• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBER LIMBAH LIMBAH JENIS LIMBAH

IV. SUMBER DAYA ALAM

VI.1. Potensi Sumber Daya Lahan Status

Jawa Timur dengan luas 4.704.217,32 Ha hampir 2/3 wilayahnya merupakan pegunungan yang berbukit-bukit dan sisanya merupakan dataran rendah dan pesisir. Dari luas daratan yang ada 55,75% (2.622.655,77 Ha) merupakan lahan pertanian yang terdiri dari persawahan seluas 1.228.670,57 Ha (26,53%), pertaniaan lahan kering seluas 1.144.914,77 Ha (24,69%), perkebunan seluas 158.194,22 Ha (3,23%) dan kebun campur seluas 60.564,82 Ha (1,30 %) . Dengan kondisi tersebut wajar bila Jawa Timur Tahun 1999 menjadi penyumbang beras nasional sebanyak 40 %.

Luas hutan berdasarkan “present land use” seluas 1.225.125,87 Ha (26,04%) bila dilihat dari status penguasaan tanah maka luas hutan di Propinsi Jawa Timur berdasarkan data dari Kanwil Kehutanan adalah seluas 1.348.517,10 Ha (28,40 %).

Mutasi lahan yang terjadi di Jawa Timur terbesar terjadi pada lahan persawahan sebesar 19.429,73 Ha. Perubahan ini sebagian besar di Kabupaten Ngawi seluas 3.900,91 Ha, Pasuruan 1.512,76 Ha, Tuban 1.671,58 Ha, Blitar 1.461,51 Ha, Lamongan 1.413,70 Ha, Surabaya 4.866,91 Ha sedangkan sisanya di 11 Kabupaten lainnya.

Permasalahan yang terjadi adalah pengurangan lahan sawah produktif yang digunakan untuk berbagai keperluan pembangunan perumahan, fasilitas umum, industri dan lain-lain.

IV.2. Sumberdaya hutan Status

Luas hutan di Jawa Timur tahun 1999 sebesar 1.348.517,10 Ha yang berdasarkan fungsi dan luasnya dapat dilihat pada table berikut :

Tabel IV.2. Luas hutan Jawa Timur Menurut Fungsinya No Fungsi Hutan Luas (Ha) % dari total 1. Hutan Produksi 802.768,30 59,53 2 Hutan Lindung 315.500,00 23,40 3 Cagar Alam 10.947,90 0,81 4 Suaka Marga Satwa 18.008,60 1,34 5 Hutan Wisata 297,50 0,02 6 Taman Nasional 175.994,80 13,05 7 Taman Hutan Raya 25.000,00 1,85

Total 1.348.517,10 100,00

Sumber: Kanwil Kehutanan Jawa Timur

Pengelolaan hutan di Jawa Timur dilakukan oleh beberapa instansi dilingkungan Departemen Kehutanan Jawa Timur yaitu :

1. Perum Perhutani Unit II mengelola :

- Hutan Produksi seluas : 802.768,30 Ha ;

- Hutan Lindung seluas : 315.500,00 Ha ;

- Mangrove seluas : 17.920,95 Ha.

2. Balai konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur I dan II :

- Cagar Alam seluas : 10.947,90 Ha;

- Suaka Marga Satwa seluas : 18.008,60 Ha; - Hutan Wisata seluas : 297,50 Ha;

- Tahura R.Suryo seluas : 25.000,00 Ha;

4. Balai Taman Nasional Meru Betiri : 55.667,60 Ha;

5. Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru : 50.276,30 Ha; 6. Balai Taman Nasional Baluran seluas : 26.630,90 Ha; 7. Balai Taman Nasional Alas Purwo seluas : 43.420,00 Ha. Perkembangan saat ini, krisis ekonomi juga memberikan dampak langsung terhadap kondisi hutan yang ada yaitu terjadi perambahan dan penebangan hutan secara liar. Adapun kerusakan/gangguan hutan selama kurun waktu tahun 1999 sebagai berikut : - Penyerobotan lahan seluas : 10.816,50 Ha - Penebangan liar seluas : 29.593,00 Ha. - Penjarahan hutan seluas : 21.240,30 Ha. - Kebakaran hutan seluas lebih kurang : 1.594,40 Ha

Tekanan

Upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahtraan masyarakat melalui berbagai kegiatan pembangunan pada kenyataannya telah banyak mengubah kondisi sumber daya alam (lahan dan hutan) sebagai akibat berbagai kepentingan yang mendesak antara lain untuk permukiman, industri, perumahan dan fasilitas umum lainnya.

