• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORFOSINTAKSIS REDUPLIKASI KATEGORI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA EVA RABITA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MORFOSINTAKSIS REDUPLIKASI KATEGORI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA EVA RABITA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

©2004 Digitized by USU digital library

MORFOSINTAKSIS REDUPLIKASI KATEGORI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA

EVA RABITA

Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

Penelitian ini berjudul morfosintaksis reduplikasi kategori nomina yang menjabarkan masalah reduplikasi kategori nomina bahasa Indonesia: apakah fungsi sintaksis reduplikasi dalam bahasa Indonesia? Apakah reduplikasi dapat mempengaruhi kehadiran konstituen yang ada didekatnya? Konstituen apa saja yang dipengaruhi oleh reduplikasi kategori nomina? Apakah reduplikasi kategori nomina dapat menentukan penggunaan kata tertentu pada konstituen yang ada disebelah kiri dan kanannya? Berapakah tipe reduplikasi kategori nomina dalam bahasa Indonesia? Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kepustakaan, yaitu metode melalui penelitian kepustakaan dengan mengandalkan data bahasa seperti apa adanya. Metode kepustakaan digunakan karena data primer penelitian ini adalah data-data yang ditemukan pada sumber pustaka. Data intuitif hanya digunakan sebagai data sekunder. Teknik yang digunakan adalah teknik paradigmatik, yaitu membandingkan bentuk dan distribusi reduplikasi berdasarkan susunan vertikal. Hasil yang diperoleh diantaranya adalah dalam tataran frasa, reduplikasi yang berkatagori nomina dapat berkedudukan sebagai induk dan dapat pula sebagai pewatas. Di dalam tataran klausa, kata reduplikasi yang berkategori nomina dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau pelengkap.

BAB I. PENDAHULUAN

Penelitian ini membahas morfosintaksis reduplikasi kategori nomina Bahasa Indonesia. Masalah reduplikasi dalam bahasa Indonesia bukan merupakan masalah baru dalam kajian bahasa Indonesia. Telaah reduplikasi itu telah banyak dibicarakan orang, seperti Simatupang (1983),Ramlan (1987), Kridalaksana (1989), dan Keraf (1991). Akan tetapi, pembicaraan reduplikasi itu belum tuntas dan masih ada segi lain yang belum dibicarakan, salah satunya yaitu aspek sintaksis reduplikasi. Inilah salah satu alasan mengapa penelitian ini memilih reduplikasi Bahasa Indonesia sebagai objek penelitian.

Simatupang (1983) dalam bukunya membicarakan reduplikasi secara morfologis dan semantis. Ia mengelompokkan reduplikasi atas tiga jenis, yaitu (1) reduplikasi penuh, (2) reduplikasi parsial, dan (3) reduplikasi berimbuhan. Reduplikasi morfemis bahasa Indoneisa dapat digolongkan ke dalam reduplikasi derivasional dan reduplikasi paradigmatis berdasarkan jenis kata dan kata yang dihasilkan. Untuk menentukan arti reduplikasi terikat-konteks. Ada kalanya reduplikasi tertentu dapat diketahui dengan segera dan ada pula kalanya arti reduplikasi bergantung pada konteksnya.

Ramlan juga meninjau reduplikasi dari segi morfologis. Dalam bukunya morfologis : Suatu Tujuan Deskriptif, Ramlan (1987) menguraikan empat macam

(2)

©2004 Digitized by USU digital library

reduplikasi, yaitu (1) reduplikasi seluruh, (2) reduplikasi sebagian, (3) reduplikasi yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, (4) dengan perubahan fonem.

Menurut Kridalaksana (1989), ada tiga reduplikasi bahasa Indonesia. Ketiga bentuk reduplikasi itu adalah (1) reduplikasi fonologis, (2) reduplikasi morfemis, dan (3) dwilinggasalinswara, (4) dwiswara, dan (5) trilingga. Kridalaksana juga membicarakan reduplikasi dari segi morfologis dan semantis, tanpa membicarakan sintaksis reduplikasi.

Keraf (1981) meninjau reduplikasi dari segi morfologis dan semantis yaitu melihat reeduplikasi dari segi bentuk, fungsi dan makna.

Keempat ahli bahasa diatas mengkaji reduplikasi dari segi morfologi dan semantik yang dihubungkan dengan bentuknya, sedangkan kajian reduplikasi dari segi sintaksis belum dibicarakan secara khusus. Oleh karena itu perlu penelitian untuk mengetahui reduplikasi kategori nomina yang ditinjau dari segi sintaksis. Hasil penelitian ini di harapkan dapat melengkapi kajian reduplikasi dalam bahasa Indonesia.

Reduplikasi dapat menduduki bermacam-macam fungsi dalam kalimat. Penelitian ini menjabarkan masalah penelitian reduplikasi kategori nomina bahasa Indonesia sebagai berikut:

1) Apakah fungsi reduplikasi kategori nomina dalam bahasa Indonesia ?

2) Apakah reduplikasi kategori nomina dapat mempengaruhi kehadiran konstituen yang ada didekatnya ?

3) Konstituen apa saja yang dipengaruhi oleh reduplikasi kategori nomina?

4) Apakah reduplikasi kategori nomina dapat menentukan penggunaan kata tertentu pada konstituen yang ada disebelah kiri dan kanannya ?

5) Berapakah tipe reduplikasi kategori nomina dalam bahasa Indonesia ?

Identifikasi reduplikasi diuraikan berdasarkan kategori reduplikasi kategori nomina. Dengan demikian, identifikasi reduplikasi yang akan diuraikan dalam bagian ini adalah identifikasi reduplikasi kategori nomina..

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Keraf (1991), reduplikasi dapat ditinjau dari segi bentuk, makna, dan fungsi reduplikasi. Alwi et al (1993) tidak membicarakan reduplikasi dalam bagian tersendiri, tetapi didalam bagian nomina, adjektiva, dan verba. Menurut bentuknya, reduplikasi nomina dapat dikelompokkan atas empat:

1. Reduplikasi utuh

2. Reduplikasi salinan suara 3. Reduplikasi sebagian

4. Redupliksi yang disertai pengafiksan

Menurut Kridalaksana (1989), ada tiga macam reduplikasi dalam bahasa Indonesia

1. Reduplikasi fonologis

Reduplikasi ini tidak menyebabkan perubahan makna karena reduplikasinya hanya bersifat fonologis.

2. Reduplikasi morfemis

Dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal atau leksem yang direduplikasi sehingga terjadilah satuan yang berstatus kata.

(3)

©2004 Digitized by USU digital library

Reduplikasi sintaksis terjadi atas leksem yang menghasilkan satuan yang berstatus klausa.

