• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berpengalaman serta didukung oleh peralatan berteknologi modern.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berpengalaman serta didukung oleh peralatan berteknologi modern."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

64 1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Terletak di kawasan Jalan Panjang Arteri 26, Kedoya Jakarta Barat, RS Grha Kedoya menjadi salah satu Rumah Sakit Swasta Modern di Indonesia yang menyediakan layanan Prima. Dengan kapastias 200 tempat tidur yang didukung oleh Tim Dokter Spesialis dan Sub Spesialis yang professional di bidangnya dan Perawat yang berpengalaman serta didukung oleh peralatan berteknologi modern.

Rumah Sakit Grha Kedoya hadir untuk memberikan jawaban pasti atas keinginan pasien untuk mendapatkan pelayanan bermutu yang terbaik di bidang kesehatan. Mengukir identitas khas Rumah Sakit Grha Kedoya memberikan pelayanan bermutu dan terbaik dengan sentuhan pribadi baik dari para dokter, perawat serta seluruh staf Rumah Sakit.68

1.1.1 Sejarah Rumah Sakit Grha Kedoya

RS Grha Kedoya terletak di wilayah Jakarta Barat, Jalan Panjang Kedoya, Jakarta Barat yang beroperasional sejak Desember 2010 awalnya dengan nama RS Bedah Grha Kedoya dan pada 08 Juli 2011 resmi menjadi ``RS Grha Kedoya``

dengan fasilitas pelayanan umum dan diresmikan pada hari Jum’at 11 November

68 Company Profil Rumah Sakit Grha Kedoya dalam www.rsgrhakedoya.com/2011

(2)

2011. Rumah Sakit ini didirikan oleh dokter-dokter spesialis dan sekelompok pengusaha.

4.1.2 Lambang Rumah Sakit Grha Kedoya

Gambar 4.1

Lambang Rumah Sakit Grha Kedoya

Sumber: www.rsgrhakedoya.com

4.1.3 Visi dan Misi Rumah Sakit Grha Kedoya

4.1.3.1 Visi Rumah Sakit Grha Kedoya

“Menjadi Rumah Sakit Swasta terfavorit di Jakarta dengan memberikan mutu layanan medis terbaik di kelasnya”.

4.1.3.2 Misi Rumah Sakit Grha Kedoya

“Menyediakan layanan medis dengan mutu terbaik dan memberikan layanan prima yang manusiawi melalui komunikasi intensif dan ekstensif”

(3)

1.1.3.3 Value Rumah Sakit Grha Kedoya

“ETIKA“

• Empati

• Kerjasama Team

• Intergritas

• Komunikatif

• Akuntabilitas

4.1.4 Pelayanan Medis Rumah Sakit Grha Kedoya

4.1.4.1 Layanan Rawat Jalan

Pelayanan diberikan oleh tenaga medis Rumah Sakit Grha Kedoya secara langsung dengan memeriksa kondisi pasien dan merekomendasikan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan, sehingga dapat ditentukan bagaimana penanganan yang sesuai dengan kebutuhan pasien tersebut dan standart prosedur kerja yang telah ditetapkan. Pelayanan Rumah Sakit Grha Kedoya terdiri dari Pelayanan Medik, Pelayanan Medik Spesialis, dan Sub spesialis. Pelayanan Medis meliputi: Dokter Umum, Dokter gigi, dan Psikologi. Sedangkan Pelayanan Medik Spesialis dan Sub spesialis terdiri dari: Spesialis anak, bedah umum, bedah tulang, spesialis mata, paru-paru dan lain-lain.

(4)

4.1.4.2 Layanan Rawat Inap

Layanan rawat inap disediakan untuk pasien-pasien dalam keadaan sakit dan memerlukan pengawasan serta observasi yang lebih intensif dari dokter dan petugas medis. Seluruh pasien dimanapun mereka dirawat akan menikmati keistimewaan dan kepedulian sebuah rumah sakit yang berkelas karena dilayani oleh tenaga medis dan paramedis yang telah melaksanakan sistem mutu sesuai standart.

Dalam layanan ini juga terdapat Unit Gawat Darurat (UGD). Unit ini adalah ujung tombak dari suatu rumah sakit dimana pasian-pasien yang datang ke UGD dalam kondisi terancam nyawanya atau dalam keadaan darurat yang memerlukan pertolongan yang cepat dan tepat.

Gambar 4.2

Kesiapan Unit Gawat Darurat (UGD)

Sumber: www.rsgrhakedoya.com

(5)

Unit Gawat Darurat (UGD) Rumah Sakit Grha Kedoya didukung oleh dokter umum dan perawat yang terlatih dan memiliki latar belakang pendidikan GELS (General Emergency Life Support), ACLS (Advance Cardiac Life Support), ATLS (Advance Trauma Life Support), serta pelatihan lain yang sangat diperlukan dalam menangani kasus-kasus gawat darurat.

Dilengkapi peralatan yang lengkap dan modern sehingga pertolongan kepada pasien dapat dilakukan dengan segera. Pelayanan ini memakai konsep TRIAGE, yaitu dengan memberikan penilaian dengan cepat terhadap keadaan pasien berdasarkan tingkat kondisi pasien.

MERAH (Immediate) KUNING (Delay) HIJAU (Walking Wounded) Setiap korban dengan

kondisi yang mengancam jiwanya

dan dapat

menyebabkan kematian dalam ukuran menit, harus ditangani dengan

segera.

Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penganannya

dapat ditunda.

Korban dengan kondisi yang cukup ringan, korban

dapat berjalan

4.1.4.3 Layanan Penunjang Medis

1. Layanan 24 jam. Layanan ini terdiri dari Laboratorium dan Farmasi.

2. Rehabilitasi Medis. Bentuk layanan di Rehabilitasi Medis ditujukan untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi

(6)

tubuh dengan penanganan secara manual, peningkatan gerak dan peralatan.

3. Haemodialisa. Dalam layanan ini merupakan ruang cuci darah (Haemodialisa) yang dilengkapi dengan sistem monitoring secara komputerisasi.

4. Radiologi. Dalam layanan ini merupakan pemeriksaan radiologi yang dilengkapi dengan peralatan dengan teknologi terkini.

5. Intensive Care Unit dan High Care Unit. Dalam layanan ini merupakan ruang ICU dan HCU selalu siap melayani dengan didukung oleh tim yang terdiri dari dokter dan paramedik yang telah berpengalaman.

6. Unit Pelayanan Stroke (UPS). Dalam layanan ini merupakan unit yang dikhususkan untuk pasien stroke.

7. Ruang Perawatan Bayi. Merupakan ruang perawatan bayi disediakan bagi bayi-bayi yang baru lahir yang dilengkapi dengan Alat Inkubator untuk bayi yang memerlukan.

8. Ruang Operasi. Unit ini merupakan kamar operasi yang dilengkapi dengan sistem sirkulasi Laminar Air Flow untuk mencegah infeksi nosokomial di ruang operasi.

9. Laboratorium. Pemeriksaan Laboratorium dilengkapi dengan peralatan yang terkini antara lain HIV Elisa, Ig E Atopi alergi, dan Serologi marker.

(7)

10. Medical Check Up. Merupakan uji klinis kesehatan dalah deteksi dini suatu penyakit dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan baik berupa pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan penunjang.

4.1.4.4 Layanan Pendukung

1. Hotline Service Emergency Rumah Sakit Grha Kedoya adalah 021 (2991 09111).

2. Bila pasien atau keluarga pasien membutuhkan bantuan darurat maka dapat menghubungi nomor tersebut dan staf medik atau paramedik kami dapat memberikan bantuan.

3. Rumah Sakit Grha Kedoya terus mengokohkan keberadaannya yaitu menjaga hubungan yang baik dengan pasien-pasien yang pernah datang atau dirawat

4. Majalah Rumah Sakit Grha Kedoya yaitu Mayapada healthy Lifestyle yang berisi pengetahuan kesehatan terkini dan informasi layanan terpadu terus mengunjungi pelanggan yang setia.

5. Seminar - seminar yang mendidik masyarakat khususnya para pengunjung Rumah Sakit Grha Kedoya selalu mengundang narasumber handal yang menjadi masukan yang baik bagi pengunjung.

