• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum II. Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PERKULIAHAN. Psikologi Umum II. Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN

Psikologi Umum

II

Modul Standar untuk

digunakan dalam

Perkuliahan di Universitas

Mercu Buana

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Psikologi

09

Rizky Putri A. S. Hutagalung, M. Psi, Psi

Abstract

Kompetensi

Modul ini berisi tentang kepribadian manusia. Kepribadian manusia dilihat dan dipelajari dari berbagai sudut pandang seperti psikodinamika, humanistik, kognitif sosial, trait, personologis, serta kisah hidup.

Mahasiswa memahami tentang Kepribadian manusia dilihat dan dipelajari dari berbagai sudut pandang seperti psikodinamika, humanistik, kognitif sosial, trait, personologis, serta kisah hidup. Mahasiswa juga mampu menganalisa kepribadian para tokoh serta melihat kepribadian diri sendiri

(2)

BAB IX: Kepribadian

Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang artinya ‘topeng’ yang biasa dipakai artis

dalam theater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi konsep awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan ke lingkungan sosial - kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial.

Allport (1937) mengatakan “character is personality evaluated and personality is character devaluated”

Ada beberapa kata atau istilah yang oleh masyarakat diperlakukan sebagai sinonim kata personality, namun ketika istilah-istilah itu dipakai di dalam teori kepribadian diberi makna berbeda-beda. Istilah yang berdekatan maknanya antara lain :

1. Personality (kepribadian); penggambaran perilaku secara deskriptif tanpa memberi nilai (devaluative)

2. Character (karakter); penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (benar-salah, baik-buruk) baik secara ekspilit maupun implisit.

3. Disposition (watak); karakter yang telah dimiliki dan sampai sekarang belum berubah. 4. Temperament (temperament); kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan

biologic atau fisiologik, disposisi hereditas.

5. Traits (sifat); respons yang senada (sama) terhadap kelompok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu yang (relatif) lama.

6. Type-Attribute (ciri): mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimulasi yang lebih terbatas.

7. Habit (kebiasaan): respon yang sama cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.

(3)

Sampai sekarang, masih belum ada batasan formal personality yang mendapat pengakuan atau kesepakatan luas dilingkungan ahli kepribadian. Masing-masing pakar kepribadian membuat definisi sendiri-sendiri sesuai dengan paradigma yang mereka yakini dan fokus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Berikut adalah beberapa contoh definisi kepribadian:

1. Kepribadian adalah nilai sebagai stimulus sosial, kemampuan menampilkan diri secara mengesankan (Hilgard & Marquis)

2. Kepribadian adalah kehidupan seseorang secara keseluruhan, individual, unik, usaha mencapai tujuan, kemampuannya bertahan dan membuka diri, kemampuan memperoleh pengalaman (Stern)

3. Kepribadian adalah organisasi dinamik dalam sistem psikofisiologik seorang yang menentukan model penyesuaiannya yang unik dengan lingkungannya (Allport)

4. Kepribadian adalah pola trait-trait yang unik dari seseorang (Guilford)

5. Kepribadian adalah seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi (Pervin)

6. Kepribadian adalah seperangkat karakteristik dan kecenderungan yang stabil, yang menentukan keumuman dan perbedaan tingkah laku psikologik (berpikir, merasa, dan gerakan) dari seseorang dalam waktu yang panjang dan tidak dapat dipahami secara sederhana sebagai hasil dari tekanan sosial dan tekanan biologic saat itu (Mandy atau Burt)

7. Kepribadian adalah suatu lembaga yang mengatur organ tubuh, yang sejak lahir sampai mati tidak pernah berhenti terlibat dalam pengubahan kegiatan fungsional (Murray) 8. Kepribadian adalah pola khas dari fikiran, perasaan, dan tingkah laku yang

membedakan orang satu dengan yang lain dan tidak berubah lintas waktu dan situasi (Phares)

Friedman &Shusctack (2006) mengatakan bahwa kepribadian memiliki 8 aspek kunci yang secara keseluruhan dapat membantu kita memahami inti dari kompleksitas individual.

1. Aspek ketidaksadaran

(4)

3. Manusia sebagai “makhlukbiologis” dengan hakikat genetik, fisik, dan fisiologis, dan temperamental yang unik.

4. Individu “dikondisikan” atau “dibentuk” oleh pengalaman 5. Memiliki dimensi kognitif

6. Kumpulan trait, kemampuan, dan kecenderungan spesifik. 7. Dimensi spiritual

8. Makhluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungan

Teori Kepribadian

Teori kepribadian adalah sejumlah ide yang dibentuk oleh individu untuk menjelaskan bagaimana karakteristik individu lain (Bruner & Tagiuri, 1954).

Tanpa disadari, kita sebagai masyarakat awam seringkali membuat suatu teori kepribadian sendiri, padahal seringkali teori tersebut tidak tepat dan tidak akurat. Teori keopribadian implisit biasanya diciptakan oleh masyarakat berdasarkan kesan tertentu dari seseorang atau disebut juga “teori Kepribadian Sehari-hari”. Misalnya : “orang tampan pemalas” atau “orang yang sipit tidak dapat dipercaya”.

Teori kepribadian implisit tidak bagus untuk dijadikan pedoman atau common sense karena bukan berdasarkan data yang akurat. Hal ini juga karena teori tersebut terlalu sederhana dan tidak mengikuti kaidah ilmiah. Teori Kepribadian merupakan kumpulan konsep dan asumsi mengenai bagaimana cara yg baik untuk memahami dan mempelajari individu. Suatu Teori / Konsep / Konstruk tidak berlaku secara universal dan tetap memiliki batasan.

Contoh : Teori Psikoanalisa Freud cocok untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya gangguan kejiwaan seperti histeria, namun tidak cocok bila digunakan untuk menjelaskan bagaimana mengajarkan ketrampilan baru pada anak autis.

Manfaat teori kepribadian secara umum adalah :

 membuat kita dapat memahami dinamika kepribadian manusia dengan lebih tersistematis dan teroganisir. Kerangka kerja yang membantu kita mempelajari perilaku tertentu dengan lebih spesifik sehingga perilaku dapat diprediksi dan dipahami.

(5)

 Kerangka kerja yang membantu kita mempelajari perilaku tertentu dengan lebih spesifik sehingga perilaku dapat diprediksi dan dipahami.

 Dasar untuk mengembangkan teori baru melalui riset dan asesmen  Membantu kita untuk mempertahankan konsistensi dalam berpikir

Sama seperti teori ilmiah pada umumnya yang memiliki fungsi deskriptif dan prediktif, begitu juga teori kepribadian. Berikut penjelaskan fungsi deskriptif dan prediktif dari teori kepribadian.

 Fungsi Deskriptif

Fungsi deskriptif (menjelaskan atau menggambarkan) merupakan fungsi teori kepribadian dalam menjelaskan atau menggambarkan perilaku atau kepribadian manusia secara rinci, lengkap, dan sistematis. Pertanyaan-pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana seputar perilaku manusia dijawab melalui fungsi deskriptif.  Fungsi Prediktif

Teori kepribadian selain harus bisa menjelaskan tentang apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia sekarang, juga harus bisa memperkirakan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia di kemudian hari. Dengan demikian teori kepribadian harus memiliki fungsi prediktif

Dimensi Teori Kepribadian

Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan sekitar apa, mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap teori kepribadian yang lengkap, menurut Pervin (Supratiknya, 1995), biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut :

 Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil dan menetap, serta yang merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian.

 Pembahasan tentang proses, yaitu konsep-konsep tentang motivasi untuk menjelaskan dinamika tingkah laku atau kepribadian.

(6)

 Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aneka perubahan pada struktur sejak masa bayi sampai mencapai kemasakan, perubahan-perubahan pada proses yang menyertainya, serta berbagai faktor yang menentukannya.

 Pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakikat gangguan kepribadian atau tingkah laku beserta asal-usul atau proses perkembangannya.

 Pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi tentang bagaimana tingkah laku bisa dimodifikasi atau diubah.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian

Berkembangnya teori-teori kepribadian tidak terlepas dari sejumlah faktor yang melatarbelakangi dan mempengaruhinya, yang secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu faktor-faktor historis dan faktor-faktor kontemporer.

Koeswara (1991) mengibaratkan kedua faktor tersebut sebagai faktor pembawaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang.

 Faktor-faktor historis

Secara historis banyak faktor yang mempengaruhi berkembanya teori-teori kepribadian dan empat diantaranya merupakan faktor yang pengaruhnya sangat kuat. Keempat faktor yang dimaksud adalah : a. peng-obatan klinis Eropa, b. psikometrik, c. behaviorisme, dan d. psikologi Gestalt (Koeswara, 1991: 13).

 Faktor-faktor Kontemporer

Faktor-faktor kontemporer yang mempengaruhi perkembangan teori kepribadian mencakup faktor dari dalam dan dari luar psikologi.

Faktor-faktor yang bersumber dari dalam bidang psikologi yaitu:

 munculnya perluasan bidang psikologi, seperti psikologi lintas budaya (cross-cultural psychology), dan

 Studi tentang proses-proses kognitif dan motivasi.

