang dilakukan Pondok Pesantren Mambaul Huda dalam membina kader adalah :

1) Tujuan utama pelatihan mencakup 3 aspek penting yaitu : pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Tiga aspek tujuan tersebut sangat ditekankan untuk

mendapatkan da’i yang berkompeten. Di Pondok Pesantren Mambaul Huda, di haruskan memiliki dasar yang kuat seperti aspek pengetahuan yang tinggi, cara mereka bersikap dalam kehidupan sehari-hari, dan ketrampilan mereka dalam menyampaikan ajaran Islam yang dikemas dalam ceramah.

2) Sebagai calon da’i semua santri diwajibkan untuk mengikuti, mempelajari dan mendalami materi dari berbagai pelajaran yang disampaikan oleh pengassuh maupun para ustadz dan ustadzah dari kegiatan mengaji yang dilakukan setiap hari.

3) Pelatihan kader da’i yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Mambaul Huda diwajikan untuk semua santri, jadi semua mendapatkan kesempatan menjadi subjek dan objek dalam pelatihan.

4) Dalam penyampaian materi dakwah sebagai pelatihan yang menjadi pokok utama adalah mengambil materi dari Al Quran dan Al Hadist. Namun materi lain juga diperlukan sebagai bahan. Pemberian materi retorika sangat dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan seorang da’i dalam berdakwah.

Materi yang disampaikan harus sesuai dengan pelatihan yang dilakukan.

5) Metode dalam pelatihan da’i yaitu cara-cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode dalam pelatihan dakwah dapat berupa metode langsung, metode informasi, motivasi, dan praktek. Sedangkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tertentu.

6) Adanya pelatih dakwah, instruktur dalam pelatihan dakwah merupakan orang yang paham dan menguasai akan pengetahuan keislamaan, patuh dan taat kepada perintah agama dan menguasai kelas. Dengan demikian pelatih akan memberikan materi hendaknya harus memenuhi kualifikasi seperti : mempunyai keahlian yang berhubungan dengan materi pelatihan, infrastruktur

luar yang profesional dalam bidang materi yang disampaikan. Pelatih yang ada di Pondok Pesantren Mambaul Huda adalah pelatih yang sudah memiliki pengalaman dalam berdakwah, seperti Ustadz Toyib dan Ustadz Dimo, mereka sudah berkecimpunglama dengan dunia dakwah.

7) Evaluasi Pelatihan dakwah, hal ini dilaksanakan untuk memverivikasi keberhasilan suatu program pelaksanaan dakwah yang dilakukan termasuk didalamnya pengurus. Biasanya kriteria evaluasi fokus pada hasil akhir, dimana hal yang perlu diperhatikan ialah reaksi santri terhadap proses ini kegiatan pelatihan dakwah. Dari segi penguasaan agama dan penyampaian yang dilakukaan oleh kader Da’i.

Evaluasi ini berisi tentang saran dan kritik para ustadz dan usadzah yang memberikan mereka pelatihan. Setelah mereka selesai melaksanakan terjun langsung di masyarakat yang di dampingi oleh para ustadz dan ustadzah, mereka akan di evaluasi dari penampilam yang mereka lakukan di mushola atau di masjid. Kritik dan saran yang diberikan para pelatih di sini selaku ustadz juga ustadzah akan mampu memberikan penampilan yang terbaik untuk kemudian hari.

d. Follow Up

Follow Up harus dilakukan sebagai salah satu pilihan untuk meneguhkan komitmen pengkaderan serta membangun kesinambungan antar santri dan pengurus maupun ustadz ustadzah sebagaimana kesepakatan. Selain itu juga sebagai media untuk melakukan pendalaman materi dan mempraktekan materi-materi yang di dapatkan selama pelataihan. Dalam Follow Up berbentuk kelompok-kelompok kecil yang beranaggotakan 10 orang agar mudah pengurus

untuk melakukan pendampingan secaraintensif. Pengelolaan dan managerial kelompok kecil ini harus di serahkan langsung kepada santri sebagai media untuk uji coba keseriusan dan tanggung jawab baik dalam konteks pribadi maupun pesantren. Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan sebagai follow up pengkaderan da’i adalah :

1) menghafal ayat al quran dan hadits 2) menghafal runtutan materi ceramah

Demikian empat implementasi pondok pesantren Mambaul Huda dalam pengkaderan da’i.

Kutipan tambahan wawancara dengan Ustadz Saiful Arifin :

“Pengkaderan da’i itu proses awal atau dasar dari pengkaderan da’i menuju jenjang labih lanjut, pengkaderan da’i menekankan pada dua aspek proses yaitu pertama pemahaman dan pengamalan Islam secara riil dan kedua adalah pengenalan diri.16

Maksud dari pemahaman dan pengamalan Islam secara riil yaitu belajar memahami dan mengamalkan Islam dengan kehidupan sehari-hari, mulai dari memahami ayat-ayat alquran, ibadah, sampai dengan mempraktekan dan mengamalkannya di depan masyarakat atau para mad’u umum. Dan adapun yang dimaksud dengan pengenalan diri adalah mempelajari dan mengenali akan pribadi masing-masing melalui pengetahuan tentang hati suci sehingga muncul kesadaran yang tinggi terhadap potensi dan penghargaan diri sendiri, orang lain dan masyarakat umum. Tujuan dari pengkaderan da’i ini adalah proses membentuk karakter kader (character bulding) yaitu sidiq, amanah, tabligh, fathonah sebagai upaya penanaman nilai-nilai dasar pergerakan dan perjuangan ikatan sebagaimana tujuan dari Pondok Pesantren Mambaul Huda atas pengkaderan da’i tersebut.

16

Dokumen terkait