Selain ketiga macam bentuk reduplikasi itu, ada lagi jenis reduplikasi yang gejalanya sama. Reduplikasi itu dapat dibagi atas lima bentuk, yaitu sebagai berikut :

1. Dwipurwa ialah reduplikasi suku pertama pada leksem dengan pelemahan vokal. Contoh: (1) a. tetangga b. lelaki c. tetamu d. sesama

2. Dwilingga adalah reduplikasi leksem Contoh:

(2) a. rumah-rumah b. makan-makan c. pagi-pagi

3. Dwilingga salinwara adalah reduplikasi leksem dengan variasi fonem. Contoh:

(3) a. mondar-mandir b. pontang-panting c. bolak-balik d. coret-moret

4. Dwiwasana adalah reduplikasi bagian belakang leksem. Contoh:

(4) a. pertama-tama b. perlahan-lahan c. sekali-kali

5. Trilingga adalah reduplikasi onomotope tiga kali dengan variasi fonem. Contoh:

(1) a. dag-dig-dug b. dar-dert-dor c. ngak-ngek-ngok

Dalam buku ini juga dibicarakan makna reduplikasi. Sebelum ini telah dijelaskan bahwa dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal. Jika ditinjau dari makna semantisnya, reduplikasi morfemis yang bersifat non-idiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal bentuk dasarnya tidak berubah, sedangkan reduplikasi idiomatis adalah reduplikasi yang maknanya tidak sama dengan makna leksikal setiap komponennya.

Reduplikasi morfemis dapat dikelompokkan atas : 1. reduplikasi bentuk verba

2. reduplikasi pembentuk adjektif 3. reduplikasi pembentuk nomina 4. reduplikasi pembentuk adverbia 5. reduplikasi pembentuk pronomina

6. reduplikasi pembentuk interogativa, dan 7. reduplikasi pembentuk numeralia.

Menurut Verhaar (1982) konstituen yang reduplikatif dapat monofermis dan dapat pula polimorfemis, misalnya meja-meja dan ancaman-ancaman. Reduplikasi seperti itu juga disebut reduplikasi penuh. Reduplikasi dapat juga disertai perubahan vokal atau konsonan, misalnya mondar-mandir, sayur-mayur, dan gerak-gerik. Reduplikasi dapat juga berbentuk reduplikasi sebagian, misalnya pepohonan dan

(4)

©2004 Digitized by USU digital library

lelaki. Kaidah reduplikasi selalu morfofonemis, bahkan reduplikasi penuh tanpa perubahan fonem karena reduplikasi itu ditentukan lingkungannya. Kadangkadang terdapat kaidah tambahan, misalnya perubahan fonem atau asimilasi morfofonemis pada contoh memukul-mukul bukan memukul-pukul.

Makna yang dikandung, oleh reduplikasi adalah resiprositas (pukul-memukul, kunjung-mengunjungi), intensitas (bersusah-susah), reduplikasi (berkali-kali), dan beberapa lagi makna lain yang ditemukan dalam buku tata bahasa Indonesia.

Simatupang (1993) membicarakan bentuk reduplikasi, yaitu reduplikasi yang derivasional dan makna reduplikasi yang bebas konteks dan terikat konteks dan mengelompokkan reduplikasi ke dalam delapan belas tipe. Selain itu dia juga membicarakan reduplikasi yang derivasional,yakni reduplikasi yang berupa proses morfemis yang mengakibatkan perubahan keanggotaan kategori kata yang di kenal. Delapan belas tipe reduplikasi menurut simatupang adalah sebagai berikut :

1. Bentuk Dasar (BD) + Reduplikasi (R)

Reduplikasi tipe ini berupa pengreduplikasi bentuk dasar yang monomorfemis dan polimorfermis.

2. Bentuk Dasar (BD) + Reduplikasi Perubahan Fonem (RPF)

Reduplikasi pada tipe ini berupa reduplikasi dasar yang diikuti oleh perubahan vokal, konsonan, atau konsonan vokal.

3. (Bentuk Dasar + Reduplikasi) + ber- 4. Bentuk Dasar + Reduplikasi + ber- … -an 5. Bentuk Dasar (Reduplikasi + ber-)

6. (Bentuk Dasar + Reduplikasi ) + MEN- 7. Bentuk Dasar + (Reduplikasi + meN-) 8. Bentuk Dasar + Reduplikasi + meN- …-i) 9. (Bentuk Dasar + Reduplikasi) + meN- … kan 10. Bentuk Dasar + Reduplikasi + meN- … i 11. Bentuk Dasar + Reduplikasi +se

12. Bentuk Dasar + Reduplikasi + ke- + (-nya) 13. Bentuk Dasar + Reduplikasi + ke- … -an 14. Bentuk Dasar + Reduplikasi + -an 15. Bentuk Dasar + Reduplikasi + -em-) 16. Bentuk Dasar + Reduplikasi Parsial 17. Reduplikasi Semantis

18. Reduplikasi tipe lain

Dari segi makna Simatupang juga membicarakan makna reduplikasi bebas konteks dan makna reduplikasi terikat konteks. Reduplikasi bebas konteks adalah reduplikasi yang maknanya dapat ditentukan dengan segera tanpa memperhatikan konteksnya. 1. Serupa Contoh : (6) a. Kuda-kuda b. Anak-anak 2. Pengaburan Contoh : (7) a. kehijau-hijauan b. kehitam-hitaman 3. seakan-akan Contoh : (8) a. dibesar-besarkan b. berpura-pura

(5)

©2004 Digitized by USU digital library 4. Berbagai jenis

Contoh :

(9) a. pohon-pohonan b. sayur-sayuran

5. Melakukan sesuatu tanpa tujuan yang sebenarnya Contoh :

(10) a. menulis-nulis b. membaca-baca

6. melakukan sesuatu berreduplikasi kali Contoh :

(11) a. memukul-mukul

b. melambai-lambaikan 7. Resiprokal atau berbalasan Contoh : (12) a. bersembur-semburan b. ganti-bergantian 8. intensif Contoh : (13) a. sehari-hari b. setinggi-tingginya 9. Distribusi Contoh : (14) a. berempat-empat b. sebiji-biji 10. Optatif Contoh : (15) a. untung-untungan b. mudah-mudahan 11. Tak tunggal Contoh : (16) a. buku-buku b. anak-anak muda

Makna reduplikasi yang terikat konteks ditentukan berdasarkan konteks reduplikasi itu. Maka reduplikasi itu ada tujuh, yaitu sebagai berikut :

1. Agak Contoh :

(17) a. Paman saya yang tertua orangnya gemuk-gemuk b. mereka kaya-kaya

2. Penghalusan Contoh :

(18) Andi : saya dengar usaha anda maju sekarang Budi : Begitu-begitulah.

