• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kajian Terdahulu - Persepsi Masyarakat terhadap Strategi Public Relation dan Citra Perusahaan (Studitentang Pengaruh Persepsi Masyarakat Deli Serdang terhadap Strategi Public Relations dan Citra Perusahaan Angkasa Pura II Perser

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kajian Terdahulu - Persepsi Masyarakat terhadap Strategi Public Relation dan Citra Perusahaan (Studitentang Pengaruh Persepsi Masyarakat Deli Serdang terhadap Strategi Public Relations dan Citra Perusahaan Angkasa Pura II Perser"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kajian Terdahulu

Penelitian mengenai persepsi masyarakat, strategi public relationsdan citra telah banyak dilakukan. Untuk melakukan penelitian dan analisa mendasar terhadap persepsi masyarakat dan strategi public relations dalam membangun citra Perusahaan ANGKASA PURA II Persero kantor cabang Bandara Kuala Namu, maka penulis melihat beberapa hasil penelitian yang mendukung terhadap penelitian ini.

Beberapa hasil penelitian yang menjadi rujukan bagi peneliti adalah : 1. Survei Persepsi Masyarakat Terhadap Integritas Pemilu 2013

Oleh :Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK (2013)

Survei Persepsi Masyarakat terhadap Integritas Pemilu (SPM Integritas Pemilu) tahun 2013 berusaha untuk memperlihatkan gambaran persepsi, tingkat pemahaman, sikap dan kecenderungan perilaku masyarakat terhadap integritas para peserta pemilu, termasuk agenda pemberantasan korupsi. Survei ini diharapkan juga dapat menjadi alat ukur tingkat pemahaman dan ekspektasi masyarakat mengenai pemilu yang berintegritas dan membantu kinerja KPK dalam upaya mewujudkan sistem politik yang berintegritas sebagai salah satu poin penting strategi pemberantasan korupsi di Indonesia.

(2)

langsung (tatap muka) dengan responden. Alat bantu yang digunakan dalam wawancara langsung ini adalah kuesioner terstruktur.

Dikutip lebih lanjut, dari hasil survei tersebut bahwa penentuan sebaran responden di 10 kota didasarkan pada rasio antara jumlah penduduk, kepadatan penduduk, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dengan bobot 30 : 30 : 20 : 20. Kota DKI Jakarta mendapat porsi responden paling besar yaitu sebanyak 300 orang dan kota Ambon yang terkecil sebanyak 45 orang. Jumlah responden dalam SPM Integritas Pemilu tahun 2013 secara keseluruhan adalah 1220 orang (melebihi target awal sebanyak 1200 responden), terdiri dari 44.67% pria (545 orang) dan 55.33% wanita (675 orang).

Terdapat beberapa poin penting yang dapat ditindaklanjuti oleh KPK berdasarkan hasil survei ini, diantaranya :

a. Melakukan sosialisasi terhadap kata Integritas dengan menggunakan istilah yang lebih membumi dan dikenal oleh masyarakat

b. Masyarakat sudah sepakat untuk memilih yang pemimpin yang berintegritas namun tidak memiliki informasi memadai tentang figure calon yang akan dipilih. Untuk itu KPK bisa bekerjasama dengan stakeholder lainnya untuk menampilkan figure dari calon pemimpin yang sebenarnya.

c. Menyusun program intervensi yang strategis ke masyarakat yang bertujuan mensosialisasikan nilai-nilai integritas dalam menyambut Pemilu 2014. 2. Analisis Persepsi Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan Publik

Pada Bagian Administrasi Kemasyarakatan Dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Simalungun

Oleh : Riwan Novandy (2009)

(3)

dan mekanisme kerja pelayanan yang berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, kurang akomodatif, kurang konsisten, terbatasnya fasilitas, sarana dan prasarana pelayanan, sehingga tidak menjamin kepastian (hukum, waktu, dan biaya) serta masih banyak dijumpai praktek pungutan liar serta tindakan-tindakan yang berindikasi penyimpangan dan KKN. Persepsi masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik pada Bagian Administrasi Kemasyarakatan dan Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Kabupaten Simalungun masih belum diketahui, apakah menyerupai seperti pengaduan masyarakat tersebut? Oleh karena itu perlu adanya kajian untuk menganalisis bagaimana persepsi masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanannya.

Penelitian ini dilakukan di Bagian Administrasi Kemasyarakatan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Simalungun, dengan tujuan menganalisis persepsi masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan publik dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan publik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif, dengan teknik survei yaitu penyebaran kuesioner kepada 52 orang responden pengguna pelayanan pada kantor Bagian Administrasi Kemasyarakatan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Simalungun.

(4)

aspek kejelasan (adanya transparansi biaya yang dikeluarkan), aspek akurasi (urusan sesuai dengan yang dikehendaki), aspek keamanan (bukti tanda terima diberikan), dan aspek kemudahan akses (jarak lokasi kantor dengan tempat tinggal dan ketersediaan angkutan umum menuju lokasi kantor). Peningkatan penyelenggaraan pelayanan publik pada Bagian Administrasi Kemasyarakatan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Simalungun dapat dilakukan dengan prioritas perlu adanya kejelasan prosedur pelayanan publik, adanya transparansi biaya, adanya kepastian waktu penyelesaiaan urusan, penyelesaiaan urusan sesuai dengan yang dikehendaki, adanya bukti tanda terima yang diberikan, kejelasan dalam persyaratan teknis dan administratif, perlu adanya kemudahan akses, serta adanya UU mengenai penyelenggaraan pelayanan publik sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan dikarenakan ada standar minimalnya.

3. Persepsi Masyarakat Desa Beraban TentangProgram Siaran

Pariwisata Budaya Di Bali TVSebagai Media Informasi Dan Promosi Oleh : Ni Gusti Ayu Dewi Paramita Arisandi (2011)

(5)

sebagai suatu media yang bisa menjadi sumber informasi dan media promosi bagi pariwisata dan budaya di Bali.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Bali TV mempunyai program acara terstruktur mengenai pariwisata dan budaya dan seberapa sering tayangan tersebut ditayangkan, disamping itu penelitian ini bertujuan untuk menjaring persepsi masyarakat mengenai bagaimana tanggapan masyarakat di desa Beraban tentang program tayangan pariwisata budaya di Bali TV sebagai media promosi dan informasi pariwisata dan budaya.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Beraban dan masyarakat Beraban di gunakansebagai tempat untuk menjaring data pada penelitian ini, para responden kemudian diklasifikasikan sesuai dengan jenis pekerjaan mereka, supaya penjaringan data dapat dilakukan dengan lebih mudah, penelitian ini menggunakan metode observasi, dan wawancara.

(6)

4. Hubungan Antara Persepsi Remaja Putri Terhadap Citra Perempuan Cantik Dalam Iklan Kosmetik Di Televisi Dengan Penggunaan

Produk Kosmetik Oleh Remaja Putri (Kasus: SMUN 1 Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Oleh :Dewi Primianty (2008)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh maraknya tayangan iklan di televisi sebagai salah satu bentuk promosi yang dilakukan olah para produsen dalam rangka memperkenalkan dan mempertahankan merek atas produk-produk yang mereka keluarkan khususnya produk kosmetik kepada masyarakat. Salah satu bentuk iklan yang seringkali ditemui di televisi adalah iklan produk kosmetik yang banyak menampilkan model perempuan sebagai representasi produk mereka.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara karakteristikremaja putri dengan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklankosmetik di televisi, mengetahui hubungan antara pola menonton remaja putri denganpersepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetik di televisi,dan mengetahui hubungan antara persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantikdalam iklan kosmetik di televisi dengan penggunaan produk kosmetik oleh remaja putri.

