• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sujud Sahwi :

Dalam dokumen Hukum hukum seputar shalat.pdf (Halaman 81-84)

B. SHALAT

17. Sujud Sahwi :

Bilamana seseorang yang sedang shalat meninggalkan satu rakaat sari shalatnya karena lupa, namun sebelum shalatnya berakhir dia teringat akan hal itu, maka dia harus menghadirkannya dan diharuskan sujud sahwi. Kemudian bila ia ragu terhadap tertinggalnya rakaat tersebut, seperti bila ia ragu; apakah dirinya dalam shalat itu baru mengerjakan satu rakaat, atau telah dua rakaat, atau telah tiga rakaat, atau telah empat rakaat, maka dia harus mengambil rakaat yang paling sedikit lalu melanjutkan dengan rakaat yang telah tersisa dan sujud sahwi. Selanjutnya bila dia telah membaca dalam shalatnya kemudian ia yakin bahwa dirinya telah meninggalkan satu rakaat, atau dua rakaat, atau tiga rakaat; atau bahwa dirinya telah meninggalkan ruku’, atau sujud, atau rukun-rukun shalat yang lain selain niat dan takbiratul ihram, maka dalam kasus ini harus diperhatikan: Bilamana ia teringat akan hal itu belum begitu lama, maka ia harus menyambung kembali shalatnya dan sujud sahwi. Sedangkan bilamana ia baru teringat akan hal itu sesudah waktu berselang lama, maka ia harus

mengulang kembali shalatnya, sebagaimana telah dikemukakan dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan:

“Rasulullah saw. telah shalat salah satu dari shalat al-‘asyiyyi -zhuhur dan ashar--. Kemudian beliau membaca salam pada waktu (belaiu baru mengerjakan) dua rakaat. Seseudah itu beliau menghampiri pohon kurma yang terletak di arah kiblat masjid lalu belaiu bersandar padanya. Dan kala itu orang-orang bergegas keluar sedang Dzul Yadain berdiri dan berkata: Ya Rasulallah, apakah engkau (sengaja) mengqashar atau engkau lupa? Maka nabi saw. memandang ke kanan dan ke kiri, lalu bersabda: Apa yang Dzul Yadain katakan itu? Mereka (para sahabat) menjawab: Dia benar, bahwa engkau tidak shalat melainkan hanya dua rakaat. Maka beliau pun shalat lagi dua rakaat dan membaca salam, kemudian bertakbir, kemudian sujud, kemudian bertakbir, lalu berdiri, krmudian bertakbir dan sujud, kemudian bertakbir dan berdiri.”

Abu da’id al-Khudri r.a. telah meriwayatkan pula:

“Sesungguhnya nabi saw. bersabda: Bilamana seseorang diantara kalian ragu dalam shalatnya, maka buanglah keraguan itu dan bersikap yakinlah. Kemudian jika ia telah yakin dengan seyakin- yakinnya, sujudlah dua kali. Bilamana shalatnya itu terbukti sempurna, maka rakaat tersebut merupakan tambahan (sunnat) baginya dan begitu juga kedua sujud. Dan jika terbukti rakaat itu kurang, maka rakaat tersebut menjadi penyempurna bagi shalatnya dan kedua sujudnya merupakan arang yang mencoreng muka syaitan.”

Kemudian dalam hadits yang diriwayatkan dari Ibrahim an-Nakhai dari ‘Alqamah bin Mas’ud r.a. dia berkata:

“Rasulullah saw. telah shalat -Ibrahin berkata: Beliau dalam shalatnya itu lebih atau kurang--, maka seusai beliau membaca salam, ditegurlah beliau; ‘Ya Rasulallah, apakah sesuatu telah terjadi dalam shalat? Beliau bertanya,’Apakah itu?’ Mereka (para sahabat) menjawab,’Engkau telah shalat demikian dan demikian.’ Maka beliau pun melangkahkan kedua kakinya dan menghadap kiblat lalu beliau bersujud dua kali, kemudian beliau membaca salam. Sesudah itu beliau pun menghadapkan mukanya ke arah kami dan bersabda: Bahwasanya bila sesuatu terjadi dalam shalat, sudah barang tentu aku memberitahukannya kepada kalian. Akan tetapi walaupun demikian, sesungguhnya aku juga adalah manusia yang bisa lupa seperti halna kalian juga yang bisa lupa. Oleh karena itu, maka bila aku lupa, maka ingatkanlah aku oleh kalian, dan jika seseorang di antara kalian ragu dalam shalatnya, maka upayakanlah untuk memperoleh yang benar lalu sempurnakanlah dengannya kemudian hendaklah sujd dua kali”.

Ketentuan ini berkenaan dengan seseorang yang shalat lalu ada bagian shalat yang tertinggal, namun kemudian teringat akan hal itu, saat masih shalat maupun saat shalat sudah selesai dikerjakan. Begitu juga ketentuan tersebut berkenaan dengan seseorang yang shalat lalu ia ditimpa keraguan. Adapun bila ia dilanda perasaan ragu sesudah membaca salam; apakh dirinya telah meninggalkan sesuatu atau tidak? Maka dalam kasus seperti ini dia tidakdiharuskan apa-apa lagi karena pada dasarnya ia telah menunaikan seluruh rangkaian shalat tersebut dengan sempurna, sehingga keraguan yang timbul sesudahnya tidak berpengaruh apa-apa lagi.