3. Konsesif Contoh :

(19) Datang-datang, dia minta kopi (20) Sedikit-sedikit, dia marah 4. Meremehkan

Contoh :

(21) Kalau kami-kami ini, beginilah nasibnya. 5. Insesif

Contoh :

(6)

©2004 Digitized by USU digital library (23) Itu-itu saja yang diributkannya 6. Serupa

Contoh :

(24) Seorang kakek-kakek berdiri di depan pintu 7. Nongeneris

Contoh :

(25) Burung itu terbang-terbang di atas sarangnya

Menurut Ramian (1987), reduplikasi merupakan hasil reduplikasi. Proses reduplikasi ialah reduplikasi satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak.

Ramlan uga membicarakan macam-macam reduplikasi, yaitu sebagai berikut : 1. Reduplikasi seluruhnya Contoh : (26) a. Sepeda-sepeda b. Ibu-buku 2. Reduplikasi sebagian Contoh : (27) a. mengambil-ambil b. ditanam-tanami c. berjalan-jalan

3. Reduplikasi yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks Contoh :

(28) a. gerak-gerik b. serba-serbi

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah reduplikasi kategori nomina bahasa Indonesia yang dapat diamati dalam sumber data. Sampel merupakan sebagian dari populasi ini yang digunakan sebagai data untuk pembahasan reduplikasi kategori nomina. 3.2. Metode dan Teknik

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kepustakaan, yaitu metode melalui penelitian kepustakaan dengan mengandalkan data bahasa seperti apa adanya. Metode kepustakaan digunakan karena data primer penelitian ini adalah data-data yang ditemukan pada sumber pustaka. Data intuitif hanya digunakan sebagai data sekunder. Penelitian ini juga ditunjang oleh teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Teknik pengumpulan data adalah observasi langsung (pengamatan), untuk data intuitif, digunakan teknik elisitas.

Teknik pengumpulan data diawali dengan mencari dan mengumpulkan data tertulis dari berbagai sumber yang diangap relevan. Setelah diperoleh, data diketik dengan komputer ke dalam disket dan diberi label sesuai dengan kategori sintaksisnya.

Teknik analisis data dilakukan melihat reduplikasi kategori nomina yang terdapat di dalam data yang telah diketik itu, baik reduplikasi yang berada didalam tataran frasa maupun reduplikasi yang berada di dalam kalimat. Teknik yang digunakan adalah teknik paradigmatik, yaitu membandingkan bentuk dan distribusi reduplikasi berdasarkan susunan vertikal. Kemudian, reduplikasi kategori nomina itu

(7)

©2004 Digitized by USU digital library

diklasifikasi. Terakhir, reduplikasi yang telah diklasifikasi itu diteliti berdasarkan perilakunya di dalam kalimat.

3.3 Sumber Data

Penelitian reduplikasi ini dititik beratkan pada sumber data tertulis. Alasannya adalah bahwa bahasa Indonesia ragam tulis sudah mempunyai pola-pola tertentu dan lebih terencana. Sumber-sumber data tertulis yang dimaksud adalah buku-buku tata bahasa Indonesia. Sumber data ini dipilih secara purpotif sesuai dengan ke-pentingan data.

Walaupun dalam penelitian ini mengambil data dari berbagai sumber data tertulis, hal itu tidak berarti bahwa penelitian ini terpaku pada data yang ada. Peneliti juga memasukkan data yang belum terdaftar dalam sumber data, yaitu data yang berasal dari intuisi peneliti dan data yang didengar peneliti dalam percakapan para pemakai bahasa Indonesia.

3.4 Konsep dalam Penelitian

Perilaku sintaksis reduplikasi adalah perilaku reduplikasi itu dalam kalimat, yaitu apakah reduplikasi itu dapat mempengaruhi kehadiran konstituen yang ada di dekatnya atau apakah konstituen yang ada di dekat reduplikasi itu langsung dari reduplikasi.

Keserasian reduplikasi dilihat dari penggunaan reduplikasi itu di dalam kalimat. Pemakaian reduplikasi dalam sebuah kalimat menuntut adanya keserasian, antara reduplikasi dan unsur-unsur yang ada di dekatnya, baik dari segi makna maupun dari segi bentuk.

Pada penelitian ini, untuk pengertian induk dan pewatas, penulis mengacu pada pendapat Kridalaksana (1993). Menurut Kridalaksana (1993 : 82), induk adalah konstituen terpenting dalam konstruksi modifikasi dan berkemampuan mempunyai fungsi sintaksis yang sama dengan seluruh konstruksi itu. Adapun pewatas adalah hubungan antara induku dan modifikator dalam suatu frasa (1993 : 139).

Untuk pengertian fungsi subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan, penulis mengacu pada pendapat Alwi et al (1993), yang mengatakan bahwa subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting kedua setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nomina, atau klausa (1993 : 367). Adapun predikat merupakan konstituen pusat yang disertai konstituen pendamping kiri dengan / atau pendamping kanan, kalau ada, adalah objek, pelengkap, dan / atau keterangan wajib. Predikat kalimat bisanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat pola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposisional, disamping frasa verbal dan frasa adjektival. Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu ditengah predikat. Dengan demikian, objek dapat dikenali melalui (1) jenis predikat yang dilengkapi dan (2) ciri khas objek itu sendiri. Objek dapat menjadi subjek kalimat pasif dan wujudnya dapat berupa frasa nominal atau klausa. Objek dapat dianti dengan pronomina-nya.

Pelengkap dapat berwujud nomina atau frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektival, frasa preposisional, atau klausa. Tempatnya langsung berada di belakang predikat jika kalimat itu tak memiliki objek dan di belakang objek jika unsur itu hadir. Pelengkap tidak dapat menjadi subjek kalimat pasif. Pelengkap tidak dapat diganti dengan-nya, kecuali dalam kombinasi preposisi selain di, ke, dari dan akan. Keterangan (1993 : 371) merupakan fungsi sintaksis yang paling akhir, di awal, dan bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya kehadian keterangan dalam kalimat bersifat manasuka. Kontiruen keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa preposisioal, adverbia, atau klausa.

(8)

©2004 Digitized by USU digital library

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembicaraan reduplikasi dalam bab ini dikelompokkan berdasarkan kategori kata. Seperti telah disebutkan pada bab pendahuluan, dalam penelitian ini hanya dibicarakan reduplikasi yang berkategori nomina. Dengan demikian, pembicaraan analisis sintaksis reduplikasi dikelompokkan atas satu sub-bab, yaitu analisis sintaksis nomina reduplikasi saja.

