• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sedangkan sumber daya yaitu adanya sumber daya manusia dengan tujuan untuk membantu pelaksanaan kampanye yang telah dilakukan oleh organisasinya, selain itu adanya peralatan yang tepat sehingga perlu diperhatikan dengan tujuan untuk menunjang keberhasilan program kampanye. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Luisa Susana selaku Kepala DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya. Beliau juga menegaskan bahwa yang menjadi sumber daya manusia dalam program kampanye cuci tangan adalah:

“Cukup banyak ya, dari ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) sendiri yaitu Bapak Dr. Tonny Loho; Ibu Imelda Ambarita, selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) dan serta saya sendiri selaku kepala unit DIKLAT di Rumah Sakit ini”.97

Sedangkan menurut Ibu Nelly Nainggolan selaku Staff ahli Gizi, yang menjelaskan bahwa:

97 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

“Sumber Daya Manusia pelaksana kampanye cuci tangan tersebut adalah ketua Pencegahan dan Pengendali Infeksi bapak Dr. Tonny Loho; lalu Ibu Luisa Susana selaku kepala DIKLAT di Rumah Sakit ini, dan Ibu Imelda Ambarita selaku sekretaris PPI juga turut menjadi narasumber”.98

Dengan demikian, diketahui bahwa dalam penelitian ini Sumber Daya Manusia yang digunakan adalah karyawan Rumah Sakit Grha Kedoya, yang berjumlah 4 orang orang untuk menjadi panitia acara, yang antara lain:

1. Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta Barat.

2. Ibu Luisa Susana selaku Kepala DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta Barat.

3. Ibu Imelda M. Ambarita SKep., selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta Barat.

Selain sumber daya manusia, juga didukung dengan sumber daya lain yang berupa peralatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau mengemukakan mengenai perlengkapan yang digunakan dalam kampanya adalah:

“Cukup banyak ya, misalnya dengan menggunakan LCD layar pada saat seminar untuk memberikan pengetahuan secara langsung kepada peserta mengenai bagaimana tata cara mencuci tangan dengan benar dan langsung mempraktekannya, sound system, laptop, dan alat praga atau alat praktek cuci tangan”.99

98 Op.cit. Ibu Nelly Nainggolan

99 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

Hal ini juga diserupa diungkapkan oleh Ibu Imelda M. Ambarita, bahwa:

“Untuk perlengkapan kampanye itu sendiri, yaitu menggunakan LCD layar pada saat seminar, selain itu laptop, sound system, dan peralatan cuci tangan”.100

Dengan demikian untuk sumber daya peralatan yang digunakan telah disesuaikan dengan kebutuhan dalam kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya yang diantaranya LCD layar, MIX, Laptop, sound system, lighting dan peralatan cuci tangan.

4.2.9 Evaluasi

Evaluasi kampanye merupakan sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye. Dalam penelitian ini, evaluasi kampanye dilihat dari: 1). Metode atau cara mengevaluasi program, 2). Pelaksanaan evaluasi. 3). Evaluasi berdasarkan respon atau aksi khalayak, 4). Evaluasi berdasarkan tingkat kepedulian setelah pelaksanaan program, 5). Evaluasi berdasarkan sangsi bagi ketidakikutsertaan dalam program.

Dan 6). Ukuran keberhasilan kampanye.

1. Metode atau cara mengevaluasi program kampanye cuci tangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho, selaku ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau

100 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

mengemukakan mengenai cara mengevaluasi kampanye cuci tangan yang telah dilakukan adalah:

“Yaitu dengan melakukan audit, audit ini dilakukan oleh bagian infection prevention controle nurse, dimana audit ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan dari para petugas khususnya dokter dan perawat dalam hal kebersihan tangan sebelum memberikan pelayanan, misalnya sebelum dan setelah kontak dengan pasien, setelah terkena darah atau cairan tubuh pasien, dan setelah menyentuh peralatan yang ada dilingkungan pasien”.101 Hasil di atas juga didukung oleh hasil wawancara dengan Ibu Luisa Susana, beliau juga mengemukakan bahwa cara mengevaluasi program kampanye cuci tangan yang dilakukan adalah:

“Salah satunya adalah melakukan audit, oleh bagian infection prevention controle nurse, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan petugas dalam hal kebersihan tangan sebelum dan setelah memberikan pelayanan kepada pasien”.102

