• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urea

Urea adalah merupakan senyawa kimia yang mengandung 40 – 45% nitrogen mikroorganisme yang terdapat dalam saluran pencernaan ternak dapat dikombinasikan N dalam urea dengan C, H2 dan O2 yang terdapat dalam karbohidrat dan membentuk asam amino. Oleh karena itu urea dapat

digunakan sebagai sebagai sumber nitrogen pada ternak ruminansia (Kartadisastra, 1997).

Dedak padi

Dedak padi adalah bahan pakan yang diperoleh dari pemisahan beras dengan kulit gabahnya melalui proses penggilingan padi dari pengayakan hasil ikutan dari penumbukan padi. Dedak merupakan hasil ikutan dalam proses pengolahan gabah menjadi beras yang mengandung bagian luar yang tidak tebal, tetapi tercampur dengan penutup beras. Hal ini mempengaruhi tinggi atau rendahnya kandungan serat kasar dedak (Parakkasi, 1995).

Tabel 4. Kandungan nilai gizi dedak padi

Kandungan Zat Nilai gizi

Bahan kering 89,1

Protein kasar 13,8

Serat kasar 11,2

Lemak kasar 8,2

TDN 64,3

Sumber : Tillman et. al., (1991).

Bungkil Kelapa

Bungkil kelapa adalah pakan ternak yang berasal dari sisa pembuatan minyak kelapa. Bahan pakan ini mengandung protein nabati dan sangat potensial untuk meningkatkan kualitas karkas (Parakkasi, 1995). Kandungan nilai gizi dari bungkil kelapa ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan nilai gizi bungkil kelapa

Kandungan nutrisi Kadar zat

Bahan kering 84.40

Protein kasar 21.00

TDN 81.00

Serat kasar 15.00

Lemak kasar 1.80

Sumber : Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2000)

Bungkil Inti Sawit

Bungkil inti sawit dapat diberikan sebesar 40% dalam pakan domba tanpa memberikan efek samping yang merugikan Devendra (1997). Didukung juga oleh Batubara et al., (1993) yang mengatakan bahwa bungkil inti sawit dapat digunakan sebesar 40% dalam pakan domba ditambah dengan penggunaan molases sebesar 20%.

Tabel 6. Kandungan nilai nutrisi bungkil inti sawit

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Berat kering 91.11 Abu Protein kasar 5.18 15.40 Lemak kasar 7.71 Serat kasar 10.50 TDN 81.00 ME (Cal/g) 2810

Sumber : Laboratorium Ilmu Pakan Ternak Departemen Peternakan FP USU (2005)

Molasses

Molasses dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan penggunaan molasses untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (48 - 60% sebagai gula), kadar mineral cukup dan disukai ternak. Tetes juga mengandung vitamin B kompleks dan unsur - unsur mikro yang penting bagi ternak seperti kobalt, boron, jodium, tembaga dan seng sedangkan kelemahannya ialah kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak (Rangkuti et al., 1985).

Molasses atau tetes tebu merupakan hasil sampingan pabrik gula tebu yang berbentuk cairan hitam kental. Molasses dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak yang berenergi tinggi (Rangkuti et al., 1985).

Tabel 7. Kandungan nilai gizi molasses

Kandungan zat Nilai gizi

Bahan kering 67,5 Protein kasar 3,4 Serat kasar 0,38 Lemak kasar 0,08 Calsium 1,5 Phospor 0,02 TDN 56,7

Ultra Mineral

Parakkasi (1995) menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan mineral, mungkin dapat diusahakan bila ruminan bersangkutan dapat mengkonsumsi hijauan yang cukup. Hijauan tropis umumnya relatif mengandung kurang mineral (terutama di musim kemarau) maka umumnya ruminan di daerah tropis cenderung defisiensi mineral.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan mineral pada ternak. Diantaranya adalah bangsa ternak, umur, jenis kelamin, pertumbuhan, kesuburan berkembang biak, laktasi, iklim, pakan, kandungan mineral tanah, keseimbangan hormonal dan kegiatan fali di dalam tubuh (Sumopraswoto, 1993).

Fermentasi

Fermentasi sering didefenisikan sebagai proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerob, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Namun dapat juga dilakukan secara aerob (Sembiring, 2006).

