DAFTAR PUSTAKA
I. BUKU
Amirudin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Bahsan, M, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Bank BTN, Petunjuk Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), PT. Bank Tabungan Negara (Persero).
Darus, Mariam, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung,1978.
Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.
Firdaus, Bakti Rachmat dan Ariyanti, Maya, Manajemen Perkreditan Bank Umum, Alfabeta, Bandung, 2003.
Harun, Badriyah, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2010.
Hasan, Djuhaendah, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana, Jakarta, 2008.
H.S, Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Kamello, Tan, Hukum Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan Yang Didambakan, Alumni, Bandung, 2006.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2003.
Munir, Fuadi, Hukum Perbankan Modern, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.
Naja, H.R Daeng, Hukum Kredit dan Bank Garansi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2005.
Saptomo, Ade, Pokok-Pokok Metodologi Penelitian Hukum Empiris Murni: Sebuah Alternatif, Universitas Trisakti, Jakarta, 2009.
Soejono, Abdurrahman, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, 2003.
Suhaidi, Gunarto, Usaha Perbankan dalam Perspektif Hukum, Kanius, Yogyakarta, 2003.
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, CV Alfabeta, Bandung, 2003.
Suyatno, Thomas, dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
Usman, Rachmadi, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Wijaya, Krisna, Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2010.
II. KORAN
Kompas, 24 Agustus 2010
III. PERUNDANG-UNDANGAN
Indonesia. undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
BAB III
KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TANPA JAMINAN
A. Pengaturan Hukum tentang Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan
Menurut Penulis tujuan diluncurkannya Kebijakan KUR Tanpa Jaminan
adalah untuk mempercepat pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM,
meningkatkan akses pembiayaan kepada UMKM, serta penanggulangan
kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Oleh karena itu dibutuhkan peraturan
perundang-undangan sebagai payung hukum yang dapat menjembatani debitur
dan kredit dalam proses pemberian kredit tersebut.
Adapun beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan
hukum Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan, yaitu diatur di
dalam:
1. Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Pemerintah
melalui percepatan pengembangan sektor riil dan pemberdayaan UMKM.
Dalam upaya untuk lebih mempercepat pengembangan sektor riil dan
pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi nasional, dan sebagai kelanjutan Instruksi Presiden
Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi.
2. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi
tahun 2008-2009 untuk menjamin implementasi atau percepatan
Dalam upaya pelaksanaan program ekonomi Tahun 2008 - 2009 dari
Kabinet Indonesia Bersatu yang bersifat prioritas dan memerlukan
koordinasi serta sebagai kelanjutan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun
2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
3. Peraturan Menteri Keuangan No. 135/PMK.05/2008 tentang Fasilitas
Penjaminan Kredit Usaha Rakyat.
Bahwa dalam rangka mengembangkan Kredit Usaha Rakyat kepada
Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi secara berkelanjutan telah
ditandatangani Addendum II Nota Kesepahaman Bersama (Memorandum
of Understanding) tentang Penjaminan Kredit/Pembiayaan Kepada Usaha
Mikro, Kecil, Menengah Dan Koperasi;
4. Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2008 tentang Lembaga Penjaminan
Bahwa usaha penjaminan yang dilakukan oleh Lembaga Penjaminan
selama ini belum cukup diatur berdasarkan prinsip-prinsip usaha
penjaminan yang prudent, transparan serta memberikan kepastian hukum;
5. MoU antara Ketua Departemen Teknis, Perbankan, dan Perusahaan
Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 9 Oktober 2007.
6. Addendum I MoU Departemen Teknis, Perbankan dan Perusahaan
Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 14 Februari 2008.
7. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 5 Tahun 2008
8. Perjanjian Kerja Sama antara Bank Pelaksana dengan Lembaga
Penjaminan.
9. Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan KUR.
10.Addendum II Mou Departemen Teknis, Perbankan dan Perusahaan
Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2010.
11.Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor :
KEP-07/M.EKON/01/2010 tentang Penambahan Bank Pelaksana Kredit Usaha
Rakyat.
12.Keputusan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro, dan Keuangan,
Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Nomor :
KEP-01/D.I.M.EKON/01/2010 tentang Standar Operasional dan Prosedur
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat.
13.Nota Facimile DPK No. : 452/M/DPK/KK/XI/2007, Tanggal 20
November 2007, perihal : Penyaluran KUR untuk Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)
14.Surat Edaran (SE) Direksi PT. Bank Tabungan Negara (Persero), No.
54/DIR/DKPB/2007, Tanggal 03 Desember 2007, perihal : “PETUNJUK
PELAKSANAAN KREDIT USAHA RAKYAT-BTN”
15.Nota Facsimile DPK No. 494/F/DPK/KK/XII/2007, Tanggal 19 Desember
2007, perihal : Pernyaluran KUR-BTN.
16.Nota Facsimile DPK No : 59/F/DPK/KK/II/2008, Tanggal 12 Februari
2008, perihal : Revisi SE Direksi No. 54/DIR/DKPB/2007, tanggal 03
B. Kriteria dalam Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan
Peruntukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah sebagai modal kerja atau
investasi bagi pemohon/calon debitur yang menjalankan usaha produktif dalam
kategori Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berbentuk
Perorangan, Badan Usaha, dan Koperasi. 29
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini.
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Pemberian Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan adalah sebagai berikut :
30
Kriteria usaha mikro yang dimaksud adalah sebagai
berikut:31
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-1. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
2. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.300.000.000,- (tiga
ratus juta rupiah);
29
Bank BTN, Petunjuk Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) PT. Bank Tabungan Negara (Persero), hal. 5
30
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Pasal 1 angka 1.
31
undang ini.32 Kriteria usaha kecil yang dimaksud oleh undang-undang ini adalah
sebagai berikut:33
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur
dalam undang-undang ini.
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300.000.000,- (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.2.500.000.000,-
(dua milyar lima ratus juta rupiah);
34
Kriteria usaha menengah menurut undang - undang
ini adalah sebagai berikut:35
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.2.500.000.000,- (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp.50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah);
1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.500.000.000,- (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
C. Bentuk dan Isi Perjanjian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan.
Bentuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan adalah :
1. KUR Modal Kerja
KUR Modal Kerja yaitu kredit jangka pendek untuk pembiayaan
modal kerja dengan cara penarikan yang disepakati oleh Bank dan
debitur, dengan didahului adanya surat permohonan penarikan dari
debitur, sepanjang tersedia kelonggaran tarik dan tidak melampaui plafon
kredit, terdiri dari :
a. KUR dengan sifat kredit Revolving.
Hanya berlaku untuk yang dijamin oleh PT. Askrindo (Persero)
b. KUR dengan sifat Non Revolving, dimana dimungkinkan penarikan
secara sekaligus di muka, bertahap berdasarkan termijn ataupun
bertahap berdasarkan kebutuhan pembelian bahan baku atau barang
dagangan.
2. KUR Investasi
KUR Investasi adalah kredit untuk pembiayaan investasi barang
modal dengan tata cara penarikan dapat secara bertahap atau sekaligus di
muka, sesuai kebutuhan dan kesepakatan Bank dengan debitur dengan
sifat kredit non revolving.
Isi Perjanjian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan adalah berupa
1. Jumlah Penggunaan dan Batas Waktu kredit
Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dengan persetujuan bank
dengan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang akan ditentukan
dalam satu surat perjanjian kredit dan/atau surat-surat perjanjian lainnya
yang akan dibuat tersendiri antara pihak yang bersangkutan, sebagai
contoh yaitu :
a. Besar pokok pinjaman Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah)
yang bersifat Non Revolving dan jenis Kredit Usaha Modal Kerja
Kredit Usaha Rakyat (KUMK KUR)
b. Di samping pokok pinjaman, jumlah pinjaman tidak termasuk
pembebanan bunga dan biaya-biaya lain yang menurut perjanjian
kredit ini harus dilunasi oleh Penerima Kredit.
c. Kredit ini digunakan untuk Pembiayaan Modal Kerja Usaha Batubara.
d. Perjanjian Kredit ini mulai berlaku sejak tanggal hari ini dan dibuat
untuk jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan lamanya dan
karenanya akan berakhir pada tanggal 17-07-2011 (tujuh belas Juli
dua ribu sebelas).