2. Pelaksanaan evaluasi kampanye cuci tangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho selaku ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau menegaskan bahwa pelaksanaan program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah:

”Untuk pelaksanaan evaluasi kami melakukannya tiga bulan ke masing-masing unit perawatan, sementara untuk sarana dan prasarana cuci tangan kami melakukannya setiap 6 bulan sekali, dimana pencacatan dan pelaporan evaluasi biasanya saya terima untuk saya lanjutkan ke komite medic dan komite keperawatan”.103

101 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

102 Op.cit. Ibu Luisa Susana

103 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

Hasil yang serupa juga ditegaskan informan ketiga yakni Ibu Imelda M. Ambarita SKep., selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Sakit Grha Kedoya, yang mengungkapkan bahwa pelaksanaan evaluasi yang dilakukan adalah:

“Dilakukan tiga bulan, jadi setelah tiga bulan kita evaluasi dan melakukan presentasi apakah ada peningkatan kepatuhan para karyawan”.104

3. Evaluasi berdasarkan respon atau aksi khalayak

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho, selaku ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau juga menegaskan bahwa respon khalayak setelah mengikuti program kampanye adalah:

“Ya tentunya semua peserta antusias dan setuju sekali ya, bahwa tujuannya untuk membudayakan kebersihan tangan di lingkup Rumah Sakit Grha Kedoya, karena mereka sebenarnya juga sudah mengerti arti penting dari membiasakan atau menjaga cuci tangan itu sendiri, apalagi ditambah adanya program kampanye ini, saya rasa mereka akan berkomitmen untuk mensukseskan program ini di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya”.105 Sedangkan menurut Ibu Nelly Nainggolan menegaskan bahwa:

“Kami cukup setuju ya, walaupun mayoritas dari karyawan sudah mengetahui manfaat mencuci tangan, akan tetapi masalah yang saya rasa adalah bagaimana mereka itu diajarkan dan diberi pengetahuan tata cara mencuci tangan dengan benar, dan yang paling penting adalah bagaimana mereka membiasakan atau membudayakan kebersihan cuci tangan itu sendiri, dengan melaksanakan hal tersebut saya yakin program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya ini akan sukses”.106

104 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

105 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

106 Op.cit. Ibu Nelly Nainggolan

4. Evaluasi berdasarkan tingkat kepedulian setelah pelaksanaan program

Hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho, mengenai tingkat kepedulian khalayak setelah pelaksanaan program kampanye dilakukan beliau juga menegaskan bahwa:

”Pastinya ya, karena jika dilihat dari hasil evaluasi tingkat kepatuhan dari para petugas khususnya dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien, mereka sudah melakukan kebersihan tangan sebelum memberikan pelayanan, misalnya sebelum dan setelah kontak dengan pasien, setelah terkena darah atau cairan tubuh pasien, dan setelah menyentuh peralatan yang ada di lingkungan pasien”.107

Informan lain juga mengemukakan hal yang serupa terkait tingkat kepedulian khalayak setelah pelaksanaan program kampanye dilakukan, yang mengatakan bahwa:

“Iya hal ini terlihat dari perilaku mereka selama evaluasi dilakukan, mayoritas mereka melakukan cuci tangan sebelum atau sesudah kontak dengan para pasien, selain itu banyak juga mereka yang merekomendasikan pentingnya cuci tangan ini kepada para pasien”.108

5. Evaluasi berdasarkan sangsi bagi ketidakikutsertaan dalam program

Hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho, beliau juga menegaskan bahwa:

”Saat ini kami belum memberikan sangsi, dan hal ini saya rasa menjadi salah satu kelemahan dari program ini ya, kami hanya support agar selalu berpartisipasi dengan cara mengingatkan saja, karena dalam pelaksanaan evaluasi peserta yang mengikuti kampanye akan memperoleh reward, dengan harapan hal ini dapat memotivasi mereka untuk membudayakan kebersihan tangan mereka sebagai wujud kepatuhan terhadap program yang telah dilakukan”.109

107 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

108 Op.cit. Ibu Luisa Susana

109 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

Hasil yang serupa juga ditegaskan oleh Ibu Imelda M. Ambarita SKep., selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Sakit Grha Kedoya, yang mengungkapkan bahwa:

“Untuk saat ini kita belum memberikan sangsi, karena sangsikan berkaitan dengan managemen, kita memberikan sangsi atau support kepada mereka aja, kalau melakukan memperoleh reward begitu juga sebaliknya, bagi yang tidak melakukan atau melaksanakan ya tidak memperoleh reward tersebut”.110