Faktor-faktor kontemporer dari luar bidang psikologi yang mempengaruhi perkembangan teori kepribadian antara lain berkembangnya aliran filsafat eksistensialisme, perubahan sosial budaya yang pesat, dan berkembangnya teknologi komputer. Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang menekankan

(7)

kebebasan, penentuan diri, dan keberubahan manusia, mempengaruhi para teoris kepribadian eksistensial dan humanistik. Perubahan sosial budaya telah memberikan arah baru kepada penelitian dan penyusunan teori kepribadian. Sedangkan berkembangnya teknologi komputer membuka peluang yang luas bagi penelitian secara besar-besaran dan cermat.

Pendekatan Klasik Psikologi Kepribadian

Sebenarnya usaha untuk menyusun teori dalam psikologi kepribadian telah sejak lama dilakukan yakni sebelum masehi. Orang mencoba memberikan ciri-ciri khusus kepada sesuatu, baik itu berwujud benda, pemandangan, musim, lukisan dan sebagainya, dengan cara mencari sesuatu yang menyebabkan segala sesuatu itu mempunyai daya tarik yang kuat. Demikianlah halnya dengan kehidupan manusia, seseorang berusaha mencari ciri-ciri khusus, yang terdapat pada manusia yang lain.

Empedocles, seorang filsuf Yunani Kuno, yang berpendapat bahwa segala yang ada di dunia ini terdiri atas empat unsur, yaitu ; tanah, air, api, dan udara, mencoba membedakan ciri-ciri khusus bagaimana bila seseorang terlalu banyak salah satu dari keempat unsur tersebut. Bila didalam tubuh seseorang terlalu banyak unsur tanah, misalnya maka orang itu akan memiliki sifat dingin, acuh tak acuh, tidak mudah terpengaruh, dsb. Sedang bila kebanyakan unsur api, maka orang tersebut akan kelihatan lincah, mudah bergerak, ribut dan seakan-akan tidak punya pendirian.

Ada pula yang mencoba menghubungkan tata bintang dalam hubungannya dengan musim, bernama astronomi, dalam hubungannnya dengan watak orang yang dilahirkan pada musim itu (astrologi).

Usaha-usaha yang masih bersifat pra-ilmiah ; a. Chirologi atau ilmu guratan tangan

Dasar pikiran dari pada pengetahuan ini ialah kenyataan bahwa gurat-gurat tangan orang itu tidak ada yang sama satu sama lain, macannya adalah sebanyak orangnya. Jika sekiranya orang dapat mengenal perbedaan-perbedaan serta sifat-sifat khusus gurat-gurat tangan tersebut, maka dia akan dapat mengenal perebdaan-perbedaan serta sifat-sifat khas orangnya.

(8)

b. Astrologi atau ilmu perbintangan

Dasar pikiran daripada pengetahuan ini ialah adanya pengaruh kosmis terhadap manusia. Pada waktu seseorang dilahirkan, dia ada dalam posisi tertentu terhadap benda-benda angkasa; jika sekiranya kita dapat mengenal perbedaan-perbedaan mengenai sifat-sifat khas orang.

c. Grafologi atau ilmu tentang tulisan tangan

Dasar pemikiran grafologi itu adalah segala gerakan yang dilakukan oleh manusia itu merupakan ekspresi daripada kehidupan jiwanya; jadi juga gerakan menulis dan selanjutnya tulisan sebagai hasil gerakan menulis itu, merupakan bentuk ekspresi kehidupan jiwa. Kalau sekiranya orang dapat mengetahui keadaan khusus tulisan seseroang dengan baik, berarti dia juga dapat mengenal keadaan khusus kepribadian si penulisnya.

Dalam menganalisis tulisan tangan itu hal yang diperhatikan antara lain; - Apakah tulisan tetap lurus ataukah naik / menurun

- Condong atau gerakan tegaknya tulisan

- Jarak tulisan dari garis yang satu ke garis lainnya - Tumpul runcingnya tulisan

- Tebal – tipisanya tulisan,

- Jarak tulisan dari tepi dan sebagainya d. Phisiognomi atau ilmu tentang wajah

Pengetahuan ini berusaha memahami kepribadian atas dasar keadaan wajahnya. Dasar pikiran untuk mengusahakan pengetahuan ini ialah keyakinan bahwa ada hubungan antara keadaan wajah dan kepribadian. Hal-hal yang tampak pada wajah dapat dipergunakan untuk membuat interpretasi mengenai apa yang terkandung dalam jiwa.

e. Phrenologi atau ilmu tentang tengkorak

Pengetahuan ini bermaksud memahami kepribadian atas dasar keadaan tengkoraknya. Dasar pikirannya adalah bahwa tiap-tiap fungsi atau kecakapan itu masing-masing mempunyai pusatnya diotak. Jikalau salah satu (atau lebih) dari

(9)

kecakapan itu keadaannya luar biasa,maka pusatnya di otakpun luar biasa besarnya. Akibat hal ini ialah bentu tengkorak lalu berubah oleh pusat yang membesar tersebut, sehingga ada tonjolan-tonjolannya. Denganmengukur secara teliti tonjolan-tonjolan tersebut, dapat ditarik kesimpulan tentang kecakapan-kecakapan atau sifat-sifat orangnya.

f . Onychologi atau ilmu tentang kuku

Oncychologi berusaha memahami kepribadian seseorang atas dasar keadaan kuku-kukunya. Kuku di ujung jari itu mempunyai hubungan yang erat dengan susunan syaraf, dengan cabang-cabangnya yang terhalus berujung di pucuk-pucuk jari. Warna serta bentuk kuku dapat dipakai sebagai landasan untuk mengenal kepribadian orang.

Tipologi

Tipologi adalah pengetahuan yang berusaha menggolongkan manusia menjadi tipe-tipe tertentu atas dasar faktor-faktor tertentu, misalnya karakteristik fisik, psikis, pengaruh dominant nilai-nilai budaya, dst. Tipologi menurut ilmu Psikologi terdiri dari 2 komponen, yaitu :

 Sifat atau karakter yang dibentuk oleh faktor lingkungan, misalnya : malas, rajin, usil, tertutup, terbuka

 Watak atau disebut juga temperamen, dibentuk oleh faktor genetika, misalnya kebanyakan orang yang berasal dari luar pulau wataknya keras dan pemarah. Dalam mengenal tipologi kepribadian ini, terdapat 2 aliran yang dapat membedakannya yaitu aliran naturalisme dan nativisme. Salah satu tokoh dari aliran naturalisme yaitu Schoupenhour menyatakan bahwa segala yang suci ada di tangan Tuhan, namun yang rusak ada di tangan manusia. Sedangkan dalam aliran Nativisme, J.J. Rousseau berpendapat bahwa faktor bawaan lebih kuat daripada faktor luar.

(10)

Sudut Pandang Psikodinamika

Kepribadian (personality) dipandang sebagai suatu pola pikiran, emosi, dan perilaku yang bertahan dan berbeda yang menjelaskan cara seseorang beradaptasi dengan dunia. Sudut pandang psikodinamika (psychodynamic perspectives) memandang kepribadian yang berdasarkan ketidaksadaran dan berkembang berbagai tahapan. Kebanyakan sudut pandang psikodinamika menekankan bahwa pengalaman masa awal individu dengan orangtua memerankan peran yang sangat penting dalam membentuk kepribadian individu.

Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Sumbangan besar teori Freud adalah penelusurannya mengenai alam tidak sadar. Selain itu, Freud meyakini bahwa manusia akan termotivasi oleh dorongan utama yang belum atau tidak disadari. Freud menyatakan bahwa kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, yaitu : Alam Sadar dan Alam Tidak Sadar, yang terbagi menjadi Alam Tidak Sadar dan Alam Bawah Sadar.