(7)

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN) 1 Bogoryang terletak di Jalan Ir. H. Juanda nomor 16 Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan padabulan Juni sampai dengan bulan Agustus 2008. Penelitian ini menggunakan metodesurvei dengan pendekatan kuantitatif melalui pengisian kuesioner, dan didukung olehdata kualitatif melalui wawancara. Penarikan responden dilakukan dengan TeknikPurposive Sampling atau yang disebut juga dengan Judgemental Sampling, dimanaresponden diambil berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti.Kriteria responden yang ditetapkan oleh peneliti adalah responden yang berjenis kelaminperempuan dan merupakan siswi SMUN 1 Bogor tahun ajaran 2008/2009. Jumlahresponden yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 orang perempuan, yaitusiswi-siswi SMUN 1 Bogor kelas dua dan kelas tiga. Untuk pengambilan data denganwawancara, akan dipilih dari responden utama yang terdiri dari 10 orang perempuan.Data primer diperoleh melalui jawaban dari kuesioner yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaanyang berkaitan dengan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan dalamiklan di televisi dan penggunaan kosmetik oleh remaja putri, sementara data sekunderdiperoleh melalui literatur-literatur yang digunakan sebagai bahan rujukan dalampenelitian ini. Data yang diperoleh dari kuesioner diolah dengan menggunakan programSPSS 13 dengan uji statistik Spearman. Data yang diperoleh dari hasil wawancaradijabarkan secara deskriptif untuk melengkapi data statistik.

(8)

kosmetik di televisi.Karakteristik eksternal remaja putri seperti penghasilan orang tua memiliki hubungannyata dengan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklan kosmetikdi televisi. Karakteristik eksternal remaja putri, seperti significant others, tidak memilikihubungan nyata dengan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalamiklan kosmetik di televisi. Pola menonton remaja putri, seperti lamanya menonton tidakmemiliki hubungan nyata dengan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantikdalam iklan kosmetik di televisi. Pola menonton remaja putri seperti frekuensi menontonmemiliki hubungan nyata dengan persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantikdalam iklan kosmetik. Persepsi remaja putri terhadap citra perempuan cantik dalam iklankosmetik ternyata memiliki hubungan dengan penggunaan produk kosmetik oleh remajaputri.

5. Peran dan Strategi Public Relation dalam Membangun Citra (Studi Deskriptif pada PT. Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Adisucipto)

Oleh :Kirana Ambarwati (2009)

Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan bentuk peran dan strategi yang digunakan oleh public relationsPT. (PERSERO) Angkasa Pura 1 cabang Bandara Internasional Adisutjipto dalam membanguncitra bandara. Dipilihnya Yogyakrta khususnya Bandara Internasional Adisutjipto karena Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata yang setiap harinya selalu didatangiwisatawan mancanegaradan domestik.

(9)

pihak-pihakyang berkepentingan didalamnya (top manajemendan shareholders). Sedangkan objek penelitian adalah peran dan strategi divisi ini dalam membangun citra Bandara Internasional Adisutjipto. Informan penelitian dipilih secara purposive.Data dikumpulkan melalui studi pustaka, dokumentasi, observasi nonpartisipan (observasi tidak berperan serta), dan wawancara mendalam (indepth interview) dengan tipe open-ended. Metode analisis data mengunakan analisisdominan penjodohan pola (pattern matching). Pengecekan keakuratan data menggunakan teknik triangulasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa public relationsPT.(PERSERO) Angkasa Pura 1 cabang Bandara Internasional Adisutjipto menjalankan keempat kategori peran sesuai konsep Dozier & Broom, yakni sebagai penasehat ahli (expert prescriber),fasilitator komunikasi (communications facilitator), fasilitator proses pemecahan masalah (problem solving process facilitator), dan teknisi komunikasi (communications technician).Sedangkan strategi yang dijalankan dalam membangun citra adalah dengan Take Off Strategy yang langkah dan implementasinya sesuai dengan model implementasi strategi yang dirumuskan oleh Samuel C. Certo & J. Paul Peter.

6. Upaya Humas dan Protokol terhadap Pencitraan Pemda Depok melalui Program Santunan Kematian bagi Masyarakat Depok

Oleh : Nilam Resty Triyanti (2011)

(10)

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih mendalam Upaya Pencitraan terhadap Pemda Depok yang dilakukan oleh Humas dan Protokol Melalui Program Santunan Kematian Bagi Masyarakat Depok.

Teori yang digunakan antara lain komunikasi, humas, pelayanan, upaya dan citra. Jenis Penelitianini adalah kualitatif bersifat deskriptif, dimana data yang dikumpulkan tidak berbentuk angka, tetapi dalam bentuk kata, kalimat, pernyataan, dan konsep. Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara terperinci dan relatif akurat mengenai topik yang diangkat dalampenulisan ini. Hasil Penelitianyaitu Humas dan Protokol mengimplementasikan upaya yang dilakukan untuk membentuk citra Pemda Depok dalam Program Santunan Kematian adalah dengan melakukan langkah-langkah Humas yaitu Pengumpulan Fakta, Pendefinisian Masalah, Perencanaan dan Program, Aksi dan Komunikasi, Evaluasi Program.

Fokus penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Fokus pada penelitian iniyaitupersepsi masyarakat terhadap strategi Public Relationsdan citra Perusahaan ANGKASA PURA IIPersero kantor cabang Bandara KNIA, Sumatera Utara.

2.2 Kajian Teori 2.2.1 Komunikasi

(11)

penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek terterntu.

Harrold Lasswell (Pakar Ilmu Komunikasi) menyatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagi berikut “Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect” (komunikasi

adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu). Carl L Hovland menyatakan: “Communication is the process to modify the behavior of other individuals”

(komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain).

Dari pengertian para pakar dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan atau amanat melalui media yang menimbulkan efek tertentu.Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses pemyampaian pikiran/perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Di dalam proses komunikasi ada tiga unsur yang sangat berperan aktif. Pertama, komunikator yang berdiri dan memainkan model/media komunikasi verbal maupun non-verbal. Kedua, komunikan(pribadi atau kelompok) adalah pihak yang menerima hubungann dari komunikator. Ketiga, pesan yaitu unsur terpenting dan inti dalam interaksi antara komunikator dengan kominikan. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi pesan disampaikan sedemikian rupa, kadangkala dengan menciptakan stimulan (rangsangan) sehingga komunikan merasakan respect terhadap pesan.

(12)

perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna yang secara langsung mampu “menerjemahkan”

pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. (2) Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Surat kabar, telepon, majalah, televisi, film adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.

Menurut Effendy (2007 : 31) fungsi komunikasi dibagi menjadi empat yaitu: menyampaikan (to inform), menghibur (to entertain), mempengaruhi (to influence) dan mendidik (to educate).

2.2.2 Persepsi

Persepsi, adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian –balik (decoding) dalam proses komunikasi (Mulyana, 2007: 167). Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat tidak mungkin terjadi komunikasi yang efektif.Beberapa ahli memiliki defenisi mengenai persepsi, dan Penulis terlebih dahulu ingin menjelaskan defenisi persepsi menurut Branca, Woodworth dan Marquis, persepsi dapat didefenisikan sebagai :

(13)

Menurut Scheerer menyatakan bahwa persepsi adalah representasi fenomenal tentang objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan proksimal (dalam Sarwono, 2006:88).

