• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tgl Jenis

Bencana Wilayah Keterangan Sumber Berits 05/10/2

021

Banjir rob Kota Medan

Banjir rob merendam 15.000 rumah warga di Kota Medan, Sumatera Utara. Ada 70.685 jiwa terkena dampak banjir ini. Banjir di kawasan pesisir Medan ini terjadi sejak Selasa (5/10/2021). BNPB menyebut ketinggian air rata-rata 70 cm. "Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan melaporkan terdapat tujuh kelurahan terdampak di Kecamatan Medan Belawan, antara lain Kelurahan Belawan 1, Kelurahan Belawan 2, Kelurahan Sincanang, Kelurahan Bahari, Kelurahan Bahagia, Kelurahan Bagan Deli dan Kelurahan Labuan Deli," kata Plt Kapusdatin dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, kepada wartawan, Sabtu (9/10/2021).

https://news.detik.co m/

Tgl Jenis

Bencana Wilayah Keterangan Sumber Berits 06/10/2

021

Banjir rob Kota Batu Bara

Banjir rob terjadi di Kota Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara akibat pasang air laut yang menggenangi rumah warga sejak Rabu, 6 Oktober 2021 pukul 02.00 WIB. Titik banjir terdapat pada dua kecamatan, antara lain Kecamatan Medang Deras di Desa Medang dan Kecamatan Tanjung Tiram di Desa Bandar tepatnya di Kelurahan Bagan Arya.

BPBD Kota Batu Bara mencatat kerugian materil antara lain sebanyak 520 unit rumah warga terendam, tiga unit rumah rusak berat, dua unit rumah rusak sedang dan dua unit rumah rusak ringan.

https://www.hallo.id/

07/10/2 021

Angin Putting Beliung

Kab.

Serdang Bedagai

Angin puting beliung disertai hujan deras memorak-porandakan puluhan rumah di Kecamatan Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (Sumut), Kamis (7/10/2021) sore. Kencangnya terpaan angin hingga mengangkat lepas atap rumah warga dan menumbangkan pohon. Kepala Balai Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Asahan, Henry Suharto menjelaskan, di Kecamatan Dolok Masihul, ada empat desa yang diterpa angin puting beliung yakni Desa Bantan, Desa Pekan Kamis, Desa Batu 13, dan Desa Martebing.

"Totalnya ada 34 rumah yang rusak.

Kondisinya ada yang ringan ada juga yang berat," katanya saat dikonfirmasi melalui telepon, Jumat (8/10/2021).

https://regional.kompa s.com/

Tgl Jenis

Bencana Wilayah Keterangan Sumber Berits 22/10/2

021

Banjir Kab.

Serdang Bedagai

Seribuan rumah dan ratusan hektar lahan pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara terendam banjir, Kamis (22/10/2021).

Ketinggian air mencapai berkisar antara 30 sampai 80 sentimeter.

Sekretaris BPBD Kabupaten Serdang Bedagai, Juanda Pasaribu mengatakan banjir terjadi pada empat kecamatan yakni di Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Sei Rampah dan Kecamatan Tebing Tinggi. "Laporan sementara sebanyak 1238 rumah terendam banjir di 3 Kecamatan, ketinggian air antara 30 sampai 80 sentimeter,"

katanya.

https://www.rmolsumu t.id/

23/10/2 021

Longsor Kab. Deli Serdang

Bencana tanah longsor di Sibolangit terjadi di jalur utama Medan-Karo, tepatnya di sekitar tikungan PDAM Tirtanadi, Kecamatan Sunggal, Deliserdang, Sumatera Utara, pada Sabtu 23 Oktober 2021 sekitar pukul 19:30 WIB malam. Sebanyak 4 orang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut. Kepala Satuan Lalulintas Polrestabes Medan, AKBP Sonny Siregar, mengatakan keempat korban tewas adalah penumpang mohon Daihatsu Xenia yang tertimpa material saat longsor terjadi.

https://news.okezone.

com/

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyampaikan Peringatan Dini untuk WASPADA datangnya La-Nina menjelang akhir tahun.

Berdasarkan monitoring terhadap perkembangan terbaru dari data suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menunjukkan bahwa saat ini nilai anomali telah melewati ambang batas La Nina, yaitu sebesar -0.61 pada Dasarian I Oktober 2021.

Kondisi ini berpotensi untuk terus berkembang dan kita harus segera bersiap menyambut kehadiran La Nina 2021/2022 yang diprakirakan akan berlangsung dengan intensitas lemah -sedang, setidaknya hingga Februari 2022.