Proses fermentasi tidak akan tidak akan berlangsung tanpa adanya enzim katalis spesifik yang akan dapat dikeluarkan oleh mikroorganisme tertentu. Proses fermentasi mikroorganisme memperoleh sejumlah energy untuk pertumbuhannya dengan jalan merombak bahan yang memberikan zat-zat hara atau mineral bagi mikroorganisme seperti hidrat arang, protein, vitamin dan lain - lain.

Fermentasi makanan adalah kondisi perlakuan dan penyimpanan produk dalam lingkungan dimana beberapa tipe organisme dapat berkembang biak dengan baik sekali. Proses fermentasi makanan dapat dilakukan melalui kultur media padat, semi padat atau media cair, sedangkan kultur terendam dilakukan dengan menggunakan medis cair dalam biorektor atau fermentor.

Melalui fermentasi terjadi pemecahan subtrat oleh enzim - enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya selulosa dan hemiselulosa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang yang dihasilkan oleh protein hasil metabolisme dari kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Sembiring, 2006).

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan antara lain dipengaruhi oleh bobot hidup ternak. Semakin tinggi bobot hidup ternak, konsumsi bahan kering pakan semakin tinggi pula. Selain karena bobot hidupnya yang berbeda, konsumsi pakan yang berbeda ini juga dikarenakan bangsa ternak yang berbeda (Kearl, 1982). Sesuai dengan pendapat Sumadi et al. (1991), bangsa ternak dapat mempengaruhi konsumsi pakan karena kecepatan metabolisme pakan pada setiap bangsa ternak berbeda apabila mendapat pakan dengan kualitas yang sama. Tillman et al. (1993), konsentrat merupakan bahan pakan ternak yang mudah dicerna sehingga laju aliran pakan dalam saluran pencernaan lebih cepat dan memungkinkan ternak untuk menambah konsumsi pakan. Tingkat perbedaan konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaan pakan, kualitas pakan dan palatabilitas) (Parakkasi, 1995).

Jumlah konsumsi bahan kering pakan dipengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan komposisi kimia serta kualitas bahan pakan. Parakkasi (1995) menyatakan ketersediaan zat makanan yang dibutuhkan oleh mikroba rumen untuk menjalankan fungsi yang normal harus mendapatkan perhatian khusus misalnya pertambahan suplai sumber N pada bahan makanan yang rendah proteinnya akan meningkatkan konsumsi dari bahan

pakan tersebut. Variasi kapasitas produksi disebabkan oleh makanan pada berbagai jenis ternak ditentukan oleh konsumsi (60%), kecernaan (25%) dan konversi hasil pencernaan produk yaitu sekitar 15%.

Konsumsi bahan kering memiliki korelasi positif terhadap konsumsi bahan organiknya yaitu apabila konsumsi bahan kering tinggi maka dapat mengakibatkan konsumsi bahan organiknya juga tinggi. Bahan kering terdiri dari bahan organik dan abu sehingga besarnya konsumsi bahan organik berbanding lurus dengan besarnya konsumsi bahan kering (Kamal, 1994). Bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karena bahan organik merupakan bagian dari bahan kering Sutardi (1980). Sebagian besar bahan organik merupakan komponen bahan kering Tillman et al. (1991). Kandungan komponen serat kasar yang lebih tinggi akan memperlarnbat laju alir nutrien dalarn saluran pencemaan, sekaligus mengakibatkan makin lamanya waktu tinggal pakan dalam saluran pencemaan (Ketellars dan Tolkarnp, 1992).

Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi

Tillman et al., (1991), nilai koefisien cerna tidak tetap untuk setiap bahan pakan atau setiap ekor ternak, tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 1. Komposisi kimiawi

Daya cerna berhubungan erat dengan komposisi kimiawinya. Serat kasar berisi selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa dapat dicerna oleh ternak ruminansia secara enzimatis.

2. Pengolahan makanan

Beberapa perlakuan terhadap bahan pakan seperti pemotongan, penggilingan dan pelayuan mempengaruhi daya cerna. Penggilingan yang halus dari hijauan

menambah kecepatan jalannya bahan makanan melalui usus sehingga menyebapkan pengurangan daya cerna 5 - 15%.

