Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm jasm-pn00023
57
The effect of artificial and natural baits on the capture of tuna
hand line around the Molucca Sea
Pengaruh umpan buatan dan umpan alami terhadap hasil tangkapan tuna
hand line
di perairan Laut Maluku
Saeful A. Tauladani
1,2*, M. Zainul Arifin
2, and Novie Wijaya
21
Program Studi Ilmu Perairan, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi, Jln. Kampus UNSRAT Bahu, Manado 95115 2Program Studi Teknologi Penangkapan Ikan,Akademi Perikanan Bitung, Kampus APB, Bitung
*E-mail : tauladani21@gmail.com
Abstract: Tuna hand lines have been used by fishermen to catch big pelagic species. Most of the fishermen still used natural bait in their catching operation, and just a few of them who used artificial bait. Therefore, the objective of this research was to study the effect of artificial bait toward the capture of tuna hand line. The artificial bait which been used in this research was non comercial bait, made from a plastic bag with silver color. The natural bait that been used was fish meat. This research was done by descriptive method based on case study; worked on October 2012 until January 2013 in Molucca Sea; hand line with artificial bait caugth 113 fish and with natural bait 67 fish. Analysis of t-test showed that t0 = 4,55 > t0,05;5 = 2,080; which means that the use of artificial bait could affected the catch of tuna hand line©
Keywords: tuna hand line; artificial bait; natural bait; big pelagic species.
Abstrak: Pancing ulur tuna biasa digunakan oleh nelayan untuk menangkap ikan pelagis besar. Umumnya mereka masih menggunakan umpan alami; masih sedikit nelayan yang menggunakan umpan buatan dalam operasi penangkapannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penggunaan umpan buatan terhadap hasil tangkapan pancing ulur tuna. Umpan buatan yang digunakan adalah umpan non-komersial (buatan sendiri) yang terbuat dari bahan plastik berwarna perak mengkilat, sedangkan umpan alami yang digunakan adalah daging ikan. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yang didasarkan pada studi kasus yang dilaksanapan pada bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013 di perairan Laut Maluku. Pancing ulur tuna dengan umpan buatan menangkap 113 ekor dan dengan umpan alami menangkap 67 ekor. Uji-t
menunjukan bahwa t0 = 4,55 > t0,05;5 = 2,080 yang berarti bahwa penggunaan umpan buatan berpengaruh terhadap hasil tangkapan pancing ulur tuna©
Kata-kata kunci: pancing ulur tuna; umpan buatan; umpan alami; ikan pelagis besar.
PENDAHULUAN
Ikan pelagis besar yang terdapat di perairan Indonesia terdiri dari 11 jenis, yang dikelompokan atas: tuna, cakalang, tongkol, setuhuk (marlin), ikan pedang, tenggiri dan cucut (Uktolseja et al., 1998
dalam Labaro, I. et al., 2008); di mana potensi lestarinya sebesar 976,832 ton/tahun dan produksi pada tahun 1997 sebesar 364.182 ton atau (37,3%). Salah satu alat tangkap yang umum digunakan oleh nelayan di Sulawesi Utara untuk mengeksplotasi sumberdaya tersebut adalah pancing ulur tuna (tuna hand line).
Sasaran utama pancing ulur tuna adalah ikan madidihang (yellowfin tuna) yang berasosiasi dengan rumpon pada kedalaman 50-200 m. Kapal yang digunakan dalam perikanan ini biasanya
perahu katir tipe pelang atau pump boat (outrigger canoes) berkapasitas 5 GT dengan mesin tempel (outboard engine) 25-40 GT (Labaro et al., 2008).
Walaupun konstruksi pancing ulur telah berkembang sejak tetapi alat ini sebenarnya masih memiliki potensi untuk dikembangkan, terutama dalam aspek peningkatan efisiensi penangkapan dan selektivitasnya; sebagai upaya untuk memenuhi kriteria ramah lingkungan dan berkelanjutan. Keberhasilannya sebagai alat tangkap yang berumpan adalah didasarkan pada aktivitas kehidupan hewan yang paling fundamental, yaitu mencari dan menangkap makanan (Lokkeborg, 1994 dalam Labaro et al., 2008).
58
terbatas (Guthrie and Muntz, 1993), rangsangan visual terhadap kehadiran umpan hanya berperan ketika ikan telah berada dekat dengan alat tangkap berumpan.