Pendapat lain mengatakan persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yangdiperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (dalam Rakhmat, 2005). Leavitt(1978) menyatakan pengertian persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Hal tersebut juga berarti bahwa setiap orang menggunakan kacamata sendiri-sendiri dalam memandang dunianya.

Dari beberapa pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang tidak mungkin dihilangkan, amat erat dan penting sekali dalam proses terjadinya komunikasi. Proses itu dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Semua yang diamati oleh individu dapat berupa objek disekitarnya ataupun terhadap fenomena-fenomena sehari-hari disebut sebagai persepsi.

Sejumlah faktor berperan dalam membentuk dan kadang memutar balik persepsi. Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi menurut Robbins (2006:170) yaitu:

1. Pelaku Persepsi

(14)

a. Sikap

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk berinteraksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek. Sikap yang ada pada seseorang akan memberikan warna atau corak pada perilaku atau perbuatan yang bersangkutan.

b. Motif (kebutuhan)

Motif adalah perangsang keinginan dan daya gerak kemauan seseorang. Motif atau kebutuhan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi.

c. Kepentingan (minat)

Pengertian minat adalah perhatian atau kesukaan pada suatu objek. Kepentingan individual satu dengan individu lain berbeda, apa yang dicatat satu orang dalam suatu situasi dapat berbeda dengan apa yang dipersepsikan oleh orang lain.

d. Pengalaman masa lalu

Pengalaman merupakan peristiwa yang dialami seseorang dan ingin membuktikan sendiri secara langsung dalam rangka membentuk pendapatnya sendiri. Hal ini berarti pengalaman yang dialami sendiri oleh seseorang lebih kuat dan sulit dilupakan dibandingkan dengan melihat pengalaman orang lain.

e. Pengharapan (expectations)

Pengharapan berarti keinginan akan sesuatu agar terjadi. Harapan merupakan perhatian seseorang terhadap stimulus atau objek mengenai hal yang disukai dan diharapkan. Harapan dapat tergantung kepada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing. Pengharapan dapat menyimpangkan persepsi dalam melihat apa yang dilihatnya. 2. Target

Karakteristik dari target yang akan diamati akan mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Karakteristik-karakteristik tersebut adalah :

a. Hal baru

Seorang individu biasanya lebih tertarik untuk mempersepsikan hal baru dibandingkan hal yang lama. Rangsangan dari hal baru akan menimbulkan keinginan untuk dapat menerima rangsangan tersebut.

b. Latar belakang

Suatu latar belakang yang dimiliki objek dapat mempengaruhi persepsi yang terbentuk.

c. Kedekatan

Objek-objek yang berdekatan satu sama lain akan cenderung dipersepsikan bersama-sama, bukan secara terpisah. Kedekatan akan mempengaruhi persepsi yang terbentuk pada individu-individu.

3. Situasi

(15)

Suatu objek atau peristiwa yang dilihat dalam waktu yang bersamaan dapat mempengaruhi perhatian. Waktu yang diberikan terhadap apa yang dipersepsikan dapat mempengaruhi persepsi yang terbentuk.

b. Keadaan lingkungan

Lingkungan yang kondusif akan mempengaruhi terhadap persepsi. Karena berhubungan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu kelompok, organisasi, atau masyarakat.

c. Keadaan sosial

Dimana suatu objek atau peristiwa yang sama dengan situasi sosial yang berbeda dapat menghasilkan persepsi yang berbeda. Keadaan sosial setiap individu dengan individu lain dapat mempengaruhi persepsi yang terbentuk terhadap rangsangan.

Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. DavidKrech dan Richard S. Cruthfield (dalam Rakhmat 2005) menyebutnya faktor fungsional dan faktor struktural. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Faktor Fungsional: Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor-faktor personal. Persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut.

b. Faktor Struktural: Faktor struktural berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yangditimbulkannya pada sistem saraf individu.

Selain faktor kebutuhan di atas, Leavitt (1978) juga menyatakan bahwa cara individumelihat dunia adalah berasal dari kelompoknya serta keanggotaannya dalam masyarakat.Artinya, terdapat pengaruh lingkungan terhadap cara individu melihat dunia yang dapatdikatakan sebagai tekanan-tekanan sosial.

(16)

bahwa seseorang tidak akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan di atasnya apabila kebutuhan pada jenjang di bawahnya telahterpenuhi/terpuaskan (dalam Mugniesyah, 2006). Adapun penjelasan hierarki tersebut sebagaimanayang diungkapkan oleh Mugniesyah (2006), antara lain:

a. Kebutuhan Fisiologis, mencakup kebutuhan dasar atau primer manusia, seperti udara, sandang, pangan, papan, dan seks.

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu apabila semua kebutuhan dasar telah terpenuhi, maka individumemiliki keinginan untuk memenuhi semua kebutuhannya yang berkaitan dengan keamanandan keselamatan.

c. Kebutuhan sosial, mencakup kebutuhan akan hubungan sosial (kasih sayang, persahabatan, penerimaan, dan perhatian) termasuk memberi dan menerima rasa cinta, rasa memiliki, rasadibutuhkan.

d. Kebutuhan harga diri, kebutuhan yang berfokus pada ego, status, harga diri, dikenal, percayadiri, dan prestise (gengsi). Selain itu juga mencakup perasaan dapat menyelesaikan sesuatu(feeling of achievement).

e. Kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan potensi dirisepenuhnya dengan mengembangkan diri dan berprestasi sebaik mungkin dengan potensi dirisepenuhnya.

2.2.3Public Relations

Public Relations didefenisikan sebagai fungsi dari manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organiasi tersebut (Cutlip, 2006:6).

(17)

lainnya saling berbeda pendapat. Kedua perbedaan batasan pengertian Public Relations diakibatkan adanya latarbelakang yang berbeda, misalnya defenisi yang dikemukakan oleh kalangan akademis akan lain bunyinya dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi Public Relations. Ketiga kegiatan Public Relations itu sendiri bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika masyarakat, serta mengikuti kemajuan zaman, khususnya memasuki era globalisai saat ini (dalam Margaretha, 2012:24).

Seitel mengungkapkan definisi yang lebih singkat mengenai humas, yaitu: “Public relations is a planned process to influence public opinion, through sound

character and proper performance, based on mutually satisfactory two-way communication” Fraser F. Seitel mencoba menguraikan bahwa pekerjaan humas

merupakan sebuah proses terencana untuk mempengaruhi opini publik melalui karakter dan performa yang layak, berdasarkan komunikasi dua arah yang saling menguntungkan(dalam Seitel, 2004:4).

Rex F. Harlow (dalam Effendy, 1993:21) mengungkapkan hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen yang khas yang mendukung kerja sama antar organisasi dan khalayaknya; melibatkan manajemen dalampermasalahan atau persoalan; membantu menetapkan dan menegaskan tanggung jawab manajemen dalam melayani kepentingan umum, menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif dalam penerapannya sebagai sistem peringatan secara dini guna membantu mengantisipasi kecenderungan; dan menggunakan penelitian serta teknik-teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai kegiatan manusia.

(18)

a. Public Relations merupakan upaya yang disengaja, direncanakan dan dilakukan terus-menerus untuk membangun dan menjaga adanya saling pengertian antara organisasi dengan publiknya

b. Public Relationsmerupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi perilaku publik, mengidentifikasi kebijaksanaan dan prosedur organisasi dengan interest publik dan melaksanakan program tindakan (komunikasi untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian publik)

c. Public Relationsmerupakan upaya dengan menggunakan informasi, persuasi dan penyesuaian untukmenghidupkan dukungan publik atas suatu kegiatan atau suatu sebab

d. Public Relations merupakan seni dari pengetahuan untuk mengembangkan saling pengertian dan niat baik diantara seseorang, perusahaan atau institusi dan publiknya

e. Public Relations adalah praktek dan juga seni dalam ilmu sosial untuk menganalisis kecenderungan mereka, menasehati para pemimpin organisasi dan melaksanan program yang direncanakan dari tindakan-tindakan yang akan melayani baik organiasi maupun interest publiknya.