Di tambah lagi dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini untuk pemenuhan kebutuhan banyak mengakibatkan perubahan keseimbangan. Sumber daya

alam terutama lahan dan hutan yang berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan. Perubahan sumber daya alam meliputi perambahan hutan, bertambahnya lahan kritis, banyaknya bencana erosi, sedimentasi, banjir dan beberapa kerusakan sumber daya alam lainnya.

Respon

Usaha pelestarian hutan di Jawa Timur secara lestari untuk dapat memenuhi fungsinya telah dilakukan usaha sebagai berikut :

a. Preventif

- Untuk mencegah kerusakan hutan yang disebabkan ulah manusia pemerintah daerah telah melaksanakan kegiatan pendekatan kepada masyarakat sekitar hutan dengan melaksanakan Program Perhutanan Sosial, Program Pembinaan Masyarakat Desa disekitar hutan, memberikan pembinaan penyuluhan kepada masyarakat serta melibatkannya dalam berbagai kegiatan kehutanan (penanaman, penebangan, penjarangan)

- Untuk mencegah kerusakan hutan yang disebabkan faktor selain manusia telah dilakukan kegiatan melalui penggembalaan ternak dengan penyediaan lahan pengembalaan, penyediaan/pengembangan pakan ternak di dalam dan di luar kawasan hutan. Selain itu juga mengadakan pencegahan terjadinya kebakaran hutan secara penjalaran/perembetan. b. Represif

Upaya yang dilaksanakan untuk mencegah kerusakan hutan secara represif melalui kegiatan :

- Pembentukan Satgasdamkar (Satuan Tugas Pemadam Kebakaran di setiap KPH);

- Penambahan jumlah/kemampuan personil Polhut/Jagawana melalui pelatihan-pelatihan;

- Mengaktifkan operasi jagawana di daerah yang rawan pencurian kayu; - Menambah pos-pos pemeriksaan hasil hutan serta sarana penunjang lainya; - Meningkatkan operasi gabungan dengan aparat terkait;

- Meningkatkan pembinaan dan penyuluhan terhadap masyarakat sekitar hutan.

IV. 3. Sumber Daya Air Status

Potensi sumber daya air yang dikumpulkan oleh Bapedalda Jawa Timur dapat terliha pada table berikut :

Tabel IV.3.1. Potensi Sumber Daya Air menurut Sumbernya di Jawa Timur Tahun 1999

No. Jenis Air Potensi (juta m3) 1. Air tanah 58.339,750 2. Air permukaan 51.212,293 3. Air hujan/Tampungan 1.703,677 4. Sisa tahun lalu 41.195,764 Total 152.451,484

Sedangkan pemanfaatan air pada tahun 1999 dapat terlihat pada tabel berikut: Tabel IV.3.2. Pemanfaatan air di Jawa Timur

No. Kegiatan Pemanfaatan Air (Juta/M3) 1. Pertanian 25.618, 061 2. Industri 1.496, 670 3. Rumah Tangga 802, 274 4. Konsumen lainnya 560 ,021 Total 28.507, 026

umber Data : Bapedalada Prop. Dati I Jawa Timur 1999

Dari data di atas menunjukkan bahwa total cadangan air di Jawa Timur 152.451,484 juta M3 (table IV.3.1). Yang termanfaatkan oleh berbagai kegiatan sebesar 28.507,026 M3 (18,70 %) dan tersisa sebesar 123.944,458 M3. Dengan demikian masih cukup banyak cadangan air yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangan pertanian, industri maupun rumah tangga dan diperlukan pembangunan dam, waduk untuk menampung air hujan agar tidak sia-sia mengalir ke laut.

Pada umumnya kualitas air sungai di ruas-ruas sungai PROKASIH pada DPS Brantas menunjukkan peningkatan kualitas pada setiap titik pantaunya dilihat dari parameter BOD, COD dan DO, walaupun di beberapa titik pantau mengalami penurunan pada waktu tertentu. Hal ini disebabkan antara lain karena musim kemarau dan ada beberapa industri yang belum mampu mengelola limbahnya dengan baik.

Tekanan

Jumlah penduduk terus meningkat dan pertumbuhan industri di berbagai sektor pembangunan termasuk sektor pertanian telah menyebabkan air semakin langka baik jumlah maupun kualitasnya.