4.1 Hasil

4.1.1 Ciri Morfologis Nomina Reduplikasi

Ada bermacam-macam bentuk nomina reduplikasi, yaitu sebagai berikut. 1. Bentuk monomorfemis + reduplikasi

Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bantuk dasar Contoh : sepeda-sepeda

Majalah-majalah

2. Bentuk polimorfemis + reduplikasi

Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk-bentuk berimbuhan

Contoh : pengukuran-pengukuran Jawaban-jawaban

Permainan-permainan

3. Bentuk dasar + reduplikasi yang dikuti perubahan vokal

Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan perubahan vokal pada konstituen reduplikasi.

Contoh : bolang-baling Corat-coret desas-desus

4. Bentuk dasar + reduplikasi yang diikuti perubahan konsonan

Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan perubahan konsonan pada konstituen reduplikasi.

Contoh : Beras-petas Lauk-pauk

5. Bentuk dasar + Reduplikasi + ber

Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan imbuhan ber- pada konstituen reduplikasi. Contoh : Anak-beranak

Adik-beradik

6. Bentuk dasar + Reduplikasi + -em-/-el-

Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan imbuhan –em-/-el- pada konstituen reduplikasi. Contoh : Jari-jemari

Gunung-gemunung Tali-temali

7. Bentuk dasar + Reduplikasi Parsial

Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan suku pertama yang disertai perubahan vokal atau bentuk dasar.

Contoh : (a) Leluhur

Lelaki (b) Tetamu

(9)

©2004 Digitized by USU digital library Sesajen

(a) Rumah-rumah sakit Jaksa-jaksa tinggi Surat-surat kabar

8. Bentuk dasar + Reduplikasi + - an

Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan imbuhan –an pada konstituen reduplikasi. Contoh : (a) Kartu-kartuan

Kuda-kudaan Mobil-mobilan (b) Kucing-kucingan Koboi-koboian a. Biji-bijian Kacang-kacangan Padi-padian

Bentuk dasar Reduplikasi parsial

Pada tipe ini reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti dengan penambahan suku pertama yang disertai perubahan vokal danimbuhan an.

Contoh : dedaunan pepohonan

rerumputan

9. Bentuk dasar Reduplikasi ke…an

Pada tipe ini bentuk nomina reduplikasi adalah mengreduplikasi bentuk dasar yang diikuti penambahan imbuhan ke…an.

Contoh : keibu-ibuan Kekanak-kanaan Kebarat-baratan

4.1.2. Ciri Semantis Nomina Reduplikasi

Setiap nomina reduplikasi memiliki makna inheren yang terkandung di dalamnya. Makna nomina reduplikasi yang terdapat pada bagian 1 (Ciri Morfologis) adalah sebagai berikut :

1. Reduplikasi utuh bentuk monomorfenis menyatakan makna ‘keanekan’ atau ‘ketaktunggalan’.

2. Reduplikasi utuh bentuk polimorfemis menyatakan makna ‘kegiatan yang melakukan sesuatu dengan ketaktunggalan’.

3. Reduplikasi yang diikuti perubahan vokal menyatakan ‘makna keanekaan’ 4. Reduplikasi yang diikuti perubahan konsonan menyatakan ‘makna keanekaan’ 5. Reduplikasi yang diikuti penambahan imbuhan ber- menyatakan makna

‘orang tua dan anak-(anak)-nya; ‘kakakdan adiknya; dan ‘segalakegiatan yang merupakan dengan berbris;

6. Reduplikasi yang diikuti imbuhan em/el menyatakan makna ‘kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis;

7. Reduplikasi yang diikuti penambahan suku pertama yang disertaiperubahan vokal atau bentuk dasar yang menyatakan makna (a) ‘ketaktunggalan; (b) ‘kekolektifan yang merupakan kumpulan yang sejenis; dan (c) keanekaan; 8. Reduplikasi yang diikuti dengan penambahan imbuhan –an menyatakan

makna (a)’kemiripan rupa; (b)’kemiripan cara; dan (c) ‘kekolektifan yang merupakan kumpulanberbagai jenis’

(10)

©2004 Digitized by USU digital library

9. Reduplikasi yang diikuti penambahan suku pertama yang disertai perubahan vokal dan imbuhan – an menyatakan makna ‘kekolektifab yang merupakan kumpulan yang sejenis’.

10. Reduplikasi yang diikuti penambahan imbuhan ke-..-an menyatakan makna ‘kemiripan cara’

4.2 Pembahasan Sintaksis Nomina Reduplikasi

Menurut Alwi et al. (1993: 242-243), nomina dari segi perilaku sintaksisnya berfungsi sebagai inti atau poros frasa. Sebagai inti dalam frasa, nomina menduduki bagian utama dengan pewatas berada dimuka, pewatas itu umumnya berupa numeralia atau kata tugas. Dengan pewatas berada dibelakangnya, frasa nomina bisa berupa urutan dua nomina atau lebih, atau nomina yang diikuti oleh adjektiva, verba, atau kelas kata yang lain. Nomina juga ditemukan dalam frasa preposisional. Dalam hal ini nomina bertindak sebagai poros yang didahului oleh preposisi tertentu, baik sebagai nomina tunggal maupun dalam bentuk frasa, nomina dapaty menduduki posisi subjek, objek, pelengkap, atau keterangan. Agar nomina dapat berfungsi dengan baik, diperlukan adanya pelengkap, atau keterangan. Agar nomina atau frasa nomina dapat berfungsi dengan baik, diperlukan adanya keserasian semantik antara nomina atau frasa nomina tersebut dan predikat atau unsur-unsur yang terlibat.

Menurut Kridalaksana (1986 : 66), nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk (1) bergabung dengan partikel tidak dan (2) mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Adapun menurut Keraf (1984 : 85), untuk menentukan apakah suatu kata masuk dalam kategori nomina atau tidak, digunakan dua prosedur, yaitu (1) melihat dari segi bentuk, yakni kata yang mengandung imbuhan ke-…-an, pe-…-an, pe-, -an, dan ke- atau tidak berimbuhan sebagai prosedur pencalonan; (2) melihat dari segi kelompok kata (frasa), yakni kedua macam kata benda itu (baik yang berimbuhan maupun yang tidak berimbuhan) dapat mengandung suatu ciri strukturalyang sama, yaitu dapat diperluas dengan yang + kata sifat sebagai prosedur pencalonan.

Dari ketiga pendapat itu dapat diambil titik temu bahwa suatu kata dapat diketahui berkategori nomina jika kata itu (1) berfungsi sebagai inti poros frasa, (2) dapat menduduki posisi poros subjek, objek, pelengkap dan keterangan; (3) ditemukan dalam frasa preposisional; (4) tidak mempunyai potensi untuk bergabung dengan kata tidak; (6) dapat diberi imbuhan ke-…-an, pe-…-an, pe- , -an dan ke- atau tidak berimbuhan; dapat diperluas dengan yang + kata sifat.

