• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN SUMBER DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Sumber

2.1.1 Sumber Pustaka

Adapaun sumber pustaka yang diambil adalah dengan cara membaca

literatur-literatur, yaitu membaca buku-buku yang dipergunakan dalam usaha

penelitian kepustakaan, yang ada hubungannya dengan obyek penelitian, yaitu

mengenai Tari Telek pada khususnya. Buku-buku tersebut antara lain :

Penelitian Tari Telek di Klungkung sebelumnya sudah pernah dilakukan

oleh Ni Luh Made Ardani (1983). Akan tetapi, penelitian tersebut dilakukan di

Desa Penasan Klungkung dengan hasil penelitian sebuah skripsi yang berjudul :

Tari Telek di Desa Penasan Klungkung. Penelitian ini mengkaji sejarah dan fungsi

Tari Telek di Desa Penasan Klungkung, serta bentuk Tari Telek di Desa Penasan

Klungkung. Manfaat yang didapat dari buku tersebut adalah dapat memberikan

sebuah perbandingan antara Telek di Desa Jumpai, Klungkung dengan Tari Telek

di Desa Penasan, Klungkung.

Buku Kaja dan Kelod Tarian Bali dalam Transisi oleh I Made Bandem dan

Fredik Eugene deBoer yang sudah diterjemahkan oleh I Made Marlowe

Makaradhwaja Bandem, 2004. Buku ini salah satunya menguraikan tentang tari-

tarian magis di jalanan dan makam, dan Telek termasuk di dalamnya. Buku ini

menjelaskan, para penari wanita pasangan Jauk disebut Telek. Selain itu, Telek

juga mengenakan topeng yang seragam dengan karakter halus, eksperisi wajahnya

menyenangkan, mengenakan gelungan berbentuk seperti pagoda, dan membawa

kipas. Selain itu, buku ini juga menyebutkan Telek pada umumnya ditarikan oleh

wanita yang berpasangan dengan Jauk. Topeng pada Telek biasanya identetik

dengan topeng Sang Hyang Legong yang disimpan di Ketewel. Daerah Sanur,

penari perempuan ini disebut Sandaran daripada Telek. Selain tarian ini

disakralkan juga sering dipentaskan dalam pertunjukkan komersial yang

disuguhkan bagi para wisatawan. Dari uraian singkat diatas, dapat diperoleh

informasi bahwa umumnya penari dari Telek tersebutlah adalah wanita. Di daerah

Sanur, Telek disebut dengan Sandaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa manfaat

dari buku ini adalah sebagai salah satu sumber informasi mengenai Tari Telek

yang berada di beberapa tempat untuk dijadikan bahan perbandingan dari

penelitian tentang Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai Kabupaten Klungkung.

Buku Ensiklopedi Tari Bali oleh I Made Bandem, 1983. Buku ini salah

satunya menguraikan dengan singkat, bahwa Telek adalah sejenis dengan Tari

Jauk hanya perbedaannya terletak pada bentuk tapelnya yang menunjukkan roman

tokoh-12

tokoh yang halus, sedangkan lawannya adalah Jauk sebagai kekerasan atau kasar

di dalam pementasan dramatari Barong Ket. Selain itu buku ini juga menjelaskan

tentang pengertian topeng dan Telek menggunakan properti tapel (penutup

wajah). Buku Ensiklopedi Tari Bali ini menjelaskan, bahwa topeng adalah suatu

benda penutup muka, jadi disamping tapel, make-up bisa disebut topeng. Buku ini

sangat besar manfaatnya, karena selain memberikan pengetahun tentang Tari

Telek juga dalam buku ini terdapat beberapa pengertian tentang tari-tarian dan

istilah-istilah penting yang menyangkut dengan penelitian ini.