 Alam Tidak Sadar

Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tidak kita sadari, tetapi menjadi pendorong perkataan, perasaan, dan tindakan manusia. Keberadaan alam tidak sadar ini dapat diketahui melalui mimpi, kesalahan ucap, berbagai jenis lupa yang dikenal sebagai represi. Semua proses tidak sadar ini biasanya muncul dari represi pengalaman masa kanak-kanak dan peninggalan filogenetis. Alam tidak sadar bukan bersifat tidak aktif, namun berusaha terus menerus agar dapat disadari, walaupun muncul dalam alam sadar sebagai wujud yang berbeda.  Alam Bawah Sadar

Alam Bawah Sadar ini berisi semua elemen yang tidak disadari, tetapi dapat muncul dalam kesadaran dengan cepat. Alam Bawah Sadar ini berasal dari dua hal yaitu :

1. Persepsi Sadar, sesuatu yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, namun masuk ke alam bawah sadar ketika fokus perhatian beralih ke hal

(11)

lain. Pikiran yang dapat masuk dengan bebas antara alam sadar dan alam bawah sadar merupakan pikiran yang bebas dari kecemasan

2. Alam Tidak Sadar, dorongan yang ada dalam alam tidak sadar dapat masuk ke alam bawah sadar dalam bentuk yang berbeda.

 Alam Sadar

Alam sadar merupakan elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Alam Sadar ini tidak memainkan peran penting dalam teori psikoanalisis. Berbagai pikiran dapat masuk ke alam sadar melalui dua hal, yaitu :

1. Sistem kesadaran perseptual, yaitu sebuah sistem yang berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus luar. Dalam sistem ini, stimulus yang diterima melalui indera, namun tidak mengancam, akan dapat masuk ke alam sadar

2. Gagasan yang tidak mengancam dari alam bawah sadar dan gagasan yang membuat cemas dari alam tidak sadar.

Wilayah Pikiran / Struktur Kepribadian

Selama periode 1920an, Freud memperkenalkan model struktural yang terdiri dari tiga bagian. Pembagian pikiran ke dalam tiga bagian ini membantu Freud menjelaskan gambaran mental berdasarkan fungsi atau tujuannya. Ketiga bagian tersebut adalah :

1. das Es atau Id

Id adalah inti kepribadian yang sepenuhnya tidak disadari. Id tidak memiliki hubungan dengan dunia nyata, tetapi selalu berusaha meredakan ketegangan dengan memuaskan keinginan dasar. Id beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan

(PLEASURE PRINCIPLE), yaitu : berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari

rasa sakit. Bagi Id, kenikmatan adalah keadaan yang relatif inaktif atau tingkat energi yang rendah, dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Bayi yang baru lahir adalah perwujudan id yang bebas dari hambatan ego atau superego. Bayi akan memuaskan kebutuhannya, tanpa peduli apakah hal itu mungkin untuk dilakukan (ego) atau tepat untuk dilakukan (superego). Sifat dari id ini adalah tidak realistis, tidak logis, tidak mampu membedakan baik-buruk.

(12)

Id adalah kepribadian yang dibawa sejak lahir. Dari Id ini akan muncul ego dan super-ego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls dan drive. Id berada dan beroperasi dalam daerah unconscious, mewakili subyektifitas yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan untuk mengoperasikan sistem dari struktur kepribadian lainnya.

Pleasure principle diproses dengan dua cara, tindak refleks (refllex actions) dan proses primer (primary process). Tindak refleks adalah reaksi otomatis yang dibawa sejak lahir seperti mengejabkan mata-dipakai untuk menangani kepuasan rangsang sederhana dan biasanya dapat segera dilakukan. Proses primer adalah reaksi membayangkan/ mengkhayal sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan-dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti bayi yang lapar membayangkan makanan atau puting ibunya.

Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan itu dengan kenyataan yang benar-benar memuaskan kebutuhan. Id tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah, tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata, yang memberikan kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan ini lah yang kemudian membuat Id memunculkan ego.

2. das Ich atau Ego

Ego adalah wilayah pikiran yang memiliki hubungan dengan realita. Ego berkembang dari id masa bayi. Ego memampukan seseorang berkomunikasi dengan dunia luar, sehingga ego merupakan pengambil keputusan dari kepribadian. Ego dikendalikan oleh REALITY PRINCIPLE. Ego dapat bersifat sadar, bawah sadar,

maupun tidak sadar, sehingga ego mampu membuat keputusan di tiga wilayah tersebut. Dalam menjalankan fungsi kognitif dan intelektualnya, ego seringkali mengalami desakan antara dorongan id dan superego yang saling berlawanan. Kondisi ini menyebabkan ego akan mengalami kecemasan. Pada saat cemas, maka ego akan melindungi dirinya dengan menggunakan mekanisme pertahanan.

Ego berkembang dari Id agar orang mampu menangani realitas sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle); usaha memperoleh kepuasan yang ditemukan obyek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.

(13)

Ego adalah eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama; pertama, memilih stimulasi mana yang hendak direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal.

Dengan kata lain, ego sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan moral dan kebutuhan perkembangan-mencapai-kesempurnaan dari superego. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan Id, karena itu ego yang tidak memiliki enerji sendiri untuk akan memperoleh enerji dari Id.

3. das Uber-Ich atau Superego

Superego adalah aspek moral dan ideal dari kepribadian, yang dikendalikan oleh MORALISTIC AND IDEALISTIC PRINCIPLE. Sama seperti ego, superego tidak

memiliki energi nya sendiri. Namun, berbeda dengan ego, superego tidak memiliki hubungan dengan dunia luar. Superego memiliki dua subsistem, yaitu : (a) suara hati, yang muncul dari pengalaman mendapat hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajarkan kita tentang hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan ; (b) ego ideal, yang muncul dari pengalaman mendapat penguatan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal yang sebaiknya dilakukan.

Super ego adalah kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang beroperasi memakai prinsip idealistic (idealistic principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan Id dan prinsip realistik dari ego. Superego berkembang dari ego, dan seperti ego dia tidak mempunyai enerji sendiri. Sama dengan ego, superego beroperasi di tiga daerah kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia tidak mempunyai kontak dengan dunia luar (sama dengan Id) sehingga kebutuhan kesempurnaan yang dijangkaunya tidak realistik (Id tidak realistik dalam memperjuangkan kenikmatan). Prinsip idealistic mempunyai dua subprinsip, yakni conscience dan ego-ideal.

Superego pada hakekatnya merupakan elemen yang mewakili nilai-nilai orang tua atau interpretasi orang tua menangani standart sosial, yang diajarkan kepada anak melalui berbagai larangan dan perintah. Apapun tingkah laku yang dilarang, dianggap salah, dan dihukum oleh orang tua, akan diterima menjadi suara hati (conscience), yang berisi apa saja yang tidak boleh dilakukan. Apapun yang disetujui,

(14)

dihadiahi dan dipuji orang tua akan diterima menjadi standar kesempurnaan atau ego idea, yang berisi apa saja yang seharusnya dilakukan. Proses pengembangan konsensia dan ego ideal, yang berarti menerima standar salah dan benar itu disebut introyeksi (introjection). Sesudah menjadi introyeksi, kontrol pribadi akan mengganti kontrol orang tua.

Superego bersifat nonrasional dalam menuntut kesempurnaan, menghukum dengan kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun baru dalam fikiran. Paling tidak ada 3 fungsi dari superego; (1) mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistik dengan tujuan-tujuan moralistic, (2) memerintah impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif yang bertentangan dengan standart nilai masyarakat, dan (3) mengejar kesempurnaan.

Jika id dominan, sedangkan ego dan supergo lemah, maka akibatnya adalah seseorang hanya akan terus menerus menjadi orang yang selalu memuaskan keinginannya, tanpa mempertimbangkan apa yang mungkin dan tepat bagi orang tersebut. Jika superego dominan, sedangkan id dan ego lemah, maka seseorang akan menjadi pribadi yang mudah merasa bersalah dan inferior. Jika ego dominan dan kuat, sedangkan id dan superego mampu terintegrasi ke dalam ego yang berfungsi dengan baik, maka seseorang akan sehat secara psikologis dan mampu memegang kendali atas prinsip kesenangan dan moralitas.

Dinamika Kepribadian

Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran menjelaskan struktur kepribadian. Namun, kepribadian itu sendiri juga tidak tinggal diam, namun melakukan tindakan. Oleh karena itu, Freud mengenalkan konsep dinamika kepribadian, yaitu prinsip motivasional yang menjelaskan kekuatan yang mendorong tindakan manusia. Freud berasumsi bahwa manusia termotivasi untuk mencari kesenangan, menurunkan ketegangan, dan kecemasan. Motivasi ini berasal dari energi fisik, psikis, dan dorongan dasar yang manusia miliki.

Dorongan ini berfungsi sebagai stimulus internal dalam diri seseorang, yang bersifat konstan. Freud menyatakan bahwa berbagai dorongan yang ada itu dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu dorongan seks dan agresi. Kedua dorongan ini berasal dari id, namun ada di bawah kendali ego. Setiap dorongan memiliki :

1. Desakan, besarnya kekuatan dari dorongan yang keluar

2. Sumber, bagian tubuh yang mengalami ketegangan atau rangsangan 3. Tujuan dorongan adalah memperoleh kepuasan

(15)

Dorongan Seks atau Eros

Tujuan dorongan seksual adalah kesenangan, yang mencakup pemuasan genital, mulut, dan anus. Dorongan seksual dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya : (1)

Narsisisme. Narsisisme muncul diawali dengan pemusatan libido pada ego pribadi

mereka. Hal ini disebut dengan Narsisme Primer, yang biasa terjadi pada anak-anak. Sejalan dengan berkembangnya ego, maka anak melepaskan narsisme primernya dan mengembangkan ketertarikan pada orang lain. Namun, pada masa puber, remaja akan kembali mengarahkan libido ke ego dan memusatkan perhatian kepada penampilan pribadi. Ini yang disebut dengan Narsisme Sekunder ; (2) Cinta. Manisfestasi eros ini berkembang pada saat orang mengarahkan libido mereka pada objek atau orang lain ; (3) Sadisme, adalah kebutuhan kepuasan seksual dengan cara menyakiti orang lain ; (4)

Masokisme adalah kebutuhan kepuasan seksual yang diperoleh dengan cara menyakiti

diri sendiri, atau dipermalukan orang lain.