(8)

4.1.4.5 Letak Rumah Sakit

Lokasi Rumah Sakit Grha Kedoya terletak di Jl. Panjang Arteri 26, Kedoya Utara Jakarta Barat 11520, Indonesia, dengan nomor Telp:

Phone : +6221 2991 0999

Fax : +6221 5698 2233

Web : http://grhakedoya.com

Customer Care : +6221 2991 0900 Instalasi Gawat Darurat : +6221 2991 09111

Gambar 4.3

Peta Lokasi Rumah Sakit Grha Kedoya Jakarta Barat

Sumber:

www.rsgrhakedoya.com

(9)

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan penulis kepada informan kunci yaitu Bapak Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, pada tanggal 21 Desember 2011. Beliau merupakan penggagas pertama yang memberikan izin untuk melaksanakan kampanye cuci tangan di Rumah Sakit Grha Kedoya, dengan demikian sudah jelas beliau telah mengetahui banyak mengenai pentingnya cuci tangan, sehingga peneliti menunjuknya sebagai informan kunci, yang diharapkan dapat menunjukkan informan selanjutnya untuk diwawancarai oleh peneliti.

Informan kedua yang di wawancarai peneliti adalah Ibu Luisa Susana yang merupakan DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya. Dimana sebagai kepala unit Pendidikan dan Pelatihan adalah sudah sewajarnya beliau mengetahui permasalahan yang mungkin dihadapi di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya. Peneliti melakukan wawancara dengan beliau tepatnya sehari setelah wawancara dengan informan kunci yakni pada tanggal 22 Desember 2011.

Kemudian, setelah peneliti memperoleh informasi target wawancara atau informan ketiga yaitu kepada Ibu Imelda M. Ambarita SKep., beliau merupakan Sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Rumah Sakit Grha Kedoya, keberadaannya beliau diharapkan sangat membantu peneliti karena beliaulah memanaje para perawat di Rumah Sakit Grha Kedoya. Adapun pelaksanaan

(10)

wawancara dengan ketua Keperawatan tersebut dilakukan pada tanggal 23 Desember 2011.

Sedangkan wawancara yang peneliti lakukan terakhir adalah kepada salah satu sasaran dari program kampanye cuci tangan di Rumah Sakit Grha Kedoya, yaitu Ibu Nelly Nainggolan Amd., Keberadaan beliau di Rumah Sakit Grha Kedoya adalah sebagai staff ahli Gizi, yang diharapkan dapat memberikan informasi-informasi penting yang berkaitan dengan pelaksanaan dan tujuan kampanye cuci tangan.

Pelaksanaan wawancara terhadap staff ahli Gizi ini dilaksanakan pada tanggal 24 Desember 2011. Dari keseluruhan informan yang diwawancarai oleh peneliti, seluruhnya lakukan di ruang kerja masing-masing informan yang bertempat di Rumah Sakit Grha Kedoya Jalan Panjang Arteri 26, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Peran Public Relations merupakan salah satu kunci penting untuk pemahaman fungsi Public Relations dan komunikasi organisasi. Peran Public Relations harus dapat menjadi praktisi pakar yaitu bertugas mendefinisikan problem, mengembangkan program, dan bertanggung jawab penuh atas implementasinya.

Organisasi dengan publik yang luas seringkali menghadapi permasalahan. Karena itu dibutuhkan Public Relations yang mampu mendeteksi kemungkinan timbulnya permasalahan, yaitu dengan membuat perencanaan program pencegahan atau penyelesaian, melaksanakan dan mengevaluasi. Dalam penelitian ini keberadaan peran public relation seperti yang ditegaskan oleh ketua Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya bahwa:

(11)

”Semenjak beroperasional bulan Desember 2010 dengan nama RS Bedah Grha Kedoya hingga diresmikan menjadi “RS Grha Kedoya”, rumah sakit ini dapat dikatakan rumah sakit yang masih baru, sehingga untuk divisi public relations belum ada sampai sekarang ini, dan sebagai penggantinya maka pelaksanaan peran public relations dirangkap oleh departemen Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yang dikepalai oleh Luisa Susana”. 69

Selain itu, ketua Diklat yaitu Luisa Susana juga menegaskan secara langsung bahwa:

”Sejak berdirinya RS Grha Kedoya ini belum ada ya untuk divisi Public Relation dalam Rumah Sakit ini, hal ini kemungkinan ya karena Rumah Sakit ini masih baru, sehingga untuk peran public relations itu saya selaku kepala departemen Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) ditunjuk untuk menggantikan peran tersebut”70

Dari peran public relation di atas dalam penelitian ini digantikan oleh departemen DIKLAT (Pendidikan dan Pelatihan) dimana hal ini, dikarenakan keberadaan Rumah Sakit Grha Kedoya Jakarta Barat termasuk Rumah Sakit yang dapat dikatakan masih baru, sehingga untuk bagian Public Relations tersebut sepenuhnya di perankan oleh bagian departemen DIKLAT.

Dalam penelitian ini, pengendalian infeksi nosokomial merupakan suatu usaha terpadu dan berkesinambungan dalam rangka meminimalkan kejadian infeksi di Rumah Sakit Grha Kedoya, untuk itu harus dilakukan kampanye cuci tangan agar kepatuhan petugas kesehatan dapat ditingkatkan dan kebersihan tangan segera membudaya di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya. Beberapa alasan para informan mengenai alasan dilakukan kampanye di Rumah Sakit Grha Kedoya Jakarta

69 Hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi), Rumah Sakit Grha Kedoya, Rabu, 21 Desember 2011.

70 Hasil wawancara dengan Ibu Luisa Susana, Kepala DIKLAT, Rumah Sakit Grha Kedoya, Kamis, 22 Desember 2011.

(12)

menurut Bapak Tonny Loho selaku ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) di Rumah Sakit Grha Kedoya adalah:

“Selama ini, kesadaran tenaga medis dalam menjaga kebersihan tangan di Rumah Sakit ini masih relatif rendah. Hal ini menurut hasil riset yang menunjukkan bahwa pada triwulan II tahun 2011 adalah terjadi infeksi 8,90%, sedangkan pada triwulan III sebesar 5,5%. Dan setelah dilakukan kampanye cuci tangan didapatkan data angka kejadian infeksi pada triwulan IV tahun 2011 berkurang menjadi 3,8%. Hasil ini menunjukkan bahwa pentingnya dilakukannya kampanye cuci tangan di Rumah Sakit ini”.71

Hasil wawancara dengan ketua Diklat yaitu Luisa Susana juga menegaskan bahwa:

“Alasan dilakukannya kampanye ini adalah karena kesadaran tenaga medis termasuk dokter dan perawat dalam menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien masih rendah. Selain itu, menurut hasil riset yang dilakukan Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) menunjukkan, tingkat kepatuhan para dokter membersihkan tangan masih di bawah 40 persen, sedangkan kepatuhan para perawat rata-rata mencapai 60 persen. Sehingga hal ini menjadi acuan bagi Rumah Sakit ini untuk melakukan kampanye cuci tangan”72

Dengan demikian, sangat jelas bahwa pelaksanaan kampanye di Rumah Sakit Grha Kedoya Jakarta adalah dikarenakan masih rendahnya kesadaran tenaga medis dalam menjaga kebersihan tangan; adnya hasil riset yang menunjukkan bahwa pada triwulan II tahun 2011 adalah terjadi infeksi 8,90%, sedangkan pada triwulan III sebesar 5,5%. Dan setelah dilakukan kampanye cuci tangan didapatkan data angka kejadian infeksi pada triwulan IV tahun 2011 berkurang menjadi 3,8%. Dan adanya

71 Op.cit Bapak Dr. Tonny Loho.

72 Op.cit Ibu Luisa Susana.

(13)

hasil riset yang dilakukan Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia (Perdalin) di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) menunjukkan, tingkat kepatuhan para dokter membersihkan tangan masih di bawah 40%, sedangkan kepatuhan para perawat rata-rata mencapai 60%. Sehingga hal ini menjadi acuan bagi Rumah Sakit Grha Kedoya Jakarta untuk melakukan kampanye cuci tangan.