Apabila seseorang yang sedang shalat meninggalkan salah satu fardhu shalat karena lupa, akan tetapi saat masih shalat dia teringat akan hal itu, atau dia itu ragu akan salah satu fardhu shalat; apakah fardhu tersebut dikerjakan ataukah tidak, sedang saat itu ia masih dalam keadaan shalat, maka bagian yang diragukan dalam rakaat tersebut jangan ditangguhkan melainkan harus langsung dikerjakan dan sesudah itu baru melanjutkan yang berikutnya karena tertib dalam pelaksanaan shalat hukumnya fardhu. Sebagai contoh, umpamanya: Apabila seseorang yang sedang shalat dalam rakaat pertama tertinggal sujudnya dan dia mengingatnya saat sedang berdiri dalam rakaat kedua, maka seketika itu juga ia harus turun untuk bersujud terlebih dahulu untuk menggantikan sujud yang tertinggal dalam rakaat pertama tersebut, dan sesudah itu barulah ia melanjutkan untuk memulai lagi rakaat yang kedua. Selanjutnya apabila ia baru teringat akan hal itu pada saat sedang berdiri untuk rakaat ketiga, yakni baru teringat bahwa sujud pada rakaat pertama tertinggal, maka hal itu dianggap sama dengan meninggalkan seluruh rangkaian rekaat pertama itu sehingga oleh karenanya ia pun harus menggantinya dengan satu rakaat secara utuh. Dalam kedua kasus di atas hendaklah ditambah

lagi dengan sujud sahwi dan seluruh rangkaian ketentuan ini berkenaan dengan hal-hal yang bersifat fardu. Adapun bila ia lupa dalam hal-hal yang bersifat sunat, lalu teringat akan hal itu sedang ia masih dalam shalat maka hal tersebut tidak perlu diulang. Sebagai contoh ; bilamana sunat yang terlupakan itu berupa sunat haiah seperti mengangkat kedua tangan saat berdiri dari ruku’ atau membaca tasbih saat ruku’, maka tidak perlu sujud sahwi. Sedangkan bilamana yang terlupakan itu sunat seperti duduk pada tasyahhud awwal atau qunut dalam shalat Shubuh, maka hendaklah sujud sahwi sebagai penambal atas sunat yang tertinggal itu.

Dalam hadits yang diriwayatkan dari Ziyad bin ‘Alafah dikemukakan, bahwasanya dia berkata :

“Al Mughirah bin Syu’bah shalat mengimami kami. Kemudian dia bangkit dalam dua rakaat, maka kami pun mengucapkan : ( ( ) ) dan dia pun mengucapkan: ( (

) ) serta sesudah itu dia berlanjut. Ketika dia telah menyempurnakan shalatnya dan membaca salam, dia pun sujud sahwi dua kali. Selanjutnya ketika dia beranjak, berkatalah : Aku telah melihat Rasulullah s.a.w. melakukan seperti yang aku lakukan”.

Hukum sujud sahwi ini adalah sunat berdasarkan sabda Nabi s.a.w. yang dikemukakan oleh Abu Sa’id Al Khudri r.a. di atas, yakni :

“. . . ., maka rakaat tersebut merupakan tambahan (sunat) baginya dan begitu juga kedua sujud”.

Sujud sahwi dilakukan sebelum membaca salam berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Juhinah r.a. :

“Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah berdiri dalam shalat Zhuhur padahal seharusnya beliau duduk .Maka ketika beliau telah menyelesaikan shalatnya, bersujudlah beliau dua kali dan beliau bertakbir dalam setiap sujud serta beliau melakukannya sambil duduk dan sebelum membaca salam, lalu orang-orang pun bersujud bersama beliau pada duduk yang terlupakan tersebut”.

Ketentuan tentang pelaksanaan sujud sahwi ini berdasarkan pada hadits lain juga, yaitu pada hadits yang diriwayatkan oleh Ibrahim An Nakhai di atas. Kemudian berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan dari Abu Sa’id Al Khudri r.a. yang mengatakan :

“Rasulullah s.a.w. telah bersabda : Apabila seseorang di antara rakaat kalian ragu dalam shalatnya, tidak tahu berapa rakaat ia telah melakukannya ; tiga atau empat rakaat? Maka buanglah keraguan itu dan berpeganglah pada bilangan rakaat yang diyakininya, kemudian bersujudlah dua kali sebelum membaca salam”.

Selanjutnya didasarkan pula pada hadits Abdurrahman bin ‘Auf r.a. yang berbunyi :

“Dan sujudlah dua kali sebelum membaca salam”.

Sujud sahwi juga boleh dilakukan sesudah membaca salam berdasarkan hadits Dzul Yadain dari hadits riwayat Abu Huairah r.a. :

“Dan (beliau) membaca salam, kemudian bertakbir, kemudian sujud, kemudian bertakbir, lalu beliau mengangkat (kepala ) , kemudian bertakbir dan sujud, kemudian bertakbir dan mengangkat (kepala)”.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh ‘Imran bin Hashin dikemukakan :

“Maka beliau shalat satu rakaat kemudian membaca salam, kemudian sujud dua kali, kemudian membaca slam”.

“Sesungguhnya Nabi s.a.w. shalat Zhuhur lima rakaat lalu kepadanya ditanyakan: Apakah shalat (ini) ditambah ? Maka beliau menjawab : Apakah itu ? Mereka (para sahabat) menjawab : Engkau telah shalat dengan lima rakaat. Kemudian beliau sujud dua kali sesudah beliau membaca salam”.

Dalam dokumen Hukum hukum seputar shalat.pdf (Halaman 81-84)