Pembicaraan nomina reduplikasi selanjutnya dikelompokkan atas dua, yaitu fungsi nomina reduplikasi dan keserasian nomina reduplikasi.

4.2.1 fungsi nomina reduplikasi

Fungsi nomina reduplikasi dapat ditemukan dalam tatanan frasa dan tataran klausa. Berikut ini adalah uraian kedua tataran tersebut.

4.2.1.1 Tataran Frasa : Induk dan Pewatas

Sebuah frasa terdiri atas induk dan pewatas. Pada tataran frasa nomina reduplikasi dapat berfungsi sebagai induk dan pewatas. Berikut ini adalah uraian kedua fungsi tersebut.

Dalam tataran frasa, induk adalah konstituen terpenting dalam konstruksi modifikasi yang berkemampuan menempati fungsi sintaksis yang sama dengan seluruh konstruksi itu (KBBI, 1991 : 3777). Induk dapat terletak di kiri atau kanan pewatas. Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pada kalimat berikut.

(11)

©2004 Digitized by USU digital library (31) mereka membuat dasi-dasi kecil

(32) kami membaca majalah-majalah yang baru

(33) mereka menjual payung-payung yang besar dan kecil (34) kami melihat rumah-rumah yang bagus

Pada kalimat (30-34), kata mobil-mobil, dasi-dasi, majalah-majalah, payung-payung, dan rumah-rumah adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (30-34) itu terdapat dalam frasa mobil-mobil yang bagus dalam kalimat (30), dasi-dasi kecil pada kalimat (31), majlah-majalah yang baru pada kalimat (32), payung-payung yang besar dan kecil pada kalimat (33), dan rumah-rumah yang bagus pada kalimat (34). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (30-34).

Nomina reduplikasimobil-mobil, dasi-dasi, majalah-majalah, payung-payung dan rumah-rumah dalam frasa mobil-mobil yang bagus, dasi-dasi kecil, majalah-majalah yang baru, payung-payung yang besar dan kecil, dan rumah-rumah yang bagus adalah induk, sedangkan yang bagus, kecil yang baru, yang besar dan kecil, dan yang bagus adalah pewatas.

Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula pada kalimat berikut.

(35) Mereka mencatat jawaban-jawaban yang benar

(36) Para pesepakbola memperlihatkan permainan-permainan yang sangat bagus. (37) Para petatar melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang cerdas.

(38) Kami mendengar penjelasan-penjelasan yang menyenangkan. (39) Para pesuluh sudah membaca ulasan-ulasan itu.

Pada kalimat (35-39), kata jawaban-jawaban, permainan-permainan, pertanyaan-pertanyaan, dan penjelasan-penjelasan, dan ulasan-ulasan adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (35-39) itu terdapat dalam frasa jawaban-jawaban yang benar pada kalimat (35), permainan-permainan yang sangat bagus (36), pertanyaan-pertanyaan yang cerdas pada kalimat (37), penjelasan-penjelasan yang menyenangkan pada kalimat (38), dan ulasan-ulasan itu pada kalimat (39). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek dalam kalimat (35-39).

Nomina reduplikasi jawaban-jawaban, penjelasan-penjelasan, dan ulasan-ulasan dalam frasa jawaban-jawaban yang benar, permainan-permainan yang sangat bagus, pertanyaan-pertanyaan yang cerdas, penjelasan-penjelasan yang menyenangkan, dan itu adalah pewatas.

Contoh berikut ini juga memperlihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk.

(40) corat-coret di buku dilakukan oleh anak-anak (41) desas-desus itu tidak benar

(42) gerak-gerik orang itu mencurigakan

(43) kotak-katik yang terdengar itu mengganggu kami (44) warna-warni yang indah itu sudah dipilih

Pada kalimat (40-44) kata corat-coret, desas-desus, gerak-gerik, kotak-katik, dan warna-warni adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (40-44) itu terdapat dalam frasa corat-coret di buku pada kalimat (42), desas-desus itu pada kalimat (41), gerak-gerik orang itu pada kalimat (42), kotak-katik yang terdengar itu pada kalimat (43) dan warna-warni yang indah itu pada kalimat (44). Frasa itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat (40-44).

Nomina reduplikasi corat-coret desas-desus, gerak-gerik, kotak-katik, dan warna-warni dalam frasa corat-coret di bukuk, desas-desus itu, gerak-gerik orang itu, kotak-katik yang terdengar itu, dan warna-warni yang indah itu adalah induk, sedangkan di buku, orang itu, yang terdengar itu, dan yang indah itu adalah pewatas.

(12)

©2004 Digitized by USU digital library

Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula pada kalimat berikut.

(45) Mereka menjual beras-petas yang baik (46) Ibu menghidangkan lauk-pauk yang lezat (47) Kami membuat kui-muih yang enak (48) Bibi membeli sayur-mayur yang segar

Pada kalimat (45-48) kata beras-petas, lauk-pauk, kuih-muih, dan sayur-mayur adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (45-48) itu terdapat dalam frasa beras-petas yang baik pada kalimat (45), lauk-pauk yang lezat pada kalimat (46), kuhi-muih yang enak pada kalimat (47) dan sayur-mayur yang segar pada kalimat (48). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (45-48).

Nomina reduplikasi beras-petas, lauk-pauk, kuih-muih, dan sayur-mayur dalam frasa beras-petas yang baik, lauk-pauk yang lezat, kuih-muih yang enak, dan sayur-mayur yang segar adalah induk, sedangkan yang baik, yang lezat, yang enak, dan yang segar adalah pewatas.

Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula dalam kalimat berikut

(49) Anak-anak itu menyambut kedatangan tamunya (50) Adik-beradik yang baik itu menolong kami (51) Baris-berbaris itu menyenangkan para siswa

Pada kalimat (49-51) kata anak-anak, adik-beradik, dan baris-berbaris adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (49-51) itu terdapat dalam frasa anak-beranak itu pada kalimat (49) adik-beradik yang baik itu pada kalimat (50) dan baris-berbaris itu pada kalimat (51). Frasa itu berfungsi sebagai subjek dalam kalimat (49-51).

Nomina reduplikasi anak-beranak, adik-beadik, adan baris-berbaris dalam frasa anak-beranak itu, adik-beradik, dan baris-berbaris itu adlah induk, sedangkan itu, yang baik itu, dan itu adalah pewatas.

Contoh berikut ini juga memperlihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk.