6. Evaluasi ukuran keberhasilan kampanye

Hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho mengenai ukuran keberhasilan suatu kampanye beliau juga menegaskan bahwa:

”Saya rasa cukup berhasil dan memuaskan ya, jika dilihat dari tingkat kepatuhan melaksanakan kebersihan tangan sebesar 75% dari seluruh ruang inap, ICU, UGD, Hemodialisa dan Itermediate. Selain itu, sudah keberhasilan dapat juga dilihat dari evaluasi-evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi pada sarana dan prasarana hand hygiene selama 6 bulan sekali pada masing-masing unit keperawatan. Dan kami saat ini akan terus menerus untuk mengevaluasi guna memperoleh kesadaran dari petugas medis untuk membudayakan kebersihan tangan mereka sebelum dan setelah kontak dengan pasien”.111

Informan lain juga mengemukakan hal yang serupa terkait dengan ukuran keberhasilan program kampaye, yang mengatakan bahwa:

“Keberhasilan kampanye ini, ya tentunya dapat terlihat setelah adanya hasil evaluasi yang menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan para tenaga medis sudah meningkat sebesar 75% dan hal ini sesuai hasil evaluasi dibeberapa ruang inap, ICU, UGD, Hemodialisa dan Itermediate. Selain itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman para petugas atau khalayak dari program ini mengenai cara-cara mencuci tangan dengan benar. Dan dengan keberhasilan ini diharapkan dapat ditingkatkan lagi untuk program kedepannya”.112

110 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

111 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

112 Op.cit. Ibu Luisa Susana

Dalam penelitian ini evaluasi yang dilakukan adalah mengevaluasi pada akhir kegiatan, sehingga apabila terdapat kekurangan dapat diperbaiki untuk acara program Cuci Tangan diperiode berikutnya, dengan demikian dilihat dari keenam evaluasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa:

1. Cara mengevaluasi program kampanye cuci tangan yang dilakukan dengan melakukan audit oleh bagian infection prevention controle nurse pada program Kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya.

2. Pelaksanaan evaluasi program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah tiga bulan ke masing-masing unit perawatan, sementara untuk sarana dan prasarana cuci tangan dilakukan setiap 6 bulan sekali.

3. Evaluasi berdasarkan respon atau aksi khalayak adalah mereka mayoritas menunjukkan setuju dan berkomitmen untuk mensukseskan program kampanye di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya.

4. Evaluasi berdasarkan tingkat kepedulian khalayak menunjukkan adanya perubahan perilaku khalayak sebelum atau sesudah kontak dengan para pasien yaitu dengan menjaga kebersihan tangan mereka dan merekomendasikan pentingnya cuci tangan ini kepada para pasien.

5. Evaluasi berdasarkan sangsi bagi ketidakikutsertaan dalam program kampanye diketahui menjadi kelemahan program dan adanya pemberian support dan reward bagi yang berpartisipasi.

6. Kampanye Cuci Tangan cukup berhasil dan memuaskan, jika dilihat dari tingkat kepatuhan melaksanakan kebersihan tangan sebesar 75% dari seluruh ruang inap, ICU, UGD, Hemodialisa dan Itermediate. Selain itu, keberhasilan dapat juga tunjukkan adanya evaluasi hand hygiene 3 bulan sekali pada masing-masing unit keperawatan dan pada sarana dan prasarana 6 bulan sekali.

4.2.10 Tinjauan

Sedangkan tinjauan yang dilakukan dalam program kampanye yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk memastikan bahwa semua berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dalam penelitian ini peninjauan hanya dilihat dari kendala-kendala yang ada dalam kampanye dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber kunci yakni Bapak Dr. Tonny Loho, selaku ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau mengemukakan bahwa:

“Untuk kendala yang ditemukan antara lain; pertama adanya kesibukan dalam melakukan pelayanan terhadap pasien sehingga terlupakan akan mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien, kedua adanya ketidakhadiran peserta kampanye pada saat dilakukan, ketiga kurangnya menyeluruh dalam pemasangan hand scrub dibagian tertentu, atau belum adanya sangsi bagi peserta yang tidak mengikuti program kampanye cuci tangan ini”.113

113 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Luisa Susana selaku Kepala DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya. Beliau juga menegaskan bahwa kendala program kampanye cuci tangan adalah:

