• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH OPINI PUBLIK BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PERKULIAHAN MATA KULIAH

OPINI PUBLIK

BIDANG STUDI PUBLIC RELATIONS

Modul Standar untuk

digunakan dalam Perkuliahan

di Universitas Mercu Buana

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

FIKOM Humas

02

MK10230 Helana Olii, MM Novi Erlita, Sos.M.A

Abstract

Kompetensi

Petunjuk Penggunaan Template Modul Standar untuk digunakan dalam modul perkuliahan Universitas Mercu Buana

Dosen Pengampu dapat menerapkan dan menggunakan template modul standar untuk modul-modul yang akan dipergunakannya

(2)

Standarisasi Modul

Latar Belakang

POKOK BAHASAN :

RUANG LINGKUP OPINI PUBLIK

DESKRIPSI : Modul 2 menjelaskan karakter opini publik, pengertian opini publik, kelompok

sosial yang tak teratur.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS :

Setelah mempelajari modul 2 ini, mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan karakter opini publik dari faktor psikologis, faktor sosial politik, faktor budaya dan faktor media massa

2. Menjelaskan pengertian opini publik dan yang dikumpulkan dari faktor pemicu munculnya opini publik, ciri-ciri opini publik, opini publik dan sikap manusia, opini publik menurut beberapa bidang keilmuan

3. Menjelaskan kelompok sosial yang tidak teratur mengenai massa, crowd, audience dilihat dari berbagai sorotan teori para ahli.

A. Karakter Opini Publik

Opini publik adalah pengumpulan citra yang diciptakan oleh proses komunikasi. Gambaran

tentang sesuatu akan menimbulkan banyak tafsir bagi para peserta komunikasi. Sesuatu akan berbentuk abstrak atau konkret dan selalu bermuka banyak atau berdimensi jamak karena adanya berbagai perbedaan penafsiran (persepsi) yang terjadi di antara peserta komunikasi. Pergeseran citra pada opini publik ini tergantung pada siapa saja yang terlibat dalam proses komunikasi. Setiap kali jaringan komunikasi berubah, opini publik juga berubah. Perubahan opini publik merupakan “dinamika komunikasi”, sedangkan substansi opini publik tidak berubah. Substansi tidak berubah karena ketika proses pembentukan opini publik berlangsung, pengalaman dari peserta komunikasi itu telah terjadi.

(3)

Redi Panuju (2002) menegaskan pergeseran yang terjadi dalam opini publik

disebabkan oleh beberapa faktor :

1. Faktor Psikologis

Tidak ada kesamaan antara individu yang satu dengan lainnya, yang ada hanya kemiripan yang memiliki banyak perbedaan. Perbedaan antarindividu yang meliputi hobi, kepentingan, pengalaman, selera, dan kerangkan berpikir menjadikan setiap individu berbeda bentuk dan cara merespon stimulus atau rangsangan yang menghampirinya. Perbedaan faktor psikologis menyebabkan pemaknaan terhadap kenyataan yang sama bisa menghasilkan penyandian yang berbeda-beda. Bisa saja output komunikasi tidak sama dengan input komunikasi karena perbedaan beberapa unsur yang bekerja dalam seleksi internal yang meliputi dimensi pemikiran (kognisi) dan dimensi emosi (afeksi).

Sebagian masalah mampu mengundang opini publik, sebagian lain tidak. Setiap masalah mempunyai bobot yang berbeda-beda. Masalah bisa hilang begitu saja karena publik tidak tertarik pada isu tertentu. Masalah bisa menyempit, bisa juga melebar karena ada kecenderungan “hiper-realitas” dalam komunikasi. Hiper-realitas adalah kecenderungan membesarkan sebagian fakta dan sekaligus menyembunyikan fakta yang lain. Proses psikologis bisa menghasilkan pergeseran makna atas realitas tertentu. Itulah sebabnya, dalam opini publik sering simbol verbal tidak berhubungan sama sekali dengan kenyataan. Hal ini terjadi karena opini publik semata-mata merupakan hasil penyandian individu-individu.