Buku Seni dalam Ritual Agama oleh Y.Sumandiyo Hadi, 2000,

menguraikan hubungan seni dan agama, yang merupakan dua hal menarik dan

selalu hangat untuk diteliti dan didiskusikan. Dalam wilayah seni yang luas,

memungkinkan menjadi bahasa ekspresi yang tanpa batas dan cenderung berwatak

provan. Sementara agama dengan sendirinya menunjuk pada wilayah privat yang

berwatak religius. Keduanya dapat bersinergi dan menjadi kekuatan baru menjadi

seni agamais atau sebaliknya menjadi agama yang dapat dihayati dengan indah.

Selain itu, buku ini juga menguraikan tentang konsep ritual dan konsep

kebudayaan sebagai sistem simbol, yang sangat penting dalam penelitian

kebudayaan. Kedua konsep tersebut sangat berhubungan dengan penetilian Tari

Telek Anak-Anak di Desa Jumpai ini. Sebab, dalam Buku Seni Dalam Ritual

Agama tersebut dijelaskan, bahwa Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai

tergolong tarian sakral, yang oleh masyarakat Desa Jumpai tarian tersebut adalah

sebuah ritual yang pantang untuk tidak dipentaskan. Tari Telek Anak-Anak di

Desa Jumpai adalah seni pertunjukan yang di wariskan secara turun-temurun.

sebagai sistem simbol. Jadi, manfaat dari buku ini adalah memberikan

pengetahuan tentang konsep ritual dan konsep pertunjukan sebagai sistem simbol,

yang sangat penting dalam penelitian pertunjukan ini, khususnya Tari Telek Anak-

Anak di Desa Jumpai Kabupaten Klungkung.

Buku Etnologi Tari Bali oleh I Made Bandem, 1996, menguraikan tentang

beberapa seni pertunjukan yang masih ada sejak tahun 1970-an sampai sekarang

dan seni pertunjukan yang hampir lenyap, yaitu salah satunya adalah Tari Telek.

Dalam buku ini dijelaskan, bahwa sejak tahun 1970-an seni pertunjukan Bali

mengalami masa keemasannya. Seni pertunjukan yang tetap ada sampai sekarang,

antara lain seni wali (Sang Hyang, Rejang, Baris), seni bebali (Gambuh, Wayang

Wong, Barong), dan seni balih-balihan (Legong, Arja, Kebyar). Menurut catatan

STSI Denpasar, pada awal tahun 1984 tercatat 66 jenis kesenian. STSI juga

berhasil merekrontruksi 10-15 buah tema Legong Kraton klasik yang pernah

lenyap pada tahun 1960-an. Selain itu, beberapa jenis pertunjukan yang dapat

diselamatkan, antara lain Tari Telek. Tari Telek adalah tari topeng wanita yang

semula berfungsi sebagai seni wali, dan kini sebagian fungsinya berubah menjadi

sebagai seni bebali dan dapat dipentaskan untuk kepentingan hari-hari nasional

serta penyambut para pejabat kenegaraan. Penyelamatan ini dilakukan dengan

penelitian intensif dan rekrontuksi yang mantap. Desa-desa yang pernah

kehilangan Tari Teleknya kini kembali dapat menikmatinya sesuai dengan fungsi

semula. Buku Etnologi Tari Bali ini sangat bermanfaat bagi penelitian Tari Telek

Anak-Anak di Desa Jumpai Kabupaten Klungkung. Selain menerangkan

14

muncul dan punahnya satu tarian dan Tari Telek termasuk di dalam pembahasan

dari buku ini.