(52) Ani memiliki jari-jemari yang lentik

(53) Mereka melihat gunung-gemunung yang tinggi (54) Para siswa membawa tali-temali itu

(55) Tuti mempunyai gig-geligi yang putih bersih

Pada kalimat (52-55) kata jari-jemari, gunung-gemunung, tali-temali, dan gigi-geligi adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (52-55) itu terdapat dalam frasa jari-jemari yang lentik pada kalimat (52), gunung-gemunung yang tinggi pada kalimat (53), tali-temali itu pad kalimat (54) dan gigi-geligi yang putih bersih pada kalimat (55). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (52-55).

Nomina reduplikasi jari-jemari, gunung-gemunung, tali-temali, dan gigi-geligi dalam frasa jari-jemari yan lentik, gunung-gemunung yang tinggi, tali-temali itu, dan gigi-geligi yang putih berseih adalah induk, sedangkan yang lentik, yang tinggi itu, dan yang putih bersih adalah pewatas.

Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula dalam kalimat berikut

(56) Masyarakat menghormati leluhur (57) Mereka menjadi lelaki yang baik

(58) Kami mempunyai tetangga yang ramah

(59) Kita harus menyayangi sesama makhluk hidup

Pada kalimat (56-59), kata leluhur, lelaki, tetangga dan sesama adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (56-59) itu terdapat pada frasa

(13)

©2004 Digitized by USU digital library

leluhur itu pada kalimat (56), lelaki yang baik pada kalimat (57), tetangga yang ramah pada kalimat (58), dan sesama makhluk hidup pada kalimat (59). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (56) dan (59) sebagai pelengkap pada kalimat (57) dan (58).

Nomina reduplikasi leluhur, lelaki, tetangga dan sesama dalam frasa itu, lelaki yang baik, tetangga yang ramah, dan sesama makhluk hidup adalah induk, sedangkan itu, yang baik, yang ramah dan makhluk adalah pewatas.

Contoh berikut ini juga memperlihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk

(60) warga desa menyambut tetamu itu (61) mereka menyiapkan sesajen itu

(62) kucing memiliki sesunggut yang pendek (63) lestari mempunyai jejari yang lembut

Pada kalimat (60-63), kata tetamu, sesajen, sesunggut, dan jejari adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (60-63) itu terdapat dalam frasa tetamu itu pada kalimat (60), sesajen itu pada kalimat (61), sesungut yang pendek pada kalimat (62), dan jejari yang lembut pada kalimat (63). Frasa itu berfungsi sebagai objek dalam kalimat (60-62) dan sebagai pelengkap dalam kalimat (63).

Nomina reduplikasi tetamu, sesajen, sesungut, dan jejari dalam frasa tetamu itu, sesajen itu, sesungut yang pendek, dan jejari yang lembut adalah induk, sedangkan itu, itu yang pendek, dan yang lembut adalah pewatas.

Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula pada kalimat berikut.

(64) pemerintah mendirikan rumah-rumah sakit yang lengkap (65) pemerintah daerah memiliki jaksa-jaksa tinggi yang baik

(66) pengunjung perpustakaan membawa surat-surat kabar yang baru (67) penumpang menyukai kereta-kereta api yang cepat

(68) mereka menyalami orang-orang tua itu

Pada kalimat (64-68), kata rumah-rumah sakit, jaksa-jaksa tinggi, surat-surat kabar, kereta-kereta api, dan orang-orang tua adalah nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (64-68) itu terdapat dalam frasa rumah-rumah sakit yang lengkap pada kalimat (64), jaksa-jaksa tinggi yang baik pada kalimat (65), surat-surat kabar yang baru pada kalimat (66), kereta-kereta api yang cepat pada kalimat (67) dan orang-orang tua itu pada kalimat (68). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek pada kalimat (64-68).

Nomina reduplikasi rumah-rumah sakit, jaksa-jaksa tinggi, surat-surat kabar, kereta-kereta api, dan orang-orang tua dalam frasa rumah-rumah sakit yang lengkap, jaksa-jaksa tinggi yang baik, surat-surat kabar yang baru, kereta-kereta api yang cepat, dan orang-orang tua itu adalah induk, sedangkan yang lengkap, yang baik, yang baru, yang cepat, dan itu adalah pewatas.

Contoh berikut ini juga memperihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk.

(69) adik menggunting kartu-kartuan yang lucu (70) mereka menaiki kuda-kudaan itu

(71) para siswa membuat mobil-mobilan yang antik (72) agus menggunakan uang-uangan kertas

(73) budi menggambar radio-radioan yang kecil

Pada kalimat (69-73), kata kartua-kartuan, kuda-kudaan , mobil-mobilan, uang-uangan, dan radio-radioan adalah nomina reduplikasi.

Nomina reduplikasi pada kalimat (69-73) itu terdapat dalam frasa kartu-kartuan yang lucu pada kalimat (69), kuda-kudaan itu pada kalimat (70),

(14)

mobil-©2004 Digitized by USU digital library

mobilan yang antik pada kalimat (71), uang-uangan kertas pada kalimat (72) dan radio-radioan pada kalimat (73). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek pada kalimat (69-73).

Nomina reduplikasi kartu-kartuan, kuda-kudaan, mobil-mobilan, uang-uangan, dan radio-radioan dalam frasa kartu-kartuan yang lucu, kuda-kudaan itu, mobil-mobilan yang antik, uang-uangan kertas, dan radio-radioan yang kecil adalah induk, sedangkan yang lucu, itu, yang antik, kertas, dan yang kecil adalah pewatas.

Nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk tampak pula pada kalimat berikut

(74) anto dan arno bermain kucing-kucingan sangat seru (75) rudi bergaya koboi-koboian yang suka berkelahi (76) tidak baik bersikap angin-anginan itu

(77) dina berlomba dengan untung-untungan

Pada kalimat (74-77), kata kucing-kucingan, koboi-kobian , angin-anginan, dan untung-untungan adalah nomina reduplikasi.

Nomina reduplikasi pada kalimat (74-77) itu terdapat dalam frasa kucing-kucingan sangat seru pada kalimat (74), koboi-koboian yang suka berkelahi pada kalimat (75), angin-anginan itu pada kalimat (76), untung-untungan pada kalimat (77). Frasa tersebut berfungsi sebagai pelengkap dalam kalimat (74-76) dan sebagai keterangan pada kalimat (77).

Nomina reduplikasi kucing-kucingan, kobo-koboian, angin-anginan, dan untung-untungan dalam frasa kucing-kucingan sangat seru, koboi-koboian yang suka berkelahi, angin-anginan itu, dan untung-untungan adalah induk, sedangkan sangat seru, yang suka berkelahi, itu, dan dengan adalah pewatas.

Contoh berikut ini juga memperihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk.

(78) petani menanam biji-bijian yang bagus (79) ayah dan ibu memetik kacang-kacangan itu (80) para petani menanam padi-padian yang unggul (81) kakak menyiram tanam-tanaman itu

(82) paman mencabut umbi-umbian yang sudah tua

Pada kalimat (78-82), kata biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian, tanam-tanaman, dan umbi-umbian adalah nomina reduplikasi.