Dorongan Agresi atau Thanatos.

Tujuan dari dorongan agresi yang merusak adalah menghancurkan diri. Dorongan agresi ini dapat berubah bentuk menjadi menggoda, bergosip, sarkasme, mempermalukan orang lain, humor, dan menikmati penderitaan orang lain. Kecenderungan dorongan agresi ini ada pada semua orang.

Kecemasan. Kecemasan adalah situasi afektif yang tidak menyenangkan dan diikuti oleh

sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Diantara tiga wilayah pikiran, hanya ego yang dapat merasakan adanya kecemasan ini. Ada tiga jenis kecemasan, yaitu :

KECEMASAN NEUROSIS, adalah rasa cemas karena adanya bahaya yang tidak diketahui.

Rasa ini ada pada ego, tetapi muncul karena dorongan id

KECEMASAN MORAL, disebabkan karena konflik ego dan superego

KECEMASAN REALISTIS, ini terkait erat dengan rasa TAKUT, yaitu perasaan tidak

menyenangkan dan tidak spesifik, yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Namun, ada hal yang membedakan antara kecemasan realistis dan rasa takut, yaitu terletak pada objek ketakutan yang spesifik. Fungsi dari kecemasan adalah memberi tahu ego akan bahaya yang mengintai, sehingga ego dapat melakukan persiapan untuk waspada dan melindungi dirinya. Ego akan melakukan pertahanan diri supaya ego bebas dari rasa sakit yang akan ditimbulkan oleh kecemasan tersebut.

(16)

Mekanisme Pertahanan Diri

Freud mengembangkan mekanisme pertahanan diri pada tahun 1926. Banyak orang yang menganggap bahwa mekanisme pertahanan diri ini adalah sesuatu yang buruk. Namun sesungguhnya, mekanisme pertahanan diri ini adalah hal yang normal dilakukan oleh semua orang. Mekanisme pertahanan diri menjadi sesuatu yang buruk, jika digunakan secara berlebihan. Akibat buruk yang mungkin muncul adalah adanya perilaku kompulsif, repetitif, dan neurosis.

Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif bahaya dan hanya mengubah cara individu mempersepsi atau memikirkan masalah itu. Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.

Istilah mekanisme bukan merupakan istilah yang paling tepat karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia sebagai mesin yang rumit. Sebenarnya, kita akan membicarakan strategi yang dipelajari individu untuk meminimalkan kecemasan dalam situasi yang tidak dapat mereka tanggulangi secara efektif. Tetapi karena “mekanisme pertahanan diri” masih merupakan istilah terapan yang paling umum maka istilah ini masih akan tetap digunakan.

Ada delapan mekanisme pertahanan diri yang dikemukakan Freud, yaitu : 1. Represi

Represi adalah mekanisme pertahanan yang paling dasar. Ketika ego terancam oleh dorongan id yang tidak diinginkan, maka ego akan memaksa dorongan atau perasaan mengancam itu ke alam tidak sadar. Tidak ada satu masyarakat manapun yang mengijinkan dorongan seksual dan agresi diekspresikan secara total tanpa batas. Pada umumnya, ekspresi yang tanpa batas itu akan memunculkan hukuman atau tekanan dari masyarakat. Oleh karena itu, jika seseorang merasakan kedua dorongan tersebut, maka mereka akan merasakan kecemasan. Kedua dorongan tersebut jika ditekan, maka akan mungkin muncul melalui mimpi, salah ucap, atau bentuk mekanisme pertahanan lainnya.

2. Pembentukkan Reaksi

Pembentukan reaksi adalah mekanisme pertahanan yang berbentuk menyembunyikan diri dalam bentuk yang bertentangan dengan bentuk asalnya. Ciri

(17)

perilaku ini adalah sifatnya berlebihan, obsesif, dan kompulsif. Dapat dikatakan, bahwa pembentukkan reaksi ini terbatas hanya pada satu objek tunggal.

3. Pengalihan

Pengalihan adalah pengalihan dorongan yang tidak sesuai ini pada sejumlah orang atau objek, sehingga dorongan aslinya tersembunyi.

4. Fiksasi.

Pada umumnya, psikis bertumbuh secara berkelanjutan melalui serangkaian tahap perkembangan. Namun, proses pendewasaan untuk mencapai pertumbuhan psikis tersebut tidak lepas begitu saja dari peristiwa yang penuh stres dan kecemasan. Jika ego akan melangkah ke tahap perkembangan selanjutnya, namun tahap tersebut menyebabkan kecemasan, maka ego akan tetap bertahan di tahap perkembangan saat ini yang lebih nyaman. Kondisi ini yang disebut dengan fiksasi. Tahap oral merupakan tahap yang penuh dengan perjuangan untuk meredakan ketegangan. Sedangkan orang yang sangat terobsesi pada kerapihan dan keteraturan, maka

dapat dikatakan memiliki fiksasi anal. Tahap anal merupakan tahap dimana anak

sangat patuh kepada orangtuanya. 5. Regresi

Regresi adalah suatu langkah mundur ke tahap sebelumnya, ketika dorongan yang muncul pada masa kini menyebabkan ego mengalami kecemasan.

6. Proyeksi

Proyeksi adalah suatu usaha mengarahkan dorongan yang tidak diinginkan kepada objek eksternal, yaitu orang lain.

7. Introyeksi

Introyeksi adalah suatu usaha pertahanan dimana seseorang memasukkan sifat-sifat positif orang lain ke dalam dirinya sendiri. Pada umumnya, orang melakukan introyeksi agar dapat menghargai diri sendiri secara berlebihan dan meminimalkan perasaan inferiornya.

8. Sublimasi

Sublimasi adalah usaha merepresi dorongan yang tidak diinginkan, dan menggantinya menjadi hal-hal yang dapat diterima oleh lingkungan sosial. Di sisi lain,

(18)

masyarakat tidak melihat ekspresi itu sebagai sesuatu yang tidak bermoral, melainkan pencapaian sebuah karya seni dari si pematung tersebut. Kondisi ini merupakan gabungan antara kepuasan dorongan, pencapaian karya seni, dan pengakuan dari masyarakat.

Tahap Perkembangan

Freud meyakini bahwa usia empat atau lima tahun pertama kehidupan adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan kepribadian. Masa ini disebut dengan masa infantil, yang kemudian diikuti dengan masa laten, pada usia lima hingga 11 atau 12 tahun. Pada masa laten ini, pertumbuhan seksual sedikit terjadi pada anak-anak. Kemudian dilanjutkan dengan masa genital pada usia puber, dan yang terakhir adalah masa dewasa.

Periode Infantil

. Freud berasumsi bahwa pada masa ini, anak-anak memiliki kehidupan seksual. Namun, seksualitas anak-anak berbeda dengan seksualitas orang dewasa. Hal ini disebabkan karena anak-anak tidak memiliki kemampuan reproduksi dan sepenuhnya autoerotis. Anak-anak menerima rangsangan seksual dan bereaksi terhadap stimulasi seksual yang bersifat erogen. Pada masa ini, anak-anak memiliki tiga zona erogen, sehingga Freud membagi tahap infantil ini ke dalam tiga fase, yaitu :

1. FASE ORAL.

Mulut merupakan zona erogen pertama yang memberikan kesenangan dan kepuasan kepada bayi. Hal ini disebabkan karena bayi mendapat nutrisi untuk bertahan hidup melalui aktivitas oral, dan memperoleh kesenangan dari perilaku mengisap. Namun, seiring waktu, bayi akan mengalami perasaan frustrasi dan cemas karena jeda waktu menyusui yang panjang, dan adanya penyapihan secara bertahap. Kondisi ini menyebabkan bayi mengalami perasan ambivalen terhadap ibu. Jika anak tidak mampu menyikapi proses penyapihan dengan baik, maka pada masa itu anak mengalami kecemasan. Kecemasan itu akan berlanjut pada masa dewasa, dimana orang akan mengalami fiksasi oral, berbentuk mengunyah permen karet, mengisap permen, merokok, menggigit pensil, makan berlebihan, atau mengeluarkan pernyataan sarkastik.

2. FASE ANAL.

Anus merupakan zona erogen yang kedua. Ciri dari fase ini adalah kepuasan melalui perilaku agresif dan melakukan ekskresi atau pembuangan. Oleh karena ini, pada masa ini, orangtua sering melakukan toilet training kepada anak. Proses

(19)

pembuangan ini, akan menimbulkan kepuasan seksual dan rasa sakit, yaitu ketika mereka menahan untuk tidak mengeluarkan feses mereka. Kondisi ini sering disebut kesenangan narsistik dan masokis. Kedua kondisi inilah yang menjadi pondasi dasar dari karakter anal, yaitu kepuasan erotis dengan menyimpan dan memiliki berbagai objek, serta menatanya dengan rapi dan teratur.

3. FASE FALIK.

Wilayah genital adalah zona erogen yang ketiga. Fase ini dimulai ketika anak berusia 3 atau 4 tahun. Pada masa ini sering terjadi Oedipus complex, baik pada laki-laki maupun pada perempuan.