3. Jumlah pakan yang diberikan

Penambahan jumlah pakan yang dimakan ternak akan mempercepat arus makanan ke dalam usus, sehingga mengurangi daya cerna. Penambahan

jumlah pakan sampai dua kali lipat dari jumlah kebutuhan hidup pokok mengurangi daya cerna 1 - 2% penambahan yang lebih besar akan

menyebabkan daya cerna akan semakin turun. 4. Jenis ternak

Ternak ruminansia dapat mencerna serat kasar yang tinggi karena N metaboliknya lebih tinggi sehingga daya cerna protein pada ruminansia lebih rendah dibandingkan non ruminansia, disamping adanya peran mokroorganisme yang terdapat pada rumen.

Aspek Daya Cerna

Daya cerna (digestibility) adalah bagian zat makanan dari makanan yang tidak diekskresikan dalam feses, biasanya dinyatakan dalam bentuk bahan kering dan apabila dinyatakan dalam persentase disebut “koefisien cerna” (Tillman et al., 1991). Daya cerna suatu bahan makanan tidak hanya dipengaruhi oleh komposisi suatu pakan tetapi juga dipengaruhi kompsisi suatu makanan yang lain yang ikut dikonsumsi bersama pakan tersebut. Setiap bahan makanan mungkin mempengaruhi daya cerna bahn lain. Hal ini disebut “efek asosiasi”. Cara yang lebih baik adalah dengan menambahkan secara bertingkat dari bahan makanan yang sedang diteliti untuk menentukan pengaruh pakan basal terhadap daya cerna basal yang sedang diteliti (Tillman et al., 1991).

Serat kasar mempunyai pengaruh terbesar terhadap daya cerna. Dinding sel tanaman terutama terdiri dari selulosa dan hemiselulosa yang akan sukar dicerna terutama bila mengandung lignin. Tanaman tua biasanya mengandung serat kasar yang tinggi dan diiringi penambahan lignifikasi dari selulosa dan hemiselulosa pada dinding sel (Tillman et al., 1993). Menurut Tomaszewska (1988) bahwa tingkat konsumsi sangat dipengaruhi oleh koefisien cerna, kualitas paka, fermentasi dalam rumen serta status fisiologi ternak. Kualitas pakan ditentukan oleh tingkat kecernaan zat - zat makanan yang terkandung pada pakan tersebut. Zat makanan yang terkandung dalam pakan tidak seluruhnya tersedia untuk tubuh ternak, sebagian akan dikeluarkan lagi melalui feses. Kecernaan pakan pada ternak ruminansia sangat erat hubungannya dengan jumlah mikroba dalam rumen. Henson and Maiga (1997) yang menyatakan bahwa pemberian konsentrat yang mengandung nutrisi yang lengkap akan mengaktifkan mikrobia rumen sehingga meningkatkan jumlah bakteri proteolitik dan naiknya deaminasi yang mengakibatkan meningkatnya nilai cerna pakan.

Menurut Tillman et al. (1993) kecernaan dapat diartikan banyaknya atau jumlah proporsional zat - zat makanan yang ditahan atau diserap oleh tubuh. Zat makanan yang terdapat di dalam feses dianggap zat makanan yang tidak tercerna dan tidak diperlukan kembali (Cullison 1978). Kecernaan dapat dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan, spesies hewan, kandungan lignin bahan pakan, defisiensi zat makanan, pengolahan bahan pakan, pengaruh gabungan bahan pakan dan gangguan saluran pencernaan (Church and Pond,

daya cerna protein dan asamasam amino, tetapi pengaruhnya tidak konsisten (Doeschate dkk., 1993).

Tingkat kecernaan suatu pakan menggambarkan besarnya zat - zat makanan yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh ternak untuk proses hidup pokok (maintenance), pertumbuhan, produksinya maupun reproduksi (Ginting, 1992). Tinggi rendahnya kecernaan zat - zat makanan pada ternak bergantung aktifitas mikroorganisme yang berada dalam tubuh ternak. Mikroorganisme ini berfungsi dalam mencerna serat kasar yaitu sebagai pencerna selulosa juga hemiselulosa dan pati (Apriyadi, 1999). Schneider dan Flatt (1975) yang menyatakan bahwa kecernaan nutrisi tinggi bila nilainya 70%, dan rendah bila nilainya lebih kecil dari 50%. Penentuan kecernaan dari suatu pakan harus diketahui terlebih dahulu dua hal yang pening yaitu jumlah nutrisi yang terdapat dalam pakan dan jumlah nutrisi yang dapat dicerna dan dapat diketahui bila pakan telah mengalami proses pencernaan (Tillman et al., 1991).

Dokumen terkait