BAB II: TINJAUAN UMUM HERMENEUTIKA RESIPROKAL
B. Sumber Inspirasi Hermeneutika Resiprokal (Qiraah Mubadalah)
2. Sumber Inspirasi dari Hadis Nabi
35
‚ba’d}uhum awliya>’u ba’dh‛ yang memiliki arti satu sama lain adalah penolong yang juga melandaskan pada prinsip kesalingan.22
Keempat ayat tersebut memberi inspirasi yang begitu jelas tentang
pentingnya prinsip resiprokal, kerja sama dan kesalingan dalam sebuah relasi,
termasuk relasi suami dan istri, laki-laki dan perempuan, orang tua dan anak
serta relasi lainnya yang lebih besar. Namun, pada qiraah Mubadalah yang
digagas Faqihuddin ini, ia lebih menekankan pentingnya prinsip resiprokal
dalam hubungan laki-laki dan perempuan, suami dan istri baik dalam relasi
sosial maupun domestik.
2. Sumber Inspirasi dari Hadis Nabi
Selain ayat-ayat Alquran, prinsip resiprokal juga mendapat inspirasi dari
Hadis-hadis Nabi. Karena, tugas Rasulullaah untuk menyempurnakan akhlak
dan peradaban manusia, menjadi penting hubungan sosial menjadi perhatian
utama selain akhlak individu antara manusia dengan Tuhannya. Beberapa teks
hadis yang memberikan inspirasi adalah sebagai berikut:
ُمْلا ُنْب ََُّمَُمَُو ،َممِىاَرْ بِإ ُنْب ُقاَحْسِإ اَنَ ثَََّح ِبَِأ ْنَِ ،ُةَداَتَ ق اَنَ ثَََّح ،ٌماََّهُ اَنَ ثَََّح ، ِثِراَوْلا َِْبَِ ِنْب ََِمَّصلا َِْبَِ ْنَِ اَُهُ َلَِك ، َّنََّ ث يِوْرَ ي اَممِف :َمَّلَسَو ِوْمَلَِ ُالله ىَّلَص ِالله ُلوُسَر َلاَق :َلاَق ،ٍّرَذ ِبَِأ ْنَِ ،ًَاَْسَْأ ِبَِأ ْنَِ ،َةَب َلَِق ِّبَر ْنَِ َلَاَعَ َْو َكَراَبَ ْ ِو « ىَلَِ ُتْمَّرَح ِّنِّإ اوُمَلاَظَْ َلََف ،يِداَبِِ ىَلََِو َمْلُّظلا يَِْفَ ن » اَذَى ْنِم َُّتََأ ُهَنَّْرَكَذ يِذَّلا َسيِرْدِإ ِبَِأ ُثيََِحَو ،ِهِوْحَنِب َثيََِْلحا َقاَسَو )ملَم هاور( . ٕٖ
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin al-Muthanna> dan keduanya meriwayatkannya dari ‘Abdus Shomad
22Faqihuddin., Qiraah Muba>dalah., 63.
23Muslim bin H{ajja>j al-Qushairi> al-Naisabu>ri>, S{ah}i>h} Muslim (Beirut: Da>r Ihya> al-Tura>th, t.th.), Juz 4, 1995.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
bin ‘Abdul Wa>rith, menceritakan kepada kami Hamma>m, menceritakan kepada kami Qatadah, dari Abi> Qilabah dari Abi Asma’ dari Abi Dhar berkata, Rasulullah S{alla>lla>hu’alaihi wasallam, sebagaimana beliau meriwayatkannya dari Allah Ta’ala> bahwa Dia berfirman; ‚Wahai hamba-hambaku sesungguhnya Aku telah mengharamkan kez}aliman atas diri-Ku sendiri, dan Aku telah menetapkan haramnya (kez}aliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling menz}alimi satu sama lain.‛
Pada hadis ini, Allah Ta’ala dalam hadis Qudsinya menegaskan bahwa
prinsip resiprokal tidak hanya berlaku atas dzat-Nya dengan
makhluk-makhluk-Nya. Namun, Allah memerintahkan agar prinsip ini juga berlaku atas
hubungan antara sesama makhluknya. Penggunaan kata taz}a>lamu> menunjukkan adanya faidah musharakah yang menunjukkan adanya larangan kesalingan untuk menzhalimi antara satu pihak dengan yang lainnya.
