• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut (range of the member

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut (range of the member"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1. Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ternyata sangat bervariasi dan tidak selalu sama di setiap Negara, tergantung pada konsep yang digunakan Negara tersebut. Setiap defenisi sedikitnya mencakup dua aspek, yaitu aspek tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusaahaan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam gugusan atau kelompok perusahaan tersebut (range of the member employees), misalnya menurut Partomo dan Soejoedono (2002:14) :

a. Di Amerika, kriteria UKM di sektor manufaktur jika jumlah karyawan kurang dari 500 orang.

b. Di Prancis, kriteria UKM jika jumlah karyawan kurang dari 10-40 orang ; jika kurang dari 10 orang dikategorikan usaha kecil

c. Di Indonesia, biro statistik mempunyai kriteria usaha kecil jika karyawannya 5-19 orang; jika kurang dari 5 orang karyawan digolongkan usaha rumah tangga ; usaha menengah terdiri atas 20-99 karyawan.

Menurut Partomo dan Soejoedono (2002:14), berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1995 kriteria usaha kecil dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya adalah:

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.100 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau

(2)

Untuk kriteria usaha menengah :

1. Untuk sektor industri, memiliki total aset paling banyak Rp. 500 juta, dan 2. Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.

300 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 700 juta.

Menurut UU Nomor 9 tahun 1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah suatu unit usaha yang memiliki nilai asset netto (tidak termasuk tanah dan bangunan) tidak melebihi Rp. 100 juta atau penjualan per tahun tidak lebih besar dari Rp. 250 juta, milik WNI, berdiri sendiri dan berafiliasi langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau besar dan berbentuk badan usaha perseorangan, baik berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum.

Tabel 2.1

Pengelompokan Kegiatan Usaha Ditinjau Dari Jumlah Pekerja

Usaha Kecil I – kecil 1 - 9 pekerja

Kecil II – kecil 10 – 19 pekerja Usaha menengah Besar – kecil 100 – 199 pekerja

Kecil – menengah 200 – 499 pekerja Menengah 500 – 999 pekerja

(3)

Besar - menengah 1000 – 1999 pekerja

Usaha besar ……….. >2000 pekerja

Sumber: Titik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejoedono (2002 : 15) Menurut Anoraga dan Sudantoko (2000 : 245) berdasarkan konsep inpres UKM yang dimaksud dengan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah kegiatan ekonomi dengan kriteria :

1. Asset mencapai Rp 30-100 juta ,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau

2. Omzet pertahunnya mencapai Rp. 250 juta

2.1.2. Jenis Dan Bentuk Usaha Kecil Dan Menengah (UKM)

Menurut Wibowo, dkk (2003 : 5) kegiatan perusahaan pada prinsipnya dapat dikelompokkan dalam tiga jenis usaha yaitu :

1. Jenis usaha perdagangan atau distribusi

Jenis usaha ini merupakan usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan memindahkan barang dari produsen ke konsumen atau dari tempat yang mempunyai kelebihan persediaan ketempat yang membutuhkan. Jenis usaha ini diantaranya bergerak dibidang pertokoan, warung, rumah makan, peragenan (filial), penyalur (whole saler), pedagang perantara, tengkulak, dan sebagainya. Komisioner dan makelar dapat juga dimasukkan dalam kegiatan perdagangan karena kegiatannya dalam jual beli barang.

(4)

2. Jenis usaha produksi atau industri

Usaha produksi atau industri adalah jenis usaha yang terutama bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu barang menjadi barang lain yang berbeda bentuk atau sifatnya dan mempunyai nilai tambah. Kegiatan ini dapat berupa produksi atau industri pangan, pakaian, peralatan rumah tangga, kerajinan, bahan bangunan, dan sebaginya. Dalam hal ini, kegiatan budidaya sector pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan dan kegiatan penangkapan ikan termasuk jenis usaha produksi.

3. Jenis usaha jasa komersial

Usaha jasa komersial merupakan usaha yang bergerak dalam kegiatan pelayanan atau menjual jasa sebagai kegiatan utamanya. Contoh jenis usaha ini adalah asuransi, bank, konsultan, biro perjalanan, pariwisata, pengiriman barang (ekspedisi), bengkel, salon kecantikan, penginapan, gedung bioskop, dan sebagainya, termasuk praktek dokter dan perencanaan bangunan.

2.1.3. Keunggulan Dan Kelemahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Perusahaan skala kecil dan menengah memiliki keunggulan sebagai berikut : 1. Tetap bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang

diakibatkan inflasi maupun berbagai faktor penyebab lainnya.

2. Tanpa subsidi dan proteksi, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia mampu menambah nilai devisa bagi Negara.

3. Usaha kecil yang informal mampu berperan sebagai penyangga (buffer)

(5)

4. Kemampuan menciptakan kesempatan kerja cukup banyak atau penyerapannya terhadap tenaga kerja.

5. Independen dalam penentuan harga produksi atas barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkannya.

6. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat disbanding dengan perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis.