4.2.1 Analisis Masalah

Keberadaan Rumah Sakit Grha Kedoya dalam melakukan kampanye Cuci Tangan adalah di dasarkan beberapa kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (treat) kelemahan. Seperti yang dikemukakan informan kunci yaitu bapak Tonny Loho, beliau menegaskan bahwa kekuatan dan kelemahan yang Rumah Sakit Grha Kedoya antara lain:

“Jika dilihat dari sumber daya manusia yaitu karyawan Rumah Sakit Grha Kedoya memiliki karyawan cukup banyak, dan untuk mendukung pelaksanaan kampanye tersebut, kami didukung oleh beberapa departemen, misalnya:

departemen kesehatan, PERDALIN, departemen diklat, dan adanya dukungan dari badan kesehatan dunia (WHO), yang memang menganjurkan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian transmisi infeksi mikroorganisme dilingkungan Rumah Sakit. Sementara untuk kelemahan ya, saya rasa karena Rumah Sakit ini termasuk masih baru, sehingga SDM dalam rumah sakit difokuskan untuk pemberian pelayanan, oleh karenanya masih ditemukan tenaga medis yang masih lalai untuk menjaga kebersihan tangan mereka”73 Lebih lanjut, belia juga mengemukakan bahwa peluang dan ancaman Rumah Sakit Grha Kedoya yang berhubungan dengan pelaksanaan kampanye cuci tangan adalah:

73 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho.

(14)

“Untuk peluang kedepan berhubungan dengan kampanye ini, diharapkan akan terus berjalan lancar karena dilihat dari tingkat kepatuhan karyawan atau tenaga medis juga sudah cukup baik dan mau melaksanakan hand hygiene sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, mereka juga memiliki respon yang positif terhadap pelaksanaan kampanye ini. Sementara untuk ancamannya saya rasa karena adanya rutinitas yang cukup padat dan adanya program kampanye lain yang mungkin membuat tenaga medis kurang fokus dalam melaksanakan kampanye ini”.74

Hasil di atas masih di dukung oleh hasil wawancara dengan Kepala sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Rumah Sakit Grha Kedoya yaitu Ibu Imelda Ambarita yang mengemukakan bahwa:

“Kekuatan yang dimiliki Rumah Sakit ini yang pertama adalah memiliki banyak karyawan cukup. Kedua, adanya dukungan dari beberapa departemen, seperti: departemen kesehatan, departemen diklat, PERDALIN, dan adanya dukungan dari badan kesehatan dunia (WHO). Sedangkan kelemahannya, menurut saya pribadi adalah masih banyaknya peserta kampanye yang tidak hadir dan kesadaran khalayak untuk mencuci tangan masih rendah” 75

Lebih lanjut, beliau juga menuturkan bahwa:

“Menurut saya untuk peluang yang dimiliki Rumah Sakit ini berhubungan dengan pelaksanaan kampanye adalah adanya keberhasilan kampanye, kenapa demikian karena dilihat dari hasil evaluasi yang diperoleh bahwa mayoritas karyawan sudah dinilai memiliki tingkat kepatuhan, dan memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan hand hygiene sebelum dan sesudah kontak dengan pasien. Sedangkan ancamannya saya rasa karena adanya banyak program kampanye lain sehingga khalayak kurang fokus.

Misalnya, program Bebas Rokok di lingkungan Rumah Sakit dan lain-lain dan Sangsi yang kurang tegas bagi yang tidak mengikuti program membuat sikap mengabaikan program kampanye cuci tangan”.76

74 Ibid.

75 Hasil wawancara dengan Ibu Imelda M. Ambarita SKep., Sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI), Rumah Sakit Grha Kedoya, Jumat 23 Desember 2011.

76 Ibid.

(15)

Dengan demikian, dari kedua informan di atas dapat diketahui bahwa Rumah Sakit Grha Kedoya selaku objek pelaksana kampanye cuci tangan telah memiliki:

1. Kekuatan (strength), yang antara lain: mempunyai hubungan kerja yang baik dengan Sumber daya Internal; mempunyai program untuk menciptakan kesadaran tentang bahaya infeksi nosokomial; Mampu memonitor dan mengevaluasi kegiatan, dan mempunyai dukungan yang kuat dari pihak internal (karyawan Rumah Sakit) dan adanya dukungan penuh oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), Departemen Kesehatan, PERDALIN, dan Managemen Rumah Sakit.

2. Kelemahan (weakness), yang antara lain: Masih banyaknya peserta kampanye yang tidak hadir; kesadaran khalayak untuk mencuci tangan masih rendah;

Masih sering ditemuinya kelalaian oleh peserta kampanye dalam evaluasi;

program cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya memiliki jangkauan yang terbatas hanya di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya.

3. Peluang (opportunities) yang antara lain: Adanya komitmen untuk mengurangi transmisi makroorganisme pathogen, yang merupakan infeksi nosokomial; Khalayak responsif terhadap terhadap program kampanye Public Relations Rumah Sakit Grha Kedoya; dan Khalayak memiliki kepercayaan pada Rumah Sakit Grha Kedoya.

4. Ancaman (treath) yang antara lain: Rutinitas pekerjaan karyawan yang terlalu padat; Sangsi yang kurang tegas bagi yang tidak mengikuti program; dan

(16)

Banyaknya program kampanye lain sehingga khalayak kurang fokus.

Misalnya, program Bebas Rokok di lingkungan Rumah Sakit dan lain-lain.

4.2.2 Penyusunan Tujuan

Tujuan dari kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah untuk menyampaikan sebuah pemahaman baru, memperbaiki kesalah pahaman, menciptakan kesadaran, mengembangkan pengetahuan tertentu, menghilangkan prasangka, menganjurkan sebuah kepercayaan, mengkonfirmasikan persepsi, serta mengajak khalayak untuk melakukan tindakan tertentu. Seperti hasil wawancara terhadap narasumber kunci yakni Bapak Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau mengemukakan bahwa:

“Tujuan utamanya adalah untuk membudayakan kebersihan tangan di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya, kedua, untuk mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme pathogen antar pasien, atau dari pasien ke tenaga medis”77

Hasil di atas didukung dengan hasil wawancara yang telah dilakukan pada informan kedua, yaitu Ibu Luisa Susana selaku Kepala DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya. Beliau juga menegaskan bahwa tujuan utama dilakukan program kampanye cuci tangan adalah:

77 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho.

(17)

“Dilihat dari tujuannya, menurut saya ada dua macam ya, yaitu tujuan umum dan khusus. Untuk tujuan umumnya yaitu untuk membudayakan kebersihan tangan di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya. Sedangkan tujuan khususnya yakni untuk mencegah terjadinya transmisi mikroorganiSsme pathogen antar pasien, atau dari pasien ke tenaga medis, dan untuk memberikan pengetahuan kepada sasaran ya, selain itu juga untuk melihat tingkat kepatuhan dari tenaga medis itu sendiri”.78

Hasil yang serupa juga ditegaskan informan ketiga yakni Ibu Imelda M.

Ambarita SKep., selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Sakit Grha Kedoya, yang mengungkapkan bahwa:

“Tujuannya adalah untuk membudayakan tingkat kepatuhan petugas kesehatan, seperti para dokter, perawat dan seluruh karyawan Rumah Sakit Grha Kedoya mengenai pentingnya kebersihan cuci tangan guna mencegah terjadinya infeksi nosokomial”.79

Dari hasil wawancara terhadap ketiga informan di atas dapat diidentifikasi bahwa tujuan umum dari program kampanye cuci tangan adalah untuk membudayakan kebersihan tangan (hand hygiene) di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya. Sedangkan tujuan khususnya adalah:

1. Mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke perawat dan sebaliknya.

2. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan pada setiap petugas di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya sehingga infeksi nosokomial di Rumah Sakit dapat dikendalikan.

3. Melihat kepatuhan petugas kesehatan dalam mempertahankan kebersihan tangan.

78 Op.cit. Ibu Luisa Susana.

79 Op.cit Ibu Imelda M. Ambarita.

(18)

4.2.3 Menentukan Pesan

Pesan kampanye merupakan saran yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program kampanye, yang pada akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye. Maka dari itu, untuk mengembangkan pesan agar dapat dipahami dan diterima oleh publik, maka dalam penelitian ini dapat dilihat dari: 1).

Inti dari pesan program kampanye, 2). Siapa yang menyampaikan Pesan, dan 3).

Kemudahan pesan diterima khalayak.

