• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

2. Sumber Belajar Modul

Modul merupakan suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 132). Menurut makna istilah asalnya modul adalah alat ukur yang lengkap, merupakan unit yang dapat berfungsi secara mandiri, terpisah, tetapi juga dapat berfungsi sebagai kesatuan dari seluruh unit lainnya.

Modul adalah suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk belajar sendiri (Sugihartono dkk, 2007: 65).

Menurut BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Nana Sudjana & Ahmad Rivai, 2003: 132-133), modul didefinisikan sebagai satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara rinci menggariskan:

1) Tujuan instruksional yang ingin dicapai

2) Topik yang akan dijadikan dasar proses belajar mengajar

3) Pokok-pokok materi yang dipelajari

4) Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas

5) Peranan guru dalam proses belajar mengajar 6) Alat-alat dan sumber yang akan dipergunakan

7) Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan

8) Lembaran kerja yang harus diisi oleh siswa 9) Program evaluasi yang akan dilaksanakan

Berdasarkan batasan pengertian tentang modul di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modul adalah suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu secara sitematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri, dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut.

b. Karakteristik Modul

Proses perancangan pembuatan modul harus memperhatikan beberapa karakteristik dari modul. Menurut Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2008: 4) modul memiliki karakteristik sebagai berikut.

1) Pembelajaran Mandiri (Self instruction)

Siswa dituntut untuk belajar sendiri tanpa bantuan seorang guru atau pengajar menggunakan modul, untuk itu modul dirancang sedemikian rupa dengan menggunakan bahasa yang mudah dicerna agar siswa dapat memahami isi materi. Untuk memilih karakter self instruction maka dalam modul harus:

a) Memuat tujuan pembelajaran dengan jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.

20

b) Memuat materi pembelajaran yang dikemas secara spesifik sehingga peserta didik dapat mempelajarinya secara tuntas.

c) Terdapat contoh dan ilustrasi yang mendukung pencapaian materi pembelajaran.

d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang dapat digunakan untuk mengukur penguasaan peserta didik.

e) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas dan lingkungan peserta didik.

f) Bahasa yang digunakan sederhana sehingga mudah dipahami.

g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.

h) Terdapat instrument penilaian, sehingga peserta didik dapat melakukan penilaian sendiri (self assessment)

i) Terdapat umpan balik terhadap penilaian peserta didik, sehingga peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi.

j) Terdapat informasi tentang

rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi pembelajaran yang dimaksud.

2) Kebutuhan Materi (Self Contained)

Modul harus memuat seluruh materi pembelajaran dari satu standar kompetensi atau kompetensi dasar yang dipelajari. Hal ini agar memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.

3) Berdiri sendiri (Stand Alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, sehingga peserta didik dapat mempelajari dan mengerjakan tugas yang ada dalam modul tersebut tanpa menggunakan bahan ajar atau media lain.

4) Adaptif

Modul hendaknya memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes digunakan di berbagai perangkat keras (hardware)

5) Bersahabat atau akrab(User friendly)

Modul hendaknya juga memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya . Setiap

instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.

c. Tujuan Pengajaran dengan Modul

Tujuan pengajaran menggunakan modul menurut Nasution (2008: 205) adalah sebagai berikut.

1) Membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kecepatannya masing-masing.

2) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut caranya masing-masing, oleh sebab mereka menggunakan teknik yang berbeda-beda untuk memecahkan masalah tertentu berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kebiasaan masing-masing. 3) Memberi pilihan dari sejumlah besar topik dalam

rangka suatu mata pelajaran, mata kuliah, bidang studi atau disiplin bila kita anggap bahwa pelajar tidak mempunyai pola minat yang sama atau motivasi yang sama untuk mencapai tujuan yang sama.

4) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengenal kelebihan dan kekurangannya dan memperbaiki kelemahannya melalui modul remidial, ulangan-ulangan atau variasi dalam cara belajar.

Sementara itu menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2003: 133) mendeskripsikan bahwa penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar bertujuan agar tujuan pendidikan bisa dicapai secara efekif dan efisien. Para siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banayak belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, menekankan penguasaan bahan pelajaran secara optimal (mastery learning), yaitu dengan tingkat penguasaan 80%.

22

d. Keuntungan Pembelajaran dengan Modul

Menurut Nasution (1993: 206) modul yang disusun dengan baik dapat memberikan keuntungan bagi peserta didik, antara lain:

1) Modul memberikan feedback kepada peserta didik sehingga dapat mengetahui hasil belajarnya.

2) Setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk mencapai prestasi tertinggi dengan menguasai bahan pelajara secara tuntas.

3) Pembelajaran modul dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa mengenai kecepatan belajar, cara belajar dan bahan pelajaran.

4) Pembelajaran dengan modul mengurangi atau menghilangkan sedapat mungkin rasa persaingan di kalangan peserta didik oleh sebab semua dapat mencapai hasil yang lebih baik.

5) Bagi pengajar, pembelajaran modul memberikan kesempatan yang lebih besar dan waktu yang lebih banyak untuk memberikan bantuan dan perhatian individual kepada setiap murid tanpa menggangu dan melibatkan seluruh kelas.

6) Pengajar juga dapat waktu yang lebih banyak untuk memberikan ceramah atau pelajaran sebagai pengayaan.

e. Peranan Guru dalam Pengajaran dengan Modul

Menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2003: 135), peranan guru dalam sistem pengajaran dengan modul bukan sebagai penyampai informasi, melainkan sebagai pengelola kelas, yaitu:

1) Pada saat dimulainya pemakaian modul, guru harus mempelajari pedoman guru dan bahan modul yang akan dipelajari oleh siswa, juga mempelajari alat-alat dan sumber belajar apa yang harus disiapkan para siswanya agar modul bisa digunakan secara maksimal. 2) Pada saat berlangsungnya proses belajar, sekalipun

mengenai peranan guru dari waktu ke waktu, secara garis besarnya ada beberapa petunjuk bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan apa yang digariskan dalam pedoman guru. Guru harus menegaskan hal-hal khusus yang terdapat di dalam modul kepada para siswanya, menegaskan agar para siswa tidak perlu tergesa-gesa dalam menyelesaikan modul, tetapi secepatnya menguasai bahan pelajaran, memperbolehkan bertanya kepada guru atau teman sendiri yang dianggap lebih mengetahui, mengadakan pengecekan keliling guna mengetahui pemahaman atau kesulitan para siswanya, menghentikan kegiatan belajar siswa-siswanya guna memberikan penjelasan bila seluruh kelas mengalami kesulitan belajar yang sama.

3) Pada saat siswa selesai mengerjakan seluruh lembaran kegiatan siswa dan lembaran kerja, siswa hanya diizinkan mengambil tes bilamana sudah benar-benar menguasai materi modul yang dipelajarinya melalui lembaran kerja yang telah diisi. Guru mengecek sejauh mana siswa menguasai modul untuk kemudian memberikan tes bila siswa telah menyelesaikan lembaran kegiatan dan lembaran kerja secara kualitatif maupun kuantitatif.

4) Pada saat siswa telah menyelesaikan lembaran tes, kepada siswa yang telah mencapai skor 80%, guru segera memberikan tugas-tugas pengayaan atau memberikan modul baru sebagai lanjutan. Bagi siswa yang belum mencapai skor 80% guru harus mengidentifikasi item-item yang dibuat salah oleh siswa, lalu memberikan bimbingan khusus.

Dokumen terkait