• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sudut pandang pendekatan kebijakan :

E. Tinjauan Umum Pembaharuan Hukum pidana

1. Sudut pandang pendekatan kebijakan :

a) Sebagai bagian dari kebijakan sosial, pada hakikatnya sebagai upaya mengatasi masalah-masalah sosial untuk mencapai tujuan nasional. b) Bagian dari kebijakan kriminal, merupakan upaya perlindungan

terhadap masyarakat (khususnya penanggulangan kejahatan).

c) Bagian dari kebijakan penegakan hukum, yaitu sebagai upaya pembaharuan substansi hukum dalam rangka mengefektifkan penegak hukum.

2. Dalam sudut pendekatan nilai :

Pembaharuan hukum pidana pada dasarnya meninjau kembali nilai-nilai dari sosio-politik, sosio-filosofis, dan sosio-kultural yang menjadi dasar terhadap muatan normatif dan substantif hukum pidana, jika orientasi nilai dari hukum pidana yang dicita-citakan (KUHP baru) sama

125 Ibid, hlm.24-25

126 Lilik Mulyadi, 2008, Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif Teoritis, dan Praktik, Bandung, Penerbit PT.Alumni, Hlm. 399

dengan nilai hukum pidana yang lama (warisan penjajah). 127 Ada tiga pendapat utama mengapa diperlukan pembaharuan di bidang hukum pidana, yang diantaranya memiliki korelasi terhadap alasan politis,

sosiologi, dan praktis. Yaitu : 128

a) Alasan politis : bahwa menegaskan Indonesia layak sebagai negara merdeka memiliki KUHP yang sifatnya nasional sehingga di pandang merupakan kebanggaan tersendiri sebagai negara dan telah melepaskan

kedudukannya dari penjajah. 129

b) Alasan sosiologis : bahwa pada dasarnya KUHP adalah cerminan dari nilai dan kebudayaan suatu bangsa. Namun tidak mencerminkan sepenuhnya nilai kebudayaan bangsa Indonesia karena tidak

sepenuhnya dibuat oleh Indonesia sendiri. 130

c) Alasan praktis : bahwa KUHP (Wetboek Van Strafrecht) kenyataannya ialah dari bahasa Belanda sehingga jumlah penegak hukum yang memahami bahasa Belanda semakin sedikit. Terjemahan yang beraneka ragam tidak akan memberikan penyelenggaraan hukum pidana yang pasti dan serasi sehingga terjadi keseimbangan penafsiran yang

menyimpang dari makna aslinya karena terjemahannya kurang tepat. 131

Bambang purnomo berpendapat bahwa :

Konsep perbaikan hukum dan sanksi pidana ini yang merupakan sikap pembaharuan tahap kedua, setelah kurang berhasilnya kegiatan pembaharuan pidana pada tahap perintis dari aliran klasik dan aliran

modern. 132

Pembagian hukum pidana antara hukum pidana objektif (objectif strafrecht) dan hukum pidana subjektif (subjectief srafrecht). Subjektif recht diartikan sebagai hak dan wewenang, jadi kewenangan negara untuk

127 Ibid, hlm. 400 128 Ibid. 129 Ibid. 130 Ibid. 131 Ibid. 132 Ibid, hlm. 401

menjatuhkan dan menjalankan pidana kepada seseorang yang telah

terbukti bersalah dan telah melanggar larangan dalam hukum pidana. 133

Pada hukum pidana objektif membahas berbagai macam perbuatan yang dilarang, yang terhadap perbuatan itu telah ditetapkan ancaman pidana kepada barangsiapa yang melakukan nya. Selanjutnya sanksi pidana yang telah ditetapkan dalam UU maka hal tersebut oleh negara

dijatuhkan dan dijalanka kepada pelaku perbuatan. 134

Ada tiga macam teori pemidanaan, yaitu :

a) Teori Absolut atau Teori Pembalasan : dalam teori ini negara berhak menjatuhkan pidana karena penjahat tersebut telah melakukan penyerangan kepada hak dan kepentingan hukum masyarakat yang

dilindungi (pribadi, masyarakat, atau negara). 135 tindakan penjatuhan

pidana sebagai pembalasan dalam teori ini , yaitu : ditujukan pada penjahatnya dan ditujukan untuk memenuhi kepuasan dari perasaan dendam didalam masyarakat.

