• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Trait (trait theories) menyatakan bahwa kepribadian terdiri atas sifat-sifat (trait) yang luas dan menetap yang cenderung mengarah pada berbagai respons karakteristik. Gordon Allport (1897-1967) yang terkadang di rujuk sebagai Bapak Psikologi Kepribadian Amerika, terganggu terutama oleh pandangan negatif mengenai manusia yang digambarkan oleh psikoanalisis. Ia menolak anggapan bahwa ketidaksadaran adalah hal utama untuk memahami kepribadian.

Dalam mendefinisikan kepribadian, Allport menekankan keunikan tiap-tiap orang dan kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bagi Allport,unit yang harus kita gunakan untuk memahami kepribadian adalah trait. Ia mendefinisikan trait sebagai berbagai struktur mental yang membuat situasi yang berbeda menjadi sama bagi seseorang. Misalnya, jika Gabi senang bergaul, ia cenderung berperilaku ramah dan bahagia, baik pada pesta maupun dalam situasi belajar kelompok. Definisi Allport mengandung arti bahwa perilaku seharusnya konsisten sepanjang situasi yang berbeda-beda.

Model Kepribadian Lima Faktor

Sudut pandang yang dominan saat ini dalam psikologi kepribadian adalah model lima faktor. Trait-trait “lima besar” dalam model ini meliputi :

 Neurotisisme lebih sering dikaitkan dengan perasaan emosi negatif daripada emosi positif dalam kehidupan sehari-hari seseorang dan lebih lama mengalami keadaan-keadaan negatif (Lucas & Fujita, 2000). Neurotisme berkaitan dengan lebih banyak keluhan kesehatan, meskipun kaitan ini tidak selalu berarti bahwa individu yang neurotik sebenarnya lebih mungkin jatuh sakit (Goodwin, Cox, & Clara, 2006).

 Orang-orang yang ekstrofer lebih mungkin terlibat dalam berbagai kegiatan sosial (Emmons & Diener, 1986).

 Opennes dikaitkan dengan IQ yang lebih tinggi, nilai-nilai liberal keterbukaan pikiran dan toleransi. Opennes to experience dikaitkan dengan kreativitas dan pencapaian kreatif (King Mckee – Walker, & Broyles, 1996).

 Agreebleness berkaitan dengan kedermawanan dan ketika diminta membuat satu keinginan untuk segala hal, mereka lebih mungkin membuat keinginan yang altruistik seperti “perdamaian dunia” (King & Broyless, 1997).

 Consentiouness dihubungkan dengan kualitas persahabatan yang lebih baik (Jensen – Campbell & Malcolm, 2007) dan telah menunjukkan berkaitan dengan perilaku-perilaku sehat dan panjang umur (Mroczek, Spiro & Griffin, 2006).

Mengevaluasi Sudut Pandang Trait

Mengkaji orang-orang dalam kaitannya dengan trait mereka memiliki nilai praktis. Mengidentifikasi trait seseorang memungkinkan kita meramalkan lebih baik kesehatan, pemikiran keberhasilan pekerjaan, dan keteranmopilan antar pribadi seseorang, namun

demikian pendekatan trait telah di kritik karena memusatkan pada berbagai dimensi luas dan tidak memperhatikan keunikan tiap-tiap orang.

Sifat (Trait) adalah predisposisi atau kecenderungan untuk merespon secara sama terhadap kelompok stimulus yang mirip. Dapat dikatakan juga, sifat adalah struktur psikofisik yang mampu menjadikan banyak stimulus berfungsi ekuivalen, membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif. Misalnya, hari ini A marah karena B menghilangkan pena kesayangannya, maka jika C menghilangkan buku kesayangannya, A akan marah juga. Hal ini menunjukkan bahwa trait berfungsi konsisten, baik waktu, stimulus, atau tempat. Allport membedakan trait menjadi dua, yaitu :

1. Trait Umum (Nomothetic Trait). Trait umum adalah sifat bersama yang dimiliki oleh banyak orang, dan digunakan untuk membandingkan orang dari budaya berbeda. Asumsi yang mendasari trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh sosial. Misalnya, orang Batak memiliki sifat lebih terbuka dibanding suku lain. Atau orang Jawa memiliki sifat lebih sopan dalam berbicara dibanding suku lain.