Periode Laten

. Periode yang terjadi pada usia 4 atau 5 tahun ini merupakan periode perkembangan seksual yang nonaktif. Hal ini disebabkan karena orangtua mencegah aktivitas seksual anak, sehingga anak akan merepresi dorongan seksualnya dan mengarahkan energi psikisnya ke sekolah, teman, hobi, atau aktivitas nonseksual lainnya.

Periode Genital

. Periode ini terjadi ketika seseorang mengalami pubertas, yang ditandai dengan penyadaran kembali akan dorongan seksual yang terhambat selama periode laten.

Periode Dewasa

. Pada periode ini, seseorang memiliki struktur pikiran seimbang, yaitu ego mampu mengendalikan id, sedangkan superego membuka diri terhadap dorongan id yang masuk akal.

Kritik Terhadap Freud

Apakah Freud Memahami Wanita?

Kritik yang kerap ditujukan terhadap Freud adalah ia tidak memahami wanita dan teori kepribadiannya sangat berorientasi pada laki2. Kritik tersebut ada benarnya dan Freud sendiri mengakui bahwa ia tidak sepenuhnya memahami jiwa perempuan.

Mengapa Freud tidak memiliki pemahaman yang baik tentang jiwa feminin? salah

satu jawabannya adalah karena ia adalah anak pada jamannya. Jaman dimana masyarakat saat itu sangat didominasi oleh laki2. Meskipun beberapa teman Freud perempuan, akan tetapi sahabat-sahabat paling dekatnya adalah laki-laki. Perempuan2 seperti ini berbeda dengan istri dan ibu Freud yang keduanya merupakan istri dan ibu

(20)

Mengapa Freud tidak bisa memahami perempuan? mengingat ia dibesarkan di

pertengahan abad 19, penerimaan orang tua terhadap dominasinya atas saudara– saudara perempuannya ,kecenderungannya untuk membesar-besarkan perbedaan antara perempuan dan laki-laki, membuat Freud tidak mempunyai pengalaman yang memadai untuk bisa memahami perempuan.

Apakah Freud Seorang Ilmuwan

Kritik terhadap Freud sering kali berkutat pada posisinya sebagai seorang ilmuwan. Tokoh-tokoh cendekia lain meyakini bahwa Freud jelas-jelas melihat dirinya sebagai ilmuwan dalam bidang ilmu kemanusiaan, yaitu seorang humanis atau akademisi bukan ilmuwan alam.

Kekurangan atau kelemahan Psikoanalisis dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Teori yang baik harus bisa diulang, sementara teori Freud itu sendiri nyaris tidak mungkin direka ulang.

2. Teori yang bermanfaat adalah kemampuannya mengorganisasi pengetahuan kedalam kerangka yang bermakna.Sayangnya, kerangka teori kepribadian Freud,yang memberikan penekanan pada alam tidak sadar,sangat longgar dan fleksibel sehingga data2 yang saling tidak konsisten pun bisa ikut masuk dalam kerangka ini.

3. Apakah psikonalisis memiliki satu set istilah dengan definisi operasional? disinilah kekurangan teori ini. Sehingga istilah seperti id,ego,superego,alam sadar,alam bawah sadar,tahap oral,tahap anal,tahap falik dan banyak lagi tidak punya definisi operasional. Artinya mereka tidak dijabarkan dalam operasi atau perilaku yang spesifik. Peneliti harus menyusun sendiri definisi untuk sederatan istilah psikonanalisis.

4. Psikonalisis sendiri bukan teori yang sederhana sehingga dapat memberikan jawaban termudah.

5. Banyak konsep Freud sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia tinggal.

6. 5 tahun pertama kehidupan tidaklah sekuat yang diduga Freud dalam membentuk kepribadian orang dewasa.

7. Ego dan berbagai proses pikiran ketidaksadaran memainkan peranan yang lebih dominan dalam kepribadian kita dibandingkan yang Freud yakini. Ia mengklaim bahwa selamanya kita terkurung pada cengkraman id yang naluriah dan tidak disadari.

(21)

8. Banyak faktor sosio-kultural lebih penting daripada yang diyakini Freud. Para pakar psikodinamika yang lebih kontemporer khususnya menekankan lingkungan interpersonal keluarga dan peran hubungan sosial yang dini dalam perkembangan kepribadian.

Selain Sigmund Freud, beberapa tokoh lain meneruskan aliran psikodinamika, hanya saja mereka kurang sepakat dengan psikonalisa klasik seperti yang diungkapkan Freud.

 Pendekatan Sosio - Kultural dari Horney Karen Horney (1885 – 1952) menolak konsep klasik psikoanalisis bahwa anatomi merupakan takdir dan memperingati bahwa beberapa gagasan populer dari Freud hanyalah hipotesis. Horney juga meyakini bahwa kebutuhan untuk keamanan, bukan seks, merupakan motif eksistensi manusia.

 Teori Analitis dari Jung Carl Jung (1875 – 1961) memiliki keluhan yang berbeda mengenai teori psikoanalisis. Jung berbagi ketertarikan Freud dalam ketidaksadaran, tetapi ia meyakini bahwa Freud meremehkan peran pikiran ketidaksadaran dalam kepribadian. Bahkan, Jung meyakini bahwa akar kepribadian kembali pada awal eksistensi manusia. Ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) di ekspresikan melalui apa yang di sebut Jung sebagai arketip (archetypes) ialah nama yang di berikan Jung kepada berbagai gagasan dan citra yang sarat dengan emosional yang memiliki makna yang kaya dan simbolik bagi semua orang. Dua arketip umum adalah anima (wanita) dan animus (pria). Jung meyakini tiap-tiap diri kita memiliki sisi “feminim” yang pasif dan sisi “maskulin” yang asertif.

 Psikologi Individual dari Adler Alferd Adler (1870 - 1937) merupakan pakar teori Freud yang kontemporer. Dalam psikologi individual Adler, manusia didorong oleh berbagai tujuan dan sasaran – kesempurnaan, bukan kenikmatan, merupakan motivator utama dalam kehidupan manusia. Adler menduga bahwa setiap orang berjuang untuk keunggulan dengan berusaha untyuk beradaptasi, meningkatkan dan menguasai lingkungan. Kompensasi merupakan istilah Adler untuk usaha individual untuk mengatasi inferioritas atau kelemahan yang nyata atau khayalan dengan mengembangkan kemampuan seseorang.

Sudut Pandang Humanistik

(22)

kualitas positif manusia. Para psikolog humanistik meyakini bahwa tiap-tiap kita memiliki kemampuan untuk coping, mengendalikan hidup kita, dan mencapai apa yang kita inginkan.

Aliran ini muncul akibat reaksi atas aliran behaviourisme dan psikoanalisis. Kedua aliran ini dianggap merendahkan manusia menjadi sekelas mesin atau makhluk yang rendah. Aliran ini biasa disebut mazhab ketiga setelah Psikoanalisa dan Behaviorisme.

Salah satu tokoh dari aliran ini, Abraham Maslow mengkritik Freud dengan mengatakan bahwa Freud hanya meneliti mengapa setengah jiwa itu sakit, bukannya meneliti mengapa setengah jiwa yang lainnya bisa tetap sehat.

Aliran ini memandang setiap orang mempunyai kemampuan untuk menjadi lebih baik dan memiliki pandangan optimistik dan bisa maju (berkembang). Seperti misalnya :

a. Memiliki pandangan yang segar tentang manusia.

b. Melihat potensi diri individu untuk tumbuh berkembang sesuai keinginan untuk lebih baik atau lebih banyak dari pada apa yang ada di dalam individu itu sendiri.

Aliran ini sangat berbeda dengan psikoanalisa dan behavoiristik yang mengabaikan potensi diri pada individu.

Kritikan aliran humanistik terhadap aliran psikoanalisa dan behavioristik.

a. Terhadap behavioristik

Behaviorisme yang bersifat mekanis dan mementingkan masa lalu ini tidak seperti yang di pahami oleh aliran humanistic. Pada aliran humanistic, individu mempunyai kemampuan atau keinginan untuk berkembang melebihi yang ada pada dalam dirinya.

b. Terhadap psikoanalisa

Aliran humanistik tidak menyetujui sifat pesimisme,karena dalam aliran humanistik individu itu memiliki sifat yang optimistik. Aliran ini mempercayai bahwa individu pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau. Selain itu manusia juga dapat berkembang dengan potensi yang dimilikinya.

(23)

Pendekatan Maslow

Maslow menyusun teori hierarki kebutuhan manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hierarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya kalau jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Pada puncak hirearki Maslow, adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah motivasi untuk mengembangkan potensi penuh seseorang sebagai manusia. Maslow menggambarkan orang yang teraktualisasi dirinya sebagai orang yang spontan, kreatif, dan memiliki kapasitas yang polos untuk menjadi mengagumkan. Menurut Maslow, seseorang pada tingkat eksistensi yang optimal ini akan toleran terhadap orang lain, memiliki rasa humor yang halus, dan cenderung mengejar kebaikan yang lebih besar.