2. Faktor Sosiologi Politik

Opini publik terlibat dalam interaksi sosial. Berikut contoh-contohnya.

a. Opini publik menunjukkan citra superioritas

Siapa yang menguasai opini publik, maka ia akan mengendalikan orang lain. “Menguasai” bersifat dinamis dan relatif. Artinya, publik akan cenderung berpihak pada kelompok atau individu yang memiliki keterdekatan hubungan. Contoh : Dalam MTQ Nasional yang diselenggarakan tiap dua tahun sekali, Kalimantan Barat selalu keluar sebagai juara I baik dewasa maupun anak-anak. Media massa membicarakan prestasi Kalimantan Barat dan bahkan mewawancara narasumber dari wilayah itu. Publikasi positif oleh media massa menguntungkan wilayah Kalimantan Barat. Bahkan masyarakat Kalimantan Barat di Jakarta pun ikut merasakan dampak publikasi positif oleh media tersebut.

(4)

Contoh lain : Di universitas X di Makassar selalu terjadi baku-hantam antar mahasiswa dari fakultas yang berbeda. Masing-masing kelompok merusak gedung fakultas lain. Kejadian ini selalu diliput oleh media massa, terutama televisi. Muncullah opini publik negatif yang bukan hanya terhadap mahasiswa Universitas X di Makassar, bahkan terhadap warga Sulawesi Selatan yang berada di luar propinsi.

b. Opini publik menunjukkan keikutsertaan individu ke kejadian tertentu

Melalui keikutsertaan ke dalam opini publik, individu merasa terwakili keberadaannya. Melalui opini publik, individu juga merasa sebagai bagian dari masyarakatnya.

c. Opini publik berhubungan dengan citra, rencana, dan operasi (action)

Kenneth R. Boulding (1969) menyatakan citra, rencana, dan operasi merupakan

matriks dari tahap-tahap kegiatan dalam situasi yang selalu berubah. Matrik perilaku sangat tergantung pada citra. Opini publik memberi inspirasi bagaimana individu dalam kelompok bertindak agar terhindar dari pencitraan yang buruk. Contoh : Partai X sedang menurun popularitasnya karena banyak tokohnya terlibat skandal moral. Kondisi yang negatif ini perlu diklarifikasi, apakah citra yang negatif disebabkan oleh persoalan faktual yang ada atau apakah banyak informasi dari organisasi itu yang perlu dijelaskan. Jika opini publik terhadap organisasi tertentu cenderung negatif, operasi/kegiatan organisasi tersebut cenderung menuai kecurigaan.

d.Opini publik sesuai dengan kemauan banyak orang

Opini publik cenderung sesuai dengan kemauan banyak orang. Karena itu, banyak orang berlomba memanfaatkan opini publik sebagai argumentasi atas berbagai keputusan. Dalam alam demokrasi, kebenaran normatif dapat digeser oleh kebenaran menurut “banyak orang”. Keputusan yang didasarkan pada dominasi opini publik belum tentu selaras dengan norma dan etika sosial yang berlaku. Contoh : Salah satu pulau di Kepulauan Seribu akan dilokalisir menjadi tempat penjudian. Rencana pemerintah daerah tersebut disetujui banyak orang. Akan tetapi, kelompok agama tidak membenarkan lokalisasi judi, bahkan judi adalah haram hukumnya.

(5)

e. Opini publik identik dengan hegemoni ideologi

Jika kelompok atau pemerintahan ingin tetap terus berkuasa, maka mereka harus mampu menjadikan ideologi kekuasaan menjadi dominan melalui opini publik.

3. Faktor Budaya

Budaya mempunyai pengertian yang beragam. Budaya adalah seperangkat nilai yang digunakan mengelola, memelihara hidupnya, menjaga dari gangguan internal maupun eksternal, dan mengembangkan kehidupan manusia. Nilai-nilai yang terhimpun dalam sistem budaya itu oleh individu dijadikan identitas sosialnya atau dijadikan ciri-ciri keanggotanya di komunitas budaya tertentu.

Para budayawan di Indonesia pernah menggagas nilai-nilai yang seharusnya dikembangkan bangsa Indonesia ke depan. Misalnya, mereka membedakan budaya Indonesia dari budaya Jawa dan Batak. Untungnya, dalam masyarakat kita masing-masing kelompok budaya sudah dibekali nilai-nilai toleransi sehingga perbedaan-perbedaan hanya terkumpul dalam opini publik, tetapi tidak meledak ke dalam konflik terbuka.