Nomina reduplikasi pada kalimat (78-82) itu terdapat dalam frasa biji-bijian yang bagus pada kalimat (78), kacang-kacangan itu pada kalimat (79), padi-padian yang unggul pada kalimat (80), tanam-tanaman itu pada kalimat (81) dan umbi-umbian yang sudah tua pada kalimat (82). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek pada kalimat (78-82).

Nomina reduplikasi biji-bijian, kacang-kacangan, padi-padian, tanam-tanaman, dan umbi-umbian dalam frasa biji-bijian yang bagus, kacang-kacangan itu, padi-padian yang unggul, tanam-tanaman itu, dan umbi-umbian yang sudah tua adalah induk, sedangkan yang bagus, itu, yang unggul, itu, dan yang sudah tua adalah pewatas.

Contoh berikut ini juga memperihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk.

(83) kakak memungut dedaunan itu

(84) mereka menebang pepohonan yang tinggi (85) kami melihat rerumputan yang hijau

(86) paman membersihkan reruntuhan gedung itu (87) nenek menyiapkan sesajian yang lezat

Pada kalimat (83-87), kata dedaunan, pepohonan , rerumputan, reruntuhan, dan sesajian adalah nomina reduplikasi.

(15)

©2004 Digitized by USU digital library

Nomina reduplikasi pada kalimat (83-87) itu terdapat dalam frasa dedaunan pada kalimat (83), pepohonan yang tinggi pada kalimat (84), rerumputan yang hijau pada kalimat (85), reruntuhan gedung itu pada kalimat (86) dan sesajian yang lezat pada kalimat (87). Frasa tersebut berfungsi sebagai objek pada kalimat (83-87).

Nomina reduplikasi dedaunan, pepohonan, rerumputan, reruntuhan, dan sesajian dalam frasa dedaunan itu, pepohonan yang tinggi, rerumputan yang hijau, reruntuhan gedung itu, dan sesajian yang lezat adalah induk, sedangkan itu, yang tinggi, yang hijau, gedung itu, dan yang lezat adalah pewatas.

Contoh berikut ini juga memperihatkan nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai induk.

(88) tuti berpenampilan keibu-ibuan sekali (89) rudi bersifat kekanak-kanakan sekali (90) dini bersifat kesunda-sundaan sekali

(91) cempedak itu berwarna keperak-perakan sekali (92) andi bersikap kejawa-jawaan yang dibuat-buat

Pada kalimat (88-92), kata keibu-ibuan, kekanak-kanakan , kesunda-sundaan, keperak-perakan, dan kejawa-jawaan adalah nomina reduplikasi.

Nomina reduplikasi pada kalimat (88-92) itu terdapat dalam frasa keibu-ibuan sekali pada kalimat (88), kekanak-kanakan sekali pada kalimat (89), kesunda-sundaan sekali pada kalimat (90), keperak-perakan sekali pada kalimat (91) dan kejawa-jawaan yang dibuat-buat pada kalimat (92) adalah induk. Sedangkan sekali, sekali, sekali, sekali dan yang dibuat-buat adalah pewatas.

Selain sebagai induk, nomina reduplikasi dapat juga berfungsi sebagai pewatas. Pewatas adalah yang membatasi, memperluas, atau menyifatkan suatu induk dalam frasa (Kridaksana, 1993:139).

Contoh reduplikasi sebagai pewatas tampak dalam kalimat berikut. (93) Anto menyusun hasil laporan-laporan

(94) Toko kami menjual balon warni-warni

(95) Mereka yang adik-beradik adalah anggota menwa (96) Anggota pramuka belajar simpul tali-temali (97) Anak lelaki harus membawa peralatan kemah (98) Kami memandangi hijau dedaunan

(100) Rudi menata rambut keperak-perakan

Pada kalimat (93-100), kata-kat laporan-laporan, warna-warni, adik-beradik, tali-temali, lelaki, uang-uangan, dedaunan, dan keperak-perakan merupakan nomina reduplikasi. Nomina reduplikasi pada kalimat (93-100), itu terdapat dalam frasa hasil laporan-laporan pada kalimat (93), balon warna-warni pada kalimat (94), mereka yang adik-beradik pada kalimat ( 95), simpul tali-temali pada kalimat (96), anak lelaki pada kalimat (97), setumpuk uang-uangan pada kalimat (98), hijau dedaunan pada kalimat (99), dan rambut keperak-perakan pada kalimat (100).Frasa hasil laporan-laporan, balon warna-warni, setumpuk uang-uangan, hijau dedaunan, dan rambut keperak-perakan pada kalimat (93-94) dan (99-100) berfungsi sebagai objek; mereka yang adik-beradik dan anak yang lelaki pada kalimat (95) dan (97) berfungsi sebagai subjek , simpul tali- temali pada kalimat (96) berfungsi sebagai pelengkap.

Nomina reduplikasi laporan-laporan, warna-warni, adik-beradik, tali-temali , lelaki, uang-uangan, dedaunan, dan keperak-perakan dalam frasa hasil laporan-laporan, balon warna-warni, sekeranjang sayur-mayur, mereka yang adik-beradik, simpul tali-kemali, anak yang lelaki, setumpuk uang-uangan, sekarung kacang-kacangan, hijau dedaunan, dan rambut keperak-perakan adalah pewatas, sedangkan hasil, balon, mereka, simpul, anak, setumpuk, hijau, dan rambut adalah induknya.

(16)

©2004 Digitized by USU digital library 4.2.1.2 Tataran Kalimat

Pada tataran klausa, reduplikasi yang berkategori nomina dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau pelengkap. Nomina reduplikasi yang menduduki fungsi keterangan tidak ditemukan dalam data. Keempat fungsi tersebut akan diuraikan sebagai berikut.

4.2.1.2.1 Subjek

Nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai subjek tampak pada contoh berikut .

(101) Buku-buku sudah dibaca kakak (102) Usulan-usulan diterima Panitia (103) Corat-coret dihapus Ani

(104) Lauk-pauk dimasak Ibu (105) Jari-jemari diurut kakak

Pada kalimat (101-105), kata buku-buku, usulan-usulan, corat-coret, lauk-pauk, jari-jemari adalah nomina reduplikasi.Nomina-nomina reduplikasi itu berfungsi subjek dalam kalimat.

4.2.1.2.2 Predikat

Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai predikat tampak pada kalimat berikut.