Penurunan kualitas air terjadi sebagai akibat tercemarnya berbagai sumber air yang terkontaminasi oleh berbagai polutan dan menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

Air Sungai di beberapa tempat juga mengalami penurunan kualitasnya. Hal ini disebabkan karena :

1. Bagian hulu DPS Brantas (Kali Metro dan Kali Lesti) adalah banyaknya sampah domestik yang masuk ke bagan air dan masalah penggalian pasir liar yang tidak mengikuti tata cara penambangan yang benar serta adanya pendangkalan sungai akibat erosi dan sedimentasi

2. Bagian DPS Brantas Tengah (Kali Brantas dan Kali Widas) terjadi beban pencemaran limbah industri dan domestik. Hal ini disebabkan banyaknya permukiman liar di bantaran sungai, penambangan pasir dan sedimentasi Lumpur. Kondisi di DPS ini rawan karena di bagian tengah banyak terdapat kegiatan budidaya tambak. Air di kawasan ini diperuntukkan sebagai bahan baku air PDAM Surabaya dan Sidoarjo.

3. Bagian DPS Brantas Hilir (Kali Surabaya, Porong, Kanal Magetan, Pelayaran dan Kali Mas) banyak terdapat permukiman liar di bantaran sungai dan masalah pencemaran limbah domestik kegiatan hotel, rumah sakit dan rumah tangga.

4. Kawasan DPS Bengawan Solo Hilir terjadi pencamaran dari limbah domestik dan industri terutama beban pencemaran dari kegiatan industri Jawa Tengah. Hal ini

menjadi masalah karena peruntukan Bengawan Solo Hilir untuk irigasi dan bahan baku air minum kabupaten Lamongan.

Respon

Untuk menjaga tetap tersedianya air di Propinsi Jawa Timur telah dilakukan usaha sebagai berikut :

1. Melaksanakan progran kali bersih

2. Melaksanakan program penanaman hutan kembali melalui program reboisasi.

3. Mengadakan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya air dan memotivasi untuk tetap menjaga sumber air yang ada agar tidak rusak dan tercemar.

IV.4. Sumber Daya Mineral Status

Luas areal pertambangan di Propinsi Jawa Timur tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan data geologi regional, potensi bahan galian golongan C yang telah diketahui cadangannya di Jawa Timur lebih kurang 24 jenis dengan jumlah cadangan total sebesar 16.029.164.504 ton (table IV.4.1). Produksi mineral tahun 1999 sebesar 290.963.600 ton

Cadangan dan produksi mineral di Jawa Timur dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel IV.4.1. Cadangan dan Produksi Mineral di Jawa Timur

Produksi (x 1000 ton)

No. Jenis Mineral

Cadangan pada awal tahun (x 1000 ton) 1998 1999 1. Batu gamping 6.215.370,443 5.059,430 8.167,801 2. Dolomit 987.530,493 38,600 30,382 3. Pasir kwarsa 155.830,647 18,520 108,412 4. Marmer 148.472,219 8.667,960 342,987 5. Kalsit 51.653,202 2,190 3,757 6. Andesit 934.945,006 132,570 360,097 7. Diorit 8.100,000 - - 8. Sirtu 3.045.317,269 2.191,510 3.209,391 9. Tanah urug 1.546.768,175 782,750 36,466 10. Trass 1.153.733,399 11,800 23,915 11. Batu Apung 410.000.000 - - 12. Lempung 887.955.083 846,000 1787,409 13. Feldspar - 58,760 - 14. Boll Clay 13.891,642 20,500 - 15. Bentonit 139.537,836 - - 16. Zeolit 4.745.000 - - 17. Piropilit 183.352.353 12,22 27,470 18. Kaolin 23.503,099 0,53 - 19. Diatome 228,900 - - 20. Toseki 106.532,700 - - 21. Oker 270.000 - - 22. Phosfat 5.287,328 0,700 1,553 23. Onyx 5.830,140 - - 24 Gypsum 240,570 - - Total 16.029.164.504 20.836,300 290.963,600

Sumber : Dinas Pertambangan Daaerah Tk.I Jawa Timur 1999. Tekanan

Rusaknya lingkungan akibat penambangan bahan galian C di Jawa Timur banyak terjadi di sepanjang sungai Brantas dan kali Surabaya. Keadaan ini disebabkan oleh cara penambangan yang tidak mengikuti tata cara penambangan (pertambangan liar) dan tidak memperhatikan kondisi lingkungn. Di lain pihak akibat penambangan terjadi pengelupasan tanah penutup yangt menyebabkan kerusakan pada Top Soil Tanah dan sistem air bawah tanah. Air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah secara sempurna sehingga kantong-kantong air di dalam tanah menjadi sedikit. Akibatnya air hujan yang ada di permukaan menyebabkan erosi dan banjir.