“Hasil evaluasi kampanye menunjukkan bahwa masih adanya kendala yaitu pada para petugas ya, apa mungkin karena tingkat kesibukannya tinggi dalam memberikan pelayanan kepada pasien sehingga lalai atau mungkin hanya kurang terbiasa saja, selain itu mungkin masih adanya bagian-bagian tertentu yang belum dipasang hand scrub, sehingga mereka enggan melakukan cuci tangan”.114

Dari hasil wawancara dari kedua informan di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tinjauan yang telah dilakukan adalah untuk melihat kendala-kendala pelaksanaan program yaitu:

1. Dari sasaran kampanye yaitu adanya kelalaian, karena terlalu sibuk melayani pasien,

2. Adanya sasaran yang tidak hadir dalam seminar dan simulasi, 3. Kurangnya pemasangan hand scrub pada ruang-ruang tertentu,

4. Kurangnya sangsi yang tegas dari manajemen bagi peserta yang tidak mengikuti program.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di atas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis strategi kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya dengan analisis SWOT, dimana strategi program kampanye yang dilakukan mengacu pada 10 tahap-tahap perencanaan kampanye dari teori Anne Gregroy.

Sehingga hasil analisis SWOT dapat dilihat pada tabel berikut ini.

114 Op.cit. Ibu Luisa Susana

Tabel 4.1

Hasil SWOT Strategi Kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya Jakarta Barat

No

1 Analisis Program kampanye dapat menggunakan sebagai upaya dengan memperhatikan faktor-faktor masalah internal dalam perusahaan

Menggunakan analisis SWOT yang ditujukan untuk membantu menganalisa kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya.

Analisis SWOT tersebut sebagai berikut:

A. Kekuatan (Strength)

1. Mempunyai hubungan kerja yang baik dengan Sumber daya Internal.

2. Mempunyai program untuk menciptakan kesadaran tentang bahaya infeksi nosokomial di lingkungan Rumah Sakit.

3. Mampu memonitor dan mengevaluasi kegiatan, dan mempunyai dukungan yang kuat dari pihak internal

1. Masih banyaknya peserta kampanye yang tidak hadir.

2. Kesadaran khalayak untuk mencuci tangan masih rendah.

3. Masih sering ditemuinya kelalaian oleh peserta

kampanye dalam evaluasi.

4. Program cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya memiliki jangkauan yang terbatas hanya di lingkungan Rumah yang merupakan infeksi nosokomial

2. Khalayak responsif terhadap terhadap program kampanye Public Relations Rumah Sakit Grha Kedoya

3. Khalayak memiliki kepercayaan pada Rumah Sakit Grha Kedoya.

4. Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat cuci tangan bagi yang tidak mengikuti program membuat sikap mengabaikan program kampanye cuci tangan.

3. Banyaknya program kampanye lain sehingga khalayak kurang fokus.

Misalnya, program Bebas Rokok di lingkungan Rumah Sakit dan lain-lain.

kampanye. Tujuan kebersihan tangan (hand hygiene) di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya.

2. Mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke perawat dan sebaliknya.

3. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan pada setiap petugas di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya sehingga infeksi nosokomial di Rumah Sakit dapat dikendalikan.

4. Melihat kepatuhan petugas

kesehatan dalam (target audience) yang menjadi sasaran utama dari program kampanye tersebut.

A. Melakukan identifikasi segmentasi target audience, dimana target sasarannya adalah:

1. Petugas kesehatan yang meliputi: dokter, perawat, radiografer, dan petugas laboratorium.

2. Semua bagian yang terkait, misalnya pengunjung di Rumah Sakit Grha Kedoya.

4 Pesan Pesan kampanye

merupakan saran yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program kampanye, yang akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye.

A. Inti pesan dari kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah berupa ajakan yaitu “SUDAHKAH TANGAN ANDA BERSIH?, JAGALAH KESEHATAN DAN CUCILAH TANGAN ANDA”

B. Inti yang kedua adalah berupa ajakan untuk senantiasa

melakukan cuci tangan pada 5

C. Penyampaian pesan kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya dengan mengundang panitia penyelenggara atau pembicara ahli.

D. Kemudahan pesan kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya sudah dinyatakan mudah diterima oleh khalayaknya, sehingga hal ini diharapkan dapat menunjang keberhasilan program kampanye yang dilaksanakan.