2. Trait Individual (Personal Disposition atau Morphological Trait atau Idiographic Trait). Trait individual adalah manifestasi trait umum seseorang, sehingga selalu unik bagi orang itu. Sifat unik ini merupakan gambaran tepat dari struktur kepribadian. Trait individual merupakan subkategori dari trait umum, yang memiliki tingkat generalitas berbeda-beda, ada yang mempengaruhi tingkah laku secara umum, ada yang hanya mempengaruhi tingkah laku tertentu saja. Ada tiga tingkatan disposisi, yaitu :

 Disposisi Kardinal,

yaitu sifat luar biasa khas yang hanya dimiliki sedikit orang, sifat yang sangat berperan dan mendominasi seluruh hidupnya. Disposisi ini sangat jelas, tidak dapat disembunyikan, karena tercermin pada semua tingkah laku orang yang memilikinya. Pada umumnya, orang tidak memiliki disposisi ini, karena hanya beberapa orang yang memilikinya. Misalnya, narsis, hedonis, dsb.

 Disposisi Sentral,

yaitu kecenderungan sifat yang menjadi ciri seseorang, dan menjadi titik pusat tingkah lakunya. Sifat seperti ini biasa ditulis dalam surat rekomendasi yang menjelaskan sifat seseorang. Misalnya, ambisius, jujur, senang berkompetisi, dan lain sebagainya.

 Disposisi Sekunder,

yaitu sifat yang tidak umum, dan kurang penting untuk menggambarkan kepribadian. Sifat ini tidak menyolok, jarang digunakan, dan hanya digunakan pada kesempatan khusus. Misalnya : A itu adalah wanita yang sabar (Disposisi Sentral), namun pada suatu hari seorang teman menghina orangtuanya, maka A menjadi marah meledak-ledak (Disposisi Sekunder).

Allport membedakan penggunaan istilah trait, attitude, habit, type, yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap sama. Trait, attitude, habit merupakan predisposisi. Ketiga hal itu merupakan faktor genetik dan belajar, yang mengawali tingkah laku. Type merupakan superordinasi dari ketiga konsep lainnya.

 Type merupakan kategori nomotetik luas konsepnya. Type merangkum ketiga konsep lainnya, yang dapat ditemui pada diri seseorang.

 Trait merupakan kecenderungan umum untuk merespon secara sama kelompok stimulus yang mirip. Attitude lebih umum dibanding habit, tetapi kurang umum dibanding trait. Attitude memiliki rentang dari yang sangat khusus sampai yang sangat umum. Ciri dari attitude ini adalah adanya sifat penilaian (evaluatif).

Habit. merupakan kecenderungan merespon satu situasi atau stimulus. Misalnya, orang dengan tipe introvert (type) akan cenderung menolak mengikatkan diri dengan lingkungannya (trait). Orang seperti ini akan dinilai sebagai orang yang tidak ramah atau kurang mampu bergaul (attitude). Selain itu, orang seperti ini biasanya memiliki kebiasaan untuk duduk menyendiri di tempat yang terpisah (habit).

Sudut Pandang Personologis Dan Kisah Hidup

Pendekatan personologis dan kisah hidup (personological and life story perspective) menekankan bahwa cara untuk memahami seseorang adalah dengan memusatkan pada sejarah hidup dan kisah hidupnya – berbagai aspek yang membedakan individu dari individu lainnya.

Pendekatan personologis Murray

yang berarti bahwa dalam rangka memahami seseorang, kita harus memahami sejarah seseorang, termasuk segala aspek kehidupannya.