2. Bunga dan Bunga Tunggakan
Atas jumlah pinjaman Penerima Kredit dikenakan bunga sebesar
12,50% (dua belas koma lima puluh persen) per tahun. Setiap saat dapat
berubah sesuai ketentuan Bank (Adjustable rate). Kewajiban bunga
dihitung pada setiap tanggal 25 (dua puluh lima) bulan yang
Bunga dibayarkan setiap bulan pada bulan yang bersangkutan dengan
tenggang waktu pembayaran tanggal 25 (dua puluh lima) sampai dengan
akhir bulan yang bersangkutan dengan cara mendebet rekening giro
Penerima Kredit pada Bank dan/atau menurut ketentuan Bank jika terjadi
tunggakan bunga. Dalam hal terjadi penunggakan bunga dan/atau
pembayaran bunga yang tidak dapat persetujuan Bank sebelumnya,
dikenakan denda sebesar 2% (dua persen) di atas bunga yang berlaku dan
diperhitungkan atas tunggakan bunga. Selama Penerima Kredit
mempunyai tunggakan bunga baik yang berupa bunga biasa maupun
bunga tunggakan, maka setiap setoran Penerima Kredit kepada Bank
akan diperhitungkan terlebih dahulu oleh Bank sebagai pembayaran
bunga dan/atau denda tidak sebagai angsuran/pelunasan hutang pokok.
Menyimpang dari ayat 1 pasal ini suku bunga ini juga setiap saat dapat
berubah sesuai dengan ketentuan Bank dan/atau Bank Indonesia dan/atau
ketentuan Undang-undang/Pemerintah yang berlaku.
3. Syarat Pencairan Kredit
Penerima Kredit mengajukan surat permohonan penarikan kredit
dengan melampirkan daftar barang yang akan dibeli. Maksimal penarikan
kredit sebesar Share Bank. Sebagai contoh, Penarikan kredit dilakukan
berdasarkan kebutuhan barang modal yang akan dibeli dengan maksimal
penarikan sebesar Rp.400.000.000,- (empat ratus juta rupiah). Atas
penarikan kredit dimaksud pada contoh tersebut harus dibuat laporan
4. Pembayaran Kembali
Sumber pengembalian kredit adalah dari hasil usaha yang dikelola
Penerima Kredit. Kewajiban bunga setiap bulan harus dibayar pada bulan
yang bersangkutan. Apabila pada bulan yang bersangkutan tidak ada
pendapatan usaha atau lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban
bunga, maka Penerima Kredit wajib menutupi kekurangannya dari
sumber dana lainnya. Apabila dianggap perlu maka Bank dapat merubah
sesuai keinginan Bank dalam rangka penyelesaian pengembalian pokok
Kredit Modal Kerja.
5. Provisi Kredit Dan Biaya-Biaya Lain
Penerima Kredit tidak diwajibkan membayar provisi kredit namun
Penerima Kredit diwajibkan membayar biaya-biaya yang diperlukan
dalam proses pemberian kredit dan pengikatan jaminan Kredit yang
meliputi antara lain biaya akta-akta Notaris, biaya dan premi asuransi
atas barang jaminan Kredit (apabila ada) dan biaya-biaya lain, sesuai
dengan ketentuan Bank.
6. Penyimpangan Kewajiban
Menyimpang dari apa yang ditentukan di atas, maka Bank berhak
untuk menagih hutang dengan seketika dan sekaligus dan karenanya
Penerima Kredit wajib membayar seluruh hutang atau sisa hutangnya
tanpa somasi terlebih dahulu walaupun saat pelunasan hutang
a. Penerima Kredit melanggar salah satu atau lebih ketentuan-ketentuan
yang termaktub dalam akta ini dan/atau dalam perjanjian-perjanjian
kredit lainnya yang telah dan/atau akan dibuat oleh Penerima Kredit
dan Bank.
b. Penerima Kredit dinyatakan pailit atau tidak mampu membayar
hutang-hutangnya, atau telah mengajukan permohonan untuk
penundaan pembayaran (surceance van betaling).
c. Atas sebagian atau seluruh kekayaan Penerima Kredit dikenakan sita
baik oleh pihak pengadilan ataupun oleh pihak lain
d. Penerima Kredit tidak berhak lagi melakukan pengurusan pengelolaan
ataupun penguasaan atas seluruh atau sebagian harta kekayaannya.
e. Penerima Kredit dilikwidasi atau dibubarkan atau atas tanah (tanah)
yang dijadikan jaminan dalam akta ini disita pihak lain, baik sebagian
maupun seluruhnya.
f. Jika menurut pertimbangan Bank sendiri kekayaan Penerima Kredit
sedemikian kurangnya sehingga tidak memungkinkan untuk dapat
membayar lunas hutangnya kepada Bank
g. Penerima Kredit memberikan pernyataan-pernyataan surat-surat,
keterangan-keterangan dan laporan-laporan serta dokumen-dokumen
lain sehubungan dengan hutangnya Penerima Kredit tersebut kepada
Bank, yang kemudian ternyata palsu atau dipalsukan atau tidak
7. Jaminan Kredit
Penerima Kredit diwajibkan terlebih dahulu menyediakan benda
dan/atau hak yang cukup untuk diserahkan kepada Bank sebagai jaminan
dan memeliharanya secara terus menerus. Sebagai contoh, jaminan
pokok itu terdiri atas :
a. Tanah yang terletak di Dusun Amal Bakti, Desa Pasar V Kebun
Kelapa, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi
Sumatera Utara, dengan bukti kepemilikan Akta Pelepasan Hak Atas
Tanah Dengan Ganti Rugi nomor 19 tertanggal 27-05-2008 (dua
puluh tujuh Mei dua ribu delapan) yang dibuat dihadapan Theresia
Martianna Siahaan, Sarjana Hukum, Notaris di Kabupaten Deli
Serdang, seluas lebih kurang 3.596 M2 (tiga ribu lima ratus sembilan
puluh enam meter persegi), terdaftar atas nama Naboy
b. Tanah yang terletak di Dusun V jalan Antara, Desa Bakaran Batu,
Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi
Sumatera Utara, dengan bukti kepemilikan Akte Pengerahan/ Ganti
Rugi nomor 593/872/2006 tertanggal 01-08-2006 (satu Agustus dua
ribu enam) yang dibuat dihadapan Doktorandus Haji Muhammad
Ahmad Yusuf Siregar seluas lebih kurang 421.8 M2(empat ratus dua
puluh satu koma delapan meter persegi), terdaftar atas nama Naboy.
Dengan berikut segala sesuatu yang telah dan atau akan didirikan,
ditanam dan ditetapkan di atas tanah-tanah tersebut yang menurut
tidak bergerak, tidak ada yang dikecualikan dan keduanya harus
ditingkatkan menjadi Sertifikat Hak Milik di Kantor Pertanahan
Kabupaten Deli Serdang serta kemudian Penerima Kredit selaku juga
pemilik Agunan wajib menandatangani Akta Pemberian Hak
Tanggungan (APHT) setelah Sertifikat tersebut selesai dan mengenai
seluruh biaya yang timbul seluruhnya ditransfer ke rekening Notaris dan
Notaris membuat Cover Note yang diserahkan ke Bank Tabungan Negara
cabang Medan.
Mengenai berapa besarnya jaminan, begitu pula tentang saat dan
hingga jumlah berapa jaminan itu harus ditambah atau dapat dikurangi,
serta kepada siapa diserahkan pula hak untuk memberi penilaian dan
melakukan pemeriksaan / peninjauan kembali atas jaminan itu adalah
menurut pertimbangan Bank semata-mata.
8. Asuransi Jaminan Dan Asuransi Kredit
Penerima Kredit wajib mengasuransikan atas nama Bank,
barang-barang jaminan tersebut di atas dan bila dianggap perlu, Bank berhak
menyelenggarakan sendiri asuransi tersebut. Atas semua hal yang
berhubungan dengan pelaksanaan penutupan asuransi tersebut, berlaku
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Bank dan segala biaya yang
timbul, sepenuhnya menjadi beban Penerima Kredit. Bank dapat
mempertanggungkan (mengasuransikan) Kredit ini kepada perusahaan
asuransi kredit atas beban Penerima Kredit dengan syarat-syarat yang
9. Pengawasan Dan Pelaporan
Bank berhak baik dilakukan sendiri atau dilakukan oleh pihak lain
yang ditunjuk atau disetujui oleh Bank dan Penerima Kredit wajib
mematuhinya untuk :
a. Selama jangka waktu kredit akan diadakan pemantauan/pemeriksaan
mengenai progres usaha Penerima Kredit
b. Akan selalu dilakukan pemantauan terhadap pelaksanaan usaha
Penerima Kredit agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan, baik
dalam hal penggunaan dana maupun pelaksanaan usaha di lapangan
sehingga usaha dan kewajiban Penerima Kredit dapat selesai dengan
baik dan tepat waktu.
Penerima Kredit wajib melaporkan keadaan keuangan perusahaan,
neraca dan laba/rugi serta hal-hal lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan
Bank berhak sewaktu-waktu meminta laporan tersebut dan Penerima
Kredit wajib memenuhinya.