Selain para akademisi ada juga pengertian humas atau Public Relations menurut para praktisi. The British Institute of Public Relations (dalam Effendy, 1993:134), mendefenisikan Public Relations sebagai “upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan untuk menciptakan dan membina pengertian bersama antar organisasi dengan khalayaknya”. J.C Seidel, Public Relations Director, Divisison of Housing, State of New York, mengatakan : “Public

Relations adalah proses yang kontiniu dari usaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill dan pengertian dari para langganannya, pegawainya dan publik umumnya, ke dalam dengan menganalisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan pertanyaan-pertanyaan”.Defenisi lain menyebutkan Public Relations adalah metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasi atas dasar menghormati kepentingan bersama (dalam Ardianto, 2013:15).

(19)

memperoleh pengertian, goodwill, kepercayaan, penghargaan kepada masyarakat dan publik suatu badan khususnya dan masyarakat umumnya.

2.2.3.1 Tujuan Public Relations

Tujuan dari Public Relations adalah mengembangkan hubungan yang harmonis dengan pihak lain, yakni (umum, masyarakat) untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi antara publik-publiknya yang terkait dengan komunikasi yang harmonis dan timbal-balik. Public Relations juga bertujuan untuk mencapai pengertian umum, kepercayaan, bantuan dan kerjasama.

Dari sekian banyaknya hal yang bisa dijadikan tujuan kegiatan Public Relations disebuah perusahaan, beberapa diantaranya yang pokok adalah sebagai berikut (dalam Margaretha, 2012:26) :

1. Untuk mengubah citra umum di mata khalayak sehubungan dengan adanya kegiatan-kegiatan baru yang dilakukan oleh perusahaan

2. Untuk menyebarluaskan suatu cerita sukses yang telah dicapai oleh perusahaan kepada masyarakat dalam rangka mendapatkan pengakuan 3. Untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan dengan khalayaknya

sehubungan dengan terjadinya suatu peristiwa yang mengakibatkan kecaman dan salah paham di kalangan kehidupan sosial sehari-hari

4. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan dalam kehidupan sosial sehari-hari

5. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor dari suatu acara

2.2.3.2 Peran, Fungsi dan Tugas Public Relations

Menurut Ralph Linton, peran adalah aspek dinamis dari status “the dynamic aspect of status”, sedangkan status adalah suatu kumpulan hak dan

(20)

Menurut Cutlip, Center & Broom peran Public Relations dalam buku Effective Public Relations (dalam 2006:46) yaitu :

1. Expert perscriber Communication

Humas adalah seorang ahli yang dapat memberikan saran, nasehat kepada pimpinan organisasi, hubungannya dapat diibaratkan antara dokter dengan pasien.

2. Problem Solving Process Facilitator

Dapat memfasilitasi pemecahan masalah. Humas terlibat dalam setiap penanganan masalah, menjadi anggota tim atau menjadi pimpinan tim penanganan masalah.

3. Communication Facilitator

Peranan Humas adalah jembatan komunikasi antara publik dengan perusahaan. Sebagai mediator atau penengah jika terjadi miscommunication.

4. Technician Communication

Humas adalah pelaksana teknis komunikasi. Menyediakan layanan dibidang teknis dimana kebijakan dan keputusan teknik komunikasi mana yang akan digunakan bukanlah keputusan petugas Humas melainkan keputusan manajemen dan petugas Humas yang melaksanakannya.

PerananPublic Relations dalam suatu organisasi adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan karyawannya maupun antar sesama karyawan dengan melakukan komunikasi timbal-balik. Dalam melakukan komunikasi timbal-balik, Public Relations secara garis besar berperan sebagai:

1. Communicator

Kemampuan sebagai komunikator baik secaralangsung maupun tidak langsung melalui media ataupun tulisan. Di samping itu juga bertindak sebagai mediator dan persuator.

2. Back Up Management

Melaksanakan dukungan atau menunjang kegiatan lain seperti manajemen promosi pemasaran, operasional, personalia dan lain sebagainya untuk mencapai tujuan pokok perusahaan.

3. Image Maker

(21)

Selain memiliki peran, Public Relationsjuga memiliki fungsi. Fungsi utama Public Relationsadalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antara lembaga atau organisasi dengan publik internal maupun eksternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat umum yang menguntungkan lembaga (organisasi). Di sisi lain, fungsi utama Public Relationsmenurut Edward L. Bernays (dalam Liliweri, 2011:658-659) yaitu :

1. Memberikan penerangan kepada masyarakat

2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung

3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya

Ciri khusus fungsi utamaPublic Relations itu menunjukkan kegiatan tertentu (activities), kegiatan yang jelas, adanya perbedaan khas dengan kegiatan lain (different), terdapat suatu kepentingan tertentu (important), adanya kepentingan bersama (common interest), dan terdapat komunikasi dua arah secara timbal-balik (reciprocal two ways traffic communication) (dalam Sagala, 2011:29).

Sementara itu Cutlip & Centre dan Canfield (dalam Liliweri, 2011:659) mengungkapkan fungsi utama hubungan masyarakat sebagai berikut :

1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi)

2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan pihak publiknya, sebagai khalayak sasaran

(22)

4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen demi tercapainya tujuan dan manfaat bersama

5. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal-balik dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan organisasi ke publiknya atau sebaliknya demi terciptanya citra positif bagi kedua belah pihak

Public Relations sebagai komunikator mempunyai fungsi ganda yaitu ke luar, iamemberikan informasi kepada khalayak sesuai dengan kebijakan instansinya dankedalam, ia wajib menyerap reaksi dari khalayak untuk kepentingan instansinya (dalam Widjaja, 2008:63).

Penelitian yang diadakan oleh International Public Relations Association (IPRA)pada tahun 1981 menyimpulkan bawa pada umumnya fungsi humas masa kini meliputi15 pokok (dalam Ruslan, 2008:74) yaitu :

1. Memberi konseling yang didasari pemahaman masalah perilaku manusia 2. Membuat analisis “trend” masa depan dan ramalan akan akibat-akibatnya

bagiinstitusi

3. Melakukan riset pendapat, sikap dan harapan masyarakat terhadap institusi serta memberi saran tindakan - tindakan yang diperlukan institusi untuk mengatasinya

4. Menciptakan dan membina komunikasi dua arah berlandaskan kebenaran daninformasi yang utuh

5. Mencegah konflik dan salah pengertian

6. Meningkatkan rasa saling hormat dan rasa tanggung jawab sosial

7. Melakukan penyerasian kepentingan institusi terhadap kepentingan umum 8. Meningkatkan itikat baik institusi terhadap anggota pemasok dan

konsumen

9. Memperbaiki hubungan industrial

10.Menarik calon tenaga yang baik agar menjadi anggota serta mengurangi keinginan anggota untuk ke luar dari institusi

11.Memasyarakatkan produk atau layanan

12.Mengusahakan perolehan laba yang maksimal 13.Menciptakan jati diri institusi

14.Memupuk minat mengenai masalah-masalah nasional maupun internasional

15.Meningkatkan pengertian mengenai demokratis

(23)

