• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sumbangan Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA

B. Sumbangan Pemikiran Ki Hajar Dewantara Tentang

Kepeloporan Ki Hajar Dewantara dalam mencerdasakan kehidupan bangsa yang tetap berpijak pada budaya bangsanya diakui oleh bangsa Indonesia. Perannya dalam mendobrak tatanan pendidikan kolonial yang mendasarkan pada budaya asing untuk diganti dengan sistem pendidikan nasional menempatkan Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan nasional yang kemudian dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Sistem pendidikan kolonial yang ada dan berdasarkan pada budaya barat, jelas-jelas tidak sesuai dengan kodrat alam bangsa Indonesia. Oleh karena itu, Ki Hajar Dewantara memberikan alternatif lain yaitu kembali ke jalan Nasional. Pendidikan untuk rakyat Indonesia harus berdasarkan pada budaya bangsanya sendiri. Sistem pendidikan kolonial yang mengguunakan cara paksaan dan ancaman hukuman harus diganti dengan jalan kemerdekaan yang seluas-luasnya kepada anak didik dengan tetap memperhatikan tertib damainya hidup bersama.4

4 Ki Hariyadi, Ki Hadjar Dewantara sebagai Pendidik, Budayawan, Pemimpin Rakyat,

dalam Buku Ki Hadjar Dewantara dalam Pandangan Para Cantik dan Mentriknya, (Yogyakarta: MLTS, 1989), h.42.

69

Reorientasi perjuangan Ki Hajar Dewantara dari dunia politik ke dunia pendidikan mulai disadari sejak berada dalam pengasingan di negeri Belanda. Ki Hajar Dewantara mulai tertarik pada masalah pendidikan, terutama terhadap aliran yang dikembangkan oleh Maria Montessori dunia pendidikan lama dan pembangunan dunia baru. Selain itu juga tertarik pada ahli pendidikan lama dan pembangunan dunia baru. Selain itu juga tertarik pada ahli pendidikan yang bernama Freidrich Frobel. Frobel adalah seorang pendidik dari Jerman. Ia mendirikan perguruan untuk anak-anak yang bernama Kindergarten (Taman Kanak-kanak). Oleh Frobel diajarkan menyanyi, bermain, dan melaksanakan pekerjaan anak-anak. Bagi Frobel anak yang sehat badan dan jiwanya selalu bergerak. Maka ia menyediakan alat-alat dengan maksud untuk menarik anak-anak kecil bermain dan berfantasi. Berfantasi mengandung arti mendidik angan anak atau mempelajari anak-anak berfikir.5

Ki Hajar Dewantara juga menaruh perhatian pada metode Montessori. Ia adalah sarjana wanita dari italia, yang mendirikan taman kanak-kanak dengan nama “Case De Bambini”. Dalam pendidikannya ia mementingkan hidup jasmani anak-anak dan mengarahkannya pada kecerdasan budi. Dasar utama dari pendidikan menurut dia adalah adanya kebebasan dan spontanitas untuk menapatkan kemerdekaan hidup seluas- luasnya. Ini berarti bahwa anak-anak itu sebenarnya dapat mendidik dirinya sendiri menurut Tagore adalah semata-mata hanya merupakan alat dan syarat

5 Darsiti Soetarman, Ki Hajar Dewantara, (Jakarta: Depaertemen Pendidikan dan

70

untuk memperkokoh hidup kemanusiaan dalam arti yang sedalam-dalamnya, yaitu menyangkut keagamaan. Kita harus bebas dan merdeka. Bebas dari ikatan apapun kecuali terikat pada alam serta zaman, dan merdeka untuk mewujudkan suatu ciptaan.6

Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa kemerdekaan nusa dan bangsa untuk mengejar keselamatan dan kesejahteraan rakyat tidak hanya dicapai melalui jalan politik, tetapi juga melalui pendidikan. Oleh karenanya timbullah gagasan untuk mendirikan sekolah sendiri yang akan dibina sesuai dengan cita-citanya. Untuk merealisasikan tujuannya, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa. Cita-cita perguruan tersebut adalah “Saka” (“saka” adalah singkatan dari “Paguyuban Selasa Kliwonan” di Yogyakarta, dibawah pimpinan Ki Ageng Sutatmo Suryokusumo. Paguyuban ini merupakan cikal bakal perguruan taman siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara di Yogyakarta.7 Yakni: mengayu-ayu sarira

(membahagiakan diri), mengayu-ayu bangsa (membahagiakan bangsa) dan mengayu-ayu manungsa (membahagiakan manusia).

Untuk mewujudkan gagasannya tentang pendidikan yang dicita- citakan tersebut. Ki Hajar Dewantara menggunakan metode “Among” yaitu “Tutwuri Handayani”. (“Among” berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka cita, dengan memberi kebebasan anak asuh bergerak menurut kemamuannya. “Tutwuri Handayani” berarti pemimpin mengikuti dari belakang, memberik kebebasan dan keleluasaan bergerak yang dipimpinnya.

6 Irna H.N. Hadi Suwito, Soewardi Soeryaningrat dalam Pengasingan, (Jakarta: Balai

Pustaka, 1985), h.99.

71

Tetapi ia adalah “handayani”, mempengaruhi dengan daya kekuatannya dengan pengaruh dan wibawanya.8

Metode Among merupakan metode pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan dilandasi dua dasar, yaitu kodrat alam dan kemerdekaan.9

Metode Among menempatkan anak didik sebagai subyek dan sebagai obyek sekaligus dalam proses pendidikan. Metode among mengandung pengertian bahwa seorang pamong/guru dalam mendidik harus memiliki rasa cinta kasih terhadap anak didiknya dengan memperhatikan bakat, minat, dan kemampuan anak didik dan menumbuhkan daya inisiatif serta kreatif anak didiknya. Pamong tidak dibenarkan bersifat otoriter terhadap anak didiknya dan bersikap Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani.10

Ki Hajar juga menempatkan jiwa merdeka sebagai sifat kodrati sang anak yang harus ditumbuh kembangkan melalui pendidikan dan pengajaran. Ki Hajar juga sering menganjurkan para pamong untuk mengajar siswa belajar bermain, misalnya pelajaran ilmu bumi (geografi) dengan menggambar peta indonesia pada tanah atau pasir dan menandai kota-kota dengan batu, gunungnya dengan gundukan kecil, hutan dengan umput hijau.11

Sehingga sumbangan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan adalah adanya kebebasan dan spontanitas untuk menapatkan

8 Moh. Tauchid, Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta:

MLPTS, 1963), h.36.

9 Ki Hariyadi, ..., h.42.

10 Ki Hariyadi, Dip. A. Ed., Sistem Among dari Sistem Pendidikan ke Sistem Sosial,

(Yogyakarta: MLPTS, 1985), h.22.

72

kemerdekaan hidup seluas-luasnya melalui bidang pendidikan. Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka dapat ditegaskan bahwa Ki Hajar Dewantara mengajak masyarakat untuk meningkatkan pendidikan agar mendapatkan kecerdasan, keteladanan serta merasakan hidup bahagia di dunia dan akhirat.

Sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Mujadilah ayat 11:

12

ٍتﺎَﺟَرَد

َﻢْﻠِﻌْﻟا اﻮُﺗوُأ َﻦﻳِﺬﱠﻟاَو ْﻢُﻜْﻨِﻣ اﻮُﻨَﻣآ َﻦﻳِﺬﱠﻟا ُﻪﱠﻠﻟا ِﻊَﻓْﺮَـﻳ

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. al Mujadilah/58: 11)

Ayat tersebut telah menjelaskan bahwa betapa Allah SWT sangat memuliakan orang-orang yang beriman serta berilmu. Ilmu hanya dapat diperoleh melalui pendidikan dan kajian ilmu pengetahuan. Dengan begitu seseorang dapat membedakan baik dan buruk, hak dan bathil, benar dan salah serta halal dan haram. Derajat orang berilmu lebih jauh dan lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan baik dihadapan Allah SWT khususnya, maupun dikalangan masyarakat pada umumnya.