Para pengikut Murray yang kontemporer mengkaji kepribadian melalui laporan riwayat dan wawancara. McAdams memperkenalkan pendekatan kisah hidup terhadap identitas yang yang memandang identitas sebagai kisah yang terus–menerus merubah dengan permulaan, tengah, dan akhir. Psikobiografi merupaka suatu bentuk penyelidikan pesonologis yang melibatkan peranan teori kepribadian pada kehidupan seseorang. Pendekatan kisah hidup terhadap kepribadian mengungkapkan kekayaan tiap-tiap kisah hdup unik seseorang. Namun demikian, pendekatan ini dapat sangat sulit dilakukan. Lebih jauh lagi, psikobiografi dapat menjadi terlalu subjektif dan tidak dapat digeneralisasikan.

Sudut Pandang Kognitif Sosial

Sudut pandang konitif social (social cognitive perspektives) pada kepribadian menekankan keawasan, keyakinan, pengharapan, dan tujuan yang disadari. Seraya menyatukan berbagai prinsip dari behaviorisme, para psikolog kognitif sosial menjelajahi kemampuan seseorang untuk menalar, memikirkan masalau, masa kini, dan masa depan, dan merefleksikan diri. Mereka menekankan interpretasi individu terhadap situasi dan dengan demikian memusatkan pada keunikan tiap-tiap individu dengan meneliti bagaimana perilaku disesuaikan terhadap situasi beragam yang ditemuinya.

Teori Kognitif Sosial Bandura

Teori kognitif sosial diciptakan oleh Bandura dan Walter Mischel yang menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan faktor orang/ kognitif penting dalam memahami kepribadian. Dalam pandangan bandura, faktor-faktor tersebut berinteraksi secara timbal balik. Dua konsep penting dalam teori kognitif sosial adalah self-efficacy dan kendali pribadi. Self-efficacyadalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif. Kendali pribadi merujuk pada keyakinan individu mengenai apakah hasiltindakan mereka tergantung pada tindakan mereka sendiri (internal) atau peristiwa diluar kendali mereka (eksternal). Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa individu yang dicirikan dengan self-efficacy dan tingkat kendali yang tinggi biasanya memperlihatkan keberfungsian dan penyesuaian yang positif.

Sumbangan Walter Mischel

Mischel melihat bahwa orang awam maupun psikolog professional tampaknya secara intuitif meyakini bahwa perilaku manusisa relative konsisten, tetapi bukti empiris menunjukkan banyak variasi dalam perilaku-suatu situasi yang di sebut Mischel sebagai

paradoks konsistensi. Orang memilih politisi untuk duduk di pemerintahan karena mereka

melihat politisi tersebut jujur, dapat dipercaya, penuh pendirian, dan integritas; pemilik usaha dan manajer personalia memilih pekerja yang tepat waktu, loyal, kooperatif, pekerja keras, rapi dan dapat bersosialisasi. Psikolog dan juga orang awam telah lama merangkum perilaku manusisa dengan menggunaakan nama sifat yang deskriptif. Mischel berargumen bahwa, sebaik-baiknya, orang-orang tersebut hanya separuhnya benar. Ia berpendapat bahwa beberapa sifat dasar memang bertahan seiring berjalannya waktu, tetapi hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa sifat-sifat tersebut dapat digeneralisasikan dari satu situasi ke situasi lainnya. Mischel sangat menentang usaha untuk mengatribusikan perilaku pada sifat global ini.

Selama bertahun-tahun, penelitian telah gagal untuk mendukung konsistensi dari sifat kepribadian di antara situasi yang berbeda. Hugh Harthstorne dan Mark May, dalam penelitian klasik mereka pada tahun 1928, menemukan bahwa anak sekolah yang jujur dalam satu situasi dapat menjadi tidak jujur pada situasi yang lainnya. Sebagai contoh, beberapa anak akan mencontek dalam ujian, tetapi tidak akan mencuri barang-barang pesta; yang lainnya akan melanggar peraturan dalam perlombaan atletik, tetapi tidak akan menyontek dalam ujian. Beberapa psikologi seperti Seymour Epstein (1979,1980) berargumen bahwa penelitan seperti yang dilakukan oleh Hartshorne dan May menggunakan perilaku yang terlalu spesifik. Epstein beranggapan bahwa, daripada bergantung pada satuan perilaku, peneliti harus menghitung rata-rata pengukuran dari perilaku; yang berarti mereka harus mendapatkan jumlah dari berbagai perilaku.