10. Pembatasan Terhadap Tindakan Penerima Kredit
Penerima Kredit sebelum kredit ini dilunasi, tidak diperkenankan
tanpa persetujuan tertulis dari Bank untuk :
a. Menerima kredit dari Bank lain atau pihak ketiga sehubungan dengan
usaha tersebut kecuali transaksi dagang yang lazim.
b. Mengikatkan diri sebagai penjamin dan/ atau menjamin harta
c. Merubah Anggaran Dasar dan Pengurus Perusahaan.
e. Melunasi hutang pada pemegang saham.
f. Membubarkan perusahaan dan meminta dinyatakan pailit.
g. Menyewakan perusahan kepada pihak ketiga.
h. Memindahkan tangankan dalam bentuk apapun dan dengan maksud
apapun juga kepada pihak ketiga.
i. Membagi deviden perusahaan.
11. Hak Bank Dalam Pengamanan Dan Penyelesaian Kredit
Apabila setelah berakhir perjanjian kredit ini karena sebab apapun
juga ternyata menurut pertimbangan Bank, Penerima Kredit tidak
menyelesaikan kreditnya, Bank berhak mengambil tindakan-tindakan
hukum berupa apapun juga dengan cara apapun yang dianggap baik atau
di haruskan oleh ketentuan Bank dan/atau Bank Indonesia dan/atau
ketentuan Undang-Undang/Pemerintah yang berlaku. Sesuai dengan
penggunaan pinjaman sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini,
dengan menandatangani perjanjian kredit ini, sekaligus Penerima Kredit
yang ada pada perseroan terbatas PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
Cabang Medan, guna memenuhi semua kewajiban-kewajiban Penerima
Kredit kepada Bank, pada saat yang dianggap baik oleh Bank.
12. Ketentuan Tambahan
Penerimaan Kredit memberi kuasa dengan hak subsititusi yang
tidak dapat dicabut kembali dan memberikan hak kepada Bank untuk
atau badan lain yang ditunjuk oleh Bank sejak kredit tersebut dinyatakan
kurang lancar, yang mencakupan antara lain:
a. Melaksanakan kegiatan Usaha Batu Bara.
b. Melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran usaha untuk
keperluan kelancaran kredit sampai dengan lunas.
c. Melakukan penjualan atas tanah dan persediaan yang menjadi agunan
di Bank dan menandatangani dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan penjualan atau peralihan hak tersebut.
d. Menerima segala pembayaran yang berkaitan Usaha Batu Bara.
e. Atas pengambil alihan management, Bank dibebaskan dari perkara
yang berkaitan dengan kewajiban Penerimaan Kredit kepada pihak
ketiga.
Bilamana jangka waktu kredit berakhir namun masi ada saldo debet
atau Hutang, maka secara otomatis Penerima Kredit dikenakan provisi
sesuai dengan ketentuan Bank per saat berakhirnya jangka waktu kredit.
Bagi hubungan antara Bank dengan Penerima Kredit berlaku pula
syarat-syarat untuk pemegang rekening PT. Bank Tabungan Negara
(Persero), surat persetujuan pemberian kredit dan ketentuan-ketentuan
lain yang ditetapkan oleh Bank. Ketentuan-ketentuan/hal-hal yang belum
diatur dalam perjanjian ini, akan ditetapkan kemudian dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kredit ini.
13. Syarat-Syarat Lain
a. Syarat-syarat sebelum akad kredit :
Menyelesaikan persyaratan administrasi dan keuangan paling lambat 1
(satu) hari sebelum akad kredit antara lain :
1) Membuka Rekening Giro/Tabungan di Bank
2) Menyampaikan persetujuan tertulis Penerima Kredit dengan segala
ketentuan yang tertuang dalam SP2K.
3) Membayar biaya Notaris sebesar Rp. 350.000,- (tiga ratus lima
puluh ribu rupiah).
4) Membayar cadangan biaya pemasangan Hak Tanggungan sebesar
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5) Menyerahkan Surat Kuasa kepada Bank yang ditanda tangani di
atas Materai cukup untuk mendebet Rekening Giro/Tabungan
Penerima Kredit Di Bank atas biaya/kewajiban yang timbul
terhadap Bank.
b. Menyelesaikan Persyaratan Legalitas :
1) Menyerahkan Bukti Kepemilikan tanah berupa Akta Pelepasan Hak
Atas Tanah Dengan Ganti Rugi nomor 19 tertanggal 27-05-2008
(dua puluh tujuh Mei dua ribu delapan) yang dibuat dihadapan
Theresia Martianna Siahaan, Sarjana Hukum, Notaris di Kabupaten
Deli Serdang.
2) Menyerahkan Bukti Kepemilikan tanah berupa Akte
01-08-2006 (satu Agustus dua ribu enam) yang dibuat dihadapan
Doktorandus Haji Muhammad Ahmad Yusuf Siregar.
3) Menandatangani Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan atas
Agunan Kredit.
c. Syarat-Syarat setelah Akad Kredit :
1) Menyerahkan bukti-bukti Transaksi Keuangan yang berkaitan dengan usaha yang dibiayai BANK, apabila BANK membutuhkan.
14. Domisili
Mengenai Perjanjian Kredit ini dan segala akibat serta
pelaksanaannya para penghadap memilih tempat tinggal tetap dan
seumumnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di Medan dan/atau
BAB IV
KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) TANPA JAMINAN DI PT. BANK TABUNGAN NEGARA CABANG MEDAN
A. Prosedur Hukum untuk Memperoleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan Dikaitkan dengan Hukum Jaminan
Sehubungan dengan prosedur hukum dalam memperoleh kredit usaha rakyat
tanpa jaminan dalam kegiatan pemberian kredit perbankan mengenai jaminan
utang disebut dengan sebutan jaminan kredit atau agunan. Jaminan kredit
umumnya dipersyaratkan dalam suatu pemberian kredit. Dari beberapa ketentuan
yang berlaku di bidang perbankan dapat disimpulkan bahwa jaminan kredit
hampir selalu dipersyaratkan pada setiap skim perkreditan. Tetapi sepanjang yang
dapat diketahui tidak terdapat suatu alasan bagi bank untuk mensyartakan adanya
kewajiban (calon) debitur untuk menyerahkan (memberikan) sesuatu jaminan
kredit, kecuali karena adanya ketentuan hukum jaminan yang berlaku, misalnya
ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata tentang kedudukan harta pihak yang berutang
sebagai jaminan atas utangnya. Bank mungkin saja dapat saja menyetujui
pemberian kredit kepada debitur tanpa mensyaratkan penyerahan jaminan
sepanjang memenuhi kelayakan dari berbagai aspek yang dinilainya.
Berdasarkan hasil penelitian penulis di kantor Bank Tabungan Negara
Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan dan hasil wawancara yang dilakukan pada
tanggal 26, 27, 29,30 Agustus 2010 dengan Bapak Abdullah Sinaga selaku kepala
unit retail, Ibu Erlis Sitorus selaku Account Officer (AO) dan debitur yaitu Joko
memperoleh Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa jaminan melalui suatu
perjanjian kredit dilakukan secara bertahap, yaitu :
1. Tahap Permohonan Kredit
Dalam menilai permohonan kredit, bank perlu memperhatikan prinsip
sebagai berikut :36
Calon debitur mengajukan permohonan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa
jaminan secara tertulis kepada pihak BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan.
Permohonan kredit tersebut berbentuk perjanjian baku, dimana formulir sudah
disediakan oleh pihak bank, dengan demikian calon debitur hanya tinggal mengisi
bagian kosong yang perlu diisi beserta tanda tangan dalam formulir tersebut tanpa
ada proses negosiasi syarat-syarat yang ada dalam permohonan tersebut. Fasilitas
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disediakan oleh BTN Cabang Pembantu Pusat a. Bank hanya memberikan kredit apabila permohonan kredit
diajukan secara tertulis. Hal ini berlaku baik untuk kredit baru,
perpanjangan jangka waktu, tambahan kredit, maupun permohonan
perubahan persyaratan kredit,
b. Permohonan kredit harus memuat informasi yang lengkap
dan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh bank,
c. Bank harus memastikan kebenaran data informasi yang
disampaikan dalam permohonan kredit.
36
Pasar Medan adalah kredit usaha rakyat (KUR) Menengah tanpa jaminan s/d Rp
500.000.000,-.
Calon debitur diharuskan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
dalam hal pengajuan permohonan kredit usaha rakyat (KUR) tanpa jaminan.
KUR tanpa jaminan diperkenalkan sebagai kredit yang mudah didapat maka
syarat-syarat yang ditetapkan pun sangat sederhana. Syarat-syarat yang perlu
disertakan adalah bukti identitas diri berupa foto kopi Kartu Tanda Penduduk
(KTP) dan foto kopi Kartu Keluarga (KK).