Di beberapa daerah di Indonesia, penggunaan umpan buatan pada alat pancing ulur tuna telah dilakukan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa umpan buatan terbukti memiliki kemampuan untuk memikat spesies target pancing ulur tuna. Umpan buatan yang dipergunakan umumnya bersifat non- komersial (buatan sendiri). Salah satunya adalah umpan yang terbuat dari bahan kantong plastik berwarna mengkilat. Hal ini bisa menjadi suatu alternatif dalam pengembangan pengoperasian alat tangkap pancing ulur tuna yang selama ini sangat bergantung pada ketersediaan umpan alami. Dari sudut pandang konservasi penggunaan umpan buatan bersama dengan umpan alami dapat mengurangi penggunaan ikan sebagai umpan.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, penulis mencoba mengkaji pemakaian umpan buatan pada pancing ulur tuna yang biasa dioperasikan nelayan Sulawesi Utara di daerah Perairan Laut Maluku melalui suatu penelitian. Tujuan penelitian ini, yaitu: (1) mempelajari pengaruh penggunaan umpan buatan dibandingkan dengan umpan alami terhadap hasil tangkapan pancing ulur tuna; (2) mengidentifikasi jenis-jenis ikan yang tertangkap.
Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa buah rumpon milik PT Nutrindo di perairan Laut Maluku selama bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013. Kapal yang digunakan dalam penelitian adalah KM Nutrindo PM 11 yang merupakan salah satu kapal milik PT Nutrindo.
MATERIAL DAN METODE
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian, antara lain, sebagai berikut:
Pancing ulur tuna 6 unit; tali utama (damyl) No. 150, panjang 400 m; tali pengantar (leader line) No. 130, panjang 30 m; mata pancing stainless steel SST No. 6.
Umpan alami: sayatan daging ikan tongkol, cakalang, dan tuna kecil.
Umpan buatan: terbuat dari plastik mengkilat (bekas pembungkus permen dan susu).
Pemberat: batu kali (3-4 kg) untuk menengge-lamkan mata kail dan umpan.
Pisau, ganco, dan alat pemukul ikan. Kapal pengangkut KM Nutrindo PM 11. Bahan bakar solar dan olie.
Es balok untuk pengawet hasil tangkapan. Timbangan, kamera, dan alat tulis-menulis.
Penelitian ini didasarkan pada studi kasus yang bersifat deskriptif (Nasir, 1985). Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengoperasikan 6 unit alat tangkap pancing ulur tuna secara bersamaan oleh masing-masing 3 orang pemancing per jenis umpan selama 22 hari operasi.
Terlebih dahulu ikan umpan alami disiapkan. Ikan umpan disayat tipis dan salah satu sayatan dikaitkan pada mata pancing. Beberapa sayatan ditambahkan dan diikat pada sebuah batu; Tali pancing ditarik dengan hati-hati sampai ikan mendekati perahu, dan memukul pangkal kepala ikan sebelum dinaikkan dengan ganco ke atas perahu. Ikan hasil tangkapan diukur, ditimbang dan dicatat berdasarkan perlakuan dan jenisnya. Demikian halnya dengan penggunaan umpan buatan, tahapan-tahapan tersebut dilakukan.
Perbedaannya adalah pada penggunaan dan
pemasangan umpan. Umpan buatan yang digunakan terbuat dari bahan plastik berwarna perak mengkilat yang telah dibentuk menyerupai tubuh ikan kecil. Umpan tersebut dikaitkan pada mata pancing.
Analisis Data
Untuk menarik kesimpulan, dirumuskan hipotesis, sebagai berikut :
H0: Penggunaan umpan buatan pada pancing ulur
tuna tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan dengan menggunakan umpan alami;
H1: Penggunaan umpan buatan pada pancing ulur
tuna berpengaruh terhadap hasil tangkapan dengan menggunakan umpan alami.
Pengambilan keputusan di lakukan dengan cara, sebagai berikut:
H0 diterima (H1 ditolak) apabila T0
Tt; H1 diterima (H0 ditolak) apabila T0 > Tt;Nilai T0 dihitung dengan menggunakan
59
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil tangkapan
Hasil tangkapan selama penelitian berjumlah 180 ekor; terdiri dari 113 ekor tertangkap dengan pancing berumpan buatan dan 67 ekor tertangkap dengan pancing yang menggunakan umpan alami (Tabel 1).