7. Prosedur hukum yang sederhana.

8. Pajak relatif ringan, sebab yang dikenakan pajak bukanlah perusahaannya tetapi pengusahanya.

9. Mudah dalam proses pendiriannya.

10. Mudah untuk dibubarkan pada waktu yang dikehendaki. 11. Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu. 12. Pemilik menerima seluruh laba.

13. Umumnya mempunyai kecendrungan untuk bertahan (survive) 14. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sangat cocok untuk didirikan oleh

para pengusaha yang sama sekali belum pernah mencoba untuk mendirikan suatu usaha sehingga memiliki sedikit pesaing.

15. Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya usaha kecil di Indonesia.

16. Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen senantiasa tergali melalui kreativitas pengelola.

(6)

17. Relatif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yang tidak terlalu mahal.

18. Hubungan kemanusiaan yang akrab dalam perusahaan kecil.

19. Terdapatnya dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan.

Kelemahan dari Usaha Kecil dan Menengah (UKM) diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Umumnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisis perputaran uang tunai atau kas serta penelitian lainnya hanya diperlukan dalam suatu aktivitas bisnis. 2. Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntansi yang

memadai, anggaran kebutuhan modal, struktur organisasi dan pendelegasian wewenang serta alat-alat manajerial lainnya (perencanaan, pelaksanaan, serta pengendalian usaha) yang umumnya diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis yang profit oriented.

3. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai kekurangan dalam informasi, baik itu informasi pasar, produk dan informasi lainnya yang berhubungan dengan binis.

4. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten dengan ketentuan order atau pesanan yang mengakibatkan klaim atau produk yang ditolak.

(7)

5. Terlalu banyak biaya-biaya yang diluar poengendalian serta hutang yang tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan pembukuan standar.

6. Pembagian kerja pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tidak proporsional, sering terjadi pengelola memiliki pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja diluar batas jam kerja standar.

7. Kesulitan mengetahui kebutuhan modal kerja, sebab tidak dilakukan perencanaan kas.

8. Sering terjadi kelebihan persediaan barang yang tidak laku. 9. Resiko dan hutang-hutang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan

pribadi pemilik.

10. Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik, dan kesempatan untuk mendapatkan kredit dari bank sangat kecil.

2.1.4 Kredit Pengertian Kredit

Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sementara itu, bagi sipemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjamkan pasti kembali (Kasmir, 2008 : 72)

Pengertian kredit menurut undang-undang Perbankan No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

(8)

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dari pengertian tersebut dapatlah dijelaskan bahwa baik kredit ataupun pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya Bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau pinjaman usaha kecil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank dengan nasabah penerima kredit, dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama.

Analisis kredit diberikan untuk meyakinkan bank bahwa nasabah dapat dipercaya, sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan, serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah gerbang yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman dalam arti uang yang disalurkan pasti kembali.

Pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif sehingga kredit tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan. Akibatnya, jika salah dalam menganalisis, kredit yang disalurkan akan sulit ditagih atau macet. Namun, faktor salah analisis ini bukanlah merupakan penyebab utama kredit macet, walaupun sebagian terbesar kredit macet diakibatkan salah dalam mengadakan analisis. Penyebab lainnya mungkin

(9)

disebabkan oleh musibah seperti bencana alam yang memang tidak dapat dihindari oleh nasabah. Seperti kebanjiran atau gempa bumi atau dapat pula kesalahan dalam pengelolaan.

Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan, langkah yang dilakukan oleh bank adalah berupaya menyelamatkan kredit tersebut dengan berbagai cara tergantung dari kondisi nasabah atau penyebab kredit tersebut macet. Jika memang masih bisa dibantu, bank adalah tindakan membantu nasabah apakah dengan menambah jumlah kredit atau dengan memperpanjang jangka waktunya. Namun, jika memang sudah tidak dapat diselamatkan kembali maka tindakan terakhir bagi bank adalah menyita jaminan yang telah dijaminkan oleh nasabah.

Unsur-Unsur Kredit

Setiap pemberian kredit sebenarnya jika dijabarkan secara mendalam mengandung beberapa arti. Jadi, dengan menyebutkan kata kredit sudah terkandung beberapa arti. Dengan kata lain, pengertian kata kredit jika dilihat secara utuh mengandung beberapa makna sehingga jika kita bicara kredit, termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

Menurut Kasmir (2008 : 74), adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :

(10)

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan bank bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa yang akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank karena sebelum dana dikucurkan, sudah dilakukan penelitian dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemauan dan kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan.

2. Kesepakatan

Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan nasabah.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu.

(11)

Faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab tidak tertagih sebenarnya sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar resikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja maupun resiko yang tidak disengaja.

5. Balas jasa

Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga bagi bank prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank, sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

The C’s of Credit

Menurut Kasmir (2008 : 91), faktor-faktor dalam The C’s of Credit adalah: Merupakan acuan umum untuk unsur-unsur utama dari analisis seorang bankir ketika mempertimbangkan permohonan jamianan.