2. Tahap Peninjauan dan Analisis Kredit
Bank harus melakukan analisa kredit terlebih dahulu sebelum menyalurkan
kredit. Analisa kredit adalah penelitian yang dilakukan oleh Account Officer
terhadap kelayakan perusahaan, kelayakan usaha nasabah, kebutuhan kredit,
kemampuan menghasilkan laba, sumber pelunasan kredit serta jaminan yang
tersedia untuk menjamin permohonan kredit.
Menurut arahan Bank Indonesia sebagaimana termuat dalam SK Direksi
Bank Indonesia No.27/ 162/ KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1995, setiap
permohonan kredit yang telah memenuhi syarat harus dianalisis secara tertulis
dengan prinsip sebagai berikut :
a. Bentuk, format, dan kedalaman analisis kredit ditetapkan oleh bank yang
disesuaikan dengan jumlah dan jenis kredit,
b. Analisis kredit harus menggambarkan konsep hubungan total
permohonan kredit. Ini berarti bahwa persetujuan pemberian kredit
untuk satu transaksi atau satu rekening kredit dari pemohon, namun
harus didasarkan atas dasar penilaian seluruh kredit dari pemohon
kredit yang telah diberikan dan atau akan diberikan secara bersama-
sama oleh bank,
c. Analisis kredit harus dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif
yang sekurang-kurangnya meliputi :
1) Menggambarkan semua informasi yang berkaitan dengan
usaha dan data pemohon termasuk hasil penelitian pada daftar
kredit macet,
2) Penilaian kelayakan jumlah permohonan kredit dengan
kegiatan usaha yang akan dibiayai, dengan sasaran menghindari
kemungkinan terjadinya praktek mark up yang dapat merugikan
bank,
3) Menyajikan penilaian yang objektif dan tidak
dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan
permohonan kredit. Analisis tidak boleh merupakan suatu
formalitas yang dilakukan semata-mata untuk memenuhi prosedur
perkreditan.
4) Analisis kredit sekurang-kurangnya harus mencakup penilaian tentang prinsip 5C dan penilaian terhadap sumber pelunasan
kredit yang dititikberatkan pada hasil usaha yang dilakukan
dengan tujuan untuk melindungi bank atas resiko yang mungkin
timbul,
5) Dalam penilaian kredit sindikasi harus dinilai pula bank yang bertindak sebagai bank induk (bank yang menjadi lead bank).
Bagaimanapun arahan diatas, tetap terbuka peluang bagi bank-bank untuk
mengatur kebijakan kreditnya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan bank itu
sendiri. BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan dalam melakukan analisis
kredit pun mempunyai kebijakan sendiri yang tentunya tetap berpedoman pada
arahan Bank Indonesia. Laporan Keuangan (Financial statement) calon debitur
merupakan salah satu data pokok mutlak dalam hal analisis.
Pada tahap ini, setelah syarat-syarat dilengkapi, pihak BTN Cabang
Pembantu Pusat Pasar Medan akan melakukan checking antara Kartu Tanda
Penduduk (KTP) dan pemohon. BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan adalah
masyarakat yang berdomisili di Medan (bukan berpenghasilan tetap) ataupun
mereka yang tidak berdomisili di Medan tetapi mempunyai usaha tetap di Medan,
sehingga untuk calon debitur yang berdomisili di luar Medan yang hendak
mengajukan KUR tanpa jaminan di BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan
untuk terlebih dahulu harus mendapat izin dari BTN tempatnya berdomisili. Hal
ini dilakukan untuk menghindari penyalahgunaan yang dapat dilakukan oleh
calon debitur melalui double credit.
Selanjutnya, BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan melakukan
penelitian dan peninjauan langsung kepada calon debitur serta segala sesuatu
usaha calon debitur. Penelitian terhadap usaha dapat berupa usaha yang masih
terencana ataupun usaha yang telah terealisasi. Informasi ini diperoleh melalui
banyak cara, yaitu dengan menanyakan kepada tetangga terdekat dari tempat
tinggal atau tempat usaha calon debitur baru tersebut. Semua langkah tersebut
dilakukan BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan dalam rangka memperoleh
hasil analisa permohonan kredit yang akurat. Usaha menjadi faktor terpenting
dalam perjanjian kredit usaha rakyat (KUR) tanpa jaminan ini karena usaha
menjadi jaminan pokok perjanjian kredit ini.
Dalam hal ini, yang bertugas untuk melakukan analisis dan pengamatan
langsung kepada calon debitur adalah seorang Account Officer (AO). Selanjutnya
Account Officer akan menganalisis kredit beserta analisis mengenai pribadi
calon debitur termasuk di dalamnya aspek character yang merupakan penilaian
terhadap karakter debitur, disamping itu juga meneliti usahanya. Account Officer
kemudian membuat laporan secukupnya mengenai analisisnya tersebut untuk
diputuskan apakah dapat atau tidakkah permohonan kredit tersebut dikabulkan.
Menurut Bapak Abdullah Sinaga yang bertindak sebagai Kepala Unit
Retail BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan, besaran kredit yang diberikan
oleh pihak BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan didasarkan pada usaha
calon debitur yang dijalankan. Disamping melihat dari sisi usahanya, hal lain
Officer bisa menilai apakah calon debitur pada nantinya dapat melaksanakan
pemenuhan prestasinya atau tidak.37
3. Tahap Pemberian Keputusan Kredit
Pada tahap ketiga ini, calon debitur akan memperoleh keputusan kredit yang
berisi persetujuan akan adanya pemberian kredit usaha rakyat tanpa jaminan
sesuai permohonan yang diajukannya. Keputusan persetujuan permohonan
kredit berupa mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon
debitur. Pihak BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan akan
memberitahukan kesetujuan atau tidaknya dalam memberikan kredit pada calon
debitur, dengan memberi tahu kepada calon debitur untuk mengkonfirmasi kembali
beberapa hari menurut hari yang telah ditentukan oleh pihak bank setelah
pengajuan permohonan kredit.
Setiap pejabat yang terlibat dalam kebijakan persetujuan kredit harus
mampu memastikan hal-hal berikut :38
37
Wawancara tanggal 26 Agustus 2010, pukul 16.00 WIB, dengan Bapak Abdullah Sinaga selaku Kepala Unit Retail BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan
38
Bakti Rachmat Firdaus, Maya Ariyanti, Manajemen Perkreditan Bank Umum, Bandung: Alfabeta, 2003, hal. 51
a. Setiap kredit yang diberikan telah sesuai dengan prinsip
perkreditan yang sehat dan ketentuan perbankan lainnya,
b. Pemberian kredit telah sesuai dan didasarkan pada analisis kredit
yang jujur, objektif, cermat dan seksama (menggunakan 5C's
principles) serta independent,
Menurut pada kebijakan dari BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan,
yang dapat diberikan kredit usaha rakyat ini adalah debitur yang memiliki usaha
mikro, kecil, menengah (UMKM). BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan
tidak turut menyertakan koperasi, karena sampai saat ini BTN Cabang Pembantu
Pusat Pasar Medan belum memberlakuka n Linkage Program dimana kredit
terhadap UMKM dapat disalurkan melalui koperasi.
4. Tahap Perjanjian Kredit
Pada tahap ini calon debitur datang langsung ke kantor BTN Cabang
Pembantu Pusat Pasar Medan berdasarkan waktu yang telah ditentukan oleh pihak
Bank. Setelah disetujui, debitur menandatangani lembar kesepakatan yang telah
disediakan oleh pihak BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan. Bersamaan
dengan penandatanganan itu pula, lahirlah hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
masing-masing pihak.
5. Tahap Pencairan Kredit
Dalam setiap pencairan kredit (disbursement) harus terjamin azas aman,
terarah dan produktif dan dilaksanakan apabila syarat yang ditetapkan dalam
perjanjian kredit telah dipenuhi oleh pemohon kredit.39
39
Ibid, hal. 52
Setelah semua persyaratan
terpenuhi dan pemberian kredit diikat oleh perjanjian kredit maka debitur
dapat mengambil dana pinjaman yang telah dimohonkan kepada bagian teller
BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan. Waktu lamanya proses
permohonan kredit usaha rakyat tanpa jaminan hingga tahap pencairan dana,
Menurut Bapak Abdullah Sinaga apabila terjadi keterlambatan pencairan
dana KUR, disebabkan oleh banyaknya peminat yang hendak menjadi calon
debitur kredit usaha rakyat (KUR) tanpa jaminan ini. Mengingat jumlah tenaga
yang menangani KUR tanpa jaminan ini tidak sebanding dengan jumlah
peminatnya, hal ini membuat proses pencairan dana sedikit terhambat. BTN
Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan hanya menyediakan 1 (satu) orang petugas
khusus yang menangani KUR.40
Berpedoman pada hal-hal diatas, pihak BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar
Medan akan dapat merasa yakin bahwa kredit yang disalurkannya kepada para
debitur dapat kembali. Menurut hasil wawancara dengan kepala unit retail BTN
Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan Bapak Abdullah Sinaga, perjanjian kredit
The five of credit analysis sangat mempengaruhi proses pemberian kredit
usaha rakyat (KUR), salah satunya dalam proses pencairan dana. Penilaian aspek
terutama dalam aspek character di sangat penting karena menyangkut watak
debitur, hal ini yang akan pertama dikaji oleh bank ketika menganalis calon
debiturnya.
