• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sugeng Purwoko, Abdur Rohman, Ahmad Mughni Universitas Trunojoyo Madura (UTM)

Email: sugengpwkutm@yahoo.com

Abstrak

Kegiatan sehari-hari rumah tangga memunculkan permasalahan sampah, yang terdiri hampir 70 % limbah organik. Ditambahkan lagi dengan kegiatan peternakan seperti sapi, kambing, ayam yang juga menghasilkan limbah organik yang berpotensi mengganggu lingkungan bila tidak dikelola dengan baik. Pemanfaatan limbah organik dari rumah tangga, ternak, kebun dan lainnya dapat dikonversikan menjadi produk yang bermanfaat dengan bantuan cacing tanah yang secara ekonomi mempunyai nilai yang tinggi sebagai sumber protein dan farmasi, serta limbah bekas cacing sebagai pupuk organik potensial yang sangat kuat dan bermanfaat. Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini dibagi dalam 3 fase kegiatan yaitu : 1) Teknik budidaya cacing lumbricus, 2) Pembuatan kompos komplit untuk budi daya pertanian, dan 3) pemanfaatan cacing tanah sebagai probiotik yang bermanfaat. Dari 10 peserta pelatihan menjadi target, terdapat 2 peserta pelatihan yang tidak meneruskan program, sementara yang 8 peserta yang sukses telah mampu menjual cacing segar rata-rata 2 kali selama kurun waktu 5 bulan. Hal ini menunjukkan transfer pengetahuan dalam budidaya cacing tanah telah mampu memberikan dampak peningkatan penghasilan dengan rata-rata penjualan 45 kg, dengan harga rata-rata 30.000 per kg atau sekitar Rp1.350.000 per orang selama 5 bulan. Sedangkan dalam pengembangan kompos dan pemanfaatan untuk suplemen dalam bentuk probiotik masih belum nampak. Pengembangan kompos skala komunitas perlu dipertimbangkan untuk memanfaatkan sisa bekas cacing (kascing) sebagai kompos komplit yang bisa dijual terpisah untuk keperluan pertanian dan perkebunan. Untuk probiotik memang sebagai antisipasi saat produk cacing segar mengalami booming dan tidak laku jual. Sehingga karena alasan itu, petani cacing lebih memilih menjual segar daripada membuat sendiri suplemen probiotik.

Kata kunci:Pemberdayaan, cacing lumbricus, kompos komplit, probiotik, peningkatan pendapatan

Pendahuluan

Jumlah sampah organik yang melimpah akan mengganggu keindahan dan kesehatan lingkungan, sebagai sarang bibit penyakit dan sumber bau. Pengelolaan yang baik, sampah bisa menjadi sumber pendapatan masyarakat dengan sentuhan teknologi budidaya tertentu seperti cacing tanah, mengkonversi sampah menjadi pupuk organik, daur ulang, dan sebagainya. Adanya anggota masyarakat usia produktif yang masih belum mandiri melatarbelakangi ide munculnya usaha kreatif mengubah sampah organik menjadi sumber pendapatan masyarakat setempat. Peran perguruan tinggi sebagai agen dalam mentransfer ilmu pengetahuan ke masyarakat setempat sangat diperlukan. Pemanfaatan sampah sebagai media dan pakan budidaya cacing tanah, mengkonversi cacing segar menjadi produk lain yang berguna serta mengubah sisa hasil budidaya cacing tanah menjadi sumber pendapatan pada sektor pertanian lain.

Kegiatan pemberdayaan pada masyarakat ini berupa bantuan bibit cacing dan pendampingan selama kurun waktu kegiatan yang direncanakan (8 bulan). Pendampingan akan dilakukan oleh tim dari perguruan tinggi (UTM) yang telah berpengalaman dalam

budidaya cacing dan pembuatan probiotik cacing. Peserta adalah masyarakat umum di RT 3 dan RT 4 Desa Banyuajuh, Kec. Kamal, Kab. Bangkalan. Jumlah peserta terdiri atas 10 orang yang secara administratif dan iktikad lolos seleksi, hal dimaksudkan agar kegiatan yang direncanakan mempunyai dampal nyata dalam peningkatan pendapatan peserta pelatihan.

Metode

Metode pemberdayaan ini tidak lagi dilandasi dengan menggali permasalahan masyarakat seperti pada konsep PRA (Participatory Rural Appraisal) akan tetapi atas dasar pemahaman dan pemanfaatan cacing tanah sebagai agen untuk mengatasi masalah sosial. Kegiatan pemerdayaan ini secara runtut dan sistematis seperti sebagai berikut : 1. Mendata calon peserta dengan kriteria tertentu pada wilayah yang menjadi target

kegiatan.

2. Pembekalan teoritis yang dikelola oleh tim pengusul dengan nara sumber pelaku budidaya cacing tanah.

3. Pemahaman tentang pemanfaatan cacing segar sebagai obat herbal dan teknik pembuatan probiotik cacing.

4. Pengolahan sampah dan kascing menjadi produk kompos komplit yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan perikanan.

5. Pemberian bibit cacing pada 10 peserta pelatihan secara gratis.

6. Pendampingan selama periode kegiatan, dengan melihat langsung kandang budidaya, lokasi, teknik memanen cacing dll.

7. Penampungan hasil budidaya cacing tanah dari peserta pelatihan, mencatat dan mengukur hasil panen untuk keperluan evaluasi.