Maslow menemukan dalam penelitiannya bahwa banyak orang yang mencapai aktualisasi diri ternyata mengalami pengalaman puncak: suatu pengalaman mistik mengenai perasaan dan sensasi yang mendalam, psikologik dan fisiologik. Suatu keadaan dimana seseorang mengalami ekstasi-keajaiban-terpesona-kebahagiaan yang luar biasa, seperti pengalaman keilahian yang mendalam, dimana saat itu diri seperti hilang atau mengalami transendensi. Pengalaman puncak itu bisa diperoleh dari mengalami sesuatu yang sempurna, nyata dan luar biasa, menuju keadilan atau nilai yang sempurna. Sepanjang mengalami hal itu, orang merasa sangat kuat, sangat percaya diri dan yakin. Pengalaman puncak itu mengubah seseorang menjadi merasa lebih harmoni dengan dunia, pemahaman dan pandanganya menjadi luas. Maslow menerima gambaran pengalaman puncak yang disusun oleh Wiliam James, sebagai berikut:

 Tidak terlukiskan (ineffability) : subjek seseudah mengalami pengalaman puncak segera mengatakan bahwa itu adalah ekspresi keajaiban, yang tidak dapat digambarkan dengan kata-kata, yang tidak dapat dijelaskan kepada orang lain.  Kualitas kebenaran intelektual (neotic quality) : Pengalaman puncak adalah

pengalaman menemukan kebenaran dari hakekat intelektual.

 Waktunya pendek (transciency) : Keadaan mistis tidak bertahan lama. Umumnya hanya berlangsung 30 menit atau paling lama satu atau dua jam (jarang sekali ada yang berlangsung lebih lama), pengalaman itu menjadi kabur dan orang kembali ke dunianya sehari-hari.,

(24)

 Pasif (passivity): orang yang mengalami pengalaman mistis merasa kemauan dirinya tergusur (abeyance), dan terkadang dia merasa terperangkap dan dikuasai oleh kekuatan yang sangat besar.

Pada mulanya Maslow berpendapat bahwa pengalaman puncak ini hanya dapat dialamu oleh orang-orang tertentu saja, khususnya mereka yang sudah mencapai aktualisasi diri akan mengalaminya secara teratur berkali-kali. Namun sesudah Maslow semakin terampil mewawancarai orang mengenai pengalaman-pengalaman orang itu, dia menemukan bahwa sebagian besar “orang rata-rata” pernah mengalami pengalaman puncak. Masalahnya, orang cenderung mereaksinya dengan melarikan diri alih-alih dengan penerimaan yang “terbuka”. Orang yang pandangan hidupnya materialis dan mekanistik adalah orang yang secara taksadar berusaha melarikan diri dan melupakan pengalaman puncak, mereka sengaja menghilangkan bagian kehidupan spiritual yang sangat penting dari kehidupannya. Pengaruh pengalaman puncak berjangka lama-tidak mudah hilang (lasting), antara lain:

 Hilangnya simptom neurotik

 Kecenderungan melihat diri sendiri lebih sehat

 Perubahan pandangan mengenai orang lain dan hubungan dengan mereka.  Perubahan pandangan diri mengenai dunia.

 Munculnya kreativitas, spontanitas, dan kemampuan mengeskpresikan diri.

 Kecenderungan mengingat pengalaman puncak itu dan berusaha mengulanginya.  Kecenderungan melihat kehidupan secara umum sebagai hal yang lebih berharga.

Dapat disimpulkan, aktualisasi diri yang dicapai melalui pengalaman puncak membuat orang lebih religius, mistikal, sholeh, dan indah (poetical) dibanding dengan aktualisasi yang diperoleh melalui pengembangan diri (yang lebih praktis, membumi, terikat dengan urusan keduniaan). Namun secara umum orang yang mencapai aktualisasi diri mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

 Orientasinya realistik, memandang realitas secara efisien.  Menerima diri, orang lain dan alam sekitar apa adanya

(25)

 Spontan, sederhana, alami

 Lebih memperhatikan masalah (problem-centered) alih-alih memperhatikan diri sendiri (self-centered).

 Berpendirian kuat dan membutuhkan privacy  Otonom dan bebas dari kultur lingkungan

 Memahami orang dan sesuatu secara segar dan tidak stereotip

 Memiliki pengalaman mistikal atau spiritual, walaupun tidak harus religius.  Mengenal harkat kemanusiaan, memliki minat sosial (gemeinschaft).

 Cenderung memiliki hubungan akrab dengan sedikit orang tercinta alih-alih hubungan renggang dengan banyak orang.

 Memiliki nilai dan sikap demokratis.

 Tidak mengacaukan sarana dengan tujuan  Rasa humornya filosofik, tidak berlebihan  Sangat kreatif

 Menolak bersetuju dengan kultur

 Luluh dengan lingkungan alih-alih sekedar menanganinya.

Pendekatan Rogers

Karya Rogers yang inovatif memberikan dasar bagi lebih banyak penelitian kontemporer pada harga diri, pertumbuhan pribadi, dan determinasi diri. Rogers meyakini bahwa kebanyakan manusia memiliki banyak kesulitan menerima kebenaran tentang perasaan positif mereka sendiri. Menurut pandangannya, kita dilahirkan dengan banyak benih kualitas baik dala diri kita. Namun demikian, seiring kita tumbuh dewasa, orang-orang yang signifikan di sekitar kehidupan kita membuat ita menjauh dari perasaan yang tulus.

(26)

Diri (self) Melalui pengalaman individu dengan dunia, diri muncul - ”saya”

atau “aku” sebagai eksistensi kita. Rogers tidak mempercayai bahwa segala aspek diri disadari, tetapi ia meyakini semuanya dapat diakses ke kesadaran.

Konsep diri (self-concept), tema sentral dalam pandangan Rogers dan para

penganut humanistik lainnya, merupakan keseluruhan persepsi dan penilaian individu mengenai kemampuan, perilaku, dan kepribadiannya. Dalam pandangan Rogers, seseorang yang memiliki konsep diri tidak akurat cenderung tidak dapat menyesuaikan diri.

Penghargaan Positif Tanpa Syarat, Empati, dan Ketulusan Rogers

mengajukan tiga metode untuk membantu seseorang mengembangkan konsep diri yang lebih positif : penghargaan positif tanpa syarat, empati, dan ketulusan. Penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) adalah istilah dari Rogers untuk penerimaan, penghargaan, dan menjadi positif terhadap orang lain tanpa memperdulikan perilaku seseorang. Ketika perilaku seseorang tidak pantas, menjengkelkan atau tidak dapat diterima, orang tersebut tetap memerlukan rasa hormat, kenyamanan, dan cinta dari orang lain.

Mengevaluasi Pandangan Humanistik

Sudut pandang humanistik membuat kita peka pada pentingnya pengalaman subjektif, kesadaran, konsepsi diri, pertimbangan seseorang sebagai keseluruhan, dan hakikat bawaan yang positif. Psikologi humanistik menarik perhatian pada berbagai kapasitas positif manusia. Kelemahannya adalah kecenderungan untuk terlalu optimis dan mendorong cinta diri yang berlebihan.

SUDUT PANDANG TRAIT Berbagai Teori Trait

Teori Trait (trait theories) menyatakan bahwa kepribadian terdiri atas sifat-sifat (trait) yang luas dan menetap yang cenderung mengarah pada berbagai respons karakteristik. Gordon Allport (1897-1967) yang terkadang di rujuk sebagai Bapak Psikologi Kepribadian Amerika, terganggu terutama oleh pandangan negatif mengenai manusia yang digambarkan oleh psikoanalisis. Ia menolak anggapan bahwa ketidaksadaran adalah hal utama untuk memahami kepribadian.

(27)

Dalam mendefinisikan kepribadian, Allport menekankan keunikan tiap-tiap orang dan kapasitas mereka untuk beradaptasi dengan lingkungan. Bagi Allport,unit yang harus kita gunakan untuk memahami kepribadian adalah trait. Ia mendefinisikan trait sebagai berbagai struktur mental yang membuat situasi yang berbeda menjadi sama bagi seseorang. Misalnya, jika Gabi senang bergaul, ia cenderung berperilaku ramah dan bahagia, baik pada pesta maupun dalam situasi belajar kelompok. Definisi Allport mengandung arti bahwa perilaku seharusnya konsisten sepanjang situasi yang berbeda-beda.

Model Kepribadian Lima Faktor

Sudut pandang yang dominan saat ini dalam psikologi kepribadian adalah model lima faktor. Trait-trait “lima besar” dalam model ini meliputi :

 Neurotisisme lebih sering dikaitkan dengan perasaan emosi negatif daripada emosi positif dalam kehidupan sehari-hari seseorang dan lebih lama mengalami keadaan-keadaan negatif (Lucas & Fujita, 2000). Neurotisme berkaitan dengan lebih banyak keluhan kesehatan, meskipun kaitan ini tidak selalu berarti bahwa individu yang neurotik sebenarnya lebih mungkin jatuh sakit (Goodwin, Cox, & Clara, 2006).

 Orang-orang yang ekstrofer lebih mungkin terlibat dalam berbagai kegiatan sosial (Emmons & Diener, 1986).