Untuk memecahkan paradoks konsistensi yang klasik. Mischel dan Shoda (Mischel, 2004; Mischel & Shoda, 1995, 1999; Shoda & Mischel, 1996, 1998) menawarkan sistem

kepribadian kognitif-afektif (cognitive-affektive personality system atau disebut juga

cognitive-affective processing system-CAPS) yang menjelaskan keberagaman dalam

berbagai situasi dan juga stabilitas dari perilaku dalam diri seseorang. Kurangnya konsistensi yang terlihat dari perilaku seseorang tidak disebabkan oleh eror yang bersifat acak ataupun situasi. Akan tetapi, perilaku yang berpotensi untuk dapat diprediksi, yang merefleksikan pola variasi stabil didalam diri seseorang. Sistem kepribadian kognitif-afektif memprediksikan bahwa perilaku seseorang akan berubah dari satu situasi ke situasi yang lainnya.

Mischel dan Shoda (Mischel, 1999, 2004; Mischel&Ayduk, 2002; Shoda, LeeTiernan, & Mischel, 2002) percaya bahwa variasi dalam perilaku dapat dikonseptualisasikan dalam kerangka berpikir berikut: apabila A, maka X; tetapi apabila B, maka Y. Sebagai contoh, apabila Mark diprovokasi oleh istrinya, maka ia akan bereaksi agresif. Akan tetapi, saat “apabila” berubah, begitu juga dengan “maka”. Apabila Mark terlihat konsisten karena ia bereaksi berbeda pada stimulus yang sama. Akan tetapi, Mischel dan Shoda akan berargumen bahwa diprovokasi oleh dua orang yang berbeda tidak menyusun stimulus yang sama. Perilaku Mark tidak berarti tidak konsisten dan dapat merefleksikan pola seumur hidup yang stabil dalam bereaksi. Interpretasi ini diyakini Mischel dan Shoda memecahkan paradoks konsistensi, dengan mengikutsertakan sejarah panjang dari variasi dalam perilaku yang dapat diobservasi dan keyakinan intuitif dari psikolog dan orang awam bahwa kepribadian relative stabil. Variasi dalam perilaku yang paling sering diobservasi merupakan bagian penting dalam menyatukan stabilitas kepribadian.

Teori ini tidak mengindikasikan bahwa perilaku adalah percabangan dari sifat kepribadian global yang stabil. Apabila perilaku adalah sifat global, maka hanya ada sedikit variasi individual dalam perilaku. Dengan perkataan lain, Mark akan bereaksi dalam bentuk yang sama terhadap provokasi, tanpa memperhatikan situasi spesifik. Akan tetapi, pola variasi yang bertahan lama pada Mark menunjukkan kurang memadainya teori situasi dan teori sifat. Pola variasinya adalah ciri khas kepribadian dalam bentuk perilaku, yaitu bentuk yang konsisten dari variasi perilakunya dalam situasi tertentu (Shoda, LeeTiernan, & Mischel, 2002). Kepribadiannya mempunyai cirri khas yang bersifat stabil dalam berbagai situasi walaupun saat perilakunya berubah. Mischel (1999) percaya bahwa teori kepribadian yang memadai harus “berusaha memprediksi dan menjelaskan ciri khas kepribadian tersebut daripada mengeliminasi atau tidak menghiraukannya”.