8. Penyajian laporan lengkap

Gambar 1. Model Transfer Pengetahuan Kegiatan Pemberdayaan

PENCACAH SAMPAH PENGOMPOSAN BUDIDAYA CACING TANAH CACING PROBIOTIK CACING TANAH DAN JAMU

CACING

PERMASALAHAN SAMPAH ORGANIK MASYARAKAT DESA BANYUAJUH

Gambar 2. Dokumentasi Proses Kegiatan Pemberdayaan Pembahasan

Budiidaya cacing tanah sangat mudah dan mempunyai keonomis tinggi, akan tetapi faktor ketekunan dan keseriusan menjadi salah satu kunci keberhasilannya. Pelatihan dilaksanakan dengan 2 metode yaitu teoritis dan praktek. Teoritis dilaksanakan selama 1 hari, kemudian 2 hari yang lain secara terpisah praktek pembuatan probiotik dan kompos dari sisa limbah cacing. Dari pengamatan langsung beberapa kondisi selama pelatihan antara lain :

1. Tingkat partisipasi peserta sangat baik, hal ini bisa dilhat dari diskusi dan pertanyaan berjalan dengan sangat menarik.

2. Motivasi peserta yang cukup baik, hal ini memang didasarkan pada ketertarikan dan upaya menambah pendapatan.

3. Peserta adalah usia produktif di desa Banyuajuh 4. Dari sisi pekerjaan mereka adalah petani dan pensiunan.

Dari 10 peserta pelatihan ternyata hanya 8 peserta yang sampai menjual cacing segar. Sedangkan yang 2 peserta lainnya dianggap gagal karena belum pernah setor cacing segar. Berikut ini data untuk peserta pelatihan seperti berikut :

Tabel 1. Tingkat hasi panen peserta pelatihan budidaya cacing selama 5 bulan

Peserta Pendidikan Panen 1 Panen 2 Total panen

1 SD 15 30 45 2 SD 20 25 45 3 SLTA 15 30 45 4 SLTP 10 30 40 5 SLTP 10 30 40 6 SLTA 15 25 40 7 SLTP 20 35 55 8 SLTP 15 25 40 9 Mahasiswa - - - 10 Mahasiswa - - -

Dari tabel meunjukkan total hasil panen rata-rata 45 kg, yang setara dengan pendapatan tambahan Rp 1.350.000 selama kurun waktu 5 bulan. Pada masa berikutnya bila pengelolaannya bagus bisa memberikan tambahan yang lebih besar lagi karena hasil panen juga akan meningkat.

Untuk antisipasi saat terjadi panen serempak dan melimpah dan kemampuan pasar menyerap hasil cacing segar, peserta pelatihan juga diberikan pelatihan bagaimana mengolah cacing segar menjadi produk lain yang bermanfaat. Dalam kegiatan ini cacing diolah menjadi jamu herbal probiotik yang diharapkan bisa menjadi obat bagi manusia, hewan maupun sebagai pupuk cair yang sangat kuat. Saat ini tim pengelola kegiatan telah mengembangkan produk turunan cacing dengan bebarapa manfaat yang antara lain : pupuk cair, jamu hebal, kapsul cacing dan kompos cacing. Secara tradisional, cacing tanah telah dipakai sebagai obat penurun panas dan typus yang efektif. Secara medis telah pula diteliti manfaat cacing tanah untuk berbagai penyakit antara lain : jantung, darah tinggi, diabetes militus, kolesterol, asam urat dan lain sebagainya. Dengan penambahan unsur herbal lain, diharapkan hasil dari produk herbal probiotik cacing juga bisa lebih bermanfaat secara luas. Apalagi Madura telah dikenal sebagai produsen herbal yang cukup dikenal secara nasional dengan ramuan madura nya. Disamping itu, dengan mengkonversi herbal probiotik yang dikelola secara tradisional tidak membebani konsumen dengan harga yang relatif mahal.

Berikut ini adalah produk yang telah dihasilkan melalui kegiatan budidaya cacing tanah:

Gambar 3. Produk hasil dari turunan cacing tanah Daftar Pustaka

Agus Basuki. 2012.Cara parktis budidaya cacing tanah lumbricus. Malang.

Amos Setiadi. 2011. Perilaku pro-lingkungan pada permukiman perkotaan studi kasus pengelolaan sampah di kampung sukunan. Yogyakarta.

Dewi, T.Q. 2007. Penanganan dan Pengolahan Sampah. Penebar Suwadaya.

Endah S, Et.al. 2009. Efektivitas kompos sampah perkotaan sebagai pupuk Organik dalam meningkatkan produktivitas dan Menurunkan biaya produksi budidaya padi. ITB, Bandung

Nasih Widya Yuwono. 2010. Pengelolaan Sampah Yang Ramah Lingkungan di Sekolah. Yogyakarta

Siti Anggita R, Et.al. 2010. Biokonversi sampah organik dengan aplikasi metode vermicomposting(studi kasus pt. sari ater, subang-jawa barat). UNSRI.

Shinoda Evrina. 2013.Pengembangan Jamu Sebagai Warisan Budaya. Biofarmaka IPB, Jamu, Kesehatan Tanaman Obat.

Sudewo Bambang. 2004. Buku tanaman obat populer. PT. Agro Media Pustaka: Yogyakarta.

Sugeng P. 2014.Ternak cacing dan turunannya, group diskusi, Facebook

Suharmiati. 2003. Menguak Tabir dan Potensi Jamu Gendong. Agromedium pustaka, Jakarta

Suharmiati, dan Handayani, L. 2005. Sehat Dengan Ramuan Tradisional. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Wahyu Surakusumah. 2009. Permasalahan sampah kota bandung dan alternatif solusinya. UPI Bandung

Yoga Maryanto A. 2010. Pengelolaan Sampah Yang Ramah Lingkungan Di Sekolah, Thesis. UI, Jakarta.