Jenis-jenis ikan yang tertangkap selama penelitian terdiri dari 8 jenis, yaitu madidihang, albakora, cakalang, tongkol, tenggiri, lemadang, sunglir, dan barakuda; sebarannya pada tiap hari operasi disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3 untuk sebaran berdasarkan perlakuan.
Kisaran berat hasil tangkapan penting untuk diketahui karena berkaitan dengan harga jual ikan. Saat ini, perusahan-perusahan perikanan di Bitung mengklasifikasikan berat hasil tangkapan tuna ke dalam 6 kelas dengan harga patokan tertentu seperti disajikan dalam Tabel 4.
Untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan sebelumnya, maka uji-t menggunakan Analisis Komparatif Dua Sampel Berkorelasi telah dikerjakan. Hasil analisis menunjukan bahwa T0 =
4,55 > T0,05;21 = 2,080; sehingga menolak H0 dan
menerima H1, di mana hal ini menjelaskan bahwa
penggunaan umpan buatan pada pancing ulur tuna berpengaruh terhadap hasil tangkapan dengan mengunakan umpan alami.
Ikan madidihang mendominasi hasil
tangkapan (43,33 %) kemudian diikuti sunglir (19,44 %), lemadang (13,89 %), cakalang (10,56 %), tongkol (10 %), albakora (1,11 %), tenggiri (1,11 %), dan barakuda (0,56 %). Hasil ini masih senada dengan Kedel and Ayodhyoa (1967) dalam
Gunarso (1985) bahwa tuna yang tertangkap di Laut Sulawesi dan Laut Banda adalah madidihang 60-80%, mata besar sekitar 10 %, dan albakora 0-10 %.
Hasil tangkapan berdasaran kelas ukuran berat untuk ikan jenis tuna (khusus madidihang dan albakora) didominasi oleh ukuran <10 kg/ekor (93,98 %), diikuti oleh ukuran 10-14,9 kg/ekor (4,82 %); sedangkan ukuran 15-19,9 kg hanya 1,20 %. Banyaknya ukuran ikan kecil yang tertangkap (dengan harga relatif rendah) mungkin disebabkan karena kedalaman pancing tidak cukup untuk mencapai swiming layer ikan target yang lebih besar atau mungkin populasi ikan ukuran besar sudah berkurang. Jika semua kapal pancing ulur tuna, dominan hanya menangkap ikan ukuran kecil secara berlanjut (walaupun masih memiliki nilai pasar) maka hal ini dapat mengancam kelestarian sumberdaya perikanan tuna.
Berdasarkan perbandingan jumlah hasil tangkapan antara umpan buatan yang terbuat dari kantong plastik mengkilat dengan umpan alami, terlihat bahwa umpan buatan lebih banyak menangkap ikan selama penelitian. Mayoritas ikan yang tertangkap oleh umpan buatan tersebut adalah ikan tuna sirip kuning atau madidihang. Hal ini diperkirakan terkait dengan visibility atau kemampuan penglihatan dari ikan jenis tersebut
Fritsches (2002a) menyatakan bahwa tuna adalah salah satu jenis ikan yang memiliki super vision atau kemampuan melihat yang lebih baik dibandingkan dengan jenis ikan yang lain. Ditemukan bahwa ikan-ikan predator laut dalam, seperti tuna, layaran, dan hiu, mampu menjaga kehangatan suhu mata dan otak mereka sehingga memiliki penglihatan yang sangat baik pada saat berburu mangsa. Dengan menjaga mata mereka tetap hangat di dalam perairan yang bersuhu rendah, ikan-ikan predator tersebut dapat melihat 10 kali lebih baik dibanding ikan mangsanya.
Umpan buatan yang terbuat dari bahan kantong plastik mengkilat memiliki kemampuan untuk memantulkan cahaya yang bisa ditangkap oleh mata tuna. Fritsches (2002b) menyatakan
Tabel 1. Jumlah hasil tangkapan (ekor) pancing ulur tuna berdasarkan perlakuan
60
bahwa ikan jenis layaran dan tuna memiliki sensitivitas terhadap cahaya. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa selama penelitian pengoperasian
alat tangkap dilaksanakan pada siang hari sehingga senantiasa tersedia sumber cahaya yang dapat dipantulkan oleh umpan buatan tersebut. Diduga
ikan-ikan target tertarik dengan kilauan cahaya yang
dipantulkan oleh umpan buatan. Sangat
memungkinkan pula ikan target mengira bahwa kilauan pantulan cahaya dari umpan tersebut berasal dari bagian tubuh ikan mangsanya yang rata-rata berwarna keperakan.