Mengevaluasi Sudut Pandang Kognitif Sosial

Kekuatan teori kognitif sosial adalah fokusnya pada berbagai proses kognitif dan kendali diri.namun demikian, pendekatan sosial kognitif tidak memberikan perhatian yang memadai pada perbedaan individu yang menatap, pada faktor-faktor biologis, dan pada kepribadian sebagai suatu keseluruhan.

Pengukuran Kepribadian Tes-tes Lapor Diri

Tes-tes lapor diri mengukur berbagai trait kepribadian dengan menanyakan pada peserta tes pertanyaan mengenai preferensi dan perilaku mereka. Tes yang terkenal untuk mengukur lima besar adalah NEO-PI-R yang menggunakan item-item lapor diri untuk mengukur tiap-tiap trait lima besar. Meskipun tes lapor diri memiliki face validity, ia mungkin memunculkan respon yang tidak valid, sebagaimana ketika orang-orang berusaha menjawab pertanyaan dengan cara yang diinginkan oleh masyarakat. Tes terkunci secara empiris yang bergantung pada item-item dengan pertanyaan yang tidak langung mengenai beberapa kriteria, dikembangkan untuk mengatasi masalah face validity. Minnesota

Multiphasic Personality Inventory (MMPI) merupakan tes kepribadian lapor diri yang paling

luas digunakan dan diteliti. 10 skala klinisnya membantu para terapis dalam mendiagnosis berbagai permasalahan psikologis.

MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory)

Merupakan salah satu tes yang paling sering menggunakan testkepribadian. Tes ini dilakukan dengan tet yang profesional sebagai pendamping dalam mengidentifikasi struktur kepribadian dan psikopatologi. Penulis asli dari MMPI adalah R. Starke Hathaway, PhD, dan JC McKinley, MD. Test MMPI merupakan hak cipta dari Universitas Minnesota. Lembar jawaban yang distandarisasikan dapat di skor secara manual, tetapi banyak tes juga yang melakukan skoring dengan menggunakan komputerisasi. Program penilaian dengan menggunakan komputer digunakan untuk standar versi yang sekarang, MMPI-2, disahkan oleh University of Minnesota untuk penilaian Pearson dan perusahaan lain yang berlokasi di negara yang berbeda.

Program penilaian komputer menawarkan berbagai pilihan profil penilaian termasuk penilaian skor yang diperluas, yang meliputi data yang terbaru dan yang lebih mampu mengukur secara psikometri- skala klinis yang distruktur ulang (skala RC). Hasil penilaian yang diperluas ini juga memberikan skor yang lebih tradisional menggunakan Scales klinis sebaik isinya, Tambahan, dan potensi sub menarik bagi dokter. Penggunaan MMPI adalah dikontrol ketat terutama untuk keuangan, dan untuk yang jauh lebih sedikit alasan etis. Para dokter yang menggunakan MMPI harus membayar untuk bahan laporan dan jasa penilaian, sama besarnya dengan biaya penginstalan program komputer.

Tes-tes Proyektif

Tes-tes proyektif, dirancang untuk mengukur berbagai aspek ketidaksadaran diri kepribadian, memperlihatka rangsangan yang ambigu pada individu dan kemudian meminta meraka untuk menggambarkannya atau menceritakan suatu kisah mengenainnya. Tes-tes proyektif didasarkan pada asumsi bahwa ke ambiguan rangsangan memungkinkan individu untuk memproyeksikan kepribadian mereka pada rangsangan tersebut. Tes cipratan tinta Rorschach merupakan tes proyektif yang digunakan secara luas, meskipun keefektifannya kontroversial. Thematic Apperception Test (TAT) merupakan tes proyektif lainnya yang telah digunakan dalam penelitian kepribadian.

Metode-metode Pengukuran Lainnya

Pengukuran perilaku berusaha mendapatkan informasi objek mengenai kepribadian melauli pengamatan perilaku dan keterkaitan dengan lingkungan. Pengukuran kognitif berusaha untuk menemukan perbedaan individu dalam pengolahan dan bertindak atas informasi melalui wawancara dan kuesioner. Alat pengukuran lainnya meliputi mendapatkan laporan dari rekan-rekannya dan pengukuran psikofisiologis.