 Opennes dikaitkan dengan IQ yang lebih tinggi, nilai-nilai liberal keterbukaan pikiran dan toleransi. Opennes to experience dikaitkan dengan kreativitas dan pencapaian kreatif (King Mckee – Walker, & Broyles, 1996).

 Agreebleness berkaitan dengan kedermawanan dan ketika diminta membuat satu keinginan untuk segala hal, mereka lebih mungkin membuat keinginan yang altruistik seperti “perdamaian dunia” (King & Broyless, 1997).

 Consentiouness dihubungkan dengan kualitas persahabatan yang lebih baik (Jensen – Campbell & Malcolm, 2007) dan telah menunjukkan berkaitan dengan perilaku-perilaku sehat dan panjang umur (Mroczek, Spiro & Griffin, 2006).

Mengevaluasi Sudut Pandang Trait

Mengkaji orang-orang dalam kaitannya dengan trait mereka memiliki nilai praktis. Mengidentifikasi trait seseorang memungkinkan kita meramalkan lebih baik kesehatan, pemikiran keberhasilan pekerjaan, dan keteranmopilan antar pribadi seseorang, namun

(28)

demikian pendekatan trait telah di kritik karena memusatkan pada berbagai dimensi luas dan tidak memperhatikan keunikan tiap-tiap orang.

Sifat (Trait) adalah predisposisi atau kecenderungan untuk merespon secara sama terhadap kelompok stimulus yang mirip. Dapat dikatakan juga, sifat adalah struktur psikofisik yang mampu menjadikan banyak stimulus berfungsi ekuivalen, membimbing tingkah laku adaptif dan ekspresif. Misalnya, hari ini A marah karena B menghilangkan pena kesayangannya, maka jika C menghilangkan buku kesayangannya, A akan marah juga. Hal ini menunjukkan bahwa trait berfungsi konsisten, baik waktu, stimulus, atau tempat. Allport membedakan trait menjadi dua, yaitu :

1. Trait Umum (Nomothetic Trait). Trait umum adalah sifat bersama yang dimiliki oleh banyak orang, dan digunakan untuk membandingkan orang dari budaya berbeda. Asumsi yang mendasari trait ini adalah persamaan evolusi dan pengaruh sosial. Misalnya, orang Batak memiliki sifat lebih terbuka dibanding suku lain. Atau orang Jawa memiliki sifat lebih sopan dalam berbicara dibanding suku lain.

2. Trait Individual (Personal Disposition atau Morphological Trait atau Idiographic Trait). Trait individual adalah manifestasi trait umum seseorang, sehingga selalu unik bagi orang itu. Sifat unik ini merupakan gambaran tepat dari struktur kepribadian. Trait individual merupakan subkategori dari trait umum, yang memiliki tingkat generalitas berbeda-beda, ada yang mempengaruhi tingkah laku secara umum, ada yang hanya mempengaruhi tingkah laku tertentu saja. Ada tiga tingkatan disposisi, yaitu :

 Disposisi Kardinal,

yaitu sifat luar biasa khas yang hanya dimiliki sedikit orang, sifat yang sangat berperan dan mendominasi seluruh hidupnya. Disposisi ini sangat jelas, tidak dapat disembunyikan, karena tercermin pada semua tingkah laku orang yang memilikinya. Pada umumnya, orang tidak memiliki disposisi ini, karena hanya beberapa orang yang memilikinya. Misalnya, narsis, hedonis, dsb.

 Disposisi Sentral,

yaitu kecenderungan sifat yang menjadi ciri seseorang, dan menjadi titik pusat tingkah lakunya. Sifat seperti ini biasa ditulis dalam surat rekomendasi yang menjelaskan sifat seseorang. Misalnya, ambisius, jujur, senang berkompetisi, dan lain sebagainya.

(29)

 Disposisi Sekunder,

yaitu sifat yang tidak umum, dan kurang penting untuk menggambarkan kepribadian. Sifat ini tidak menyolok, jarang digunakan, dan hanya digunakan pada kesempatan khusus. Misalnya : A itu adalah wanita yang sabar (Disposisi Sentral), namun pada suatu hari seorang teman menghina orangtuanya, maka A menjadi marah meledak-ledak (Disposisi Sekunder).

Allport membedakan penggunaan istilah trait, attitude, habit, type, yang dalam kehidupan sehari-hari dianggap sama. Trait, attitude, habit merupakan predisposisi. Ketiga hal itu merupakan faktor genetik dan belajar, yang mengawali tingkah laku. Type merupakan superordinasi dari ketiga konsep lainnya.

 Type merupakan kategori nomotetik luas konsepnya. Type merangkum ketiga konsep lainnya, yang dapat ditemui pada diri seseorang.

 Trait merupakan kecenderungan umum untuk merespon secara sama kelompok stimulus yang mirip. Attitude lebih umum dibanding habit, tetapi kurang umum dibanding trait. Attitude memiliki rentang dari yang sangat khusus sampai yang sangat umum. Ciri dari attitude ini adalah adanya sifat penilaian (evaluatif).

Habit. merupakan kecenderungan merespon satu situasi atau stimulus. Misalnya, orang dengan tipe introvert (type) akan cenderung menolak mengikatkan diri dengan lingkungannya (trait). Orang seperti ini akan dinilai sebagai orang yang tidak ramah atau kurang mampu bergaul (attitude). Selain itu, orang seperti ini biasanya memiliki kebiasaan untuk duduk menyendiri di tempat yang terpisah (habit).

Sudut Pandang Personologis Dan Kisah Hidup

Pendekatan personologis dan kisah hidup (personological and life story perspective) menekankan bahwa cara untuk memahami seseorang adalah dengan memusatkan pada sejarah hidup dan kisah hidupnya – berbagai aspek yang membedakan individu dari individu lainnya.

Pendekatan personologis Murray

(30)

yang berarti bahwa dalam rangka memahami seseorang, kita harus memahami sejarah seseorang, termasuk segala aspek kehidupannya.

Para pengikut Murray yang kontemporer mengkaji kepribadian melalui laporan riwayat dan wawancara. McAdams memperkenalkan pendekatan kisah hidup terhadap identitas yang yang memandang identitas sebagai kisah yang terus–menerus merubah dengan permulaan, tengah, dan akhir. Psikobiografi merupaka suatu bentuk penyelidikan pesonologis yang melibatkan peranan teori kepribadian pada kehidupan seseorang. Pendekatan kisah hidup terhadap kepribadian mengungkapkan kekayaan tiap-tiap kisah hdup unik seseorang. Namun demikian, pendekatan ini dapat sangat sulit dilakukan. Lebih jauh lagi, psikobiografi dapat menjadi terlalu subjektif dan tidak dapat digeneralisasikan.

Sudut Pandang Kognitif Sosial

Sudut pandang konitif social (social cognitive perspektives) pada kepribadian menekankan keawasan, keyakinan, pengharapan, dan tujuan yang disadari. Seraya menyatukan berbagai prinsip dari behaviorisme, para psikolog kognitif sosial menjelajahi kemampuan seseorang untuk menalar, memikirkan masalau, masa kini, dan masa depan, dan merefleksikan diri. Mereka menekankan interpretasi individu terhadap situasi dan dengan demikian memusatkan pada keunikan tiap-tiap individu dengan meneliti bagaimana perilaku disesuaikan terhadap situasi beragam yang ditemuinya.

Teori Kognitif Sosial Bandura

Teori kognitif sosial diciptakan oleh Bandura dan Walter Mischel yang menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan faktor orang/ kognitif penting dalam memahami kepribadian. Dalam pandangan bandura, faktor-faktor tersebut berinteraksi secara timbal balik. Dua konsep penting dalam teori kognitif sosial adalah self-efficacy dan kendali pribadi. Self-efficacyadalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil yang positif. Kendali pribadi merujuk pada keyakinan individu mengenai apakah hasiltindakan mereka tergantung pada tindakan mereka sendiri (internal) atau peristiwa diluar kendali mereka (eksternal). Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa individu yang dicirikan dengan self-efficacy dan tingkat kendali yang tinggi biasanya memperlihatkan keberfungsian dan penyesuaian yang positif.

(31)

Sumbangan Walter Mischel

Mischel melihat bahwa orang awam maupun psikolog professional tampaknya secara intuitif meyakini bahwa perilaku manusisa relative konsisten, tetapi bukti empiris menunjukkan banyak variasi dalam perilaku-suatu situasi yang di sebut Mischel sebagai

paradoks konsistensi. Orang memilih politisi untuk duduk di pemerintahan karena mereka

melihat politisi tersebut jujur, dapat dipercaya, penuh pendirian, dan integritas; pemilik usaha dan manajer personalia memilih pekerja yang tepat waktu, loyal, kooperatif, pekerja keras, rapi dan dapat bersosialisasi. Psikolog dan juga orang awam telah lama merangkum perilaku manusisa dengan menggunaakan nama sifat yang deskriptif. Mischel berargumen bahwa, sebaik-baiknya, orang-orang tersebut hanya separuhnya benar. Ia berpendapat bahwa beberapa sifat dasar memang bertahan seiring berjalannya waktu, tetapi hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan bahwa sifat-sifat tersebut dapat digeneralisasikan dari satu situasi ke situasi lainnya. Mischel sangat menentang usaha untuk mengatribusikan perilaku pada sifat global ini.