1. Inti dari pesan program kampanye

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Luisa Susana selaku Kepala DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya. Beliau menegaskan bahwa penentuan inti pesan program kampanye cuci tangan adalah:

“Intinya adalah berupa ajakan untuk selalu menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien yaitu berbunyi “SUDAHKAH TANGAN ANDA BERSIH?, JAGALAH KESEHATAN DAN CUCILAH TANGAN ANDA”. Selain itu ajakan untuk senantiasa melakukan 5 momen penting, yaitu 1) sebelum kontak dengan pasien, 2). sebelum tindakan asepsis, 3) setelah terkena cairan tubuh pasien, 4) setelah kontak dengan pasien, dan 5) setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien”.80

Serupa dengan pendapat Ibu Imelda M. Ambarita yang menjelaskan bahwa:

“Intinya berupa ajakan yaitu “SUDAHKAH TANGAN ANDA BERSIH?, JAGALAH KESEHATAN DAN CUCILAH TANGAN ANDA” hal ini bertujuan untuk menurunkan angka infeksi nosokomial dengan melakukan 5 momen penting, yaitu 1) sebelum kontak dengan pasien, 2). sebelum tindakan asepsis, 3) setelah terkena cairan tubuh pasien, 4) setelah kontak dengan pasien, dan 5) setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien”.81

80 Op.cit. Ibu Luisa Susana

81 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

(19)

Hal ini juga di tegaskan oleh Ibu Nelly Nainggolan Amd, selaku Staff ahli Gizi, yang menjelaskan bahwa:

“Inti dari program ini menurut saya adalah untuk membudidayakan cuci tangan, yang berupa ajakan yaitu “SUDAHKAH TANGAN ANDA BERSIH?, JAGALAH KESEHATAN DAN CUCILAH TANGAN ANDA”. Dan ajakan untuk senantiasa melakukan 5 momen penting, yaitu 1) sebelum kontak dengan pasien, 2). sebelum tindakan asepsis, 3) setelah terkena cairan tubuh pasien, 4) setelah kontak dengan pasien, dan 5) setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien”.82

Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa penentuan inti pesan program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah :

a. Berupa ajakan yaitu “SUDAHKAH TANGAN ANDA BERSIH?, JAGALAH KESEHATAN DAN CUCILAH TANGAN ANDA”

b. Berupa ajakan agar senantiasa melakukan cuci tangan pada 5 momen penting, yaitu 1) sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan asepsis, 3) setelah terkena cairan tubuh pasien, 4) setelah kontak dengan pasien, dan 5) setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

2. Siapa yang menyampaikan Pesan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho mengenai pihak yang menyampaikan pesan dalam kampanye, beliau mengemukakan:

“Salah satunya ya, saya sendiri selaku ketua PPI atau pencegahan dan pengendalian Infeksi di Rumah sakit ini juga ikut berpartisipasi dan ikut serta dalam penyampaian pesan kampanye tersebut”.83

82 Hasil wawancara dengan Ibu Nelly Nainggolan Adm, Staff ahli Gizi, Rumah Sakit Grha Kedoya, 24 Desember, 2011.

83 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho.

(20)

Menurut Ibu Luisa Susana, beliau menegaskan bahwa:

“Penyampaian pesan kampanye dilakukan oleh pihak PT B.Braun dan saya sendiri yang juga ikut berpartisipasi dan mensupport jalannya kampanye ini”.84

Dari hasil wawancara terhadap kedua informan di atas dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak yang berpartisipasi dalam penyampaian pesan program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah dari pihak PT B Braun dan para informan-informan yang diwawancari juga ikut mensupport penyampaian pesan tersebut.

3. Kemudahan pesan diterima khalayak.

Wawancara dengan Ibu Imelda M. Ambarita mengenai kemudahan pesan diterima khalayak, beliau mengungkapkan bahwa:

“Saya rasa cukup mudah ya,, karena cuci tangan merupakan tindakan yang penting, itu juga menurut karyawan yang sudah melakukan. Dan hal ini berarti sudah cukup terjadi kesadaran untuk melakukan cuci tangan, sehingga kita akan terhindar dari infeksi nosokomial, HIV AIDS, dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu dapat dihindari dengan melakukan cuci tangan”85

Hasil wawancara dengan Ibu Nelly Nainggolan menegaskan bahwa:

“Cukup mudah ya, karena pesan dalam kampanye tersebut didukung dengan strategi dan taktik yang baik, misalnya dengan seminar dan adanya spanduk- spanduk yang mempermudah karyawan untuk membudidayakan program cuci tangan ini”.86

Dari hasil wawancara kedua narasumber di atas dapat diketahui bahwa pesan- pesan yang disampaikan dalam kampanye cuci tangan ini sudah dinyatakan

84 Op.cit. Ibu Luisa Susana

85 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita.

86 Op.cit. Ibu Nelly Nainggolan.

(21)

mudah diterima oleh khalayaknya, sehingga hal ini diharapkan dapat menunjang keberhasilan program kampanye yang dilaksanakan.

4.2.4 Identifikasi dan Segmentasi Sasaran

Mengindentifikasi dan segmentasi sasaran (target audience) yang menjadi sasaran utama dari program kampanye tersebut, yaitu melakukan identifikasi segmentasi target audience, dimana target sasarannya adalah seluruh tenaga medis dan semua bagian terkait di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta Barat.

Hasil wawancara terhadap narasumber yaitu Bapak Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau mengemukakan bahwa:

“Untuk sasaran kampanye ini tentunya ya semuanya, khususnya pihak internal seperti dokter, perawat, radiographer, petugas laborat, dan semua yang terkait”. 87

Menurut Ibu Luisa Susana, beliau menegaskan bahwa:

“Utamanya pada tenaga medis dulu ya,, seperti dokter, perawat, dan pegawai-pegawai di rumah sakit, selain itu juga pengunjung rumah sakit, untuk ikut bepartisipasi dalam kampanye ini”.88

Dari hasil wawancara terhadap kedua informan di atas dapat disimpulkan bahwa identifikasi dan segmentasi sasaran program kampanye cuci tangan adalah:

1. Petugas kesehatan yang meliputi: dokter, perawat, radiografer, dan petugas laboratorium.

87 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho.

88 Op.cit. Ibu Luisa Susana

(22)

2. Semua bagian yang terkait, misalnya pengunjung di Rumah Sakit Grha Kedoya.

4.2.5 Strategi

Strategi dalam Public Relations disesuaikan dengan pendekatan yang diambil untuk menuju pada suatu kondisi tertentu dari posisi saat ini, yang dibuat berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau mengemukakan bahwa:

“Saya rasa cukup banyak ya strategi yang digunakan dalam kampanye ini, misalnya, memberikan seminar yang tujuannya agar sasaran mengetahui tentang pentingnya cuci tangan, kemudian dengan memberikan simulasi cara cuci tangan yang benar, dan menggabungkan antara keduanya yaitu dengan seminar dan simulasi”. 89

Hasil di atas didukung dengan hasil wawancara dengan informan kedua, yaitu Ibu Luisa Susana selaku Kepala DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya yang menegaskan adalah:

“Strategi yang digunakan pertama, yaitu dengan memberikan seminar yang tujuannya agar sasaran mengetahui tentang pentingnya cuci tangan, kedua yaitu dengan memberikan simulasi cara cuci tangan yang benar”. 90

Serupa dengan penjelasan Ibu Imelda M. Ambarita SKep., selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Sakit Grha Kedoya, beliau mengungkapkan bahwa:

89 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho.

90 Op.cit. Ibu Luisa Susana

(23)

“Ini strateginya banyak ya,, dalam melakukan kampanye yaitu untuk memberikan pengetahuan ke khalayak, jadi khalayak sudah diberikan beberapa brosur atau yang berupa panduan bagaimana cara-cara mencuci tangan dengan benar dan manfaat atau arti penting dari membiasakan diri mencuci tangan, selain itu, strategi yang digunakan adalah dengan melakukan seminar serta simulasi atau praktek dalam mencuci tangan”.91 Dengan demikian strategi yang dibuat dalam penelitian ini sudah sesuai dengan tujuan utama kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya. Dimana, strategi kampanye Cuci tangan Public Relations Rumah Sakit Grha Kedoya adalah dengan:

1. Mengadakan seminar tentang pentingnya cuci tangan.

2. Melakukan simulasi cara cuci tangan dengan benar.

3. Menggabungkan antara Seminar dengan simulasi cara cuci tangan yang benar agar dapat memberikan kesadaran, pengetahuan dan kepedulian terhadap infeksi nosokomial yang merupakan tujuan kampanye Rumah Sakit Grha Kedoya.