Pihak bank juga harus merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan
kredit yang sehat. Kebijaksanaan ini dilakukan untuk menciptakan kebijaksanaan
kredit yang sesungguhnya dan juga untuk meminimalisir risiko yang terdapat
dalam setiap pemberian kredit. Kebijaksanaan yang diperlukan adalah mengenai
jenis dan jumlah kredit yang hendak diberikan oleh bank, kepada siapa
diberikannya dan dalam keadaan bagaimana kredit itu diberikan.
40
yang dilakukan oleh kepala unit BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan
dibuat dalam bentuk tertulis dan formulir telah disediakan oleh pihak bank.
Apabila dilihat dari bentuk perjanjiannya maka termasuk dalam perjanjian
berbentuk baku (standard contract) dimana isi atau klausula-klausula dalam
perjanjian tersebut telah telah ditentukan terlebih dahulu oleh pihak bank, dan
tidak terikat dalam bentuk tertentu. Perjanjian baku seperti ini tidak mengurangi
keabsahan dari perjanjian kredit tersebut.41
41
Wawancara tanggal 26 Agustus 2010, pukul 16.00 WIB, dengan Bapak Abdullah Sinaga selaku Kepala Unit Retail BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan.
Prinsip kehati-hatian bank (prudential banking) merupakan penentu
dalam proses permohonan kredit, sehingga berpengaruh terhadap perjanjian kredit
yang akan dibuat dengan nasabah sebagai debitur. Salah satu aspek dari prinsip
kehati-hatian tersebut yang merupakan bagian analisa permohonan kredit yaitu,
aspek character. Aspek karakter (character) atau watak dari para calon debitur
merupakan salah satu pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan
pemberian kredit. Bank sebagai pemberi kredit harus yakin bahwa calon debitur
termasuk orang yang bertingkah laku baik, dalam arti selalu memegang teguh
janjinya, selalu berusaha dan bersedia melunasi hutang-hutangnya pada waktu
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi pada saat permohonan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan :
1. Untuk Usaha Mikro :
a. menyerahkan surat permohonan Kredit Usaha Rakyat yang
ditandatangani pemohon dan istri/suami pemohon (apabila telah
menikah);
b. menyerahkan dokumen - dokumen pendukung sebagai berikut:
1) KTP dan KK;
2) Surat nikah, bila telah menikah;
3) Perizinan usaha, misalnya surat izin dari Dinas Pasar bila usahanya di pasar, surat keterangan minimal Ketua RT/RW untuk lokasi usaha di lingkungan pemukiman dan sejenisnya;
4) Legalitas tempat usaha, bila ada, misalnya bukti hak atas tanah, perjanjian sewa, atau lainnya;
5) Rincian peruntukan kredit;
6) Agunan, jika ada disyaratkan bank.
2. Untuk Usaha Kecil dan Menengah Perorangan:
a. Menyerahkan surat permohonan Kredit Usaha Rakyat yang
ditandatangani pemohon dan istri/suami pemohon (apabila telah
menikah);
b. Menyerahkan dokumen-dokumen pendukung sebagai berikut:
1) KTP dan KK;
2) Surat nikah (bila telah menikah);
3) NPWP untuk kredit di atas Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah); 4) Perijinan Usaha sesuai bidang usaha seperti SIUP, TDP, dan
sejenisnya atau sekurang-kurangnya memenuhi kriteria perijinan usaha mikro;
5) Legalitas tempat usaha, bila ada, misalnya bukti hak atas tanah, perjanjian sewa, atau lainnya;
6) Rincian peruntukkan kredit;
7) Catatan keuangan usaha, antara lain berupa kuitansi, faktur, bon, pembukuan, rekening koran, dan sejenisnya;
3. Untuk Usaha Kecil dan Menengah yang berbadan usaha dan koperasi:
a. Menyerahkan surat permohonan Kredit Usaha Rakyat yang
ditandatangani Direksi atau Ketua Badan Usaha;
b. Menyerahkan dokumen - dokumen pendukung sebagai berikut:
1) Akte pendirian perusahaan sampai dengan perubahan terakhir; 2) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3) Perijinan Usaha sesuai bidang usaha seperti SIUP, TDP, dan sejenisnya atau sekurang-sekurangnya memenuhi kriteria perijinan usaha mikro;
4) Legalitas tempat usaha, misalnya bukti hak atas tanah, IMB, perjanjian sewa, atau lainnya;
5) Laporan keuangan terakhir atau minimal catatan keuangan usaha sebagaimana persyaratan untuk Usaha Kecil dan Menengah Perorangan;
6) Rincian peruntukan kredit;
7) Agunan , jika ada disyaratkan bank.
4. Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi pada saat akad kredit :
a. Menyerahkan asli dokumen-dokumen agunan KUR apabila
dipersyaratkan dalam Surat Penegasan Persetujuan Kredit (SP2K) dari
bank;
b. Menyerahkan surat kuasa pendebetan rekening giro atau tabungan
yang bersangkutan di Bank untuk pembayaran biaya-biaya dan/atau
kewajiban KUR.
5. Persyaratan-persyaratan pencairan kredit :
a. Perjanjian KUR dan akta-akta lainnya sebagaimana dipersyaratkan
dalam Surat Penegasan Persetujuan Kredit (SP2K) telah
ditandatangani;
b. Seluruh biaya realisasi KUR yang dipersyaratkan dalam Surat
c. Terdapat permohonan pencairan KUR yang ditandatangani oleh
debitur khusus untuk badan usaha, penandatanganan mana dilakukan
oleh pihak yang berwenang sesuai ketentuan dalam Akte Pendirian
Perusahaan dan perubahannya.
B. Pengaruh Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan Kepada Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Kredit Usaha Rakyat (KUR) mempermudah akses UMKM kepada sumber
daya produktif. Akses kepada sumber daya produktif terutama kepada
permodalan, teknologi, informasi dan pasar. Dengan sumber pendanaan dari
pinjaman KUR tersebut diharapkan, UMKM dapat meningkatkan kapasitas usaha
atau mengembangkan produk-produk yang dapat bersaing dan berkualitas.
Sehingga nantinya UMKM diharapkan dapat berkembang dan tumbuh sebagai
sektor yang paling berperan penting dalam kemajuan ekonomi nasional.
Tujuan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah :42
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang,
dan berkeadilan.
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
42
3. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam
pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan,
pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Dalam konteks kebijakan KUR tanpa jaminan menjadi sangat beralasan
dengan potensi UMKM agar pemerintah secara serius memikirkan dan
memprioritaskan pengembangan UMKM. Salah satu bentuk perhatiannya adalah
dengan memberdayakan kembali PT. Askrindo untuk melaksanakan program
penjaminan bagi UMKM, khususnya usaha mikro, kecil dan menengah yang
selama ini mempunyai kendala dalam memperoleh kredit karena tidak adanya
jaminan tambahan berupa aktiva tetap.43
Pemerintah memastikan kredit usaha rakyat (KUR) tanpa jaminan yang
batas atasnya dinaikan menjadi Rp 20 juta bisa segera diakses. Saat ini sudah ada
6 bank pemerintah dan 13 bank pembangunan daerah (BPD) siap menyalurkan
KUR itu. Menteri Negara Koperasi dan UKM, Syarifuddin Hasan mengatakan 6
bank pemerintah itu adalah Mandiri, BNI, BRI, BTN, Mandiri Syariah,
Bukopin.
Program penjaminan kredit kepada UMKM oleh PT. Askrindo akhirnya
dicanangkan langsung oleh Presiden pada tanggal 5 Nopember 2007 yaitu melalui
program Kredit Usaha Rakyat (KUR) tanpa Jaminan.
44
43
Krisna Wijaya, Analisis Kebijakan Perbankan Nasional, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo,2010, hal. 178.
44
Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) menjadi proyek percontohan
pembiayaan usaha mikro dan kecil di kawasan Asia Pasifik. Sejumlah
perekonomian anggota Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) menilai
program KUR itu sukses di Indonesia dari sisi implementasi dan aplikasinya
dalam hal membiayai UMKM.