Selama bertahun-tahun, penelitian telah gagal untuk mendukung konsistensi dari sifat kepribadian di antara situasi yang berbeda. Hugh Harthstorne dan Mark May, dalam penelitian klasik mereka pada tahun 1928, menemukan bahwa anak sekolah yang jujur dalam satu situasi dapat menjadi tidak jujur pada situasi yang lainnya. Sebagai contoh, beberapa anak akan mencontek dalam ujian, tetapi tidak akan mencuri barang-barang pesta; yang lainnya akan melanggar peraturan dalam perlombaan atletik, tetapi tidak akan menyontek dalam ujian. Beberapa psikologi seperti Seymour Epstein (1979,1980) berargumen bahwa penelitan seperti yang dilakukan oleh Hartshorne dan May menggunakan perilaku yang terlalu spesifik. Epstein beranggapan bahwa, daripada bergantung pada satuan perilaku, peneliti harus menghitung rata-rata pengukuran dari perilaku; yang berarti mereka harus mendapatkan jumlah dari berbagai perilaku.

Untuk memecahkan paradoks konsistensi yang klasik. Mischel dan Shoda (Mischel, 2004; Mischel & Shoda, 1995, 1999; Shoda & Mischel, 1996, 1998) menawarkan sistem

kepribadian kognitif-afektif (cognitive-affektive personality system atau disebut juga

cognitive-affective processing system-CAPS) yang menjelaskan keberagaman dalam

berbagai situasi dan juga stabilitas dari perilaku dalam diri seseorang. Kurangnya konsistensi yang terlihat dari perilaku seseorang tidak disebabkan oleh eror yang bersifat acak ataupun situasi. Akan tetapi, perilaku yang berpotensi untuk dapat diprediksi, yang merefleksikan pola variasi stabil didalam diri seseorang. Sistem kepribadian kognitif-afektif memprediksikan bahwa perilaku seseorang akan berubah dari satu situasi ke situasi yang lainnya.

(32)

Mischel dan Shoda (Mischel, 1999, 2004; Mischel&Ayduk, 2002; Shoda, LeeTiernan, & Mischel, 2002) percaya bahwa variasi dalam perilaku dapat dikonseptualisasikan dalam kerangka berpikir berikut: apabila A, maka X; tetapi apabila B, maka Y. Sebagai contoh, apabila Mark diprovokasi oleh istrinya, maka ia akan bereaksi agresif. Akan tetapi, saat “apabila” berubah, begitu juga dengan “maka”. Apabila Mark terlihat konsisten karena ia bereaksi berbeda pada stimulus yang sama. Akan tetapi, Mischel dan Shoda akan berargumen bahwa diprovokasi oleh dua orang yang berbeda tidak menyusun stimulus yang sama. Perilaku Mark tidak berarti tidak konsisten dan dapat merefleksikan pola seumur hidup yang stabil dalam bereaksi. Interpretasi ini diyakini Mischel dan Shoda memecahkan paradoks konsistensi, dengan mengikutsertakan sejarah panjang dari variasi dalam perilaku yang dapat diobservasi dan keyakinan intuitif dari psikolog dan orang awam bahwa kepribadian relative stabil. Variasi dalam perilaku yang paling sering diobservasi merupakan bagian penting dalam menyatukan stabilitas kepribadian.

Teori ini tidak mengindikasikan bahwa perilaku adalah percabangan dari sifat kepribadian global yang stabil. Apabila perilaku adalah sifat global, maka hanya ada sedikit variasi individual dalam perilaku. Dengan perkataan lain, Mark akan bereaksi dalam bentuk yang sama terhadap provokasi, tanpa memperhatikan situasi spesifik. Akan tetapi, pola variasi yang bertahan lama pada Mark menunjukkan kurang memadainya teori situasi dan teori sifat. Pola variasinya adalah ciri khas kepribadian dalam bentuk perilaku, yaitu bentuk yang konsisten dari variasi perilakunya dalam situasi tertentu (Shoda, LeeTiernan, & Mischel, 2002). Kepribadiannya mempunyai cirri khas yang bersifat stabil dalam berbagai situasi walaupun saat perilakunya berubah. Mischel (1999) percaya bahwa teori kepribadian yang memadai harus “berusaha memprediksi dan menjelaskan ciri khas kepribadian tersebut daripada mengeliminasi atau tidak menghiraukannya”.

Mengevaluasi Sudut Pandang Kognitif Sosial

Kekuatan teori kognitif sosial adalah fokusnya pada berbagai proses kognitif dan kendali diri.namun demikian, pendekatan sosial kognitif tidak memberikan perhatian yang memadai pada perbedaan individu yang menatap, pada faktor-faktor biologis, dan pada kepribadian sebagai suatu keseluruhan.

(33)

Pengukuran Kepribadian Tes-tes Lapor Diri

Tes-tes lapor diri mengukur berbagai trait kepribadian dengan menanyakan pada peserta tes pertanyaan mengenai preferensi dan perilaku mereka. Tes yang terkenal untuk mengukur lima besar adalah NEO-PI-R yang menggunakan item-item lapor diri untuk mengukur tiap-tiap trait lima besar. Meskipun tes lapor diri memiliki face validity, ia mungkin memunculkan respon yang tidak valid, sebagaimana ketika orang-orang berusaha menjawab pertanyaan dengan cara yang diinginkan oleh masyarakat. Tes terkunci secara empiris yang bergantung pada item-item dengan pertanyaan yang tidak langung mengenai beberapa kriteria, dikembangkan untuk mengatasi masalah face validity. Minnesota

Multiphasic Personality Inventory (MMPI) merupakan tes kepribadian lapor diri yang paling

luas digunakan dan diteliti. 10 skala klinisnya membantu para terapis dalam mendiagnosis berbagai permasalahan psikologis.

MMPI (Minessota Multiphasic Personality Inventory)

Merupakan salah satu tes yang paling sering menggunakan testkepribadian. Tes ini dilakukan dengan tet yang profesional sebagai pendamping dalam mengidentifikasi struktur kepribadian dan psikopatologi. Penulis asli dari MMPI adalah R. Starke Hathaway, PhD, dan JC McKinley, MD. Test MMPI merupakan hak cipta dari Universitas Minnesota. Lembar jawaban yang distandarisasikan dapat di skor secara manual, tetapi banyak tes juga yang melakukan skoring dengan menggunakan komputerisasi. Program penilaian dengan menggunakan komputer digunakan untuk standar versi yang sekarang, MMPI-2, disahkan oleh University of Minnesota untuk penilaian Pearson dan perusahaan lain yang berlokasi di negara yang berbeda.

Program penilaian komputer menawarkan berbagai pilihan profil penilaian termasuk penilaian skor yang diperluas, yang meliputi data yang terbaru dan yang lebih mampu mengukur secara psikometri- skala klinis yang distruktur ulang (skala RC). Hasil penilaian yang diperluas ini juga memberikan skor yang lebih tradisional menggunakan Scales klinis sebaik isinya, Tambahan, dan potensi sub menarik bagi dokter. Penggunaan MMPI adalah dikontrol ketat terutama untuk keuangan, dan untuk yang jauh lebih sedikit alasan etis. Para dokter yang menggunakan MMPI harus membayar untuk bahan laporan dan jasa penilaian, sama besarnya dengan biaya penginstalan program komputer.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam proses penyusunan laporan borang akreditasi standar 3, yaitu mengenai mahasiswa dan lulusan pihak Prodi menyiapkan data pelaporan borang dengan mengambil data dari SIA

Perancangan produk tidak lepas dari proses pemilihan material, pada proses ini seringkali perancang dihadapkan pada kesulitan untuk menentukan pilihan pada satu

Pengalaman terbuka dan penerimaan memungkinkan perspektif yang lebih luas akan pikiran dan perasaannya sehingga resiko depresi dapat dikurangi bersama dengan

ulang (test-retest) merupakan salah satu metode yang popular digunakan dalam komputasi koefisien reliabilitas (Azwar, 2012). Pendekatan ini dilakukan dengan

Ideologi adalah suatu sistem nilai yang terdiri atas nilai dasar yang menjadi cita-cita dan nilai instrumental yang berfungsi sebagai metode atau cara mewujudkan cita-cita

organisasi tidak nyaman dengan posisi dan kondisi yang baru, maka tidak mengherankan jika antusiasme dan komitmen untuk melakukan perubahan akan sangat kecil.... Perspektif

Saya telah mendapat izin dari orang tua untuk mengikuti Wirausaha Merdeka Program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka dengan ditandatangani surat pernyataan ini.. Saya akan menjaga nama

W/T Peng intervensi 4 PSK32P Prakt Intervensi Dasar 1: Individu/1 1 Kondang Budiyani, M.A., Psi.. W/P Prakt Intervensi Dasar 1: Individu/2 1 Kondang Budiyani, M.A.,