1. Counseling; menyediakan saran untuk manajemen yang berhubungan dengan kebijakan hubungan dan komunikasi

2. Research; melihat tindakan dan perilaku public dalam rangka merencanakan strategi humas. Research dapat digunakan untuk membangun saling pengertian atau mempengaruhi dan meyakinkan publik 3. Media Relations; bekerjasama dengan media dalam melakukan publisitas 4. Publicity; menampilkan pesan terencana melalui media tertentu untuk

menghasilkan ketertarikan yang lebih jauh lagi

5. Employee/Member Relations; memberikan respon terhadap suatu masalah, menginformasikan dan memotivasi karyawan dan anggota organisasi 6. Public Affair; membangun keterlibatan efektif dalam kebijakan publik 7. Issues Management; mengidentifikasi dan mengevaluasi isu yang

berkembang pada public yang berakibat pada organisasi

8. Financial Relations; menciptakan dan menjaga kepercayaan penanam modal

9. Industrial Relations; menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga lain yang berhubungan dengan aktifitas organisasi. Hal ini bisa diwujudkan dengan tergabung dalam asosiasi usaha yang berhubungan dengan jalur bisnis organisasi

10.Development / Fund Raising; menciptakan kebutuhan dan mendorong publik untuk mendukung organisasi, terutama melalui kontribusi finansial 11.Multicultural Relations / Workplace Diversity; berhubungan dengan

individu-individu dari berbagai kelompok dan budaya

12.Special Events; menarik perhatian publik terhadap organisasi atau produk dari organisasi dengan mengadakan kegiatan khusus

13.Marketing Communication; memadukan aktivitas pemasaran dengan mengadakan kegiatan khusus sekaligus membangun citra baik perusahaan

Konsep fungsional humas menurut Silih Agung Wasesa (2010:128) dalam bukunya Strategi Public Relations memberikan penjelasan sebagai berikut:

a. Terhadap internal organisasi.

1. Mengkomunikasikan kebijakan direksi dan manajemen karyawan

2. Menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan manajemen agar karyawan memahami dasar pengambilan keputusan yang diambil

3. Membangun jaringan komunikasi interaktif antar karyawan, manajemen dan direksi

4. Membantu proses restrukturisasi, mulai dari sosialisasi kebijakan hingga pelatihan untuk mengurangi dampak buruk restrukturisasi

(24)

6. Membantu terciptanya budaya perusahaan yang sesuai dengan visi organisasi.

b. Terhadap eksternal organisasi:

1. Mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik 2. Menjelaskan hasil rapat umum pemegang saham

3. Menjelaskan hasil dan dasar diadakannya Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa

4. Membantu pemasaran untuk menciptakan citra produk 5. Mensosialisasikan prestasi yang dicapai oleh perusahaan

6. Mengembangkan program-program pengembangan masyarakat, sebagai bentuk tanggungjawab perusahaan kepada publik

7. Menyiapkan sarana bagi publik untuk melihat perusahaan secara langsung 8. Menyiapkan sarana bagi pemerintah dan anggota Dewan Perwakilan

Rakyat untuk melihat kinerja perusahaan.

Dari pemaparan diatas jelas terlihat bahwa fungsi humas atau Public Relations adalah menjadi penghubung antara pimpinan perusahaan dengan semua publik internal dan eksternal organisasi. Meskipun menggunakan kata atau kalimat yang berbeda, definisi-definisi tersebut menunjukkan bahwa semuanya mempunyai tujuan dan komponen yang sama. Yaitu yang menjadi subjek dalam hal ini adalah organisasi, sedang objeknya adalah publik (masyarakat); dengan tujuan membangun hubungan harmonis antara organisasi yang diwakili dengan publik di sekelilingnya dengan proses komunikasi dua arah.

Public Relations berfungsi menumbuhkan hubungan baik antar segenap komponen pada suatu organisasi dalam rangka memberikan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi. Semuanya bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangakan pengertian dan kemauan baik publiknya serta memperoleh public yang menguntungkan (atau untuk menciptakan kerja sama berdasarkan hubungan yang baik dengan publiknya).

(25)

a. Membina Hubungan Dengan Publik ke Dalam (Publik Internal)

Publik intermal adalah publik yang menjadi bagian dari unit perusahaan itu sendiri serta mampu mengidentifikasikan hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif dari dalam masyarakat sebelum kebijaksanaan itu dijalankan oleh organisasi.

b. Membina Hubungan Dengan Publik ke Luar (Publik Eksternal)

Publik eksternal adalah publik umum. Dalam organisasi, seorang Public Relationsberfungsi sebagai “pusat saraf” karena ia berada ditengah-tengah jaringan kontak dengan semua pihak yang ada kaitannya dengan organisasi. Ia mengetahui lebih banyak mengenai organisasinya selain managernya. Ia mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang yang berpengaruh yang melakukan pengawasan terhadap organisasinya.

Perincian Tugas Humas menurut Widjaja (2008:57-59) diantaranya : 1. Pengumpulan data dan pengolahan data :

a. Mengumpulkan data untuk keperluan informasi b. Mengolah data

c. Menyajikan data sehingga siap digunakan 2. Penerangan

a. Menyebarkan informasi dengan jelas

b. Mengadakan hubungan dengan media massa c. Memberikan pemberian kehumasan

d. Membuat dokumentasi kegiatan lembaga e. Menyelenggarakan pameran

f. Memberikan pelayanan informasi

g. Mentranskip rekaman pidato dan mengarsipnya h. Mengalbumkan foto-foto kegiatan

i. Mengunjungi kunjungan kerja pejabat/pimpinan

j. Mengadakan wisata pers ke objek yang telah ditentukan 3. Publikasi

a. Menerbitkan warta harian, mingguan, majalah bulanan, dan folder(leaflet)

b. Menerbitkan buku kerja c. Menerbitkan kalender kerja

d. Ikut serta menyelenggarakan pameran

Lima Pokok tugas humas sehari - hari menurut Rumanti (2004:38) adalah sebagaiberikut :

a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan,tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik, supaya publik mempunyai pengertianyang benar tentang organisasi atau perusahaan

b. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum suatumasyarakat

(26)

d. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility), humas merupakan instrument yangbertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak mendapatkan tanggungjawab tersebut. Terutama kelompok publik internal, publik eksternal dan pers

e. Komunikasi

2.2.3.3 Khalayak Public Relations

Khalayak (public) adalah kelompok atau orang-orang yang berkomunikasi dengan suatu organisasi baik secara internal maupun eksternal (Jeffkins, 1995:80).

Menurut Cangara (2008:157) khalayak dalam studi komunikasi bisa berupa individu, kelompok, dan masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikator untuk mengetahui siapa yang akan menjadi khalayaknya sebelum proses komunikasi berlangsung.

Berdasarkan pengertian di atas, khalayak humas merupakan orang-orang yang berkomunikasi di dalam sebuah organisasi baik secara individu, kelompok atau masyarakat. Khalayak tersebut bisa terbentuk menjadi dua jenis, hubungan ke dalam dan hubungan ke luar.

Menurut Widjaja (2008:71) khalayak dalam hubungan masyarakat terbagi atas dua macam :

1. Hubungan masyarakat ke dalam (Internal Public)

Dalam hubungan masyarakat ke dalam ini, ada komunikasi vertikal (atas bawah) dan juga ada komunikasi horizontal, kedua komunikasi ini harus berjalan harmonis.