Perkembangan sektor UMKM selama ini sungguh menggembirakan.
Peningkatan peran dan kegiatan usaha sektor UMKM semakin nampak setiap
tahunnya. sektor UMKM telah menunjukkan perkembangan yang terus meningkat
dan bahkan mampu menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara
itu, kemajuan yang dicapai dalam restrukturisasi di sektor keuangan, khususnya
industri perbankan, telah pula mampu menyediakan kebutuhan pembiayaan
dengan tingkat pertumbuhan dan porsi yang lebih besar untuk UMKM.
Perkembangan inilah yang menjadi pendorong bagi peningkatan pertumbuhan dan
peran sektor UMKM dalam perekonomian nasional. Salah satu yang dapat
menjadi pendorong peran sektor UMKM adalah Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Peran program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebagai penggerak sektor usaha
mikro, kecil, dan menengah (UMKM) makin signifikan. KUR dapat Mencegah
keterbatasan pelaku usaha UMKM memasarkan produk mereka dan Memperkuat
dalam manajerial usaha UMKM sehingga menjadikan UMKM mengalami
pertumbuhan usaha yang cepat. UMKM yang dapat mengakses KUR adalah yang
bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan,
perindustrian, kehutanan. Karena itu melalui Kredit Usaha Rakyat ini bermaksud
mikro,kecil, menengah, yang sudah feasible tetapi belum bankable mendapatkan
modal usaha. Pinjaman modal usaha ini merupakan alternatif yang cocok bagi
UMKM.
Biasanya Pihak Bank agak sulit untuk memberikan kredit modal usaha bagi
kelompok ini,dengan pertimbangan-pertimbangan usaha yang belum bankable dan
UMKM dianggap memiliki resiko yang cukup tinggi bagi bank. Dengan
pemberian kredit modal usaha ini diharapkan akan meningkatkan akses
pembiayaan dan mengembangkan UMKM kepada Lembaga Keuangan Implikasi
lebih jauh kucuran kredit ini akan dapat mempercepat pengembangan Sektor Riil
dan Pemberdayaan usaha Mikro, Kecil, Menengah. Pada kenyataannya
berkembangnya Usaha Kecil, Mikro mampu menyerap tenaga kerja yang sangat
besar, harapan lebih jauh dengan modal usaha melalui KUR angka pengangguran
dan angka kemiskinan dapat dikurangi. Mempermudah penyaluran modal usaha
bagi rakyat diharapkan mampu mendorong tumbuhnya ekonomi secara signifikan.
Perkembangan Usaha mikro, kecil,dan menengah (UMKM) memiliki
potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sehingga
dengan kontribusi kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat membantu
mewujudkan keberadaan UMKM sebagai pencerminan nyata kehidupan sosial
dan ekonomi bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Semakin baik Kualitas
UMKM secara makro maka dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi angka
pengangguran secara nasional. Tetapi dengan syarat perkembangan yang
meningkat dari segi kantitas tersebut harus diimbangi dengan peningkatan kualitas
C. Hambatan-Hambatan dan Solusi dalam Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Tanpa Jaminan
Di Indonesia, bank merupakan suatu lembaga penghimpun dan penyalur
dana dari masyarakat. Sehingga dengan demikian, Bank di Indonesia memiliki
fungsi konvensional sebagai agen pembangunan (agent of development) yaitu
sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, kea rah peningkatan
taraf hidup rakyat banyak dalam rangka meningkatkan pembangunan.
Prinsip kegunaan penyaluran kredit kepada masyarakat yang kekurangan
modal adalah untuk merangsang kedua belah pihak saling menolong untuk
pencapaian kebutuhan. Bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan
kegiatan usaha pokok menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat atau
pemindahan dana masyarakat dari unit surplus kepada unit defisit atau
pemindahan uang dari penabung kepada peminjam. Penghimpunan dan
penyaluran dana masyarakat tersebut bertujuan menunjang sebagian tugas
penyelenggaraan negara.
Peraturan perundangan tentang perbankan tersebar di berbagai
Undang-undang dan peraturan perUndang-undangan. Hubungan hukum antara bank dengan
nasabahnya adalah hubungan hukum perdata, maka pertama-tama terdapat
ketentuan di berberapa bagian dari KUHPerdata khususnya yang mengatur
mengenai perjanjian. Selanjutnya, juga terdapat di dalam Undang-Undang Khusus
oleh Undang-Undang No 10 Tahun 1998. Terdapat juga ketentuan di dalam
Undang-Undang No 23 Tahun 1999 jo Undang-Undang No 3 Tahun 2004 tentang
Bank Indonesia.
Setiap perhubungan hukum tidak selamanya akan berjalan lancar tetapi ada
kalanya timbul permasalahan apapun itu bentuknya, tak terkecuali juga dengan
perjanjian kredit usaha rakyat (KUR) tanpa jaminan antara BTN Cabang Pembantu
Pusat Pasar Medan dengan debiturnya. Dalam hal pelaksanaanya sering terjadi
suatu permasalahan, disebabkan oleh salah satu pihak melanggar apa yang telah
disepakati dalam klausula perjanjian kredit.
Pelanggaran atau wanprestasi oleh salah satu pihak ataupun kedua belah
pihak adalah hal yang wajar. Kehidupan masyarakat yang semakin dinamis,
telah menghadapkan dunia perbankan pada suatu keadaan yang sulit,yaitu sebuah
keadaan dimana sering terjadi benturan-benturan atau perselisihan-perselisihan
kepentingan hukum, baik antar masyarakat itu sendiri, maupun antar individual
dalam masyarakat. Benturan-benturan kepentingan yang terjadi merupakan
upaya untuk mempertahankan dan melindungi kepentingan-kepentingannya,
hak-haknya maupun kewajiban-kewajibannya.
Beberapa hambatan yang timbul dari perjanjian Kredit Usaha Rakyat
(KUR) tanpa jaminan di BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan, yaitu:
1. Hambatan Pertama, dari segi tekhnis pelaksanaan terdapat empat masalah
yaitu Mengenai Kredit Bermasalah, Keterlambatan Proses Pencairan Dana,
Dokumentasi dan Administrasi Kredit, serta Minimnya Sumber Daya
a. Kredit Bermasalah
Disadari bahwa setiap bank pasti mengalami adanya kredit bermasalah,
menjadi hal yang aneh apabila suatu bank tidak mengalami adanya kredit
bermasalah. Membicarakan kredit bermasalah, sesungguhnya merupakan
pembicaraan tentang resiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit,
dengan demikian bank tidak mungkin terhindar dari kredit bermasalah.
Umumnya penempatan dana yang paling menguntungkan adalah dalam
bentuk kredit, namun risiko yang dihadapi oleh bank dalam penempatan dana
tersebut juga besar. Oleh karena itu, bank harus berhati-hati dalam
menempatkan dana dalam bentuk kredit karena apabila terjadi kredit bermasalah
yang akan jatuh rugi tentunya adalah pihak bank itu sendiri.
Menurut Bapak Abdullah Sinaga, oleh karena kredit usaha rakyat (KUR)
adalah kredit tanpa jaminan, apabila terjadi kredit macet maka BTN Cabang
Pembantu Pusat Pasar Medan dapat mengajukan claim kepada PT Asuransi
Kredit Indonesia (Askrindo) dan Perusahaan Sarana Pengembangan Usaha
sebagai pihak penjamin dari pemerintah untuk penjaminan sebesar 70 % dari
plafon, sedangkan 30 % nya ditutup oleh BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar
Medan.
Pembentukan sebuah perusahaan asuransi atau lembaga penjamin
simpanan telah diamanatkan dalam pasal 37B Undang-Undang No. 10 Tahun
1998. Agar suatu permodalan asuransi mencukupi, maka harus dibantu oleh
modal dari pemerintah atau dengan kata lain perusahaan asuransi tersebut
Pengajuan claim kepada perusahaan penjamin mempunyai alur yang cukup
lama dan berbelit. Prosedur pengajuan harus dilengkapi dengan syarat-syarat
tertentu, yaitu seluruh data-data debitur yang ada pada bank beserta data-data lain,
sebagai contoh diperlukannya data dari kelurahan sebagai syarat apabila
debitur lalai melakukan kewajiban pembayaran angsuran akibat meninggalnya
debitur tersebut.
Adapun upaya penyelamatan kredit dapat dilakukan bank berdasarkan Surat
Keputusan Bank Indonesia No.26/ 4/ BPPP tanggal 29 Mei 1993, dapat dengan
beberapa cara, yaitu sebagai berikut :
1) Penjadwalan Kembali (Rescheduling)
Merupakan penyelamatan kredit dengan cara melakukan perubahan
syarat-syarat yang hanya menyangkut jadwal pembayaran dan
atau jangka waktu kredit.