Selanjutnya dalam buku Redi Panuju (2002), James Lull menerangkan teori “meme” atau memetics yang dikembangkan sebelumnya oleh Richard Brodie (1996). Menurut Brodie, meme adalah suatu unit informasi yang tersimpan di benak seseorang, yang memengaruhi kejadian di lingkungannya sedemikian rupa sehingga tertular ke benak orang lain. Kebebasan menggunjingkan orang lain (ngerumpi) menyebabkan informasi cepat tersebar luas dan inilah bagian yang kurang baik bagi meme.

Masyarakat kita adalah masyarakat tradisional yang didasari semangat gotong royong dan kekeluargaan. Ciri masyarakat tersebut menyebabkan jaringan sosial makin besar peranannya dalam menyebarluaskan informasi. Masyarakat kita juga menyenangi gosip, isu, atau rumor (desas-desus), sehingga gejala “meme” cepat menjadi kelipatan reproduksi yang menembus jaringan-jaringan sosial yang terisolir. Kerja reproduksi meme menyebabkan terjadinya interaksi antara tradisi dan etika. Interaksi itu bermuara ke tataran opini publik.

(6)

4. Faktor Media Massa

Menurut Meyer, yang dikutip Redi Panuju, interaksi antara media dan institusi masyarakat menghasilkan produk berupa isi media (media content). Oleh audience, isi media diubah menjadi gugusan-gugusan makna. Apakah yang dihasilkan dari proses penyandian pesan itu, menurut Meyer, sangat ditentukan oleh norma yang berlaku dalam masyarakatnya, pengalaman individu yang lalu, kepribadian individu, dan selektivitas penafsiran.

B. Pengertian Opini Publik

Istilah opini publik mengacu ke setiap pengumpulan pendapat yang dikemukakan individu-individu. Menurut Santoso Sastropoetro (1990), istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk ke pendapat-pendapat kolektif sejumlah besar orang.

Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Menurut definisi, publik adalah sejumlah orang yang mempunyai minat, kepentingan, atau kegemaran yang sama. Publik melakukan interaksi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi, pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, dan film. Alat-alat penghubung ini memungkinkan publik mempunyai pengikut yang lebih luas dan lebih besar jumlahnya.

Menurut William Albiq (Santoso S. 1990), opini publik adalah jumlah dari pendapat individu-individu yang diperoleh melalui perdebatan dan opini publik merupakan hasil interaksi antar individu dalam suatu publik. Emory S. Bogardus dalam The Making of

Public Opinion mengatakan opini publik adalah hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan

diskusi yand dilakukan di dalam masyarakat yang demokratis. Opini publik bukan merupakan jumlah seluruh pendapat individu-individu yang dikumpulkan.

1. Faktor Pemicu Munculnya Opini Publik

Bernard Hennessy (1990) dalam buku Pendapat Umum, mengemukakan lima

faktor munculnya pendapat umum (opini publik) :

a. Ada isu (presence of an issue). Harus terdapat konsensus yang sesungguhnya, opini publik berkumpul di sekitar isu tertentu. Isu dapat didefinisikan sebagai situasi kontemporer yang mungkin tidak terdapat kesepakatan, paling tidak ada unsur kontroversi terkandung di dalamnya, dan isu mengandung konflik kontemporer.

(7)

b. Ciri publik (nature of public). Harus ada kelompok yang dikenal dan berkepentingan dengan persoalan itu.

c. Pilihan yang sulit (complex of preference). Faktor ini mengacu ke totalitas opini para anggota masyarakat tentang suatu isu.

d. Pernyataan opini (expression of opinion). Berbagai pernyataan bertumpuk di sekitar isu tertentu. Pernyataan biasanya disampaikan melalui kata-kata yang diucapkan atau dicetak dan sewaktu-waktu melalui gerak-gerik, kepalan tinju, lambaian tangan, dan tarikan napas panjang.