73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan dan analisis di atas, maka dalam penelitian tentang pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan keluarga jika dihubungkan dengan hadits-hadits Nabi SAW, dihasilkan beberapa jawaban permasalahan yang telah dirumuskan. Maka penulis dapat menyimpulkan :

1. Pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan keluarga dalam

perspektif Hadits-Hadits Nabi SAW:

a. Bahwa pemikiran Ki Hajar Dewantara tentang pendidikan yang

dititikberatkan kepada pencapaian keselamatan dan kebahagiaan, dengan hadits Nabi yang lebih condong ke pencapaian taraf kehidupan yang lebih tinggi adalah dengan mencari ilmu melalui pendidikan. dengan begitu Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu serta yang memiliki iman, sehingga mempermudah mereka untuk menuju surga-Nya.

b. Menurut Ki Hajar Dewantara lingkungan keluarga merupakan

pendidikan pertama bagi seorang anak dalam meningkatkan pendidikan budi pekertinya, hal ini sejalan dengan hadits Nabi bahwa setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah atau suci, secara pengetahuan belum tahu apa-apa dan belum mendapatkan bimbingan

74

pendidikan dari segi manapun, disinilah tugas orang tua dalam lingkup keluarga untuk mengasah pola pikir anak untuk mengembangkan kekuatan batin dan karakter anak guna mengasah potensi yang dimilikinya.

2. Sumbangan pemikiran Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan adalah

adanya kebebasan dan spontanitas untuk mendapatkan kemerdekaan hidup seluas-luasnya melalui bidang pendidikan. Jika dikaitkan dengan pendidikan Islam, maka dapat ditegaskan bahwa Ki Hajar Dewantara mengajak masyarakat untuk meningkatkan pendidikan agar mendapatkan kecerdasan, keteladanan serta merasakan hidup bahagia di dunia dan akhirat.

B. Saran

Berdasarkan pemaparan konsep pendidikan keluarga yang telah di buat oleh Ki Hajar Dewantara tersebut, dapat dijadikan masukan serta solusi yang solutif bagi setiap keluarga yang hidup di lingkungan masyarakat, terutama orang tua dan para pendidik. Diharapkan para orang tua yang memiliki peran yang aktif dalam pengembangan potensi anak melalui pendidikan budi pekerti, dan memberikan pengaruh positif pada setiap pengajaran di dalam keluarga.

Serta konsep pendidikan dari tokoh ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan studi banding oleh peneliti lainnya dalam

75

mewujudkan generasi yang cerdas, berbudi pekerti santun, beriman dan bertaqwa.

C. Penutup

Dengan mengucap Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Penulis telah berusaha dengan keras demi terwujudnya skripsi yang sempurna sesuai dengan harapan awal. Namun setelah selesainya skripsi ini, tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan di beberapa bagiannya. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca, sehingga akan terbentuk suatu sinergi yang pada akhirnya menjadikan buah pikiran ini bisa lebih disempurnakan lagi di masa mendatang. Dan penulis berdoa mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah khazanah keilmuan. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rieka Cipta, 1991.

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. Shahih Bukhari. (Maktabah Syamilah), versi

1, jilid 11.

Al-Jamali, Muhammad Fadlli. al-Falsafah at-Tarbiyah fi al-Quran, Terj. Judi al-

Falasani, Konsep Pendidikan Qur’ani, Solo: Ramadhani, 1993.

Aminudin, Arifin M. Dam. Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Sinar Grafika,

1992.

An-Nahlawi, Abdurrahman, Usul al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Asalibuha, Terj.

Herry Noer Ali, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, Bandung:

Diponegoro, 1989.