2) Persyaratan Kembali ( Reconditioning)
Merupakan penyelamatan kredit dengan cara melakukan perubahan
sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada
perubahan jadwal pembayaran jangka waktu dan atau persyaratan
maksimal saldo kredit.
3) Penataan kembali (Restructuring)
Yaitu penyelamatan kredit dengan cara melakukan perubahan
syarat-syarat kredit yang menyangkut : penanaman dana bank dan atau konversi
seluruh atau sebagian tunggakan pokok bunga kredit dan atau konversi
yang dapat disertai dengan penjadwalan kembali dan atau persyaratan
kembali.
Pada dasarnya dalam hal terjadi kredit bermasalah, bank selalu berusaha
untuk mencari jalan keluar yang lebih praktis, efektif dan efisien agar lebih
menghemat waktu dan biaya. Seperti halnya yang dilakukan oleh BTN Cabang
Pembantu Pusat Pasar Medan yaitu dengan melakukan beberapa tindakan-tindakan
penerobosan agar kerugian akibat kredit bermasalah dapat sedikit tercukupi.
Solusi yang dilakukan BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan apabila
ada debitur yang lalai dalam melakukan prestasinya sehingga menyebabkan
kredit bermasalah adalah melakukan penjadwalan kembali (rescheduling).
Langkah pertama yang diambil adalah dengan melakukan penagihan dengan
menemui debitur secara langsung. Setelah itu akan dibicarakan secara
kekeluargaan, apabila debitur mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan maka sesuaikebijakan yang dimiliki oleh BTN Cabang
Pembantu Pusat Pasar Medan debitur akan mendapat solusi kelonggaran
pembayaran angsuran untuk bulan-bulan tertentu dengan catatan bahwa seluruh
pinjaman utang harus dilunasi sampai batas jatuh tempo.
Menghadapi debitur yang lalai dalam melaksanakan pembayaran
adalah hal yang biasa terjadi, untuk itu seorang Account Officer cara sendiri
untuk menghadapainya, yaitu dengan pembicaraan dua pihak secara persuasif yang
bersifat kekeluargaan. Apabila keadaan debitur memang tidak memungkinkan
untuk melakukan pembayaran, maka kredit usaha rakyat tanpa jaminan dapat
Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan adalah program KUR ini ditujukan
untuk rakyat kecil sehingga memperkecil kemungkinan untuk memberatkan
mereka.45
Menurut keterangan dari Account Officer BTN Cabang Pembantu Pusat
Pasar Medan, karena KUR tanpa jaminan ini adalah program pemerintah dengan
adanya fasilitas penjaminan dalam rangka meningkatkan akses UMKM pada
sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,
untuk itu dalam kebijakan BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan, tidak
memperkenankan adanya suatu denda dan somasi apabila debitur lalai.46
Tindakan BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan, menurut Bapak
Abdullah Sinaga diambil dengan dalih untuk membantu pemerintah agar Beberapa kasus tentang kelalaian debitur sehingga menyebabkan
adanya kredit yang kurang lancar atas pemberian KUR tanpa jaminan di awal
semester pertama, membuat BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan
mempunyai kebijakan tersendiri terhadap pemberian KUR tanpa jaminan
berikutnya. Kebijakan BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan yaitu
menyertakan jaminan dalam pengajuan KUR untuk nasabah debitur berikutnya.
Kolateral atau garansi yang menjadi penekanan agenda utama penyaluran KUR
tanpa jaminan kepada UMKM-K memang sudah menjadi sesuatu yang tidak
sakral lagi. Kebijakan ini diambil sebagai upaya preventif akan adanya kredit
kurang lancar berikutnya.
45
Wawancara tanggal 27 Agustus 2010, pukul 16.30 WIB, dengan Ibu Erlis Sitorus selaku Account Officer (AO) BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan.
46
perusahaan penjamin tidak perlu mengganti 70% dari plafon kredit yang diambil,
sehingga secara tidak langsung pemerintah tidak mengalami kerugian.47
Debitur KUR tanpa jaminan di BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan
yang berhasil ditemui penulis secara langsung, Joko Supriyatno membenarkan
bahwa dalam mengajukan KUR tanpa jaminan, BTN Cabang Pembantu Pusat
Pasar Medan meminta jaminan berupa Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor
(BPKB) sepeda motor, dimana jaminan ini bersifat formalitas. Kredit Usaha
Rakyat sebesar Rp 3.000.000,-dengan jangka waktu 2 tahun yang diajukan oleh
Joko Supriyatno untuk keperluan modal kerja ini dirasa sangat membantu bagi
kelangsungan usaha counter voucher isi ulang pulsa miliknya.48
Pada bulan awal KUR tanpa jaminan ini diperkenalkan BTN Cabang
Pembantu Pusat Pasar Medan memang memberikan kredit usaha rakyat tanpa
jaminan akan tetapi beberapa debitur yang memiliki usaha berdekatan dengan
lokasi BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan ini tidak membayar karena
tidak ada jaminan yang menyertainya. Hal tersebut membuat BTN Cabang Sejak awal, Joko memang mengetahui bahwa KUR memang diperkenalkan
sebagai kredit tanpa jaminan tetapi secara sukarela Joko menyerahkan agunan
berupa BPKB sepeda motornya. Atas dasar bahwa dengan memberikan jaminan
pada bank, wiraswastawan ini mengatakan bahwa ada kepercayaan dari bank
kepadanya untuk memberikan kredit.
47
Wawancara tanggal 26 Agustus 2010, pukul 16.00 WIB, dengan Bapak Abdullah Sinaga selaku Kepala Unit BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan.
48
Pembantu Pusat Pasar Medan mulai meminta jaminan dalam pemberian Kredit
Usaha Rakyat pada calon debitur berikutnya.
Menurut penulis sendiri, timbulnya polemik penyediaan jaminan
disebabkan adanya benturan kepentingan yang berbeda antara pemerintah,
perusahaan penjaminan kredit, perbankan, dan debitur. Dari sisi pemerintah,
tentu saja penyaluran KUR sebanyak mungkin adalah indikator kunci
keberhasilan pemerintah. Dari sisi perusahan penjaminan kredit, penyaluran KUR
yang maksimum akan dapat memberikan penerimaan premi penjaminan
semakin besar, juga jumlah Non Perfroming Loan (NPL)/ klaim kredit macet
yang kecil, merupakan indikator kesuksesan program penjaminan. Bagi
perbankan, penyaluran KUR yang besar dengan NPL rendah merupakan
bisnis yang menguntungkan. Sedangkan dari sisi debitur, memperoleh kredit
dengan mudah dan (kalau perlu) tanpa jaminan adalah impian para UMKM.
Program KUR hingga kini belum dapat mempertemukan kepentingan yang
berbeda tersebut. Pemerintah telah memberikan jaminan melalui perusahaan
penjaminan 70% dengan harapan perbankan akan lebih berani menyalurkan
pinjaman. Tetapi pada kenyataannya perbankan tetap takut karena jaminan 30
% dari pinjaman tetap ditanggung oleh Bank Pelaksana. Jika tujuan
pemerintah hanya pada besarnya nilai penyaluran kredit, maka seharusnya nilai
penjaminan tidak hanya 70% namun 100%, sehingga tidak ada alasan lagi bagi
perbankan untuk menolak permintaan kredit yang diajukan oleh UMKM
walaupun tanpa adanya agunan tambahan. Jika ini yang dilakukan pemerintah
Bagi perbankan, karena tidak ada risiko maka mereka akan dengan mudah
untuk memberikan kredit tanpa adanya pertimbangan yang matang. Sedangkan
bagi debitur, karena tidak ada jaminan yang diserahkan kepada bank, maka tidak
ada risiko jika mereka tidak membayar kewajiban kepada bank. Kalau ini terjadi
maka yang akan menderita kerugian adalah perusahan penjaminan karena
mereka akan menanggung risiko claim yang tinggi.
Melihat dari sudut pandang perbankan, jaminan tambahan ini bukan
dimaksudkan untuk mempersulit proses kredit, namun semata-mata untuk
menemukan jalan keluar bagi bank agar tetap dapat membiayai UMKM.
Apabila menurut analisis, ternyata bank belum yakin dengan kema mpuan da n
keseriusan debitur untuk mengembalikan kredit, khususnya terkait dengan
karakter debitur, maka bank memerlukan semacam "komitmen" dari calon
debitur dalam bentuk jaminan tambahan. Sebaliknya, apabila bank telah yakin
bahwa debitur akan mampu dan serius dalam mengembalikan kreditnya,
maka pada umumnya bank tidak ada akan meminta jaminan tambahan. Perlu
menjadi pemahaman bahwa apabila pemberian sebuah kredit menjadi macet,
maka tanggung jawab sepenuhnya kembali kepada petugas bank, tentunya
setelah mempertimbangan berbagai prosedur dan ketentuan yang berlaku. Hal
yang cukup logis sebagai alasan apabila perbankan terpaksa meminta jaminan
tambahan dalam pemberian kredit usaha rakyat.