Doop berbicara megenai opini publik “internal” dan “tersembunyi”. Apabila publik tidak

berkenan dengan isu tertentu, opini “tidak diungkapkan”. Itulah opini publik yang internal. Mengenai opini publik yang tersembunyi, Doop mengemukakan opini ini mengacu ke sikap rakyat mengenai isu tertentu yang tidak menggugah atau memengaruhi perilakunya.

e. Jumlah orang yang terlibat (number of person involved). Opini publik mensyaratkan besarnya (size) masyarakat yang menaruh perhatian terhadap isu tertentu. Definisi ini mempertanyakan secara baik sekali berapa jumlah itu dan merangkumnya ke dalam ungkapan “sejumlah orang penting”. Definisi itu mengesampingkan isu-isu kecil yang terkait dengan pernyataan-pernyataan individu yang tidak begitu penting.

2. Ciri-ciri Opini Publik

Astrid (1975) menyatakan opini publik bersifat umum dan disampaikan oleh

kelompok (sosial) secara kolektif dan tidak permanen. Istilah “publik” mengacu ke kelompok manusia yang berkumpul secara spontan dengan syarat-syarat :

a. menghadapi persoalan tertentu;

b. berbeda opini mengenai persoalan tertentu dan berusaha mengatasinya;

c. mencari jalan keluar melalui diskusi. Di sini publik belum terbentuk dan belum terorganisir. Karena setiap publik memiliki persoalan yang menuntut perhatian maka dengan sendirinya terbentuk banyak publik. Jika bicara mengenai “publik”, kita akan sulit menentukan “What the public wants”. Sebagai komunikator, kita harus mengetahui keinginan komunikan. Misalnya, bagaimana cara penyebaran informasi yang sesuai dengan keinginan mereka.

(8)

3. Opini Publik dan Sikap Manusia

Astrid (1975) dalam bukunya “Pendapat Umum” meninjau opini publik dari segi

psikologi sosial menurut Leonard W. Doob, opini publik mempunyai hubungan yang erat dengan sikap manusia, yaitu sikap pribadi atau sikap kelompok. Doob selanjutnya mengatakan bahwa opini publik adalah sikap pribadi seseorang ataupun kelompok. Sebagian sikap ditentukan oleh pengalaman dan oleh kelompoknya. William McDougall dan Otto Friedman keduanya berpendapat antara opini publik dan sikap pribadi manusia ada hubungan yang erat. Masyarakat membentuk pengalaman pribadi tiap individu. Kemudian pengalaman pribadi menentukan sikap dan opini individu ketika menghadapi persoalan tertentu. Kumpulan individu membentuk sikap dan opini publik.

4. Opini Publik menurut Beberapa Bidang Keilmuan

a. Opini publik dari segi Sosiologi. Emory S. Bogardus menyatakan opini publik berpengaruh besar pada politik. Bogardus juga berpendapat opini publik menjadi pilar bagi bidang hukum. Misalnya, kekuatan peraturan perundang-undangan bergantung pada dukungan yang diberikan melalui opini publik. Sikap atau opini publik tertentu terhadap suatu masalah akan menentukan seberapa legitimate peraturan hukum yang dihasilkan, yang tertulis maupun tidak tertulis.

b. Opini Publik dari segi ilmu Komunikasi. Komunikasi mengenai soal-soal tertentu dalam bentuk tertentu kepada orang-orang tertentu akan memberi efek tertentu pula. Komunikasi untuk membahas persoalan tertentu akan menghasilkan interpretasi dan pernyataan tertentu. Dengan demikian, ditemukan unsur aktualitasnya. Komunikasi memungkinkan kita membawa persoalan kepada orang-orang yang kompoten untuk memperoleh tanggapan atau umpan balik. Penekanan pada aktualitas komunikasi ini sama dengan pendapat Leonard W. Doob mengenai opini publik, yaitu opini publik adalah aktual (actual public opinion).