Respon

Untuk tetap dapat mempertahankan sumberdaya mineral yang ada Pemerintah Daerah Propinsi Tk.I Jawa Timur telah melakukan kegiatan sebagai berikut:

1. Menetapkan peraturan untuk mengatur tatacara pengelolaan pertambangan bahan galian C (Peraturan Daerah No.8 Tahun 1990) dan untuk pengelolaan lingkungan pertambangan (Peraturan Daerah No.9 Tahun 1989).

2. Mengadakan pelatihan, pembinaan dan penyuluhan cara penambangan yang benar kepada para penambang, tata cara pemantauan dan pengadaan peralatan pencemaran, gangguan lingkungan akibat transportasi di sekitar pertambangan, mengadakan pengalihan lokasi penambangan pasir sepanjang Kali Brantas dan Kali Surabaya ke kantong-kontong lahar gunung berapi (pusatnya pasir dan batu) di wilayah aliran lahar Gunung Kelud di Blitar dan Gunung Semeru di Lumajang.

3. Mengadakan penyuluhan dan pembinaan dan penertiban kepada para penambang untuk mengadakan reklamasi bekas galian C.

4. Mengadakan rehabilitasi dan penghijauan pada lokasi-lokasi lahan bekas penambangan dengan berbagai tanaman yang sesuai dengan lokasi dan mempunyai nilai ekonomis tinggi.

IV.4. Sumber Daya Energi Status

Sumber daya energi yang ada di Propinsi Jawa Timur terbatas pada :

1. Sumber energi listrik daya terbesar adalah PLTGU Paiton I dan II, PLTGU dan PLTA Gersik (daya 2.538 MW). Kontribusinya yang terbesar adalah sektor industri. 2. Bahan bakar minyak untuk transportasi.

3. Bahan bakas gas, umumnya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri. Saat ini dikembangkan jaringan distribusi gas untuk indusri di Wilayah GERBANGKERTOSUSILA.

4. Kayu bakar arang, cukup besar pemanfaatannya untuk rumah tangga dan industri kecil di pedesaan (pembakaran batu bata dan genteng).

5. Briket batu bara, mulai dikenalkan untuk energi rumah tangga dan sedang dikembangkan desa percontohan di Kabupaten Mojokerto

6. Bahan bakar dari limbah pertanian maupun biogas yang pada umumnya di daerah pedesaan.

Meningkatnya kegiatan ekonomi dan pembangunan telah memicu peningkatan kebutuhan masyarakat akan energi, terutama untuk kebutuhan industri dan jasa yang sejalan dengan tingkat perkembangan pembangunan. Sumber energi yang sangat terbatas akan terus di gali dengan berpegang pada prinsip menguntungkan secara ekonomis, layak secara teknis dan diterima secara social budaya serta tidak merusak lingkungan.

Respon

Untuk mengatasi masalah energi ini telah dilakukan adalah mengadakan pembinaan dan penyuluhan untuk pembuatan dan pemanfaatan tungku hemat energi dan pemasyarakatan pemanfaatan briket batu bara.

IV.5. Sumber Daya Udara Udara Status

1. Pengukuran kondisi udara di Tiga kota besar di Propinsi Jawa Timur menunjukan bahwa kandungan debu dan SO2 berada di bawah ambang batas baku mutu ambient menurut Surat Keputusan Gubernur KDH Tk.I Jawa Timur No. 129 Tahun 1996.

2. Kandungan SO2 disebabkan oleh pemakaian bahan baku minyak yang tidak terurai sedangkan tinggi kandungan debu disebabkan oleh banyaknya kegiatan konstruksi perkotaan.

Tekanan

Pencemaran udara terjadi akibat proses kegiatan pembakaran bahan bakar minyak baik dari sector permukiman, transportasi, industri dan hasil pengolahan limbah padat perkotaan.

Industri sendiri secara khusus mengeluarkan pencemar udara yang bersifat spesifik, jumlah dan komposisinya sangat tergantung pada bahan baku dan proses industri yang diterapkan.