(106) Mereka ini sastrawan-sastrawan (107) Itu perusahaan-perusahaan (108) Pensil mereka warna-warni (109) Piring kuih-muih

(110) Ini jari-jemari

Pada kalimat (111 – 115), kata sastrawan-sastrawan, perusahaan-perusahaan, warna-warni, kuih-muih, jari-jemari adalah nomina reduplikasi. Nomina –nomina reduplikasi berfungsi sebagai predikat dalam kalimat.

4.2.1.2.3 Objek

Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai objek tampak pada kalimat berikut.

(111) Ahli bahasa itu sedang menyusun istilah-istilah

(112) Pemerintah akan mengembangkan kebijakan-kebijakan (113) Malam itu kami mendengar kotak-kaitik

(114) Murid-murid menggambar sayur-mayur

Pada kalimat (121-124) kata istilah-istilah, kebijakan-kebijakan, kotak-katik, sayur-mayur adalah nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai objek dalam kalimat. 4.2.1.2.4 Pelengkap

Contoh nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai pelengkap tampak pada kalimat berikut.

(115) Untuk menyambut kedatangan kepala negara itu, jalan menuju desa Dasan Geres dipenuhi umbul-umbul

(116) Catatan itu berisi uraian-uraian (117) Hal itu merupakan desas-desus (118) Paman berjualan sayur-mayur

(17)

©2004 Digitized by USU digital library

Pada kalimat (130-133) kata umbul-umbul, uraian-uraian, desas-desus, sayur-mayur adalah nomina reduplikasi yang berfungsi sebagai pelengkap dalam kalimat.

4.2.2 Keserasian Nomina Reduplikasi

Pada umumnya, konstituen yang terletak disebelah kiri nomina reduplikasi berfungsi sebagai subjek , atau predikat, seperti tampak pada kalimat berikut.

(119) Pakaian Ani warna-warni

(120) Kursi itu berwarna keemas-emasan (121) Ibu Budi membeli buah-buahan

(122) Pak Hendrik mempunyai tetangga yang baik

Kata warna-warni, keemas-emasan, buah-buahan, dan tetangga pada kalimat (140-143) adalah nomina reduplikasi.Penggunaan nomina reduplikasi tidak mempengaruhi konstituen disebelah kirinya. Konstituen yang berada di sebelah kiri nomina reduplikasi warna-warni, keemas-emasan, buah-buahan, dan tetangga adalah subjek pada kalimat (140), subjek pada kalimat (141-143) .

4.2.3 Konstituen di Sebelah Kanan

Pada umumnya konstituen yang terletak di sebelah kanan reduplikasi berfungsi sebagai predikat, pelengkap, atau keterangan, seperti tampak pada kalimat berikut.

(123) Koran-koran dijual Adik (124) Rerumputan terhampar hijau

(125) Kacang-kacangan merupakan hasil Desa itu (126) Tetamu bersalaman dengan kakak

Penggunaan nomina reduplikasi koran-koran, rerumputan, tetamu, dan kacang-kacangan tidak mempengaruhi konstituen di sebelah kanannya. Konstituen yang berada di sebelah kanan reduplikasi koran-koran, rerumputan, dan kacang-kacangan adalah predikat dan pelengkap[ dalam kalimat (144-146), disebelah kanan tetamu adalah predikat dan keterangan pada kalimat (147).

4.2.4 Tipe Nomina Reduplikasi

Berdasarkan fungsinya pada tataran klausa, tipe nomina reduplikasi dapat dibagi ke dalam .

a. Tipe nomina subjek/objek

b. Tipe nomina komplemen (pelengkap) c. Tipe nomina predikatif

Contoh :

a. Corat-coret dihapus Ani b. Lauk-pauk dimasak Ibu c. Pensil mereka warna-warni

BAB V. KESIMPULAN

Dalam penelitian ini segi kategori reduplikasi dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai kategori nomina. Dalam tataran frasa, reduplikasi yang berkategori nomina dapat berkedudukan sebagai induk dan dapat pula sebagai pewatas. Dalam tataran klausa Reduplikasi yang berkategori nomina dapat berfungsi sebagai subjek, predikat, objek atau pelengkap.

Adapun nomina reduplikasi tidak mempengaruhi konstituen yang berada di sebelah kiri dan kanannya.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S. Takdir. 1981. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta, Pustaka Rakyat

Alwi, Hasan et al, 1993. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka Badudu, J.S. 1982. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Bandung, Pustaka Prima

Chaer, Abdul. 1993. Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta, Rineka Cipta 1994. Linguistik Umum, Jakarta, Rineka Cipta

Chafe, Wallace. 1973. Meaning and Structure of Language. Chicago and London, the university of chicago press

Keraf, Gorys. 1991. Tatabahasa Indonesia. Ende, Nusa Indah

Kridalaksana Harimukti 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta, Gramedia

1993. Kamus Linguistik. Jakarta, Gramedia

1990. Kelas katsa dalam Bahasa Indonesia. Jakarta, Gramedia

Poerwadarminta, W.J.S. 1979. Bahasa Indonesia untuk Karangan-Mengarang. Yogyakarta, UP Karyono

Quirk, Radolph. 1985. A Comprehensive Gramar of the English Language. London, Longman

Ramlan, M. 1981. Sintaksis. Yogyakarta, UP Karyono

1987, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta, UP Karyono

Simatupang, M.D.S. 1983. Reduplikasi Morfemis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta, Djambatan

Verhaar, J.W.M. 1982. Pengantar Linguistik, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan hukum primer yaitu sumber penelitian hukum yang bersifat autoritatif. Bahan Hukum primer berupa perundangan-undangan, catatan-catatan resmi, risalah dalam pembuatan

Metode yang digunakan dalam ini adalah menggunakan pendekatan partisipatif yaitu melaksanakan pendidikan dan pelatihan masyarakat dengan pihak akademisi (Dosen

merupakan penelitian lapangan (field research), dengan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode catatan pengamatan, wawancara dan dokumentasi yang dapat mendukung

Dengan mengetahui hubungan dan juga pengaruh keduanya, dapat memudahkan guru untuk mengatur strategi, metode, dan model ataupun media yang cocok untuk diberikan

• Pantun sebagai jenis puisi Pantun sebag ai jenis puisi Melayu lama yang Melayu lama yang.. tertua dan asli

Irigasi Desa Aceh Timur 9.015 33 DI Desa Pengembangan Areal 5.000 Ha Irigasi Desa Aceh Tengah 11.861 87 DI Desa. Irigasi Desa Bener Meriah 10.392 58 DI Desa Irigasi Desa Gayo

Metode ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung dengan beberapa mahasiswa dan karyawan Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung yang

Penalaran yang menggunakan logika-logika yang dapat diterima oleh semua orang dan menghasilkan penyelesaian persoalan untukmengambil keputusan.. Berfikir tentang sesuatu dengan