Khalayak dalam (internal public) adalah khalayak yang bergiat didalam organisasi diantaranya :

a. Hubungan dengan para karyawan (Employee relations)

Menurut seorang ahli hubungan masyarakat, Archibald William yang dikutip olehEffendy (2007:135), employee relations merupakan suatu kekuatan yang hidup dandinamis, yang dibina dan diabadikan dalam bentuk hubungan dengan perseorangansehari-hari di belakang bangku kerja tukang kayu, di belakang mesin atau di belakangmeja tulis. b. Hubungan dengan pemegang saham (Stockholder relations)

(27)

2. Hubungan Masyarakat Ke Luar (Eksternal Public)

Dalam hubungan masyarakat ke luar ini, dikenal hubungan-hubungan sesuaidengan khalayak dari humas ke luar. Khalayak dalam hubungan ini diantaranya :langganan, masyarakat sekeliling, lembaga, pemerintah, pers dan sebagainya (Widjaja,2008:71).Khalayak luar (eksternal public) adalah khalayak yang bergiat di luar organisasidiantaranya :

a. Hubungan dengan pelanggan (Customer Relations)

Pelanggan harus tetap dipegang, jangan sampai pindah perhatiannya dan menjadipelanggan perusahaan lain. Dengan melakukankomunikasi baik dengan cara publisitas, maupun periklanan untuk mempertahankan pelanggan (Effendy, 2007:137).

b. Hubungan dengan masyarakat sekitar (Community Relations)

Hubungan dengan masyarakat sekitar perlu dipelihara dan dibina karena pada suatu ketika mereka mungkin diperlukan. Pada pokoknya, pimpinan organisasi atau kepala humas sebagai wakilnya perlu berkomunikasi dengan mereka untuk menunjukkan bahwa organisasi beserta para karyawannya tidak mengasingkan diri dari lingkungan sekitarnya (Effendy, 2007:137).

c. Hubungan dengan jawatan pemerintah (Government Relations)

Pembinaan hubungan dengan jalan memelihara komunikasi akan banyak membantu lancarnya EksternalPublic Relations. Bila dijumpai kesulitan - kesulitan, dapat segera dipecahkan karena hubungan baik telah terpelihara sejak semula (Effendy, 2007:137).

d. Hubungan dengan pers (Press Relations)

Yang dimaksudkan dengan pers di sini ialah pers dalam arti luas, yakni semua media massa. Hubungan baik yang senantiasa terpelihara dengan media massa akan membantu lancarnya publikasi (Effendy, 2007:137).

Istilah publik dalam Public Relations merupakan khalayak sasaran dari

kegiatan humas.Publik disebut juga stakeholder, yakni kumpulan dari orang-orang

atau pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi atau perusahaan. Beberapa

pembagian (klasifikasi) mengenai publik sebagai berikut (Kasali, 2003:30) :

1. Internal Publicdan External Public. Publik internal adalah yang berada di dalam organisasi, misalnya pada suatu perusahaan ada karyawan, pemegang saham, direksi, dan sebagainya. Sedangkan publik eksternal adalah semua pihak diluar organisasi yang mempunyai kepentingan terhadap organisasi, misalnya pemasok, pemerintah, pihak bank, pers dan sebagainya.

(28)

3. Publik Tradisional dan Publik Masa Depan. Karyawan dan konsumen adalah publik tradisional, sedang publik masa depan adalah konsumen potensial, pemerintah, peneliti.

4. Proponents, Opponents, danUncommitted. Diantara publik terdapat kelompok yang yang memihak (proponents), menentang perusahaan (opponents), dan ada yang tidak peduli (uncommitted). Perusahaan perlu mengenal publik yang berbeda-beda ini agar dapat dengan jernih melihat permasalahan.

5. Silent Majority dan Vocal Minority. Dilihat melalui aktivitas mengajukan komplain atau dukungan bagi organisasi, dapat dibedakan antara yang vocal (aktif) dan yang silent (pasif). Publik penulis di surat kabar dikategorikan vocal minority karena aktif menyuarakan pikirannya, sedangkan sebagian besar pembaca dikategorikan sebagai silent majority karena bertindak pasif.

2.2.3.4 Strategi Public Relations

Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategos” dan menunjuk pada

keseluruhan peran komando seperti sebuah komando umum militer. Dalam bisnis, strategi menentukan lingkup dan arah suatu pengembangan organisasi dan bagaimana dapat mencapai strategi yang kompetitif.

Sebuah strategi PR adalah pendekatan menyeluruh bagi sebuah kampanye atau program dan penjelasan rasional di belakang program taktis dan akan didikte dan ditentukan oleh persoalan yang muncul dari analisis dan penelitian. Inilah dasar terbangunnya program taktis dan memindahkan perusahaan dari posisi yang ada sekarang menuju pada akhir program. Seperti dikutip dalam Butterick (2013:154-155) :

(29)

Peran public relations dalam membangun citra dapat terlaksana dan terealisasi dengan adanya strategi yang terencana dengan matang. Strategi itu sendiri menurut Ahmad S. Adnandputra, seorang pakar humas dalam naskah workshop berjudul PR Strategy (Ruslan, 2008:133-140), mengatakan bahwa arti strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana, sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan, yang pada akhirnya perencanaan adalah suatu fungsi dasar dari proses manajemen. Strategi yakni proses penentuan “Apa dan bagaimana” yang digunakan dalam perencanaan untuk mencapai tujuan

perusahaan. Berdasarkan pola strategi public relations tersebut, maka menurut Ahmad, batasan tentang strategi public relations adalah :

“Alternatif optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public relations (public relations plan)”.

Model komunikasi yang akan digunakan dalam penelitian mengenai strategi public relations ini adalah model komunikasi Lasswell. Model teori dari Harold Laswell ini dianggap oleh para pakar komunikasi sebagai salah satu teori komunikasi yang paling awal dalam perkembangan teori komunikasi (Severin W.J dan J.W Tankard, 2007:55). Lasswell menyatakan bahwa cara yang terbaik untuk menerangkan proses komunikasi adalah menjawab pertanyaan : Who Says What In Wich Channel To Whom With What Effect (Siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik (paradigmatic question) Lasswell itu merupakan unsur-unsur proses komunikasi, yaitu :

(30)

c. Media (Media)

d. Receiver (Komunikan/Penerima) e. Effect (Efek)

Dalam fokus penelitian ini, komunikator dalam teori Lasswell diartikan sebagai public relations adalah bagian Humas di Perusahaan ANGKASA PURA II Persero kantor cabang Bandara Kuala Namu yang hendak menyampaikan pesan yang berupa citra perusahaan yang ingin disampaikan kepada publik sasarannya. Penyampaian citra tersebut sebagai cermin dari komunikasi melalui implementasi program-program strategisnya dengan menggunakan media yang mudah diterima publik dan dengan mengharapkan efek berupa citra positif dibenak publiknya. Sehingga harapan perusahaan untuk membangun citra baik itu bisa tersampaikan dengan cara-cara yang sesuai.

(31)

Gambar 2.1

Proses Manajemen Strategi

Umpan Balik

Sumber : Zulkiflimansyah. (2007). Manajemen Strategi (hal. 15-17)

Proses manajemen strategi tersebut menjelaskan 5 tahap dalam proses strategi. Pertama, tahap analisa lingkungan, yakni proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan baik yang berada didalam maupun di luar perusahaan. Hasil dari analisa lingkungan ini setidaknya akan memberikan gambaran tentang keadaan perusahaan yang biasanya disederhanakan dengan memotret SWOT (strengths, weakness, opportunities, and threats) yang dimilikinya. Analisis eksternal akan memberikan gambaran tentang peluang dan ancaman (OT), sedangkan analisa lingkungan internal akan memberikan gambaran tentang keunggulan dan kelemahan (SW) dari perusahaan.