Arifin, M. Filasafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Cet. Ke-

14, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Jilid IV, Jakarta:

Gema Insani Press, 2000.

At-Tirmidzi, Muhammad bin Isa. Sunan at Tirmidzi, (Maktabah Syamilah), versi

1, jilid 10.

D. Marimba, Ahmad. Pengantar Filsafat Islam, Bandung: Al-Ma’rifat, 1989.

Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, cet. II,

Jakarta: CV. Ruhama, 1995.

Departemen Agama, Al-Quran dan Terjemah, Semarang: CV. Toha Putra, 1989.

Dewantara, Bambang. 100 Tahun Ki Hajar Dewantara, Jakarta: Pustaka Kartini,

cet. I, 1989.

Dewantara, Ki Hajar. Bagian Pertama Pendidikan, Yogyakarta: Majelis Luhur

Taman Siswa Cet II, 1977.

Dip. A., Ki Hariyadi, Ed. Sistem Among dari Sistem Pendidikan ke Sistem Sosial,

77

Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 4 (Jakarta: Cipta Adi Pustaka, Cet I, 1989), 330.

Gunawan, Berjuang Tanpa Henti dan Tak Kenal Lelah dalam Buku Perjuangan

70 Tahun Taman Siswa, Yogyakarta: MLPTS, 1992.

Hadjar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam

Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Hariyadi, Ki. Ki Hadjar Dewantara sebagai Pendidik, Budayawan, Pemimpin

Rakyat, dalam Buku Ki Hadjar Dewantara dalam Pandangan Para

Cantrik dan Mentriknya, Yogyakarta: MLTS, 1989.

Irna H.N. Hadi Suwito, Soewardi Soeryaningrat dalam Pengasingan, Jakarta:

Balai Pustaka, 1985.

Jamaluddin, Berfikir Apa dan Bagaimana, Surabaya: Indah, 1989.

Junaidi, Mahhfud. Kiai Bisri Musthafa: Pendidikan Keluarga Berbasis

Pesantren, Semarang: Walisongo Press, Cet I, 2009.

Kartini, Kartono, Bimbingan dan Dasar-dasar Pelaksanaannya, Jakarta:

Rajawali, 1985.

M. Echols, John dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia,

1991.

Muchtar, Heri Jauhari. Fikih Pendidikan, Cet 1, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2005.

Mukodi, Pendidikan Kanak-Kanak dan Pendidikan Keluarga: Studi Kritis

Pemikiran Ki Hajar Dewantara, Jurnal-UNY.

Muslim, Abd. Qadir, Konsep Pendidikan Akhlak (Studi Komparasi Pada

Pemikiran Ibn Miskawaih dan Ki Hadjar Dewantara), Skripsi, Malang:

Fakultas Tarbiyah, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, 2010.

Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Nata, Abuddin, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada, 2005.

Nurdin, Muslim dkk., Moral dan Kognisi Islam, Bandung: Alfabeta, 1993.

Poerbakawatja, R. Soegarda dan H.A.H. Harahap. Ensiklopedi Pendidikan,

78

Prastowo, Andi. Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan

Penelitian, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011.

Purwanto, Ngaliktim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2000.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1998.

Rohani, Ahmad dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rieka Cipta, 1991.

Soetarman, Darsiti. Ki Hajar Dewantara, Jakarta: Depaertemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1983/1984.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Cet. 4, Bandung: Alfabeta, 2008.

Sulaiman, Abu Daud, Sunan Abi Daud, (Maktabah Syamilah), versi 1, jilid 4.

Suprijanto, Landasan Pendidikan, Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2005.

Tauchid, Moh. Perjuangan dan Ajaran Hidup Ki Hajar Dewantara, Yogyakarta:

MLPTS, 1963.

Tirtarahardja et al, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006.

Wahjoetomo, Perguruan Tinggi Pesantren: Pendidikan Alternatif Masa Depan,

Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Yasin, Fatah. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press,

Dokumen terkait