Tabel 2. Jenis-jenis ikan yang tertangkap pada tiap hari operasi penangkapan
Hari
Tabel 3. Jenis dan jumlah ekor hasil tangkapan berdasarkan perlakuan
Jenis hasil tangkapan Umpan Buatan
Tabel 4. Kisaran berat, jumlah ekor dan harga satuan hasil tangkapan pancing ulur tuna yang menggunakan umpan buatan dan umpan alami
61
KESIMPULAN
Penggunaan umpan buatan pada pancing ulur tuna berpengaruh terhadap hasil tangkapan dengan mengunakan umpan alami.
Jumlah hasil tangkapan dengan umpan yang menggunakan umpan buatan sebanyak 113 ekor dan dengan umpan alami 67 ekor. Ikan
madidihang (43,33%) mendominasi hasil
tangkapan, diikuti oleh sunglir (19,44 %), lemadang (13,89 %), cakalang (10,56 %), tongkol (10 %), albakora (1,11 %), tenggiri (1,11 %), dan barakuda (0,56 %);
Umpan buatan yang terbuat dari plastik berwarna perak mengkilat terbukti efektif menangkap ikan dengan alat pancing ulur tuna dari segi jumlah akan tetapi dari segi ukuran ikan yang tertangkap masih relatif kecil.
Ucapan terima kasih. Disampaikan terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada Bpk. Taufik Aspuji selaku Kapten KM Nutrindo PM 11 dan seluruh awaknya yang telah berperan membantu pelaksanaan kegiatan penelitian ini, Direktur Akademi Perikanan Bitung yang telah memfasilitasi pendanaan kegiatan penelitian ini, Dr. J. Budiman, MS, M.Sc, dan Dr. E. Reppie, M.Sc. yang telah banyak memberikan masukan dalam pengerjaan penelitian ini.
REFERENSI
ATEMA, J. (1980) Chemical senses, chemical signals and feeding behaviour in fishes. In: ICLARM conf. Proc., Fish behaviour and its use in the capture and culture of fishes. Manila: ICLARM, pp. 57-101.
Ferno A., Solemdal, P. and Tilseth S. (1986) Field studies on the behaviour of whiting (Gadus merlangus) toward baited hooks. Fis Dir. Ser. Hav. Unders, 18, pp. 83-95.
FRITSCHES, K. (2002a) “What do billfish See”.
Blue Water. Science Journal, pp.104-106. FRITSCHES, K. (2002b) Vision in billfish project.
Research Progress Report. Australia:
University of Queensland.
GUNARSO W. (1985) Suatu pengantar tentang
tingkah laku ikan terutama dalam
hubungannya dengan alat, metode dan taktik penangkapan. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.
GUTHRIE, D.M. and MUNTZ, W.R.A. (1993) Role of vision in fish behaviour. In: Pitcher T.J. (ed.) Behaviour of teleost fishes. London: Chapman and Hall, pp. 89-128.
HASAN, I. ( 2004) Analisis data penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
LABARO, I., et al. (2008) Pengaruh larutan minyak cumi (Chisabu) terhadap hasil tangkapan pancing ulur tuna di perairan sekitar Pulau Batang Dua. Prosiding Konferensi Nasional VI, Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, pp.782-790.
ADITYARINI, S. et al. (2012) Pengaruh perbedaan konstruksi mata pancing dan jenis umpan pada pancing ulur terhadap hasil tangkapan di
kawasan zona pemanfaatan perikanan
tradisional Taman Nasional Karimunjawa.
Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 1(1), pp. 97-107.
NASIR, M. (1985) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
SUJANA, N. (2001) Tuntunan penyusunan karya ilmiah: makalah, skripsi, tesis, disertasi. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
VENEMA, S.C. (1997) Report on Indonesia/FAO/ DANIDA. Workshop on the assessment of the potential of the marine fishery resources of Indonesia. Rome: FAO.