b) Teori Relatif atau Teori Tujuan : dalam teori ini menegaskan bahwa tujuan pidana ialah tata tertib masyarakat dan untuk menegakkan tata tertib itu diperlukan pidana. Dan sebagai alat untuk mencegah timbulnya suatu kejahatan agar tujuan untuk menertibkan masyarakat

itu terpelihara dengan baik. 136

133 Adami Chazawi, 2012, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1 ( stelsel pidanan, tindak pidana,

teori-teori pemidanaan, dan batas berlakunya hukum pidana), Jakarta, Penerbit PT. Raja Grafindo

Pesrsada, hlm.155

134 Ibid.

135 Ibid, hlm. 157

Untuk dapat mencapai tujuan menertibkan masyarakat tersebut, pidana memiliki tiga macam sifat, yaitu :

1) Bersifat menakut-nakuti 2) Bersifat memperbaiki, dan

3) Bersifat membinasakan. 137

c) Teori Gabungan: dimana teori ini bertujuan untuk mengkolaborasikan dua teori sebelumnya, yaitu teori absolut dan teori relatif. pertama dimana teori gabungan mengutamakan pembalasan tetapi tidak boleh melampaui batas dari apa yang perlu dan cukup untuk dapat dipertahankan dalam tata tertib masyarakat. Kedua mengutamakan perlindungan tata tertib masyarakat, tetapi penderitaan karena dijatuhinya pidana tidak boleh lebih berat dari perbuatan yang

dilakukan terpidana. 138

Dinamika kehidupan dalam masyarakat hingga saat ini tidak dapat diselesaikan dengan mudah, masalah paling krusial yaitu masalah reformasi hukum pidana. Adanya sanksi pidana secara ultimum remidium atau sarana paling akhir dalam segala persmasalahan hukum dalam

masyarakat, bangsa dan negara. 139 tetapi sarana hukum berupa peraturan

dan undang-undang (pidana) belum selesai bahkan tidak memadai justru pada saat muncul keinginan besar dari segenap elemen masyarakat guna

mewujudkan masa depan hukum ius constituendum yang baik.140

137 Ibid.

138 Ibid, hlm. 166

139 Marthen H.Tholle, Opcit, hlm 18

Menurut Mochtar Kusumaatmadja 141 fungsi hukum diharapkan tidak hanya sebagai “sarana pembaharuan hukum” law as a toool of social engineering atau sebagai “sarana pembangunan” .“sarana pembaharuan masyarakat” dilandasi dengan adanya keteraturn dan ketertiban dalam usaha pembangunan dan pembaharuan merupakan suatu konsep yang dipandang perlu. Makna lain yang terkandung dalam konsepsi hukum yaitu sebagai sarana pembaharuan ialah hukum dalam arti peraturan hukum bisa berfungsi sebagai alat atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah aktivitas manusia pada arah yang dikehendaki oleh

pembangunan dan pembaharuan. 142

Pada penulisan penelitian ini mengenai tinjauan umum tentang pembaharuan hukum pidana yang penulis gunakan sebagai bahan tinjauan yang telah dijabarkan diatas karena untuk membatasi tentang pembaharuan hukum pidana itu dalam penelitian ini. Penjabaran mengenai pembaharuan hukum pidana dalam subbab ini dari tinjauan umum tentang pembaharuan hukum pidana bertujuan untuk memberi gambaran secara umum terkait pembaharuan hukum pidana yang dimaksud dalam penenlitian ini dan sebagai tolak ukur untuk pembahasan subbab-subbab berikutnya dalam tinjuan umum tentang pembaharuan hukum pidana.

141 Ibid, hlm. 18, dikutip dalam tulisan Mochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan Perkembangan Hukum

dalam Pembangunan Nasional, Bandung: Penerbit Bina Cipta.

Dokumen terkait