Apabila jaminan yang disertakan jumlahnya lebih dari 200% jumlah kredit
yang diberikan, adalah sesuatu yang patut untuk menjadi pemikiran kita bersama.
nilai kredit Rp 3.000.000,- yang jika dinilai besarnya 2 (tiga) kali lipat bahkan
lebih dari jumlah kredit yang diberikan oleh BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar
Medan. Keadaan mendesak pula yang menyebabkan Joko memberikan jaminan
tersebut walaupun ia tahu bahwa nilai jaminan yang ia berikan jumlahnya tidak
seimbang dengan jumlah kredit yang didapatkannya.
Contoh seperti diatas, sangat tidak sesuai dengan Instruksi Presiden
No.5 Tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi Tahun 2008-2009 untuk
menjamin implementasi atau percepatan pelaksanaan KUR, sebagai kelanjutan
dari Instruksi Presiden No.6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan
Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah. Instruksi Presiden No.5 Tahun 2008 mempunyai sasaran, yaitu KUR
yang tersalur dari perbankan semakin meningkat sebagai alternatif sumber
pembiayaan UMKM. Sasaran untuk meningkatkan KUR tersebut mungkin akan
mendapat kendala, dikarenakan bagi beberapa calon debitur yang tidak mempunyai
jaminan yang dapat diserahkan akan mengurungkan niatnya untuk mengajukan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) apabila pihak Bank Pelaksana tetap meminta jaminan
dalam pemberian kredit ini.
Perkembangan regulasi perbankan di Indonesia sampai saat ini masih sangat
lemah, hal ini terbukti dengan adanya peraturan yang sudah dibuat, tapi belum
mengatur secara tegas dan khusus mengenai tindakan terhadap Bank Pelaksana
yang menetapkan jaminan dalam pemberian kredit usaha rakyat ini, beserta
sanksi-sanksinya terhadap Bank Pelaksana yang tidak menerapkan dan
Adanya kebebasan untuk menetukan kebijakan dalam diri bank secara
pribadi me mbuat BTN Cabang Pemba ntu Pusat Pasar Meda n
mengklasifikasi kredit kurang lancar menurut kriteria Bank Indonesia sebagai
kredit macet. Jumlah nominal maksimal pemberian KUR yang kecil membuat
pertimbangan BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan apabila
mengklasifikaskan kredit macet sama seperti penggolongan menurut Bank
Indonesia yaitu melampaui waktu 270 hari. Ketidakseimbangan antara jumlah
yang kecil dengan pembatasan waktu yang cukup lama membuat BTN Cabang
Pembantu Pusat Pasar Medan mempunyai alasan sendiri untuk menetapkan
jangka waktu suatu kredit dikatakan macet.
Langkah yang diambil untuk mengatasi kredit macet ini adalahpengajuan
claim kepada PT Askrindo cabang Medan. Menurut keterangan dari Bapak
Abdullah Sinaga selaku kepala unit retail BTN Cabang Pembantu Pusat
Pasar Medan, pengajuan claim membutuhkan proses yang cukup lama
karena pihaknya telah mengajukan claim selama lebih dari satu bulan namun
belum ada tanggapan dari PT Askrindo cabang Medan. Pengajuan claim ini
diharapkan mampu menjadi solusi terhadap adanya kredit macet sehingga
mengurangi tingkat NPL di BTN Cabang Medan. Apabila prosentase NPL di BTN
Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan mengalami maka pemberian KUR dapat
dilanjutkan, mengingat peminat KUR yang besar.49
49
Menurut penulis, terjadinya kredit macet yang dilakukan oleh debitur yang
mayoritas menggunakan fasilitas KUR mikro sebagai modal kerja ini
dikarenakan berbagai faktor, yaitu :
1) Faktor yang datang dari nasabah debitur
a) Usaha yang dijalankan debitur mengalami kemunduran,
b) Sikap dari debitur sendiri yang kurang kooperatif,
c) Adanya prioritas lain yang mendesak menyebabkan debitur
menunggak melakukan pembayaran.
2) Faktor yang datang dari pihak kreditur
a) Kurang telitinya AO/ mantri dalam melakukan survei atau
peninjauan dan menganalisis kredit,
b) Pengawasan kredit yang kurang.
b. Complain dari Debitur mengenai Lamanya Proses Pencairan Dana
Hal tersebut dikarenakan animo masyarakat yang hendak mengajukan
KUR tanpa jaminan ini jumlahnya sangat besar, sedangkan tenaga BTN
menangani KUR Account Officernya sendiri sangat terbatas. Pada beberapa bulan
diawal diluncurkan KUR, jumlah calon debitur yang hendak mengajukan KUR ini
dalam sehari bisa mencapai angka 8-10 orang. Hal ini membuat BTN Cabang
Pembantu Pusat Pasar Medan cukup kewalahan karena tidak sebanding dengan
Account Officer yang menangani KUR sendiri adalah 1 (satu) orang. Menjadi
hal yang wajar apabilapencairan dana menjadi terlambat.50
50
Sejak diluncurkan pada tanggal 5 November 2007, posisi antara jumlah
KUR maupun jumlah debitur KUR terus menunjukkan perkembangan yang
sangat signifikan. Bahkan jumlah debitur KUR yang menikmati fasilitas di
bawah Rp. 5 Juta mencapai kurang lebih 90% dari total penyaluran KUR,
sehingga komitmen penyerapan tenaga kerja (pro job) dan penanggulangan
kemiskinan (pro poor) lebih terarah. Jika dilihat dari sektor ekonomi, maka
sektor perdagangan adalah yang paling tinggi menyerap KUR, disusul sektor
pertanian dan jasa sosial.
Hal yang diketahui masyarakat selama ini kredit usaha rakyat (KUR) yang
diperkenalkan oleh pemerintah tanpa jaminan adalah kredit yang membutuhkan
syarat sederhana dengan proses yang cepat. Tapi pada kenyataannya adalah kredit
cukup lama proses pencairannya ditambah dengan jaminan yang harus disertakan.
Sampai saat ini, BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan belum mengambil
tindakan mengatasi hal ini dengan menambah jumlah Account officer menangani
KUR. Padahal, apabila hal ini tetap berlanjut secara tidak langsung
kepercayaanmasyarakat akan berkurang karena masyarakat akan menilai realisasi
KUR jauh berbeda dengan yang pengetahuan masyarakat sendiri bahwa KUR
tanpa jaminan adalah kredit yang membutuhkan proses yang sederhana dan cepat.
c. Dokumentasi dan Administrasi Kredit
Hambatan mengenai dokumentasi dan administrasi kredit yang tidak
tersusun secara teratur dan sistematis di BTN Cabang Pembantu Pusat
Pasar Medan yang dijumpai oleh penulis, terlihat ketika penulis menanyakan
pendaftar KUR dan jumlah debitur KUR Mikro, Kecil dan Menengah yang diterima
oleh BTN Cabang Medan.
d. Minimnya kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Hambatan tentang Sumber Daya Manusia (SDM) di BTN Cabang Pembantu
Pusat Pasar Medan dapat dilihat dari segi kuantitas dan kualitas. Kuantitas SDM
yang dimiliki BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan sangatlah kurang
mengingat jumlah tenaga kerja yang menangani KUR di BTN Cabang Pembantu
Pusat Pasar Medan hanyalah 1 (satu) orang. Hal tersebut tidak sebanding dengan
jumlah peminat KUR. Kenyataan seperti ini berakibat pada keterlambatan
dalam hal proses penanganan KUR termasuk pencairan dana. Setelah
dikonfirmasi kepada kepala unit retail, BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar
Medan sendiri belum menemukan solusi riil terhadap masalah ini karena perlu
memikirkan secara matang apabila hendak menambah tenaga kerja di BTN
Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan
Dari segi kualitas SDM di BTN Cabang Pembantu Pusat Pasar Medan
kurang memadai, terlihat dari adanya kekurangan telitian Account Officer dalam
meniliti aspek character calon debitur dalam menganalisa kredit. Aspek ini
sangat penting dalam hal pertimbangan pemberian keputusan kredit. Kesalahan
dalam meneliti aspek character, secara tidak langsung merupakan indikasi
adanya kredit macet, karena nasabah debitur yang mempunyai character yang
kurang baik pada umumnya tidak kooperatif dalam melakukan kewajiban
pembayaran angsuran pinjaman. Perlunya pembinaan personel perbankan,