Respon

Kebijakan yang ditempuh oleh Pemda akibat memburuknya kualitas udara adalah : 1. Melaksanakan kebijakan Program Langit Biru. Dalam program tersebut pencemaran

dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Sumber bergerak (mobil dan motor), dalam hal ini diupayakan dapat diperkecil dengan mengubah bahan bakar minyak/bensin menjadi gas.

b. Sumber tidak bergerak, setiap pabrik/industri diminta membuat Instalasi Pengolahan Limbah Udara (Deskolektor)

2. Membuat penghijauan kota.

IV.5. Sumber Daya Mangrove Status

Luas areal mangrove di Propinsi Jawa Timur tercatat seluas 40.722,84 Ha. Dari luas tersebut 21.529,25 Ha berada dalam kawasan hutan. Dibandingkan dengan tahun 1998 maka luas kawasan mangrove meningkat, walaupun masih ada kerusakan seluas 11.094,29 Ha. Bila dibandingkan dengan panjang pantai Jawa Timur (3.200 Km) sesuai dengan ketentuan, mangrove harus berada pada sempadan pantai dari batas 200 m diukur ke arah pantai dari air surut terendah, maka luas mangrove yang seharusnaya

adalah 640 km2 atau 640.000 Ha. Hal ini menunjukan bahwa hutan mangrove yang ada saat ini lebih kurang hanya 2,36 % dari panjang pantai.

Tekanan

Kerusakan lahan mangrove pada umumnya disebabkan oleh : 1. Pengambilan kayu bakar oleh masyarakat.

2. Pada kawasan pantai yang berdekatan dengan permukiman nelayan banyak mangrove yang ditebang sebagai jalan perahu dan tambang perahu.

3. Pengambilan untuk kayu perkakas.

4. Peralihan fungsi lahan mangrove untuk perumahan, industri, tambak dan fasilitas umum.

Respon

Upaya pelestarian hutan mangrove sangat diprioritaskan oleh Pemerintah Daerah Tk.I Jawa Timur melalui kegiatan :

1. Penyuluhan kepada masyarakat di sekitar pantai, tentang arti pentingnya hutan magrove.

2. Penghijauan pantai yang terkoordinasi dengan instansi terkait mulai tahun 1989 baik melalui APBN, APBD Tk.I, APBD Tk.II dan swadaya masyarakat.

3. Mendorong peran serta masyarakat dalam pelestarian mangrove dan habitat lainnya dengan cara memberikan penghargaan hasil karyanya seperti : Kalpataru (Kelompok masyarakat GRESIK, Probolinggo dan Sampang).

4. Pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat pesisir pantai tentang pentingnya melestarikan dan pengawasan hutan mangrove.

IV.6. Sumber Daya Terumbu Karang Status

Luas terumbu karang yang ada di Jawa Timur sebesar 2.312,60 Km2 dan yang terbesar di Kabupaten Lamongan seluas 126,61 km2, Pamekasan 25,20 km2, Bondowoso 195,4 km2, Malang 714,00 km2, Kodya Surabaya 1.892,6 km2, Jember 40,4 km2, Probolinggau 2,50 km2, Bangkalan 13 km2. Dari luas terumbu karang tersebut di atas lebih kurang 20 % mengalami kerusakan.

Tekanan

Kerusakan terumbu karang disebabkan beberapa hal antara lain :

1. Masih kurang sadarnya para nelayan dalam penangkapan ikan, yaitu dengan menggunakan bahan peledak.

2. Eksplorasi terumbu karang untuk bahan pembuatan kapur dan bangunan. 3. Digunakan sebagai tempat tambatan perahu.

4. Pengambilan trumbu karang secara liar di kawasan konservasi. Respon

Langkah yang diambil oleh Pemerintah Daerah Propinsi Tk.I Jawa Timur dalam rangka pelestarian terumbu karang adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan kepada nelayan agar dalam pelaksanaan penangkapan ikan untuk tidak menggunakan bahan peledak dan tidak melego jangkar perahunya pada daerah terumbu karang.

2. Memasyarakatkan pelarangan pengambilan terumbu karang secara liar.

4. Menyediakan sumberdaya manusia (SDM) melalui program MREP (Marine Resurce Evaluation Planning) untuk merencanakan pengelolaan sumberdaya laut yang lestari.

5. Dalam upaya keterpaduan penanganan pelestarian di Jawa Timur telah dibentuk Badan Pembinaan Pesisir Kelautan (BPPK)

Dokumen terkait