The C’s Of Credit terdiri dari : 1. Watak debitur (character)

(12)

Pengertian Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keaadaan keluarga, hobi, dan sosial standingnya. Character merupakan ukuran untuk menilai kemauan nasabah membayar kredit. Orang yang memiliki karakter baik akan berusaha untuk membayar kreditnya dengan berbagai cara.

2. Kemampuan debitur (Capabiility)

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang, semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit. Bank Danamon telah melengkapi rangkaian segmen usahanya, mulai dari mass market, perbankan komersial dan UKM, perbankan ritel, bisnis kartu kredit, perbankan syariah, perbankan korporasi, tresuri, pasar modal dan lembaga keuangan, serta Adira Finance. Pada 2004 Danamon juga membangun bisnis.

(13)

Biasanya bank tidak akan bersedia untuk membiayai suatu usaha 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri dengan kata lain, Capital adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.

4. Jaminan kredit debitur (Colleteral)

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah sebagai pelindung bank dari resiko kerugian.

Menurut Djohan (2000 : 107) Colleteral adalah jaminan atau kemampuan perusahaan untuk menyerahkan barang jaminan/aktiva perusahaan sehubungan dengan fasilitas kredit yang akan diajukan.

5. Keadaan ekonomi (Condition of economy)

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil, sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut dimasa yang akan datang.

(14)

Lambok Tampubolon (2002) meneliti “Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Pengembangan Usaha Kecil Pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT. Angkasa II Polonia Medan”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa penyaluran kredit pada usaha kecil harus disertai dengan pengawasan dan pembinaan yang kontinu, agar sasaran penggunaan kredit tercapai, karena banyak kredit digunakan untuk keperluan lain dan bukan untuk pengembangan usaha.

Noviana (2006) dengan judul “Analisis Sistem Pemberian Kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Cabang Iskandar Muda Medan”. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis deskriptif dan deduktif. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa penyaliran kredit pada nasabah tidak sesuai dengan rencana penyaluran kredit yang mana hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi ekonomi yang tidak menentu sehingga menyebabkan terjadinya kenaikan tingkat suku bunga kredit. Disamping itu juga terjadi ketidakefektifan manajemen dalam mengelola perkreditan.

2.3 Kerangka Konseptual

Jaminan kredit yang diberikan nasabah kepada bank hanyalah merupakan tambahan, terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat suatu musibah. Akan tetapi, apabila suatu kredit diberikan dengan melakukan penelitian secara mendalam sehingga nasabah sudah dikatakan layak untuk memperoleh kredit, fungsi jaminan kredit hanya untuk berjaga-jaga. Oleh karena itu, dalam pemberian kreditnya bank harus memperhatikan prinsip-prinsip permberian kredit yang benar. Adapun faktor The C’s of Credit yang digunakan untuk menilai kelayakan

(15)

kredit terdiri dari Watak debitur (character) adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur, Kemampuan debitur (Capabiility) melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba, Modal debitur (Capital) mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank, Jaminan kredit debitur (Colleteral) jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun nonfisik, Keadaan ekonomi (Condition of economy) menilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk dimasa yang akan datang.

Maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Sumber : Kasmir (2008)

Perusahaan yang memberikan kredit

Usaha Kecil Dan Menengah

(UKM)

Faktor-faktor The C’s of Credit yang diperhatikan dalam memberikan kredit :

1. Watak Debitur (character)

2. Kemampuan Debitur (capability)

3. Modal Debitur (capital)

4. Jaminan kredit debitur (Colleteral)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual  Sumber : Kasmir (2008)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul produksi, karakterisasi dan pemurnian xilanase dari Staphylococcus aureus MBXi-K4 adalah benar hasil karya saya sendiri

Dalam mengoptimalkan kinerja dan mendorong akuntabilitas kinerja Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Hasil Tanaman Pangan serta sebagai tindak lanjut Rapat Kerja

Ekstrak Gulma Kirinyuh ( Chromolaena odorata ) sebagai Bioherbisida Pra Tumbuh untuk Pengendalian Gulma di Perkebunan Kelapa

Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) merupakan sistem dengan daktilitas tertinggi dan memiliki persyaratan yang detail dalam perhitungan penulangan komponen struktur

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran stok rumput laut alami ditinjau dari keanekaragaman jenis dan kepadatan (density) dari tiap jenis rumput laut

Penggunaan sudut pandang dalam sebuah novel mungkin saja lebih dari satu teknik. Pengarang dapat berganti dari satu teknik ke teknik yang lainnya.

Menimbang, bahwa atas dasar apa yang telah dipertimbangkan dalam putusan Pengadilan Agama Kota Banjar, Pengadilan Tinggi Agama sependapat dengan apa yang telah

Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk memutuskan keefektifan ventilasi atau