Daftar Uji Pengamatan Pasangan Hidup :

Jenis Perilaku Item

Kegiatan berbagi Kami duduk dan membaca bersama-sama. Kami berjalan bersama-sama.

Peristiwa interaktif yang menyenangkan

Pasangan saya bertanya bagaimana hari saya.

Kami membicarakan mengenai berbagai perasaan pribadi. Pasangan saya memperlihatkan ketertarikan pada apa yang saya katakan.

Dengan sepakat atau bertanya pertanyaan yang relevan. Kejadian interaktif yang

tidak menyenangkan

Pasangan saya memerintahkan saya melakukan sesuatu. Pasangan saya mengeluh mengenai sesuatu yang telah saya perbuat.

Perilaku penuh kasih sayang yang

menyenangkan

Kami berpegangan tangan.

Pasangan saya memeluk dan mencium saya.

Perilaku penuh kasih sayang yang tidak meyenangkan

Pasangan saya terburu-buru melakukan hubungan seks tanpa pemanasan terlebih dahulu.

Pasangan saya menolak pendekatan seksual saya. Peristiwa menyenangkan Pasangan saya mencuci piring.

Pasangan saya membersihkan rumah. Peristiwa tidak

menyenangkan

Pasangan saya terlalu banyak bicara tantang pekerjaannya. Pasangan saya berteriak pada anak-anak.

Berbagai Pendekatan Terhadap Psikologi Kepribadian :

Pendekatan Rangkuman Asumsi Metode yang lazim

Psikodinamika  Kepribadian dicirikan oleh

berbagai proses ketidaksadaran.  Kepribadian berkembang

sepanjang tahapan

 Pengalaman masa kanak-kanak sangat penting bagi kepribadian ketika dewasa. Aspek kepribadian terpenting adalah ketidaksadaran. Studi kasus Teknik proyektif.

Humanistik  Kepribadian berkembang diluar

bawaan seseorang.

 Motif-motif organismik untuk tumbuh dan mengaktualisasikan diri.

 Kecenderungan sehat ini dapat dilemahkan dengan tekanan sosial.

Hakikat manusia pada dasarnya baik. Dengan berhubungan pada siapa sebenarnya kita dan apa yang

sebenarnya kita inginkan, kita dapat mengarah pada hidup yang lebih bahagia dan lebih sehat.

Kuesioner Wawancara Observasi

Kognitif Sosial  Kepribadian merupakan pola koheren yang mencirikan interaksi seseorang dengan situasi yang ditemuinya

 Keyakinan dan pengharapan individu merupakan variabel minat inti daripada trait-tait global.

Perilaku paling baik di pahami sebagai hal yang berubah sepanjang situasi. Untuk memahami perilaku, kita harus memahami apa makna tiap-tiap situasi bagi eseorang.

Pengamatan majemuk pada situasi yang berbeda-beda; Perilaku yang direkam video dan dinilai oleh observer, Kuesioner.

Trait Kepribadian dicirikan oleh

sekumpulan lima trait umum yang diwakili dalam bahasa alami yang di gunakan orang sehari-hari untuk menggambarkan diri mereka sendiri dan orang lain.

Trait relatif stabil sepanjang waktu. Trait meramalkan perilaku.

Kuesioner

Laporan pengamatan

Personologis dan Kisah Hidup

 Untuk memahami kepribadian kita harus memahami keseluruhan seseorang.

 Tiap-tiap orang memiliki sekumpulan pengalaman hidup yang unik, dan berbagai kisah yang kita ceritakan mengenai pengalaman tersebut membentuk identitas kita.

Kisah kita memberikan kesempatan unik untuk meneliti berbagai proses kepribadian yang dikaitkan denga perilaku, perkembangan, dan kesejahteraan Riwayat tertulis Otobiografi Wawancara Psikobiografi

Dokumen terkait