Substansi pada hadis ini adalah agar tidak memperlakukan buruk antarsesama.
Karena semua perilaku buruk bertentangan dengan prinsip dan nilai kesalingan
dalam Islam. Perlakuan buruk dalam perspektif resiprokal tentu berakar pada
relasi yang timpang, hegemonik dan otoriter.24
َّنلا ِنَِ ،ُوْنَِ َُّلَّا َيِضَر ٍسَنَأ ْنَِ ،َةَداَتَ ق ْنَِ ،َةَبْعُش ْنَِ ، َيََْيَ اَنَ ثَََّح :َلاَق ،ٌدََََُّم اَنَ ثَََّح ٍْيََُْح ْنََِو َمَّلَسَو ِوْمَلَِ ُالله ىَّلَص ِِّب ِِّبَّنلا ِنَِ ٍسَنَأ ْنَِ ،ُةَداَتَ ق اَنَ ثَََّح :َلاَق ،ِمِّلَعُلدا : َلاَق َمَّلَسَو ِوْمَلَِ ُالله ىَّلَص « ِوَِْفَ نِل ُّبُِيَ اَم ِومِخَِلْ َّبُِيَ َّتََّح ،ْمُكََُحَأ ُنِمْؤُ ي َلَ . )يراخبلا هاور( ٕ٘
Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata telah menceritakan kepada kami Yahya dari Shu’bah dari Qata>dah dari Anas Ra. dari Nabi S{alla>lla>hu ‘alayhi wa sallam dan dari Husain al-Mu’allim berkat a Qatadah telah menceritakan kepada kami dari Anas dari Nabi
24Faqihuddin., QIraah Muba>dalah.,89.
25Muhammad bin Isma>’il Abu ‘Abdulla>h al-Bukha>ri> al-Ju’fi>, S{ah}i>h} al-Bukha>ri> (t.tp. : Da>r T}u>q al-Naja>h, t.th.) Juz 1, 12.
37
S{alla>lla>hu ‘alayhi wa sallam bersabda: ‚Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu sehingga mencintai sesuatu untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai sesuatu itu untuk dirinya sendiri.‛ (HR. Bukhari)
Pada teks hadis tersebut terlihat jelas bagaimana sebuah relasi
seharusnya dibangun. Membangun relasi bukan hanya memikirkan
kepentingan dan hak individu, namun lebih pada bagaimana prinsip kesalingan
(mubadalah) dapat terjalin diantara keduanya. Teks hadis ini, menjadikan
prinsip resiprokal sebagai tolok ukur keimanan seseorang.26 Islam secara
integral memadukan hubungan yang bersifat vertical (hubungan antara
manusia dengan Tuhan) dan hubungan yang bersifat horizontal (manusia
dengan sesama makhluk lainnya). Saudara dalam konteks hadis ini dapat
diartikan lebih dari saudara sekandung atau seiman. Karena menurut KH.
Achmad Shiddiq yang disampaikan dalam Muktamar NU di Situbondo tahun
1984, persaudaraan dapat mencakup lebih luas disbanding hanya saudara
seiman. Ia dapat meliputi Ukhuwwah Islamiyyah (saudara seagama). Ukhuwwah wathaniyyah (saudara setanah air) dan ukhuwwah bashariyyah (saudara sesama manusia).27 Perluasan perspektif semacam ini menjadi krusial
demi menyebarkan misi perdamaian dunia.