4.2.6 Taktik

Kemudian taktik yang dilakukan public relation dalam kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah berdasarkan strategi yang sudah ada atau taktik merupakan turunan dari strategi yang sudah dibuat, yaitu dengan menggunakan media komunikasi. Hasil wawancara kepada Bapak Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk.,

91 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

(24)

selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya yang menegaskan bahwa media komunikasi yang digunakan dalam kampanye adalah:

“Untuk taktik program itu sendiri, program ini menggunakan media cetak seperti spanduk, banner dan flip chart, selain itu juga membagikan brosur mengenai simulasi cara mencuci tangan dengan benar kepada seluruh peserta kampanye”. 92

Hal serupa juga ditegaskan oleh Ibu Luisa Susana bahwa:

“Sedangkan taktiknya adalah dengan menggunakan media cetak seperti spanduk, banner dan flip chart, selain itu juga membagikan brosur mengenai simulasi cara mencuci tangan dengan benar kepada seluruh peserta kampanye”.93

Berbeda dengan pendapat Ibu Imelda M. Ambarita, yang menegaskan mengenai media komunikasi bahwa:

“Yah kalau kita sekarang belum maksimal ya,, karena saya sendiri baru melakukan semacam komitmen, yaitu setiap karyawan memberikan tanda tangannya berkomitmen untuk melakukan cuci tangan dan itu adalah suatu bentuk pelaksanaan kampanye cuci tangan, meskipun ikut sibuk mereka akan secara otomatis akan lebih berhasil”.94

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa taktik yang merupakan turunan dari strategi yang ada dan yang digunakan dalam kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah menggunakan media komunikasi seperti yaitu terkait pemasangan spanduk, Banner, dan flip chart di lingkup Rumah Sakit Grha Kedoya.

Selain itu, juga diketahui adanya komitmen dari setiap peserta kampanye dengan memberikan tanda tangan, sebagai tanda atau komitmen untuk melakukan cuci tangan.

92 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho.

93 Op.cit. Ibu Luisa Susana

94 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

(25)

4.2.7 Alokasi Waktu

Alokasi waktu atau skala waktu yaitu adanya skala waktu yang sudah ditentukan sebagai acuan dalam kampanye yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini skala waktu yang digunakan adalah berdasarkan frekuensi kampanye yang dilakukan dan berapa lama kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya itu dilaksanakan.

Untuk frekuensi atau jumlah pelaksanaan kampanye, menurut hasil wawancara dengan para informan, yaitu Bapak Dr. Tonny Loho, Ibu Luisa Susana, Ibu Imelda M. Ambarita, dan Ibu Nelly Nainggolan, mereka menyebutkan bahwa selama ini baru dilakukan kampanye cuci tangan sebanyak sekali di Rumah Sakit Grha Kedoya.

Sedangkan lama pelaksanaan kampanye cuci tangan berdasarkan wawancara terhadap Bapak Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau mengemukakan bahwa:

“Karena kampanye cuci tangan ini termasuk kampanye jangka panjang sehingga pelaksanaanya dilakukan selama satu tahun penuh, yaitu di tahun 2011 sampai dengan tahun 2012”.95

Serupa dengan penjelasan Ibu Imelda M. Ambarita SKep., selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Sakit Grha Kedoya, yang mengungkapkan bahwa:

“Untuk pelaksanaan kampanye yaitu dilakukan setahun penuh yaitu tahun 2011 sampai dengan 2012, dan itu sudah termasuk seminar dan selebihnya dilakukan pemasangan dan pembagian media komunikasi baik itu brosur, spanduk, dan lain-lain”.96

95 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

96 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

(26)

Dari hasil wawancara skala waktu kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya dilakukan selama setahun yaitu tahun 2011 sampai dengan 2012, termasuk pelaksanaan seminar dan selebihnya adalah digunakan untuk pemasangan media komunikasi. Sehingga dari hasil ini dan menurut catatan lapangan diketahui bahwa dalam setahun kampanye dilakukan sekali.

4.2.8 Sumber Daya

Sedangkan sumber daya yaitu adanya sumber daya manusia dengan tujuan untuk membantu pelaksanaan kampanye yang telah dilakukan oleh organisasinya, selain itu adanya peralatan yang tepat sehingga perlu diperhatikan dengan tujuan untuk menunjang keberhasilan program kampanye. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Luisa Susana selaku Kepala DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya. Beliau juga menegaskan bahwa yang menjadi sumber daya manusia dalam program kampanye cuci tangan adalah:

“Cukup banyak ya, dari ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) sendiri yaitu Bapak Dr. Tonny Loho; Ibu Imelda Ambarita, selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) dan serta saya sendiri selaku kepala unit DIKLAT di Rumah Sakit ini”.97

Sedangkan menurut Ibu Nelly Nainggolan selaku Staff ahli Gizi, yang menjelaskan bahwa:

97 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

(27)

“Sumber Daya Manusia pelaksana kampanye cuci tangan tersebut adalah ketua Pencegahan dan Pengendali Infeksi bapak Dr. Tonny Loho; lalu Ibu Luisa Susana selaku kepala DIKLAT di Rumah Sakit ini, dan Ibu Imelda Ambarita selaku sekretaris PPI juga turut menjadi narasumber”.98

Dengan demikian, diketahui bahwa dalam penelitian ini Sumber Daya Manusia yang digunakan adalah karyawan Rumah Sakit Grha Kedoya, yang berjumlah 4 orang orang untuk menjadi panitia acara, yang antara lain:

1. Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta Barat.

2. Ibu Luisa Susana selaku Kepala DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta Barat.

3. Ibu Imelda M. Ambarita SKep., selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta Barat.

Selain sumber daya manusia, juga didukung dengan sumber daya lain yang berupa peralatan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho DMM, Sp., Pk., selaku Ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau mengemukakan mengenai perlengkapan yang digunakan dalam kampanya adalah:

“Cukup banyak ya, misalnya dengan menggunakan LCD layar pada saat seminar untuk memberikan pengetahuan secara langsung kepada peserta mengenai bagaimana tata cara mencuci tangan dengan benar dan langsung mempraktekannya, sound system, laptop, dan alat praga atau alat praktek cuci tangan”.99

98 Op.cit. Ibu Nelly Nainggolan

99 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

(28)

Hal ini juga diserupa diungkapkan oleh Ibu Imelda M. Ambarita, bahwa:

“Untuk perlengkapan kampanye itu sendiri, yaitu menggunakan LCD layar pada saat seminar, selain itu laptop, sound system, dan peralatan cuci tangan”.100

Dengan demikian untuk sumber daya peralatan yang digunakan telah disesuaikan dengan kebutuhan dalam kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya yang diantaranya LCD layar, MIX, Laptop, sound system, lighting dan peralatan cuci tangan.

4.2.9 Evaluasi

Evaluasi kampanye merupakan sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksanaan dan pencapaian tujuan kampanye. Dalam penelitian ini, evaluasi kampanye dilihat dari: 1). Metode atau cara mengevaluasi program, 2). Pelaksanaan evaluasi. 3). Evaluasi berdasarkan respon atau aksi khalayak, 4). Evaluasi berdasarkan tingkat kepedulian setelah pelaksanaan program, 5). Evaluasi berdasarkan sangsi bagi ketidakikutsertaan dalam program.

Dan 6). Ukuran keberhasilan kampanye.

1. Metode atau cara mengevaluasi program kampanye cuci tangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho, selaku ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau

100 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

(29)

mengemukakan mengenai cara mengevaluasi kampanye cuci tangan yang telah dilakukan adalah:

“Yaitu dengan melakukan audit, audit ini dilakukan oleh bagian infection prevention controle nurse, dimana audit ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan dari para petugas khususnya dokter dan perawat dalam hal kebersihan tangan sebelum memberikan pelayanan, misalnya sebelum dan setelah kontak dengan pasien, setelah terkena darah atau cairan tubuh pasien, dan setelah menyentuh peralatan yang ada dilingkungan pasien”.101 Hasil di atas juga didukung oleh hasil wawancara dengan Ibu Luisa Susana, beliau juga mengemukakan bahwa cara mengevaluasi program kampanye cuci tangan yang dilakukan adalah:

“Salah satunya adalah melakukan audit, oleh bagian infection prevention controle nurse, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan petugas dalam hal kebersihan tangan sebelum dan setelah memberikan pelayanan kepada pasien”.102

2. Pelaksanaan evaluasi kampanye cuci tangan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho selaku ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau menegaskan bahwa pelaksanaan program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah:

”Untuk pelaksanaan evaluasi kami melakukannya tiga bulan ke masing- masing unit perawatan, sementara untuk sarana dan prasarana cuci tangan kami melakukannya setiap 6 bulan sekali, dimana pencacatan dan pelaporan evaluasi biasanya saya terima untuk saya lanjutkan ke komite medic dan komite keperawatan”.103