Persamaan opini harus muncul agak layak dinilai sebagai opini publik. Doob menekankan bahwa pada opini publik, opininya harus telah dinyatakan atau actual (public)

opinion. Mengapa opini harus dinyatakan sebelum dapat dinilai ? Karena sesuatu yang

belum dinyatakan dan belum disampaikan belum dapat dianggap sebagai proses komunikasi, karena baru merupakan proses dalam diri manusia yang bersangkutan. Irish

(9)

dan Prothro mengatakan opini yang dinyatakan telah mengalami proses komunikasi yang disebut opinion. Opini yang belum dinyatakan masih merupakan sikap (attitude).

C. Kelompok Sosial yang Tidak Teratur

Dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok yang merupakan kelompok teratur seperti lembaga, keluarga, dan kelompok formal lainnya. Namun, ada juga terdapat kelompok yang tidak teratur seperti massa, publik, crowd, mob, audience, dll. Kelompok yang tidak teratur ini terkumpul di tempat tertentu, misalnya para demonstran, kelompok penonton sepak bola. Ada juga kelompok yang terkumpul di tempat tertentu, misalnya pendengar siaran radio, penonton televisi, pembaca surat kabar.

Kelompok yang tidak teratur itu mempunyai ciri-ciri tersendiri. Untuk menangani kelompok yang teratur maupun yang tidak teratur, yang terkumpul di tempat tertentu atau tidak terkumpul di tempat tertentu, digunakan metode pendekatan atau cara komunikasi sendiri-sendiri.

1. Massa

Beberapa ahli menyorot pengertian massa.

a. Bouman

Menurut Bouman, massa adalah manusia dengan jumlah besar yang secara kebetulan muncul secara bersama-sama. Massa merupakan golongan dengan anggota yang besar jumlahnya. Kadang-kadang massa merupakan gerombolan pendengar atau penonton yang besar yang pada umumnya tidak masuk ke organisasi tertentu. Massa memiliki ikatan dan persamaan jiwa pada tingkatan yang rendah. Selanjutnya, Bouman mengemukakan dalam kesendirian kepercayaan seseorang menjadi menurun. Sebaliknya, di dalam massa, emosi/perasaan orang naik. Akibatnya, tidak jarang massa bertindak keji secara bersama-sama dan tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas kekejian itu.

Contohnya, pada bulan Maret, April, dan Mei 2006, di Jakarta para aparat disibukkan dengan mengendalikan para demonstran pro-reformasi yang menyeleweng dari cita-cita semula. Mereka justru bertindak keji dan merusak. Kekejian itu meluas hingga ke daerah lain. Sampai-sampai para demo membakar dan merusak kantor pemerintah dan bangunan utama di daerah itu.

(10)

b. Herbert Blumer

Blumer mengemukakan cirri-ciri massa sebagai berikut :

1) Massa terdiri dari orang-orang yang berasal dari segala lapangan dan tingkat kehidupan. Massa merupakan masyarakat yang sifatnya heterogen;

2) Massa tidak saling mengenal satu sama lain (anonym);

3) Pada massa, tidak terdapat interaksi antar-anggota dan tidak ada pertukaran pengalaman. Mereka terpisah satu sama lain sehingga mempunyai sedikit kesempatan untuk “milling” seperti yang ada pada crowd. Di sini, milling atau perputaran berarti para individu berputar dan berkeliling tidak tertentu dan tanpa tujuan yang nyata;

4) Massa memiliki dalam ikatan organisasi yang sangat longgar atau bahkan tidak mempunyai organisasi secara jelas. Akibatnya, massa tidak mampu bertindak secara teratur dan terarah seperti yang terdapat dalam crowd.

c. Dr. Gerhart D. Wiebe

Wiebe, ahli psikologi dari Columbia Broadcasting System (CBS) di AS menambah

uraian Herbert Blumer sebagai berikut. “Dilihat dari segi psikologis, massa tidak menunjukkan status tertentu dalam masyarakat atau tidak memiliki hubungan tertentu. Akan tetapi, massa menunjukkan secara jelas jumlah orang yang sangat banyak”.

d. Prof. Dr. C.A. Mennicke

Mennicke membagi massa menjadi dua jenis, yaitu massa abstrak dan massa

konkret. Massa abstrak adalah sejumlah atau sekumpulan manusia yang sama sekali belum mempunyai ikatan yang berupa kesatuan norma, emosi, motif, dan kepentingan. Mereka berkumpul atau bergerombol menjadi satu sebagai akibat adanya dorongan yang sama. Mungkin dorongan berupa kebutuhan akan perhatian, memiliki kepentingan yang sama, atau memiliki nasib yang sama. Dorongan itu membuat mereka berkerumun atau berkumpul. Karena dorongan belum begitu kuat, sewaktu-waktu mereka mungkin masih dapat bubar atau membubarkan diri.