Tahap kedua, menentukan dan menetapkan arah organisasi. Dalam tahap ini, proses strategi selanjutnya adalah dengan melihat misi dan tujuan perusahaan

(32)

yang telah ditetapkan sebelumnya. Misi perusahaan ini nantinya dapat memberikan gambaran yang baik tentang pelanggan, pasar, filosofi, citra yang diinginkan serta teknologi yang nantinya akan digunakan oleh perusahaan. Kemudian dilihat dari tujuan perusahaan biasanya merefleksikan target yang akan dicapai oleh perusahaan.

Tahap ketiga, fungsi strategi yakni proses merancang dan menyeleksi berbagai strategi yang pada akhirnya menuntun pada pencapaian misi dan tujuan organisasi. Fokus utama dalam strategi ini adalah bagaimana bisa membangun dan mencapai tujuan perusahaan. Pada tingkat perusahaan, setidaknya ada tiga format atau pilihan yang dapat digunakan untuk melakukan fungsi strategi. Pertama, melakukan fungsi strategi berdasarkan berbagai alternatif strategi umum (general strategy alternatives). Kedua, menggunakan business portofolio models seperti matrix BGC dan GE. Ketiga, menggunakan SWOT matrix (Zulkiflimansyah, 2007:62-63).

Dalam alternatif strategi umum (general strategy alternatives) ada beberapa formulasi yang bisa digunakan, diantaranya :

a. Concentrations strategy, dimana perusahaan hanya memfokuskan pada single of business, contohnya McDonald‟s yang berkonsentrasi pada fast-food industry. Strategi konsentrasi ini digunakan untuk memperoleh keunggulan bersaing melalui pengetahuan yang terspesialisasi dan efisien serta untuk menghindari masalah yang timbul akibat mengelola terlalu banyak bisnis.

b. Growth strategy, dimana perusahaan biasanya mengejar pertumbuhan dalam penjualan, keuntungan, pangsa pasar, dan tujuan primer lainnya. c. Retrenchmentstrategies, yakni strategi yang digunakan pada saat

(33)

penghapusan produk yang tidak menguntungkan, pengurangan angkatan kerja, penjualan bisnis/saham, dan menutup perusahaan. d. Combinations strategy, biasa dilakukan oleh perusahaan besar dan

memiliki bermacam-macam bisnis.

Tahap keempat, implementasi strategi. Kualitas formulasi strategi akan sangat sulit ditentukan jika tidak diimplementasikan secara efektif. Karena bagaimanapun juga, sebuah rencana saja tidak akan menghasilkan apa-apa tanpa adanya implementasi yang benar dan sesuai dari apa yang telah direncanakan. Untuk melakukan implementasi strategi dengan baik, Certo dan Peter memberikan suatu model tentang tugas-tugas utama yang seharusnya dilakukan dalam proses implementasi strategi, yakni (Zulkiflimansyah, 2007:87):

Gambar 2.2

Model Sederhana Proses Implementasi Strategi

Menganalisa perubahan dalam model diatas yakni kemungkinan perubahan yang akan dialami perusahaan akibat dari formulasi strategi yang telah disepakati pada tahap sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk memberikan gagasan yang jelas dan terperinci mengenai seberapa banyak perusahaan harus berubah agar berhasil dalam mengimplementasikan strateginya, selanjutnya dalam

Menganalisis Perubahan

Implementasi & Evaluasi Strategi Analisis Struktur

Organisasi

Analisis Budaya Perusahaan

Analisis Kepemimpinan

(34)

implentasi strategi, analisis mengenai struktur organisasi penting dilakukan. Hal ini dikarenakan struktur organisasi mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi strategi dimana posisi setiap divisi dalam perusahaan berpengaruh pada wewenang yang dimilikinya dalam pengambilan keputusan dan kebijakan perusahaan. Analisis lain yang perlu diperhatikan adalah tentang budaya perusahaan dan gaya kepemimpinan dalam perusahaan tersebut. Kedua hal ini berpengaruh besar terhadap kebijakan strategi perusahaan yang dilakukan. Karena budaya dan gaya kepemimpinan perusahaan adalah dua hal yang sudah menjadi kebiasaaan yang tentunya akan sangat sulit untuk dirubah atau diganti begitu saja.

Secara umum, gaya kepemimpinan dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok besar (Zulkiflimansyah, 2007:99). Pertama, gaya kepemimpinan yang terkesan administrator. Tipe ini terkesan kurang inovatif dan terlalu kaku pada aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut untuk mengambil resiko dengan tujuan utama mencari aman. Kedua, gaya kepemimpinan analitis dimana pembuatan keputusan biasanya didasarkan pada proses analitis terutama analisa logika pada setiap informasi yang diperolehnya, gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang.

(35)

kekuasaan dan hasil akhir serta kurang menekankan pada kebutuhan akan kerjasama.

Tahap terakhir dalam implementasi strategi yakni pengendalian dan evaluasi strategi. Pengendalian strategi merupakan bagian dimana pihak pengelola memantau dan mengevaluasi proses berjalannya strategi agar berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kemudian evaluasi terhadap strategi public relations menjadi penting dilakukan mengingat dua alasan. Pertama, dengan mengevaluasi program yang telah dijalankan, manager public relations sebuah perusahaan dapat mempertahankan program-program ke-PR-an dan keberadaan bagian public relations dalam perusahaan. Kedua, adanya tuntutan manajemen perusahaan terhadap setiap bagian dalam perusahaan agar setiap pengeluaran sumber daya perusahaan pada bidang apapun harus dapat dipertangungjawabkan

(36)

2.2.4 Citra Perusahaan

2.2.4.1 Pengertian Citra Perusahaan

Citra perusahaan adalah penerimaan dantanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya(Ruslan, 2008:75).

Menurut Lawrence L. Steinmetz dikutip oleh Sutojo (2004:1), citra adalah “Pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi “.

Menurut Majid (2009:70), citra perusahaan adalah image yang terbentuk dimasyarakat (konsumen/pelanggan) tentang baik dan buruknya perusahaan.

Keinginan sebuah organisasi untuk mempunyai citra yang baik pada publik berawal dari pengertian yang tepat mengenai citra. Menurut Philip Kotler(1997:259), Citra adalah seperangkat keyakinan, ide dan kesan yang dimiliki seseorang terhadap suatu objek. Defenisi citra menurut Rhenald Kasali(2003:28) yaitu kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan. Sedangkan menurut Frank Jefkin (1995:56): “and image is the impression gamed according to knowledge and understanding of the facts”.

(37)

Citra perusahaan yang baik tidak dapat dibeli tapi didapat oleh perusahaan-perusahaan yang memilki reputasi bagus, yang pada umumnya memilki enam hal, yaitu (dalam Anggoro, 2005:67) :

1. Hubungan baik dengan pemuka masyarakat 2. Hubungan positif dengan pemerintah setempat 3. Resiko krisis yang lebih baik

4. Rasa kebanggaan dalam organisasi dan diantara khalayak sasaran 5. Saling pengertian antar khalayak sasaran baik internal maupun eksternal 6. Meningkatkan kesetiaan para staff perusahaan

Citra adalah tujuan utama sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai dalam duniaPublic Relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak (tangible) dan tidak dapat diukur secara sistematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penelitian baik atau buruk, seperti penerimaan tanggapan baik positif maupun negatif yang khususnya datang dari publik. Secara logika, jika perusahaan sudah mengalami krisis kepercayaan dari publik atau masyarakat umum maka akan membawa dampak negatif terhadap citranya, bahkan akan terjadi penurunan citra sampai pada titik yang paling rendah.