101 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

102 Op.cit. Ibu Luisa Susana

103 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

(30)

Hasil yang serupa juga ditegaskan informan ketiga yakni Ibu Imelda M. Ambarita SKep., selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Sakit Grha Kedoya, yang mengungkapkan bahwa pelaksanaan evaluasi yang dilakukan adalah:

“Dilakukan tiga bulan, jadi setelah tiga bulan kita evaluasi dan melakukan presentasi apakah ada peningkatan kepatuhan para karyawan”.104

3. Evaluasi berdasarkan respon atau aksi khalayak

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho, selaku ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau juga menegaskan bahwa respon khalayak setelah mengikuti program kampanye adalah:

“Ya tentunya semua peserta antusias dan setuju sekali ya, bahwa tujuannya untuk membudayakan kebersihan tangan di lingkup Rumah Sakit Grha Kedoya, karena mereka sebenarnya juga sudah mengerti arti penting dari membiasakan atau menjaga cuci tangan itu sendiri, apalagi ditambah adanya program kampanye ini, saya rasa mereka akan berkomitmen untuk mensukseskan program ini di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya”.105 Sedangkan menurut Ibu Nelly Nainggolan menegaskan bahwa:

“Kami cukup setuju ya, walaupun mayoritas dari karyawan sudah mengetahui manfaat mencuci tangan, akan tetapi masalah yang saya rasa adalah bagaimana mereka itu diajarkan dan diberi pengetahuan tata cara mencuci tangan dengan benar, dan yang paling penting adalah bagaimana mereka membiasakan atau membudayakan kebersihan cuci tangan itu sendiri, dengan melaksanakan hal tersebut saya yakin program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya ini akan sukses”.106

104 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

105 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

106 Op.cit. Ibu Nelly Nainggolan

(31)

4. Evaluasi berdasarkan tingkat kepedulian setelah pelaksanaan program

Hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho, mengenai tingkat kepedulian khalayak setelah pelaksanaan program kampanye dilakukan beliau juga menegaskan bahwa:

”Pastinya ya, karena jika dilihat dari hasil evaluasi tingkat kepatuhan dari para petugas khususnya dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien, mereka sudah melakukan kebersihan tangan sebelum memberikan pelayanan, misalnya sebelum dan setelah kontak dengan pasien, setelah terkena darah atau cairan tubuh pasien, dan setelah menyentuh peralatan yang ada di lingkungan pasien”.107

Informan lain juga mengemukakan hal yang serupa terkait tingkat kepedulian khalayak setelah pelaksanaan program kampanye dilakukan, yang mengatakan bahwa:

“Iya hal ini terlihat dari perilaku mereka selama evaluasi dilakukan, mayoritas mereka melakukan cuci tangan sebelum atau sesudah kontak dengan para pasien, selain itu banyak juga mereka yang merekomendasikan pentingnya cuci tangan ini kepada para pasien”.108

5. Evaluasi berdasarkan sangsi bagi ketidakikutsertaan dalam program

Hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho, beliau juga menegaskan bahwa:

”Saat ini kami belum memberikan sangsi, dan hal ini saya rasa menjadi salah satu kelemahan dari program ini ya, kami hanya support agar selalu berpartisipasi dengan cara mengingatkan saja, karena dalam pelaksanaan evaluasi peserta yang mengikuti kampanye akan memperoleh reward, dengan harapan hal ini dapat memotivasi mereka untuk membudayakan kebersihan tangan mereka sebagai wujud kepatuhan terhadap program yang telah dilakukan”.109

107 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

108 Op.cit. Ibu Luisa Susana

109 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

(32)

Hasil yang serupa juga ditegaskan oleh Ibu Imelda M. Ambarita SKep., selaku sekretaris Pencegahan dan Pengendali Infeksi (PPI) Sakit Grha Kedoya, yang mengungkapkan bahwa:

“Untuk saat ini kita belum memberikan sangsi, karena sangsikan berkaitan dengan managemen, kita memberikan sangsi atau support kepada mereka aja, kalau melakukan memperoleh reward begitu juga sebaliknya, bagi yang tidak melakukan atau melaksanakan ya tidak memperoleh reward tersebut”.110

6. Evaluasi ukuran keberhasilan kampanye

Hasil wawancara dengan Bapak Dr. Tonny Loho mengenai ukuran keberhasilan suatu kampanye beliau juga menegaskan bahwa:

”Saya rasa cukup berhasil dan memuaskan ya, jika dilihat dari tingkat kepatuhan melaksanakan kebersihan tangan sebesar 75% dari seluruh ruang inap, ICU, UGD, Hemodialisa dan Itermediate. Selain itu, sudah keberhasilan dapat juga dilihat dari evaluasi-evaluasi yang dilakukan yaitu evaluasi pada sarana dan prasarana hand hygiene selama 6 bulan sekali pada masing-masing unit keperawatan. Dan kami saat ini akan terus menerus untuk mengevaluasi guna memperoleh kesadaran dari petugas medis untuk membudayakan kebersihan tangan mereka sebelum dan setelah kontak dengan pasien”.111

Informan lain juga mengemukakan hal yang serupa terkait dengan ukuran keberhasilan program kampaye, yang mengatakan bahwa:

“Keberhasilan kampanye ini, ya tentunya dapat terlihat setelah adanya hasil evaluasi yang menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan para tenaga medis sudah meningkat sebesar 75% dan hal ini sesuai hasil evaluasi dibeberapa ruang inap, ICU, UGD, Hemodialisa dan Itermediate. Selain itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman para petugas atau khalayak dari program ini mengenai cara-cara mencuci tangan dengan benar. Dan dengan keberhasilan ini diharapkan dapat ditingkatkan lagi untuk program kedepannya”.112

110 Op.cit. Ibu Imelda M. Ambarita

111 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

112 Op.cit. Ibu Luisa Susana

(33)

Dalam penelitian ini evaluasi yang dilakukan adalah mengevaluasi pada akhir kegiatan, sehingga apabila terdapat kekurangan dapat diperbaiki untuk acara program Cuci Tangan diperiode berikutnya, dengan demikian dilihat dari keenam evaluasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa:

1. Cara mengevaluasi program kampanye cuci tangan yang dilakukan dengan melakukan audit oleh bagian infection prevention controle nurse pada program Kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya.

2. Pelaksanaan evaluasi program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah tiga bulan ke masing-masing unit perawatan, sementara untuk sarana dan prasarana cuci tangan dilakukan setiap 6 bulan sekali.

3. Evaluasi berdasarkan respon atau aksi khalayak adalah mereka mayoritas menunjukkan setuju dan berkomitmen untuk mensukseskan program kampanye di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya.

4. Evaluasi berdasarkan tingkat kepedulian khalayak menunjukkan adanya perubahan perilaku khalayak sebelum atau sesudah kontak dengan para pasien yaitu dengan menjaga kebersihan tangan mereka dan merekomendasikan pentingnya cuci tangan ini kepada para pasien.

5. Evaluasi berdasarkan sangsi bagi ketidakikutsertaan dalam program kampanye diketahui menjadi kelemahan program dan adanya pemberian support dan reward bagi yang berpartisipasi.

(34)

6. Kampanye Cuci Tangan cukup berhasil dan memuaskan, jika dilihat dari tingkat kepatuhan melaksanakan kebersihan tangan sebesar 75% dari seluruh ruang inap, ICU, UGD, Hemodialisa dan Itermediate. Selain itu, keberhasilan dapat juga tunjukkan adanya evaluasi hand hygiene 3 bulan sekali pada masing-masing unit keperawatan dan pada sarana dan prasarana 6 bulan sekali.