Massa konkret adalah sekelompok manusia yang sudah terikat oleh sejumlah norma

tertentu, mempunyai ikatan batin, atau memiliki ikatan motif tertentu. Dengan kata lain, massa konkret mempunyai :

(11)

1) Ikatan batin, solidaritas, emosi, rencana kerja, atau program.

2) Persamaan norma. Mereka mempunyai norma sendiri karena selalu berkumpul.

3) Struktur yang jelas. Di sini sudah terbentuk organisasi dengan pimpinan yang tetap, pembagian kerja, serta tujuan yang pasti.

4) Potensi yang dinamis. Karena mempunyai bentuk konkret, massa merupakan gerakan atau mempunyai fungsi gerakan. Misalnya, gerakan Pramuka dan gerakan Pemuda.

e. Gustave Le Bon

Le Bon memberikan ciri-ciri massa sebagai berikut :

1) Massa adalah kumpulan banyak orang, yang berjumlah ratusan atau ribuan orang. 2) Mereka berkumpul dan saling berhubungan hanya untuk sementara waktu.

(12)

DAFTAR BACAAN

Panuju, Redi (2002), Relasi kuasa Negara media massa dan public (Pertarungan

Memenangkan Opini Publik dan Peran dalam Transformasi Sosial), Yogyakarta, Pustaka

Pelajar. (hlm. 1-19)

Sastropoetro, Santoso (1990). Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat Khalayak

dalam Komunikasi Sosial. Bandung, Remaja Rosdakarya. (hlm. 41-42, 49-53)

Susanto, Astri. (1975). Pendapat Umum. Bandung, Karya Nusantara. (hlm. 80-90)

Hennessy, Bernard. (1990). Edisi keempat. Pendapat Umum. (terjemahan) Jakarta. Erlangga. (hlm. 4-8; hlm.101-102)

Sunarjo, Djoenaesih S (1984) Opini Publik. Yogyakarta, Liberty (hlm. 3-21)

Nurudin, (2001) Komunikasi Propaganda, Bandung. Remaja Rosdakarya. (hlm. 3-10; hlm. 63-64) Sumber ilustrasi : http://infogsbi.blogspot.com http://blogs.usyd.edu.au http://rdar.wordpress.com

Referensi

Dokumen terkait

Nestle berkeinginan kuat untuk memberikan produk-produk yang sehat bagi masyarakat luas di seluruh dunia sehingga orang-orang di seluruh dunia dapat

4.8.1.1 Peserta didik dapat mengumpulkan data dan informasi tentang satelit geostasioner (kegunaan, kemampuan, kedudukan, dan kecepatan geraknya) dari berbagai sumber secara

Si selaku dekan Fakultas Psikologi dan selaku pembimbing I Universitas Muhammadiyah Malang yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

Menurut Peraturan Menteri No.26/PRT/M/2008, setiap bangunan gedung harus dilengkapi dengan sarana evakuasi yang dapat digunakan oleh penghuni bangunan,

Berbeda dengan penelitian Habbe dan Hartono (2001) yang menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan penjualan dan laba perusahaan prospector lebih besar dibanding

bahwa berbagai dosis Effluent yang diberikan pada media tanam gambut mempengaruhi berat kering bibit kelapa sawit yang berumur 6 bulan.Hal ini menunjukkan bahwa

SINAR RONTGEN / SINAR X (con’t) Filamen (katoda) dipanaskan dulu 2000 ºC (Awan elektron) disertai pelepasan elektron Tegangan tinggi (step-up trafo) Lompatan atau

Sebuah STU sederhana ideal menggunakan air sebagai fluida kerjanya, bekerja pada tekanan kondensor 0,01 MPa dan tekanan boiler 10 MPa. Kondisi uap masuk turbin adalah