5 Strategi Strategi disesuaikan dengan pendekatan yang yang diambil untuk menuju pada kondisi tertentu dari saat ini, yang dibuat berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang telah ditetapkan.

A. Strategi yang dibuat harus sesuai dengan tujuan utama kampanye cucitangan Rumah Sakit Grha Kedoya sehingga kampanye yang dibuat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Strategi kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah dengan:

1. Mengadakan seminar tentang pentingnya cuci tangan.

2. Melakukan simulasi cara cuci tangan dengan benar.

3. Menggabungkan antara Seminar dengan simulasi cara cuci tangan yang benar agar dapat memberikan

kesadaran, pengetahuan dan kepedulian terhadap infeksi nosokomial yang merupakan tujuan kampanye Rumah Sakit Grha Kedoya.

6 Taktik Taktik yang dilakukan berdasarkan strategi yang sudah ada atau taktik merupakan turunan dari strategi yang sudah dibuat.

A. Melakukan taktik berdasarkan strategi yang sudah ada atau taktik merupakan turunan dari strategi yang sudah dibuat oleh Rumah Sakit Grha Kedoya.

B. Taktik kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah dengan menggunakan media komunikasi, misalnya:

5. Pemberian reward bagi yang melaksanakan atau mengikuti program kampanye cuci tangan tersebut.

7 Skala waktu Adanya skala waktu yang sudah ditentukan sebagai acuan dalam kampanye yang akan dilakukan

A. Menggunakan skala waktu yang sudah ditentukan sebagai acuan dalam kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya B. Skala waktu yang sudah

ditentukan yaitu setahun sekali untuk pelaksanaan kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya.

8 Sumber Daya Adanya Sumber daya manusia dengan tujuan untuk membantu pelaksanaan kampanye yang dilakukan oleh organisasinya.

Adanya peralatan yang

A. Menggunakan sumber daya manusia yaitu narasumber yang berjumlah 3 orang yang sekaligus menjadi panitia acara kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya dengan jumlah peserta kampanye kurang

tepat sehingga perlu

B. Menggunakan peralatan yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kampanye cuci tangan yang diantaranya:

6. dan perlengkapan mencuci tangan tentunya.

9 Evaluasi Evaluasi kampanye sebagai upaya

A. Melakukan evaluasi pada akhir kegiatan sehingga apabila terdapat kekurangan dapat diperbaiki untuk kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya diperiode berikutnya.

Evaluasi yang dilakukan adalah:

1. Dengan melakukan audit oleh bagian infection prevention controle nurse pada program Kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya.

2. Pelaksanaan evaluasi program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah tiga bulan ke masing-masing unit perawatan, sementara untuk sarana dan prasarana cuci tangan dilakukan setiap 6 bulan sekali.

3. Evaluasi berdasarkan respon atau aksi khalayak adalah

mereka mayoritas

menunjukkan setuju dan berkomitmen untuk mensukseskan program kampanye di lingkungan

Rumah Sakit Grha Kedoya.

4. Evaluasi berdasarkan tingkat kepedulian khalayak menunjukkan adanya perubahan perilaku khalayak sebelum atau sesudah kontak dengan para pasien yaitu dengan menjaga kebersihan tangan mereka dan merekomendasikan

pentingnya cuci tangan ini kepada para pasien.

5. Evaluasi berdasarkan sangsi bagi ketidakikutsertaan dalam program kampanye diketahui menjadi kelemahan program dan adanya pemberian support dan reward bagi yang berpartisipasi.

6. Kampanye Cuci Tangan cukup berhasil dan memuaskan, jika dilihat dari tingkat kepatuhan

Sumber : Hasil wawancara, diolah peneliti.

4.3 Pembahasan

Hasil penelitian melalui wawancara dengan beberapa informan yang tetapkan dalam penelitian ini adalah mereka yang menguasai atau memahami permasalahan yang tengah diteliti, dan mereka juga tergolong masih sedang berkecimpung atau

terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti yaitu mengenai kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta Barat. Program kampanye cuci tangan yang telah dilakukan dalam penelitian ini menggunakan strategi yang telah direncanakan sebelumnya dalam kampanye adalah untuk menciptakan keteraturan dan kejelasan arah tindakan serta mencapai tujuan yang diinginkan. Secara umum beberapa tahap-tahap hasil strategi yang sudah dilakukan oleh DIKLAT yang berperan sebagai Public Relations dalam penelitian ini, diulas sebagai berikut:

Dokumen terkait