4.2.10 Tinjauan

Sedangkan tinjauan yang dilakukan dalam program kampanye yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk memastikan bahwa semua berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dalam penelitian ini peninjauan hanya dilihat dari kendala-kendala yang ada dalam kampanye dilakukan. Berdasarkan hasil wawancara terhadap narasumber kunci yakni Bapak Dr. Tonny Loho, selaku ketua PPI (Pencegahan dan Pengendali Infeksi) Rumah Sakit Grha Kedoya, beliau mengemukakan bahwa:

“Untuk kendala yang ditemukan antara lain; pertama adanya kesibukan dalam melakukan pelayanan terhadap pasien sehingga terlupakan akan mencuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien, kedua adanya ketidakhadiran peserta kampanye pada saat dilakukan, ketiga kurangnya menyeluruh dalam pemasangan hand scrub dibagian tertentu, atau belum adanya sangsi bagi peserta yang tidak mengikuti program kampanye cuci tangan ini”.113

113 Op.cit. Bapak Dr. Tonny Loho

(35)

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Luisa Susana selaku Kepala DIKLAT Rumah Sakit Grha Kedoya. Beliau juga menegaskan bahwa kendala program kampanye cuci tangan adalah:

“Hasil evaluasi kampanye menunjukkan bahwa masih adanya kendala yaitu pada para petugas ya, apa mungkin karena tingkat kesibukannya tinggi dalam memberikan pelayanan kepada pasien sehingga lalai atau mungkin hanya kurang terbiasa saja, selain itu mungkin masih adanya bagian-bagian tertentu yang belum dipasang hand scrub, sehingga mereka enggan melakukan cuci tangan”.114

Dari hasil wawancara dari kedua informan di atas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini tinjauan yang telah dilakukan adalah untuk melihat kendala-kendala pelaksanaan program yaitu:

1. Dari sasaran kampanye yaitu adanya kelalaian, karena terlalu sibuk melayani pasien,

2. Adanya sasaran yang tidak hadir dalam seminar dan simulasi, 3. Kurangnya pemasangan hand scrub pada ruang-ruang tertentu,

4. Kurangnya sangsi yang tegas dari manajemen bagi peserta yang tidak mengikuti program.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di atas, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis strategi kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya dengan analisis SWOT, dimana strategi program kampanye yang dilakukan mengacu pada 10 tahap-tahap perencanaan kampanye dari teori Anne Gregroy.

Sehingga hasil analisis SWOT dapat dilihat pada tabel berikut ini.

114 Op.cit. Ibu Luisa Susana

(36)

Tabel 4.1

Hasil SWOT Strategi Kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya Jakarta Barat

No

Tahap- tahap perencanaan

Menurut Anne

Gregory Implementasi

1 Analisis Program kampanye dapat menggunakan analisis SWOT, yaitu menganalisis unsure Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang

(Opportunities), dan Ancaman (Treat) sebagai upaya dengan memperhatikan faktor- faktor masalah internal dalam perusahaan

Menggunakan analisis SWOT yang ditujukan untuk membantu menganalisa kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya.

Analisis SWOT tersebut sebagai berikut:

A. Kekuatan (Strength)

1. Mempunyai hubungan kerja yang baik dengan Sumber daya Internal.

2. Mempunyai program untuk menciptakan kesadaran tentang bahaya infeksi nosokomial di lingkungan Rumah Sakit.

3. Mampu memonitor dan mengevaluasi kegiatan, dan mempunyai dukungan yang kuat dari pihak internal (karyawan Rumah Sakit).

4. Didukung penuh oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), Departemen Kesehatan,

PERDALIN, dan

Managemen Rumah Sakit.

B. Kelemahan (Weakness)

1. Masih banyaknya peserta kampanye yang tidak hadir.

2. Kesadaran khalayak untuk mencuci tangan masih rendah.

3. Masih sering ditemuinya kelalaian oleh peserta

(37)

kampanye dalam evaluasi.

4. Program cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya memiliki jangkauan yang terbatas hanya di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya.

C. Peluang (Opportunitiess)

1. Adanya komitmen untuk mengurangi transmisi makroorganisme pathogen, yang merupakan infeksi nosokomial

2. Khalayak responsif terhadap terhadap program kampanye Public Relations Rumah Sakit Grha Kedoya

3. Khalayak memiliki kepercayaan pada Rumah Sakit Grha Kedoya.

4. Hasil riset menunjukkan bahwa tingkat cuci tangan tenaga medis masih rendah.

D. Ancaman (Treat)

1. Rutinitas pekerjaan karyawan yang terlalu padat.

2. Sangsi yang kurang tegas bagi yang tidak mengikuti program membuat sikap mengabaikan program kampanye cuci tangan.

3. Banyaknya program kampanye lain sehingga khalayak kurang fokus.

Misalnya, program Bebas Rokok di lingkungan Rumah Sakit dan lain-lain.

2 Tujuan Tujuan yang bias

dicapai dengan menggunakan program

A. Tujuan kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah:

(38)

kampanye. Tujuan tersebut diantanya adalah menyampaikan sebuah pemahaman baru, memperbaiki kesalahpahaman,

menciptakan kesadaran, mengembangkan

pengetahuan tertentu, menghilangkan

prasangka,

menganjurkan sebuah kepercayaan,

menginformasi

persepsi, serta mengajak khalayak untuk melakukan tindakan tertentu.

1. Untuk membudayakan kebersihan tangan (hand hygiene) di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya.

2. Mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke perawat dan sebaliknya.

3. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan pada setiap petugas di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya sehingga infeksi nosokomial di Rumah Sakit dapat dikendalikan.

4. Melihat kepatuhan petugas

kesehatan dalam

mempertahankan kebersihan tangan.

3 Segmentasi sasaran (Khalayak)

Mengidentifikasi dan segmentasi sasaran (target audience) yang menjadi sasaran utama dari program kampanye tersebut.

A. Melakukan identifikasi segmentasi target audience, dimana target sasarannya adalah:

1. Petugas kesehatan yang meliputi: dokter, perawat, radiografer, dan petugas laboratorium.

2. Semua bagian yang terkait, misalnya pengunjung di Rumah Sakit Grha Kedoya.

4 Pesan Pesan kampanye

merupakan saran yang akan membawa sasaran mengikuti apa yang diinginkan dari program kampanye, yang akhirnya akan sampai pada pencapaian tujuan kampanye.

A. Inti pesan dari kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah berupa ajakan yaitu “SUDAHKAH TANGAN ANDA BERSIH?, JAGALAH KESEHATAN DAN CUCILAH TANGAN ANDA”

B. Inti yang kedua adalah berupa ajakan untuk senantiasa

(39)

melakukan cuci tangan pada 5 momen yaitu:

1) Sebelum kontak dengan pasien,

2) Sebelum tindakan asepsis, 3) Setelah terkena cairan tubuh

pasien,

4) Setelah kontak dengan pasien,

5) Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien.

C. Penyampaian pesan kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya dengan mengundang panitia penyelenggara atau pembicara ahli.

D. Kemudahan pesan kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya sudah dinyatakan mudah diterima oleh khalayaknya, sehingga hal ini diharapkan dapat menunjang keberhasilan program kampanye yang dilaksanakan.

5 Strategi Strategi disesuaikan dengan pendekatan yang yang diambil untuk menuju pada kondisi tertentu dari saat ini, yang dibuat berdasarkan analisis masalah dan tujuan yang telah ditetapkan.

A. Strategi yang dibuat harus sesuai dengan tujuan utama kampanye cucitangan Rumah Sakit Grha Kedoya sehingga kampanye yang dibuat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

B. Strategi kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah dengan:

1. Mengadakan seminar tentang pentingnya cuci tangan.

2. Melakukan simulasi cara cuci tangan dengan benar.

3. Menggabungkan antara Seminar dengan simulasi cara cuci tangan yang benar agar dapat memberikan

(40)

kesadaran, pengetahuan dan kepedulian terhadap infeksi nosokomial yang merupakan tujuan kampanye Rumah Sakit Grha Kedoya.

6 Taktik Taktik yang dilakukan berdasarkan strategi yang sudah ada atau taktik merupakan turunan dari strategi yang sudah dibuat.

A. Melakukan taktik berdasarkan strategi yang sudah ada atau taktik merupakan turunan dari strategi yang sudah dibuat oleh Rumah Sakit Grha Kedoya.

B. Taktik kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah dengan menggunakan media komunikasi, misalnya:

1. Spanduk 2. Banner 3. Flip chart

4. Brosur tata cara mencuci tangan dengan benar.

5. Pemberian reward bagi yang melaksanakan atau mengikuti program kampanye cuci tangan tersebut.

7 Skala waktu Adanya skala waktu yang sudah ditentukan sebagai acuan dalam kampanye yang akan dilakukan

A. Menggunakan skala waktu yang sudah ditentukan sebagai acuan dalam kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya B. Skala waktu yang sudah

ditentukan yaitu setahun sekali untuk pelaksanaan kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya.