Dalam riwayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala bahkan menjanjikan
keterlibatan-Nya jika prinsip resiprokal ini ditegakkan. Hadis yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
26Faqihuddin., Qiraah., 85. 27Ibid.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 38 ُناَمْثُِ :َلاَق ،َةَيِواَعُم وُبَأ اَنَ ثَََّح : َلَاَق َنَّْعَمْلا َةَبْ مَش ِبَِأ اَنْ با ،ُناَمْثَُِو ،ٍرَُْب وُبَأ اَنَ ثَََّح ُنْب ُلِصاَو اَنَ ثَََّحو ح ،ُّيِزاَّرلا ٌريِرَجَو ْنَِ ،ِشَمَِْْلْا ِنَِ ،ٌطاَبْسَأ اَنَ ثَََّح ،ىَلَِْْلْا َِْبَِ ،ٍحِلاَص ِبَِأ اوُقَفَّ ْا َُّثْ ٍحِلاَص ِبَِأ ْنَِ ُتْثَُِّح :َلاَق :ٌلِصاَو َلاَقَو ْنَِ : َلاَق َمَّلَسَو ِوْمَلَِ ُالله ىَّلَص ِِّبَّنلا ِنَِ َةَرْ يَرُى ِبَِأ « َبْرُك ُوْنَِ َُّلَّا َسَّفَ ن ،اَمْ نَُّلا ِبَرُك ْنِم ًةَبْرُك ٍمِلَُْم ْنَِ َسَّفَ ن ْنَم ِمْوَ ي ِبَرُك ْنِم ًة ِلَُْم ىَلَِ َرَ تَس ْنَمَو ،ِةَرِخ ْلْاَو اَمْ نَُّلا ِفِ ِوْمَلَِ َُّلَّا َرَََّي ،ٍرَِْعُم ىَلَِ َرَََّي ْنَمَو ،ِةَماَمِقْلا َُّلَّاَو ،ِةَرِخ ْلْاَو اَمْ نَُّلا ِفِ ِوْمَلَِ َُّلَّا َرَ تَس ٍم ِفِ َُْبَعْلا َناَك اَم َِْبَعْلا ِنْوَِ ِفِ ِوم ِخَأ ِنْوَِ » َةَيِواَعُم ِبَِأ ْنَِ ُناَمْثُِ ْرُكْذَي َْلَ :َدُواَد وُبَأ َلاَق « ٍرَِْعُم ىَلَِ َرَََّي ْنَمَو وبأ هاور( . )دواد ٕ8
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar dn ‘Uthma>n yang secara maknawi diriwayatkan Abu Shaibah, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Abu> Mu’awiyah, berkata ‘Uthma>n dan Jari>r al-Ra>zi>, telah menceritakan kepada kami Wa>s}il bin ‘Abd al-A’la>, telah menceritakan kepada kami Asba>t, dari al-A’mash dari Abi> S{a>lih}, dan Wa>s}il berkata: saya telah mendapatkan hadis dari Abi> S{alih} dan mereka semua sepakat, diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi S{alla>lla>hu’alaihi wasallam bersabda; ‚Barangsiapa melapangkan kesulitan orang yang beriman dalam hal urusan dunia, maka kesulitannya akan dilapangkan oleh Allah Ta’ala. Barangsiapa membantu orang yang sedang bernasib buruk, maka ia akan dipermudah Allah segala urusannya di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi Aib seorang muslim, maka aibnya akan ditutup Allah di dunia dan di Akhirat. Allah akan selalu menolong orang yang selalu menolong orang lain. (HR. Abu Dawd, Shahih Muslim no. 2699, sunan al-Tirmidhi 2945).
Teks hadis diatas menjelaskan dasar-dasar tentang perspektif kesalingan
secara tegas. Bahkan kesalingan antar manusia memiliki hubungan transenden
secara langsung dengan Tuhan. Hal ini mengisyaratkan bahwa prinsip
resiprokal harus dimulai dari diri sendiri. Tidak hanya berharap kepada pihak
lainnya, karena itulah Allah menghendaki keterlibatan-Nya dalam prinsip
28Abu> Dawd Sulaima>n al-Ash’ath bin Isha>q al-Sijista>ni>, Sunan Abi> Dawd (Beirut: Maktabah al-‘As}riyyah, tt.), Juz 4, 287.