2.2.4.2 Jenis-Jenis Citra dalam Perusahaan

Menurut Jefkins (dalam Liliweri, 2011) terdapat beberapa jenis citra di dalam perusahaan, yaitu :

1. Citra Cermin (Mirror Image )

Yakni citra yang diyakini oleh perusahaan yang bersangkutan, terutama para pimpinannya yang tidak percaya apa dan bagaimana kesan orang luar terhadap perusahaan yang dipimpinnya itu tidak selamanya dalam posisi baik. Terjadinya perbedaan citra antara citra yang diharapkan dengan kenyataan citra yang dilapangan, justru mencerminkan citra negatifnya yang muncul.

2. Citra Kini (Current Image)

Citra yang merupakan kesan yang baik yang diperoleh dari orang lain tentang perusahaan atau hal lain yang berkaitan dengan produknya.

(38)

Citra yang diinginkan adalah seperti apa yang diinginkan dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan atau produk yang ditampilkan tersebutlebih dikenal, menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan oleh publiknya atau masyarakat umum. 4. Citra Perusahaan (Corporate Image)

Citra ini berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan yang positif yang lebih dikenal serta diterima oleh publiknya.

5. Citra Serbaneka (Multiple Image)

Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan, yaitu bagaimana pihak humas akan menampilkan pengenalan terhadap identitas, atribut logo, brand’s name, seragam, kemudian diidentikkan ke dalam suatu citra serbaneka yang diintegrasikan terhadap citra perusahaan.

6. Citra Penampilan (Performance Image)

Citra penampilan ini lebih ditunjukkan kepada subjeknya, bagaimana kinerja atau penampilan dari professional pada perusahaan bersangkutan, misalnya dalam berbagai kualitas pelayanan dan bagaimana pelaksanaannya.

2.2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Citra Perusahaan

Menurut Ruslan (2008:325-326) dalam buku Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, keberhasilan pihak perusahaan menciptakan citra (corporateimage) baiknya tersebut tergantung dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhinya, yaitu melalui :

1. Citra perusahaan yang diciptakan berdasarkan orientasi terhadap manfaat yang telah diberikan atau diterima, dan sebagaimana diinginkan oleh kelompok khalayak sasarannya

2. Manfaat yang ditampilkan melalui kualitas atau kuantitas pelayanan cukup realistisdan mengesankan bagi khalayaknya

3. Citra yang baik tersebut telah dipresentasikan berdasarkan kemampuanperusahaan, kebanggaan, nilai-nilai kepercayaan, kejujuran, dan mudah dimengertioleh publik sebagai khalayak sasarannya

4. Citra yang baik muncul dari akibat penilaian atau tanggapan publik terhadap berbagaiaktifitas, empati, presentasi, dan reputasi perusahaan selama melakukan berbagaikegiatannya

(39)

2.2.4.4 Pentingnya Citra Perusahaan

Pentingnya citra perusahaan dikemukakan Gronross (Sutisna, 2001:332) sebagai berikut :

1. Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negatif sebaliknya.

2. Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil, kualitas teknis atau fungsional sedangkan citra negatif dapat memperbesar kesalahan tersebut.

3. Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan publik atas kualitas pelayanan perusahaan.

4. Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak internal. Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi sikap karyawan perusahaan.

Citra positif adalah citra yang diharapkan sebuah perusahaan karena memiliki dampak yang menguntungkan bagi perusahaan. Namun sebaliknya, citra negatif akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Citra yang baik berarti masyarakat ataupun publik mempunyai kesan yang positif terhadap perusahaan. Sedangkan citra yang kurang baik berarti masyarakat mempunyai citra yang negatif terhadap perusahaan tersebut (Ardianto, 2013:64).

2.2.4.5 Tahapan Citra Perusahaan

Keberadaan citra perusahaan bersumber dari pengalaman dan atau upaya komunikasi sehingga penilaian maupun pengembangannya terjadi pada salah satu atau kedua hal tersebut. Berarti ada tahapan pencitraan yang harus dibangun, yaitu Awareness, Attitudes, dan Actions(Wasesa,2010:96) :

1. Awareness

(40)

itu ada. Namun belum tentu ketika masyarakat tahu lantas bersikap positif pada perusahaan.

2. Attitudes

Attitudes(sikap) adalah bagaimana penerimaan publik terhadap pesan yang kita sampaikan. Awareness yang positifbelum tentu menghasilkan sikap yang positif, untuk itulah menjadi tugas Public Relations meningkatkan Awareness yang positif menjadi sikap yang positif.

3. Actions

Seberapa jauh kerja Public Relations dapat diapresiasi memang berhubungan dengan perilaku masyarakat yang menjadi khalayak sasaran.

2.3 Kerangka Konsep

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti. Semua aspek itu harus diuraikan secara sistematik dengan memanfaatkan teori-teori, hukum-hukum, dalil-dalil, prinsip-prinsip, generalisasi dan pendapat-pendapat serta gagasan yang telah diterima kebenarannya dan diteliti secara ilmiah. Dengan adanya kerangka konsep, peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan dan arah penelitiannya (Nawawi, 2007:42).

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Persepsi Masyarakat

Citra Perusahaan Strategi Public

(41)

2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan teori dan kerangka berfikir maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis Pertama:

Ho : Tidak terdapat korelasi antara persepsi masyarakat terhadap strategi public relationsPerusahaan Angkasa Pura II Persero Kantor Cabang Bandara KNIA, Sumatera Utara.

H1 : Terdapat korelasiantara persepsi masyarakat terhadap strategi public relationsPerusahaan Angkasa Pura II Persero Kantor Cabang Bandara KNIA, Sumatera Utara.

HipotesisKedua:

Ho : Tidak terdapat korelasi antara persepsi masyarakat terhadap citra Perusahaan Angkasa Pura II Persero Kantor Cabang Bandara KNIA, Sumatera Utara.

Gambar

Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi
Gambar 2.2
Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Angkasa Pura I (Persero) Bandara Internasional Adi Soemarmo melalui pihak kedua yaitu Angkasa Pura Supports, belum memiliki SOP dalam sistem perekrutan dan

Angkasa Pura II dalam Membangun Corporate Image melalui “Pesona Gerbang Indonesia” Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno - Hatta. Bandara Internasional

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui citra PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto Yogyakarta dalam surat kabar terkait pemberitaan mengenai penutupan bandara. Peneliti

Angkasa Pura I (Persero), Kantor Cabang Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya mengundang Penyedia Barang/ Jasa untuk mengikuti Pelelangan dengan metode

Angkasa Pura I (Persero), Kantor Cabang Bandara Sultan Hasanuddin - Makassar mengundang Penyedia Barang/ Jasa untuk mengikuti Pelelangan dengan metode

Akan tetapi, menurut hasil wawancara dengan Engga Engracia yang merupakan Pelaksana Senior Hukum dan Perjanjian PT Angkasa Pura II (Persero) Bandara Internasional

“Strategi Media Relations Angkasa Pura I Dalam Membangun Citra Yogyakarta International Airport Sebagai Bandara Baru” adalah karya ilmiah saya sendiri, bukan plagiat dari

Selain relokasi yang merupakan program community relations, pihak PT Angkasa Pura Cabang Bandara Internasional Lombok (BIL) juga melakukan kegiatan bina lingkungan