8 Sumber Daya Adanya Sumber daya manusia dengan tujuan untuk membantu pelaksanaan kampanye yang dilakukan oleh organisasinya.

Adanya peralatan yang

A. Menggunakan sumber daya manusia yaitu narasumber yang berjumlah 3 orang yang sekaligus menjadi panitia acara kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya dengan jumlah peserta kampanye kurang

(41)

tepat sehingga perlu diperhatikan dengan tujuan untuk menunjang keberhasilan program kampanye.

lebih 100 karyawan.

B. Menggunakan peralatan yang tepat sesuai dengan yang dibutuhkan dalam kampanye cuci tangan yang diantaranya:

1. LCD layar 2. Laptop 3. Mix

4. Sound system 5. Lighting

6. dan perlengkapan mencuci tangan tentunya.

9 Evaluasi Evaluasi kampanye sebagai upaya sistematis untuk menilai berbagai aspek yang berkaitan dengan proses pelaksaan dan pencapaian tujuan kampanye

A. Melakukan evaluasi pada akhir kegiatan sehingga apabila terdapat kekurangan dapat diperbaiki untuk kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya diperiode berikutnya.

Evaluasi yang dilakukan adalah:

1. Dengan melakukan audit oleh bagian infection prevention controle nurse pada program Kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya.

2. Pelaksanaan evaluasi program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah tiga bulan ke masing-masing unit perawatan, sementara untuk sarana dan prasarana cuci tangan dilakukan setiap 6 bulan sekali.

3. Evaluasi berdasarkan respon atau aksi khalayak adalah

mereka mayoritas

menunjukkan setuju dan berkomitmen untuk mensukseskan program kampanye di lingkungan

(42)

Rumah Sakit Grha Kedoya.

4. Evaluasi berdasarkan tingkat kepedulian khalayak menunjukkan adanya perubahan perilaku khalayak sebelum atau sesudah kontak dengan para pasien yaitu dengan menjaga kebersihan tangan mereka dan merekomendasikan

pentingnya cuci tangan ini kepada para pasien.

5. Evaluasi berdasarkan sangsi bagi ketidakikutsertaan dalam program kampanye diketahui menjadi kelemahan program dan adanya pemberian support dan reward bagi yang berpartisipasi.

6. Kampanye Cuci Tangan cukup berhasil dan memuaskan, jika dilihat dari tingkat kepatuhan melaksanakan kebersihan tangan sebesar 75% dari seluruh ruang inap, ICU, UGD, Hemodialisa dan Itermediate.

Sumber : Hasil wawancara, diolah peneliti.

4.3 Pembahasan

Hasil penelitian melalui wawancara dengan beberapa informan yang tetapkan dalam penelitian ini adalah mereka yang menguasai atau memahami permasalahan yang tengah diteliti, dan mereka juga tergolong masih sedang berkecimpung atau

(43)

terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti yaitu mengenai kampanye Cuci Tangan Rumah Sakit Grha Kedoya, Jakarta Barat. Program kampanye cuci tangan yang telah dilakukan dalam penelitian ini menggunakan strategi yang telah direncanakan sebelumnya dalam kampanye adalah untuk menciptakan keteraturan dan kejelasan arah tindakan serta mencapai tujuan yang diinginkan. Secara umum beberapa tahap- tahap hasil strategi yang sudah dilakukan oleh DIKLAT yang berperan sebagai Public Relations dalam penelitian ini, diulas sebagai berikut:

1. Analisis Masalah

Program kampanye yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode triangulasi, dimana metode triangulasi dapat dilakukan dengan menguji pemahaman peneliti dengan pemahaman informan tentang hal-hal yang diinformasikan informan kepada peneliti. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunitiess dan Treats). Hasil penelitian mengindikasikan bahwa Rumah Sakit Grha Kedoya selaku objek pelaksana kampanye cuci tangan telah memiliki:

1. Kekuatan (strength), yang antara lain: mempunyai hubungan kerja yang baik dengan Sumber daya Internal; mempunyai program untuk menciptakan kesadaran tentang bahaya infeksi nosokomial; Mampu memonitor dan mengevaluasi kegiatan, dan mempunyai dukungan yang kuat dari pihak internal (karyawan Rumah Sakit) dan adanya dukungan penuh oleh Badan

(44)

Kesehatan Dunia (WHO), Departemen Kesehatan, PERDALIN, dan Managemen Rumah Sakit.

2. Kelemahan (weakness), yang antara lain: Masih banyaknya peserta kampanye yang tidak hadir; kesadaran khalayak untuk mencuci tangan masih rendah;

Masih sering ditemuinya kelalaian oleh peserta kampanye dalam evaluasi;

program cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya memiliki jangkauan yang terbatas hanya di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya.

3. Peluang (opportunities) yang antara lain: Adanya komitmen untuk mengurangi transmisi makroorganisme pathogen, yang merupakan infeksi nosokomial; Khalayak responsif terhadap terhadap program kampanye Public Relations Rumah Sakit Grha Kedoya; dan Khalayak memiliki kepercayaan pada Rumah Sakit Grha Kedoya.

4. Ancaman (treath) yang antara lain: Rutinitas pekerjaan karyawan yang terlalu padat; Sangsi yang kurang tegas bagi yang tidak mengikuti program; dan Banyaknya program kampanye lain sehingga khalayak kurang fokus.

Misalnya, program Bebas Rokok di lingkungan Rumah Sakit dan lain-lain.

Hal ini menunjukkan bahwa analisis masalah yang rumuskan oleh departemen DIKLAT sesuai hasil wawancara dengan informan dalam pelaksanaan kampanye cuci tangan di Rumah Sakit Grha Kedoya sudah sesuai dengan tahapan pertama menurut Anne Gregory. Dimana, dalam analisis SWOT yang digunakan pada elemen Strengths dan Opportunities dapat dikelompokkan sebagai pertimbangan-

(45)

pertimbangan positif yang mendukung program kampanye. Sedangkan elemen Weakness dan Treats dapat dikelompokkan sebagai kondisi-kondisi negatif yang dihadapi kampanye.

2. Tujuan Program Kampanye

Hasil wawancara menunjukkan bahwa tujuan program kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah:

1. Untuk membudayakan kebersihan tangan (hand hygiene) di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya.

2. Mencegah terjadinya transmisi mikroorganisme pathogen dari satu pasien ke pasien lain dan dari pasien ke perawat dan sebaliknya.

3. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya cuci tangan pada setiap petugas di lingkungan Rumah Sakit Grha Kedoya sehingga infeksi nosokomial di Rumah Sakit dapat dikendalikan.

4. Melihat kepatuhan petugas kesehatan dalam mempertahankan kebersihan tangan.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan kampanye cuci tangan Rumah Sakit Grha Kedoya adalah untuk menyampaikan sebuah pemahaman baru, memperbaiki kesalahpahaman, menciptakan kesadaran, mengembangkan pengetahuan tertentu, menghilangkan prasangka, menganjurkan sebuah kepercayaan,

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada studi kasus pemasangan pompa-kincir angin di Parigi, Ciamis, Jawa Barat yang mengalami hambatan, di program ini juga menghasilkan keluaran yang menunjukan pompa-kincir

bahwa dalam rangka mewujudkan penegakan hukum dalam penyelenggaraan penataan ruang yang menyangkut tindak pidana bidang penataan ruang, telah ditetapkan Peraturan Menteri

Penelitian hubungan perilaku kesehatan gigi dengan karies gigi oleh menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara perilaku kesehatan murid sekolah dasar dengan

Tapi kenyataannya, beberapa makanan yang memiliki IG yang rendah atau kandungan karbohidrat yang sangat kecil ternyata dapat menyebabkan suatu respons insulin yang tinggi

Model time se- ries stasioner Auto Regressive - AR(1) memberikan nilai pendekatan nilai tukar yang baik bahkan memberikan nilai peramalan yang baik pula, na- mun demikian model

Hasil analisis lintas menunjukkan bahwa di Kabupaten Konawe Selatan unsur cuaca yang mempunyai pengaruh langsung positif besar terhadap peningkatan intensitas penyakit busuk

Fenomena yang terjadi di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil ialah lamanya jangka waktu penyelesaian surat keterangan datang yang kadang tidak sesuai dengan waktu

Keraf (1981) meninjau reduplikasi dari segi morfologis dan semantis yaitu melihat reeduplikasi dari segi bentuk, fungsi dan makna. Keempat ahli bahasa diatas mengkaji reduplikasi