Buku Dance And Drama In Bali oleh Beryl de Zoete dan Walter Spies,

1973, menguraikan tentang tempat pementasan suatu tarian sakral, seperti di

kuburan atau tempat-tempat yang mempunyai aura mistis/gaib. Buku ini juga

menguraikan tentang dramatari Barong dan Calonarang. Diuraikan pula mengenai

tarian Barong dalam bentuk sederhana tidak memiliki cerita, namun yang

membuat sedikit susah yakni apabila adanya tarian lain yang mendahului tarian

Barong. Biasanya menceritakan tentang peperangan para prajurit atau pengikut

Barong. Mereka biasanya dikenal sebagai Jauk, Penamprat, dan Telek. Topeng

Jauk menggambarkan mimik manusia yang mendekati raksasa, dengan mata yang

melotot, mulut yang terbuka lebar, dengan deretan gigi yang berkilau. Jenis lain

dari Topeng Jauk yakni Topeng Sandaran. Topeng ini memakai hiasan kepala

bulat berwarna emas dengan miniatur yang berbentuk bunga diatas mahkotanya.

Wajahnya kecil, berwarna putih pucat dengan mata yang agak miring, dan senyum

yang misterius. Biasanya mereka berjumlah 4 dan setelah menari, maka akan

ditemani oleh Penamprat dan Jauk. Mereka terlihat seperti bertengkar, dan

beberapa waktu kemudian mereka bersama lagi, kemudian pecah kembali dengan

gerakan melingkar dari Topeng Sandaran. Di Desa Taman Intaran di daerah Bali

Selatan, Topeng Sandaran diceritakan sebagai kupu-kupu yang menghisap bunga

di taman Dewa Indra. Topeng Juak menjadi tukang kebunnya, dan Barong

menjadi Dewa Indra. Di daerah Kepaon, 4 penari Sandaran merupakan tarian

yang lama, tenggelam diantara lutut yang diperban dan gemerincing kaki yang

beberapa keterangan mengenai Tari Telek yang disebut Topeng Sandaran di

beberapa daerah di Bali, yang bermanfaat untuk penelitian Tari Telek Anak-Anak

di Desa Jumpai Kabupaten Klungkung. Selain itu, buku ini juga menguraikan

tentanng tempat-tempat magis yang dijadikan tempat pementasan tari sakral,

seperti Barong, Rangda, Calonarang, Jauk, dan Sandaran.

Buku Kendang Bebarongan Dalam Karawitan Bali oleh I Gde Made Indra

Sadguna, 2010, menguraikan tentang instrumen-instrumen Tabuh Bebarongan

yang sebagai musik pengiring dari Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai

Kabupaten Klungkung. Buku ini dengan rinci menguraikan instrumen-instrumen

dari Tabuh Bebarongan lengkap dengan fungsi masing-masing gamelannya.

Selain itu, dijelaskan tentang gamelan Bebarongan adalah gamelan Bebarongan

merupakan salah satu barungan gamelan Bali yang memakai laras pelog lima

nada. Barungan gamelan ini terdiri dari beberapa instrumen, yaitu: - 1 buah kendang bebarongan

- 2 tungguh gender rambat dengan jumlah bilah 13 atau 14 - 2 tungguh gender barangan dengan jumlah bilah 13 atau 14 - 4 tungguh gangsa gantung pemade dengan jumlah bilah 5 atau 6 - 4 tungguh gangsa gantung kantil dengan jumlah bilah 5 atau 6 - 2 tungguh gangsa jongkok pemade dengan jumlah nilah 5 atau 6 - 2 tungguh gangsa jongkok kantil dengan jumlah bilah 5 atau 6 - 2 tungguh jublag dengan jumlah bilah 5 atau 6

- 2 tungguh jegogan dengan jumlah bilah 5 atau 6 - 1 buah gong bebarongan

16

- 1 buah klenang - 1 tungguh gentorag - 1 buah kajar

- 1 pangkon ceng-ceng - Beberapa buah (4-5) suling - 1 buah rebab

Dari uraian diatas, buku ini memang sangat bermanfaat untuk penelitian

Tari Telek Anak-Anak di Desa Jumpai Kabupaten Klungkung, khususnya di

bidang musik iringan tari, karena buku ini sangat jelas menerangkan bagian-

bagian instrumennya dan manfaat dari masing-masing instrumen tersebut.

Dokumen terkait