Didasarkan pada kejadian La Nina tahun 2020 lalu, hasil kajian BMKG menunjukkan bahwa curah hujan mengalami peningkatan pada November-Desember-Januari terutama di wilayah Sumatra bagian selatan, Jawa, Bali

hingga NTT, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian selatan, maka La Nina tahun ini diprediksikan relatif sama dan akan berdampak pada peningkatan curah hujan bulanan berkisar antara 20 -70% di atas normalnya. Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim hujan tersebut maka perlu kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi lanjutan dari curah hujan tinggi yang berpotensi memicu bencana hidrometeorologi.

Dwikorita juga mengingatkan agar pemerintah daerah, masyarakat, dan semua pihak terkait dengan pengelolaan sumber daya air dan pengurangan risiko bencana yang berada di wilayah yang berpotensi terdampak La-Nina, agar bersiap segera untuk melakukan langkah pencegahan dan mitigasi terhadap peningkatan potensi bencana Hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, angin kencang atau puting beliung ataupun terjadinya badai tropis.

Sementara itu Plt. Deputi Bidang Klimatologi Urip Haryoko menambahkan, berdasarkan hasil pengamatan data dari jejaring stasiun pengamatan hujan BMKG di seluruh wilayah Indonesia hingga Dasarian I (sepuluh hari pertama) Oktober 2021, menunjukkan hasil monitoring perkembangan musim hujan tahun 2021/2022 bahwa 19,3% wilayah zona musim di Indonesia telah memasuki musim hujan. Beberapa zona musim Indonesia yang telah mengalami musim hujan tersebut meliputi wilayah Aceh bagian tengah, Sumatra Utara, sebagian besar Riau, Sumatra Barat, Jambi,

sebagian besar Sumtera Selatan, Lampung bagian barat, Banten bagian timur, Jawa Barat bagian selatan, Jawa Tengah bagian barat, sebagian kecil Jawa Timur bagian selatan, sebagian Bali, Kalimantan Utara, sebagian besar Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan bagian selatan dan timur, Kalimantan tengah bagian timur, Pulau Taliabu, dan Pulau Seram bagian selatan.

Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan prediksi prakiraan awal musim hujan 2021/2022 BMKG sebagaimana disampaikan sebelumnya oleh Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring di bulan Agustus (26/8/2021) yang lalu bahwa awal musim hujan di wilayah Indonesia, akan maju lebih dini mulai Oktober.

BMKG juga telah memprakirakan bahwa sebagian wilayah Indonesia yang akan memasuki periode Musim Hujan mulai Oktober ini, meliputi wilayah Aceh bagian timur, Riau bagian tenggara, Jambi bagian barat, Sumatra Selatan bagian tenggara, Bangka Belitung, Banten bagian

barat, Jawa Barat bagian tengah, Jawa Tengah bagian barat dan tengah, sebagian DI Yogyakarta dan sebagian kecil Jawa Timur, Kalimantan Tengah bagian timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Sedangkan beberapa wilayah Indonesia lainnya, akan memasuki musim hujan pada bulan November hingga Desember 2021 secara bertahap dalam waktu yang tidak bersamaan. Secara umum, sampai dengan bulan November 2021 nanti diprakirakan 87.7% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Kemudian pada akhir bulan Desember 2021, BMKG memprakirakan 96.8% wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.

Perlu dicermati juga bulan Oktober ini bagi beberapa wilayah di pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan Sulawesi Selatan merupakan wilayah yang sedang mengalami periode transisi atau peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan. Pada periode peralihan musim ini, perlu diwaspadai fenomena cuaca ekstrim yang sering muncul, seperti hujan lebat, angin puting beliung, angin kencang meskipun periodenya singkat tapi sering

memicu terjadinya bencana hidrometeorologi. Kewaspadaan dalam menghadapi musim hujan ini selain wilayah-wilayah yang langganan atau berpotensi banjir dan longsor, lebih waspada lagi pada periode puncak musim hujan yang diprediksi akan dominan terjadi bulan Januari dan Februari 2022.

Hai Sobat BMKG, bertemu lagi dengan artikel Senjata Oprasional.Kali ini kami akan memperkenalkan Senjata Operasional lain yang dimiliki Stasiun Meteorologi Kualanamu, yaitu Automatic Weather Station (AWS). Alat pengukur cuaca otomatis (Automatic Weather Station / AWS) merupakan bentuk kesatuan dari rangkaian sensor yang dipadukan dan secara otomatis merekam data meteorologi yang kemudian akan diubah (ditampung) dalam Data Logger sehingga dapat dimonitoring melalui komputer server dan diakses secara online.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan layanan informasi cuaca dalam berbagai sektor, secara langsung berdampak pada meningkatnya tuntutan kualitas layanan informasi cuaca. Oleh karenanya untuk memenuhi tuntutan tersebut, maka diperlukan suatu sistem

otomatisasi peralatan pengamatan yang lebih akurat dan memiliki kerapatan data yang lebih baik. Peralatan AWS diharapkan dapat menggantikan system pengamatan cuaca konvensional/manual.

Dokumen terkait